Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90891 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Timothy Alexander Listyawan
"Studi tentang proses purifikasi terhadap produk larutan yang dihasilkan dari proses pelindian dari nikel laterit telah dilaksanakan. Seperti yang kita ketahui bahwa produksi nikel datang dari deposit bertipe sulfida dimana deposit oksida mengandung sebagian besar dari nikel. Hasilnya adalah jumlah deposit sulfida terus berkurang dan hamper habis. Nikel laterit merupakan satu-satunya deposit nikel dimasa depan, namun proses yang sesuai dan efektif masih belum dapat ditemukan. Konten nikel yang sangat rendah serta karateristik mineral yang sangat kompleks merupaka masalah utama dalam memproses jenis mineral ini. Proses hidrometalurgi merupakan satu-satunya cara untuk memproses jenis mineral ini untuk mendapatkan nikel yang murni serta ekonomis. Pelindian dengan kondisi atmosfir standar merupakan salah satu cara yang sangat menjanjikan di masa depan. Namun karena jumlah impuritas yang terkandung dalam produk larutan dari proses ini sangat banyak, penelitian lebih lanjut sangat dibutuhkan. Skripsi ini membahas tentang berbagai macam proses pelindian atas nikel laterit serta proses purifikasi dari produk larutan hasil pelindian.

Investigasi di lakukan pada tahap purifikasi untuk menghilangkan impuritas yakni besi dan mangan dalam produk larutan hasil pelindian. Impuritas berusaha untuk di hilangkan dengan proses presipitasi dalam keadaan atmosfir standar. Besi di presipitasi dengan menggunakan bahan kimia untuk netralisasi sementara mangan di presipitasi dengan menggunakan bahan kimia beroksida. Dalam studi ditemukan bahwa presispitasi dapat dilakukan dengan mengontrol pH dari larutan pada suhu tertentu. Lebih jauh lagi, dua tipe presipitasi dari besi dapat dipilih tergantung dari proses lanjutan. Dalam eksprimen untuk menghilankan mangan, ditemukan bahwa permanganat dapat mengoksidasi mangan secara efektif dengan dosis yang rendah. Temuan yang lain adalah proses oksidasi yang lambat membuktikan bahwa proses presipitasi mangan dapat dilakukan secara efektif dan selektif. Oksidasi secara bertahap membuktikan bahwa mangan dapat dihilangkan tanpa kehilangan nikel dalam produk larutan.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56048
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faizinal Abidin
"Sulfidasi Selektif bijih nikel laterit jenis limonitik dengan kandungan Fe, Ni, Co dan Mg masing - masing 59,00%, 0,97%, 0,05% dan 1,02% telah dilakukan dengan menambahkan 4% batubara lignite sebagai reduktor dan sulfur sebagai agen sulfidasi dengan variasi penambahan sebesar 0% dan 5% berat. Bijih nikel, batubara dan sulfur dengan ukuran partikel < 149 µm yang telah dicampur dan dibentuk pelet kemudian diroasting menggunakan muffle tube furnace pada temperatur 1000oC selama 60 menit dengan laju pemanasan 10oC/menit. Pendinginan dalam furnace dengan mengalirkan gas N2 sampai temperatur kamar tercapai. Pelet hasil roasting dihaluskan menggunakan pulverizer sampai ukuran partikel < 74 µm diikuti atmospheric leaching menggunakan asam sulfat pada temperatur 50oC selama 60 menit dengan variasi konsentrasi sebesar 1, 2, 4 dan 6 M. Penambahan sulfur 5% mengakibatkan ekstraksi nikel dan kobalt dalam lixiviant menjadi lebih rendah dibandingkan dengan 0% sulfur. Dalam 6 M asam sulfat dihasilkan ekastraksi Ni dan Co masing - masing sebesar 0,20% dan 6,91% pada pelet bijih nikel roasting tanpa sulfur. Eksraksi Ni dan Co dalam lixiviant turun menjadi 0,11% dan 3,34% ketika pada pelet bijih nikel roasting dengan 5% sulfur. Kenaikan konsentrasi asam sulfat cenderung menurunkan ekstraksi Ni dan Co dalam lixiviant tetapi tidak terlalu signifikan. Nikel dan kobalt yang terekstraksi dalam lixiviant relatif sangat kecil, karena umpan yang dileaching mengalami reverse leaching. Penambahan sulfur pada proses roasting pelet bijih nikel menghambat terbentuknya olivine. Fasa - fasa yang tebentuk setelah roasting pada kedua jenis pelet bijih nikel roasting relatif sama yaitu  magnetite (Fe3O4) dan olivine [(Fe,Mg)2SiO4], dengan fasa dominan adalah magnetite. Fasa akhir yang terbentuk pada residu hasil leaching pada kedua jenis pelet adalah magnetite. Penambahan sulfur juga memiliki peran penting dalam aglomerasi metalik yang terlihat pada perbandingan morfologi residu hasil leaching.

Selective sulfidation of limonitic laterite nickel ore with Fe, Ni, Co and Mg content of 59.00%, 0.97%, 0.05% and 1.02% respectively by adding 4% lignite coal as reducing agent and sulfur as a sulfidizing agent with additional variations of 0% and 5% by weight. Nickel ore, coal and sulfur with a particle size of <149 µm which has been mixed and formed by pellets are then roasted using a muffle tube furnace at a temperature of 1000oC for 60 minutes, heating rate is 10oC/minute. Cooled in the furnace by flowed N2 to ambient temperature. Roasted pellets were grinded by pulverizer to particle size <74 µm followed by atmospheric leaching with 1, 2, 4 and 6 M sulfuric acid at 50oC for 60 minutes. Addition of 5% sulphur were shown nickel and cobalt extraction lower compared to 0% sulfur. Nickel and cobalt extraction at 6 M sulfuric acid respectively  0.20% and 6.91% on nickel ore pellets roasted without sulfur. The extraction of Ni and Co in the lixiviant dropped to 0.11% and 3.34% on nickel ore pellets roasted with 5% sulfur. Increasing sulfuric acid concentration tends to decrease the extraction of Ni and Co in the lixiviant but not significant. Nickel and cobalt extracted in the lixiviant are relatively very small, because ore feeds be through reverse leaching.  Addition of sulphur in the nickel ore pellet roasted process inhibits the formation of olivine. The phases formed after roasting in both types of nickel ore pellets are roasted relatively the same, magnetite (Fe3O4) and olivine [(Fe,Mg)2SiO4], dominant phase is magnetite. The final phase formed on the residue from leaching on both types of pellets is magnetite. Addition of sulphur also has an important role in metallic agglomeration seen in the comparison of morphological residues after leaching."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54354
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Prihatno
"Laterit mengandung klorit, piroksen, talc, kuarsa, olivin dan amfibol. Laterit memiliki kadar Ni2 . Dalam penelitian ini dilakukan ekstraksi ion Ni2 dari laterit menggunakan heap leaching asam sulfat. Setelah dilakukan heap leaching 25 gram laterit menggunakan 500 mL variasi asam sulfat, didapatkan konsentrasi asam sulfat optimum Hasil heap leaching berwarna hijau kekuningan karena adanya [Fe H2O 6]3 dan [Ni H2O 6]2 . Kadar Fe3 dipisahkan dengan penambahan asam fitat. Kemudian dilakukan ekstraksi cair-cair dengan penambahan salisilaldoksim.

Laterite containing chlorite, pyroxene, talc, quartz, olivine and amphibole. Laterite content Ni2 . In this research, Ni2 extraction of laterite heap leaching using sulfuric acid. After 25 grams of laterite heap leaching using variation of 500 mL sulfuric acid, obtained optimum sulfuric acid concentration. Results heap leaching has yellowish green color because solution contain Fe H2O 6 3 and Ni H2O 6 2 . Number of Fe3 separated by addition of phytic acid. Then did liquid liquid extraction by salicylaldoxime addition."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S66680
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Inayatulloh
"Penelitian ini menggunakan sampel bijih nikel laterit yang telah dilindi dengan metode pelindian atmosferik di lab Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Penelitian ini berfokus untuk mengendapkan pengotor pada PLS, terutama pengotor besi, yang bertujuan untuk menghasilkan mixed hydroxide precipitate pada produk akhirnya. Untuk mengendapkan pengotor tersebut, dilakukan proses yang disebut iron removal sebanyak tiga tahap, yaitu dengan secara berurutan dilakukan titrasi reagen kalsium karbonat (CaCO3) dengan kandungan 25%w/w, 15%w/w, dan 12,5%w/w kedalam PLS hingga mencapai pH 2, 3, dan 3,5. Selanjutnya sampel tersebut dipanaskan dengan temperatur 90oC selama 2, 1,5, dan 1 jam. Pada penelitian diakhiri dengan proses titrasi MHP dengan dilakukan titrasi reagen magnesia (MgO) dengan kandungan 20%w/w kedalam PLS hingga mencapai pH 7. Selanjutnya sampel tersebut dipanaskan dengan temperatur 50oC selama 0,5 jam. Secara keseluruhan hasil penelitian, ditemukan bahwa proses iron removal sebanyak 3 tahap mampu mengurangi kadar pengotor, terutama besi, secara signifikan. Kadar besi mampu berkurang dengan %recovery total mencapai 7,46%. Berbeda dengan kadar nikel dan kobalt yang banyak terbuang pada proses iron removal dengan %recovery nikel sebesar 66,63% dan kobalt sebesar 12,51%. Pada hasil proses titrasi MHP menunjukkan hasil yang belum optimal, hal tersebut diindikasikan oleh kadar nikel dan kobal yang tidak bertambah secara signifikan dan kadar pengotor yang masih ada pada MHP. Kadar nikel pada endapan hanya sebesar 19,3%.

This research used samples of lateritic nickel ore that had been leached using the atmospheric leaching method at Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) lab. This research focuses on precipitating impurities in PLS, especially iron impurities, which aims to produce mixed hydroxide precipitate in the final product. To precipitate these impurities, a process called iron removal was carried out in three stages, iron removal is carried out in series by titrating calcium carbonate reagent (CaCO3) with a content of 25%w/w, 15%w/w, and 12,5%w/w into PLS until it reaches a pH of 2, 3, and 3,5. Furthermore, the sample was heated to a temperature of 90oC for 2, 1,5, and 1 hours. The research ended with the MHP titration process by titrating magnesia reagent (MgO) with a content of 20% w/w into PLS until it reached pH 7. Then the sample was heated to a temperature of 50oC for 0,5 hour. Overall, the results of the study found that the 3-stage iron removal process was able to significantly reduce the levels of impurities, especially iron. Iron content can be reduced with total % recovery reaching 7,46%. In contrast to the nickel and cobalt content, which was mostly precipitate in the iron removal process, with % nickel recovery of 66.63% and cobalt of 12,51%. The results of the MHP titration process showed results that were not optimal, this was indicated by the levels of nickel and cobalt which did not increase significantly and the levels of impurities that were still present in the MHP. The nickel content in the precipitate is only 19,3%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adeline Hyansalem Wicaksono
"Indonesia merupakan salah satu produsen nikel terbesar di dunia dengan deposit bijih laterit yang signifikan. Namun, pengolahan bijih laterit masih menghadapi tantangan dalam pemisahan logam bernilai tinggi dari pengotor. Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis mixed nickel oxalate dari larutan pelindian bijih laterit menggunakan asam sulfat melalui proses presipitasi bertahap, yang melibatkan natrium karbonat dan asam oksalat. Proses penelitian diawali dengan pelindian bijih laterit menggunakan larutan asam sulfat (H₂SO₄) 2 M pada suhu 90°C dengan variasi waktu pelindian selama 3, 4, dan 5 jam. Larutan hasil pelindian kemudian diproses lebih lanjut melalui presipitasi tahap pertama menggunakan natrium karbonat (Na₂CO₃) hingga pH 4 untuk memisahkan besi, diikuti presipitasi tahap kedua menggunakan asam oksalat (C₂H₂O₄) hingga pH 1–2 untuk menghasilkan mixed nickel oxalate. Produk yang dihasilkan dianalisis menggunakan X-ray Diffraction (XRD), X-ray Fluorescence (XRF), dan Inductively Coupled Plasma Optical Emission Spectroscopy (ICP-OES) untuk mengkarakterisasi struktur kristal, komposisi kimia, dan kandungan logam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimal untuk presipitasi nikel diperoleh pada waktu pelindian 5 jam, dengan kemurnian produk yang tinggi dan pengotor yang minimal.

Indonesia is one of the largest nickel producers in the world, with significant laterite ore deposits. However, processing laterite ore still faces challenges in separating high value metals from impurities. This research aims to synthesize mixed nickel oxalate from the sulfuric acid leach solution of laterite ore through a stepwise precipitation process involving sodium carbonate and oxalic acid. The study begins with leaching laterite ore using 2 M sulfuric acid (H₂SO₄) at 90°C with varying leaching times of 3, 4, and 5 hours. The resulting leach solution is further processed through a first precipitation step using sodium carbonate (Na₂CO₃) to raise the pH to 4-5, separating iron. This is followed by a second precipitation step using oxalic acid (C₂H₂O₄) to adjust the pH to 1–2, producing mixed nickel oxalate. The synthesized product was characterized using X-ray Diffraction (XRD), X-ray Fluorescence (XRF), and Inductively Coupled Plasma Optical Emission Spectroscopy (ICP-OES) to determine its crystal structure, chemical composition, and metal content. The results showed that the optimal conditions for nickel precipitation were achieved at a leaching time of 5 hours, producing a high-purity product with minimal impurities."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiki Prasetya Ernanto
"Penelitian ini merupakan rangkaian penelitian lanjutan dari studi iron removal pada sampel pregnant leach solution (PLS) hasil pelindian bijih nikel laterit. Penelitian ini berfokus pada pengendapan unsur nikel dan kobalt yang terkandung di dalam sampel dengan proses hidrometalrugi menjadi produk mixed hydroxide precipitate (MHP). Sebelumnya, sampel PLS sudah dilakukan penghilangan kadar besi dengan penambahan kalsium karbonat sebanyak 2 kali dengan kandungan 25% w/w dan 12,5% w/w yang dilakukan selama 2 jam dan 1 jam pada temperature 90oC. Hasil pengurangan besi yang dilakukan menunjukkan pengurangan kandungan besi dari sampel bijih PLS sebesar 75% dari kandungan semula yang sudah diuji dengan ICP. Selanjutnya penelitian dilanjutkan untuk memproduksi MHP dengan penambahan larutan NaOH sebesar 4M kedalam larutan PLS yang sudah dikurangi kandungan besinya dengan presipitasi sebelumnya. Presipitasi dengan NaOH dilakukan hingga mencapai pH 7 lalu dipanaskan hingga suhu 60oC selama 1 jam. Hasil penelitian yang dilakukan hingga pH 7 menunjukkan hasil yang belum optimal dengan kandungan nikel yang hanya sebesar 5% dari total kandungan setelah dilakukan proses pengurangan kadar besi yang kedua kali. Penelitian ini menemukan beberapa faktor yang mungkin menyebabkan tidak bertambahnya kadar nikel dalam produk MHP setelah dilakukan presipitasi dengan larutan NaOH. Tingkat viskositas yang terlalu tinggi selama titrasi, masih tingginya kadar pengotor yang terkandung dalam larutan pasca pengurangan besi, serta endapan yang tidak kristalin menjadi faktor yang membuat larutan lewat jenuh dan kurang optimalnya hasil pasca penelitian. Waktu penyimpanan larutan pasca titrasi juga menjadi faktor yang membuat kandungan nikel dan kobalt tereduksi dan pengotor tidak terikat sempurna.

This research is a follow-up research series from the study of iron removal on pregnant leach solution (PLS) samples from the leaching of laterite nickel ore. This research focuses on the deposition of Nickel and Cobalt elements contained in the sample by a hydrometallurgical process to become a mixed hydroxide precipitate (MHP) product. Previously, the PLS sample had iron content removed with the addition of calcium carbonate 2 times with a content of 25% w/w and 12.5% ​​w/w for 2 hours and 1 hour at a temperature of 90oC. The results of the iron reduction carried out showed a reduction in the iron content of the PLS ore samples by 75% of the original content that had been tested with ICP. Furthermore, the research continued to produce MHP with the addition of 4M NaOH solution into the PLS solution which had been reduced in iron content by previous precipitation. Precipitation with NaOH was carried out until it reached pH 7 and then heated to a temperature of 60oC for 1 hour. The results of the research carried out up to pH 7 showed that the results were not optimal with the nickel content only 5% from all the contents after the second process of reducing the iron content was carried out. This study found several factors that might cause the nickel content to not increase in MHP products after precipitation with NaOH solution. Viscosity levels that are too high during titration, high levels of impurities contained in the solution after iron reduction, and non-crystalline precipitates are factors that make the solution supersaturated and post-test results are less than optimal. The storage time of the post-titration solution is also a factor that makes the reduced nickel and cobalt content and impurities not completely bound."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Hamijaya
"Rangkaian penelitian yang dilakukan merupakan investigasi yang didasarkan dari literatur yang tersedia. Menganalisa sebuah proses produksi mixed hydroxide precipitate (MHP), yang diawali dengan proses proses pelindian atmosferik yang menghasilkan pregnant leach solution (PLS), dilanjut dengan multi-stage iron removal yang bertujuan untuk mengurangi pengotor besi yang terdiri dari dua tahapan. Pada tahapan pertama, PLS akan dititrasi dengan kalsium karbonat (CaCO3) dengan kadar 25 wt% hingga pH 2 tercapai, setelah itu, sampel dipanaskan hingga 90oC selama 2 jam. Pada tahapan kedua, sampel dititrasi dengan CaCO3 berkadar 12,5 wt% hingga pH 2 tercapai, selanjutnya dipanaskan hingga temperatur 90oC selama 1 jam. Recovery total besi, nikel, kobalt, aluminium dan mangan dengan proses multi-stage iron removal masing-masing mencapai 23,711%, 57,395%, 34,202%, 50,048%, 14,201%, dimana hasil ini cukup baik namun tidak memuaskan karena loss nikel dan kobalt >1%. Hal ini kemungkinan terjadi karena selektivitas pengendapan yang rendah akibat penambahan agen pengendap yang terlau banyak. Terakhir, ditutup dengan proses presipitasi PLS yang telah direduksi kadar besinya, pada fase ini PLS hasil iron removal dititrasi dengan magnesia (MgO) dengan kadar 20 wt% hingga mencapai pH 7. Hasil yang diharapkan ialah terjadinya separasi antara pengotor dengan MHP yang mengandung banyak Ni dan Co. Namun, penelitian ini menemukan beberapa beberapa parameter yang menghalangi terjadinya separasi antara MHP dan pongotornya. Meningkatnya viskositas larutan pasca titrasi, dan tidak terjadinya separasi merupakan tanda dari tingginya derajat kejenuhan larutan. Kurang optimalnya proses pereduksian besi turut mempengaruhi tidak terjadinya separasi pada proses presipitasi yang membuat magnesia tidak bereaksi dengan Ni dan Co.

The series of research carried out is an investigation based on the available literature. Analysing a production process of mixed hydroxide precipitate (MHP), which begins with an atmospheric leaching process that produces a pregnant leach solution (PLS), followed by multi-stage iron removal which aims to reduce iron impurities which consists of two stages. In the first stage, PLS will be titrated with calcium carbonate (CaCO3) at a level of 25 wt% until pH 2 is reached, after that, the sample is heated to 90oC for 2 hours. In the second stage, the sample is titrated with CaCO3 at a level of 12.5 wt% until pH 2 is reached, then heated to a temperature of 90oC for 1 hour. The total recovery of iron, nickel, cobalt, aluminium and manganese with the multi-stage iron removal process reached 23.711%, 57.395%, 34.202%, 50.048%, 14.201%, where these results were quite good but not satisfactory due to loss of nickel and cobalt >1%. This may be due to the low selectivity of precipitation due to the addition of too much precipitating agent. Finally, with the PLS precipitation process where the iron content has been reduced, in this phase the iron removed PLS is titrated with magnesia (MgO) with a concentration of 20 wt% until it reaches pH 7. The expected result is separation between impurities and MHP which contains a lot of Ni. and Co. However, this study found several parameters that prevented the separation between MHP and its impurities. The increase in the viscosity of the solution after the titration, and the absence of separation is a sign of the high degree of saturation of the solution. The less than optimal iron reduction process also affects the absence of separation in the precipitation process which makes magnesia not react with Ni and Co"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fariz Ramdani
"Nikel adalah salah satu logam terpenting pada kehidupan sehari-hari. Nikel digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti plating dan katoda baterai. Stok nikel sulfida, yang memiliki kadar nikel lebih tinggi, menipis menyebabkan ekstraksi dari nikel laterit yang memiliki kadar nikel lebih rendah untuk dikembangkan. Asam sitrat dapat digunakan sebagai reagen leaching dengan suatu mekanisme reaksi. Metode Permukaan Respon dilakukan untuk mendapatkan titik optimum. Rancangan CCD menentukan besar faktor berupa suhu dan rasio solid-liquid yang akan diaplikasikan pada eksperimen leaching. Kadar nikel didapat melalui AAS dan XRF untuk menghitung besar respon yaitu leaching efficiency. Data dari faktor dan respon diolah dengan Design-Expert 13 untuk mendapatkan model optimisasi. Model optimisasi digunakan untuk mendapatkan titik optimum suhu dan rasio solid-liquid. Pada penelitian ini, didapatkan kenaikan antara suhu dan leaching efficiency dari 11,75% pada suhu 35,86°C dan 17,57% pada 64,14°C dan terdapat penurunan antara rasio solid-liquid dan leaching efficiency dari 21,38% pada rasio 5,86 g/L dan 21,38% pada 34,14 g/L. Selain itu, tidak didapatkan titik optimum suhu dan rasio solid-liquid karena model yang didapat adalah model linear dan rentang data yang belum cukup.

Nickel is one of the most important metals in our daily lives. Nickel is used for many applications such as plating and cathode for batteries. The decreasing reserve of nickel sulphide ore, which has high-grade nickel, causing extraction of nickel laterite ore, low-grade nickel, to be developed. Citric acid can be used as a leaching reagent with a reaction mechanism. CCD Design can be used to determine the value of factor which is temperature and solid-liquid ratio which will be applied onto the leaching experiment. Nickel content is obtained using AAS and XRF to calculate the value of response which is leaching efficiency. Data gathered from factor and response is processed using Design-Expert 13 to determine its optimization model. Optimization model is used to calculate the optimum point for temperature and solid-liquid ratio. On this research, it is obtained that increasing temperature also increases leaching efficiency from 11,75% at 35,86°C into 17,57% at 64,14°C and increasing solid-liquid ratio decreases leaching efficiency from 21,38% at 5,86 g/L to 21,38% at 34,14 g/L. The optimum point for temperature and solid-liquid ratio can’t be calculated due to the determined model is linear model and data range which isn’t sufficient."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afip Jaya Saputra
"ABSTRAK
Penggunaan ligan dalam ekstraksi logam dari mineral laterit jauh lebih murah dibandingkan mengekstrak logam dengan cara pirometalurgi. Penggunaan bahan kimia termasuk metode mengekstrak logam secara hidrometalurgi. Pada penelitian ini metode untuk melarutkan logam dari mineralnya adalah heap leaching dengan target logamnya adalah nikel. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap yaitu melarutkan logam dari mineral, metode job untuk mengetahui bilangan kordinasi dari logam dengan salisilaldoksim, dan pengaruh pektin dalam mengekstraksi logam nikel dari pengotor logam lain. Karakterisasi kadar Ni menggunakan instrumen AAS, mengetahui bilangan kordinasinya menggunakan instrumen Uv-vis, mengetahui kadar dalam laterit sebelum dan sesudah heap leaching menggunakan XRD. FTIR untuk mengetahui gugus pada salisilaldoksim serta untuk menegetahui atom yang mengikat logam Ni. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui karakteristik mineral laterit sebelum dan sesudah treatment, logam nikel dapat dipisahkan dari mineral laterit, mengetahui Konsentrasi optimum asam untuk memisahkan logam nikel dari mineral laterit, mengetahui konsentrasi optimum ligan dalam memisahkan logam nikel, dan konsntrasi optimum dari pektin dalam mengekstrak logam Ni. Variasi konsentrasi asam dalam melarutkan logam dari mineral adalah 1M, 2M, 3M, 4M, 5M. Dimana dari hasil karakterisasi dengan AAS didapatkan konsentrasi Ni maksimum adalah pada saat penggunaan HCl 5M. Untuk metode job dilakukan dengan mengkomplekskan variasi jumlah mol logam standar dengan ligan, dimana didapatkan bilangan kordinasinya adalah 1:2. Kemudian dilakukan ekstraksi 30 mL sampel yang di netralkan dengan 61 mL NH4OH dengan salisilaldoksim sesuai perbandingan yang didapat dari metode job serta penambahan 0 ppm, 500 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm, 2000, ppm. Dimana konsentrasi maksimum pektin adalah 500 ppm.

ABSTRACT
Use of ligan in metal extraction from laterite mineral is cheaper than extracting metal by pyrometallurgy. Using chemicals count as extracting metal by hydrometallurgy. This research use the method of metal solving from its mineral with heap leaching, with nickel as its target. This research is done in three steps, which is solving the metal from the mineral, job method to know a coordination number from metal complex with salicylaldoxime, and to know an effect of pectin addition in nickel extraction from other metals. Characterization of nickel content is with AAS instrumentation, using Uv vis to know a coordination number , using XRD to know nickel content in laterit mineral before and after heap leaching. Using FTIR to know functional group in salicylaldoxime and to know what atom bound to Nickel. The purpose of this research is to know the characteristic of laterite mineral before and after treatment, Nickel can be separated from laterite mineral, to know an optimum concentration of acid to separating nickel from laterite mineral, to know an optimum concentration of pectin in nickel extraction. Variation of acid concentration in solving metal from mineral is 1M, 2M, 3M, 4M, 5M. the optimum nickel concentration when using HCl 5M. For the job method it was done by complexing variation of mol metal standard with ligand and the coordination number is two where the metal comparison with ligan is 1 2. Then neutralized 30 mL sample with 61 mL NH4OH 4M and then separating precipited. Then extracting the solution with ligand in toluene corresponding to job method, and then addition of 0 ppm, 500 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm, 2000 ppm pectin."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S66413
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihotang, Juan Carlos
"Nikel merupakan logam penting yang banyak digunakan dalam paduan, misalnya baja tahan karat, paduan ruang angkasa, dan paduan khusus. Nikel ditambang dari dua jenis bijih: laterit dan sulfida. Laterit banyak ditemukan di daerah tropis seperti di Indonesia dan ditambang untuk memperoleh nikel dan kobalt. Pelindian bijih nikel laterit pada tekanan atmosfer saat ini banyak menarik perhatian karena biaya yang lebih rendah dibanding proses lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh waktu dan kecepatan agitasi pelindian atmosferik terhadap persentase perolehan nikel dari bijih laterit jenis saprolit. Bijih nikel saprolit dari Halmahera Timur digunakan dalam penelitian. Untuk mengetahui nilai perolehan nikel pada waktu dan kecepatan agitasi yang berbeda, pelindian teragitasi dilakukan selama 1, 3, dan 5 jam dengan kecepatan agitasi masing-masing 250 rpm, 500 rpm, dan 750 rpm. Selama penelitian, berat sampel yang telah dihaluskan (15 g), konsentrasi asam sulfat (5N (240.1 g/L)), volume asam sulfat (75 ml), dan suhu (100°C) dijaga konstan. Dapat dilihat bahwa dalam pelindian teragitasi, peningkatan waktu pelindian dari 1 jam hingga 5 hour memiliki pengaruh positif terhadap perolehan nikel. Peningkatan kecepatan agitasi dari 250 rpm hingga ke 750 rpm juga meningkatkan nilai perolehan nikel.

Nickel is important metal that is mostly used in alloys, for example, in stainless steels, aerospace alloys and specialty steels. Nickel is mined from two types of ores: laterites and sulfides. Laterites are found mostly in tropical regions and are mined for their nickel and cobalt in countries like Indonesia. Leaching lateritic nickel ores with sulphuric acid at atmospheric pressure (AL) has been recently receiving more attention due to lower cost compared to other processes. The purpose of this study is to determine the effect of duration and agitation speed of atmospheric leaching to the recovery percentage of nickel from saprolitic type laterit ore. Saprolitic nickel ores from Eastern Halmahera were used during experiments. In order to study the recovery values at different time periods and different agitation speeds, agitative leaching experiments were carried out for 1, 3, and 5 hours with agitation speed 250 rpm, 500 rpm, and 750 rpm, respectively. During the experiments, weight of ground ore sample (15 g), concentrations of sulfuric acid (5N (240.1 g/L)), volume of sulfuric acid (75 ml), and temperature (100°C) were kept constant. It was shown that in agitative leaching, increasing leaching time from 1 hour to 5 hour had a positive effect on metal extractions. Increasing agitation speed from 250 rpm to 750 rpm also increased the recovery values of nickel."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63151
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>