Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101681 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Paulina Nina Listyani
"Kemampuan regulasi emosi menjadi salah satu hal yang penting dimiliki oleh remaja, mengingat sering terjadinya lonjakan emosi pada masa itu. Pengasuhan ayah diduga berhubungan dalam pengembangan kemampuan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara keterlibatan ayah dengan kemampuan regulasi emosi pada remaja madya. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur Keterlibatan Ayah rancangan Finley dan Schwartz (2004) yang terdiri dari Nurturant Fathering Scale dan Father Involvement Scale (Reported dan Desired). Sedangkan, kemampuan regulasi emosi diukur melalui Difficulties of Emotion Regulation Scale (DERS). Responden dalam penelitian adalah remaja madya (15-17 tahun) berjumlah 139 yang berdomisili di Jakarta dan sekitarmya. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara skor keterlibatan ayah dan skor kesulitan regulasi emosi (r = -0,194;p<0.05, r = -0,188;p<0.05, r = 0,196;p<0.05). Semakin ayahnya terlibat, maka kesulitan regulasi emosi pada remaja juga akan semakin rendah, sehingga kemampuan regulasi emosinya baik.

Emotion regulation ability became one of the important things that are owned by adolescense, given the frequent of emotional turmoil at that time. Parenting father supposed relate to the development of such capabilities. The purpose of this study is to examine the correlation between father involvement and emotion regulation in middle adolescence. The measurement tools used to examine father involvement are Nurturant Fathering Scale and Father Involvement Scale (Reported and Desired) that developed by Finley and Schwartz (2004). Whereas, researcher used Difficulties of Emotion Regulation Scale (DERS) that developed by Gratz and Roemer (2004) to examine emotion regulation ability. The respondences of this research are 139 middle adolescence who live in Jakarta and surroundings. Result showed the significant correlation between the variables (r= -0,194;p<0.05, r = -0,188;p<0.05, r = 0,196;p<0.05). The more involvement father will decrease difficulties of emotion regulation, then increase the ability of emotion regulation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55897
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theta Felicia Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara coping dan simtom depresi pada individu yang sedang menjalani rehabilitasi medik. Sebanyak 50 partisipan diminta untuk melengkapi kuesioner coping (Brief COPE) dan simtom depresi (Beck Depression Inventory). Pada penelitian ini gambaran coping partisipan tergolong sedang dan simtom depresi mereka tergolong rendah. Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara coping dan simtom depresi (r = -0.223, p > 0.05). Meski demikian ditemukan hubungan yang negatif dan signifikan antara use of instrumental support (subscale emotion focused coping) dengan simtom depresi (r = -.304, p < 0.05).

This research examined the relationship between coping and depressive symptoms in individuals who are undergoing medical rehabilitation. A total of 50 participants were asked to fill out questionnaires on coping (Brief COPE) and depressive symptoms (BDI). In this research, participants were found to have moderate coping effectivity and low depressive symptoms. The results indicated an unsignificant relationship between coping and depressive symptoms (r = -0.223, p > 0.05). Although the results also indicate that there is a negative and significant relationship between the use of instrumental support (emotion focused coping subscale) and depressive symptoms (r = - .304, P <0.05).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S54835
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reno Intan
"Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan skor pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam merespon momen emosional anak usia 4 ndash; 5 tahun, dengan metode emotion coaching. Pelatihan diberikan selama tiga hari N=12 . Pengetahuan partisipan diukur menggunakan alat ukur yang terdiri dari dua bagian. Bagian pertaman adalah kuesioner pengetahuan emotion coaching yang terdiri dari pertanyaan terbuka.
Bagian kedua adalah kuesioner momen emosional yang diberikan dalam bentuk skala likert. Partisipan diberikan alat ukur yang sama di awal, di akhir pelatihan, dan follow up. Kegiatan follow up dilakukan setelah dua minggu. Untuk melihat perubahan pengetahuan, skor pada kuesioner pengetahuan dibandingkan. Keterampilan partisipan dalam merespon momen emosional anak yang terdapat dalam tayangan video, diukur dengan menggunakan ceklis emotion coaching.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan skor pengetahuan dan keterampilan pada partisipan. Pada follow up, partisipan menunjukkan penurunan skor pada pengetahuan tetang emotion coaching, namun terdapat peningkatan pengetahuan partisipan mengenai cara merepon momen emosional anak. Disarankan pengukuran kembali, terhadap keterampilan partisipan dengan menggunakan metode langsung seperti wawancara dan observasi untuk memastikan efektivitas pelatihan.

The purpose of the research is to increase parents rsquo knowledge score and skill in responding emotional moment of 4 ndash 5 year old children using emotion coaching method. Training is held for three days N 12 . Participants knowledge is measured by knowledge questionnaire, that consist of two part. Part one is emotion coaching knowledge questionnaire which consist of knowledge about the definition of emotion coaching, given in an open question.
Part two is emotional moment questionnaire, consist of emotional moment condition, given in likert scale. Participants are given the same questionnaire for pre test, post test and follow up. Follow up is done after two weeks At the end of the session, those score is compared to see the improvement. The skill of the participant is measured by doing a simulation to see how they response from the video that consist of children emotional moment. Simulation is recorded by camera video and scored using emotion coaching checklist.
The result of the training shows an increase in knowledge and skill. In the follow up, participants showed a decreasing score in emotion coaching knowledge questionnaire but an increase in emotional moment questionnaire. In future research, it is suggested to do a direct observation to see the effect in children, after parents applied the emotion coaching.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T49208
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucky Aura Sandiana
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat peran mediasi coping berfokus emosi pada hubungan trait kepribadian dan tingkat penggunaan internet bermasalah. Sebanyak 174 orang partisipan dengan rentang usia 18-29 tahun M = 23,1, SD = 2,7 telah mengisi kuisioner secara online. Terdapat tiga alat ukur untuk mengukur ketiga variabel, yakni Generalized Problematic Internet Use Scale 2, Big Five Inventory Brief COPE.
Berbeda dari penemuan dalam riset sebelumnya Zhou, Li, Li, Wang, Zhao, 2017, Hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa coping berfokus emosi tidak dapat bekerja sebagai mediator dalam hubungan ketiga trait kepribadian yaitu neuroticism, extraversion, openness dengan penggunaan internet bermasalah. Meskipun demikian,penelitian ini menemukan bahwa arah hubungan antara ketiga variabel telah sejalan dengan teori dan temuan sebelumnya. Dugaan mengenai kemungkinan tidak terjadi signifikansi didiskusikan lebih lengkap di dalam.

This study was conducted to examine the role of emotional coping mediation on the relationship trait personality and the level of Internet usage problem. A total of 174 participants with age range 18 29 years M 23.1, SD 2.7 have completed the questionnaire online. There are three measuring tools to measure the three variables, namely Generalized Problematic Internet Use Scale 2, COPE Big Five Inventory Brief.
In contrast to previous research findings Zhou, Li, Li, Wang, Zhao, 2017 , the findings of this study show that emotional focused coping did not work as a mediator in the three personality trait relationships neuroticism, extraversion, openness with problematic internet use. Nevertheless, this study found that the direction of the relationship between the three variables has aligned with previous theories and findings. Allegations about the possibility of no significance are discussed more fully inside.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T51513
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leslie Melisa
"Latar Belakang: Emosi memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, yaitu sebagai dorongan untuk beraksi dan bentuk komunikasi. Dalam dunia profesional, emosi penting karena dapat mempengaruhi fungsi kognitif berupa memori, persepsi, judgment, dan pengambilan keputusan. Psikiater sebagai tenaga medis yang paling sering menghadapi kasus-kasus yang memunculkan beragam emosi perlu memiliki kesadaran terhadap emosi dalam diri dan kemampuan regulasi emosi yang baik agar dapat terhindarkan dari bias dan burnout. Instrumen MEQ dapat menilai reaktivitas dan regulasi emosi individu. Penelitian ini bertujuan untuk menilai validitas dan reliabilitas instrumen tersebut pada psikiater di Indonesia.
Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan dengan pengumpulan kuesioner secara daring (dalam jaringan) pada psikiater di seluruh Indonesia dari bulan Desember 2022 hingga Januari 2023. Rekrutmen responden menggunakan teknik stratified random sampling (N=227). Sebanyak 2 responden dieksklusi karena tidak aktif praktik saat ini. Penerjemahan instrumen dilakukan oleh dua pasang penerjemah tersumpah dan penerjemah dari bidang psikiatri. Validitas isi dinilai oleh 3 ahli di bidang psikiatri sementara validitas konstruk dinilai menggunakan teknik CFA (confirmatory factor analysis) terhadap model yang telah ditetapkan sebelumnya. Reliabilitas konsistensi internal dinilai menggunakan nilai Cronbach alpha sementara reliabilitas test-retest dinilai menggunakan analisis korelasi Pearson.
Hasil: Validitas isi instrumen MEQ versi bahasa Indonesia mendapatkan nilai rerata I-CVI dan rerata S-CVI sebesar 0,99, dan S-CVI/UA sebesar 0,975. Validitas konstruk mendapatkan hanya dua model yang cocok, yaitu skala reaktivitas emosi positif dan skala reaktivitas emosi negatif, dengan nilai CMIN/df berturut-turut 3,120 dan 3,442. Nilai Cronbach alpha untuk konsistensi internal adalah 0,821 (diskret emosi positif) dan 0,850 (diskret emosi negatif). Nilai korelasi Pearson berkisar antara 0,547 (diskret emosi senang) hingga 0,933 (diskret emosi cemas).
Simpulan: Instrumen MEQ versi bahasa Indonesia, meskipun reliabel, dinilai belum cukup valid untuk menggambarkan reaktivitas emosi psikiater di Indonesia. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meneliti emosi positif dan negatif yang paling sering dirasakan psikiater di Indonesia.

Background: Emotion holds important roles in human lives, e.g as motivators for action and forms of communication. In professional world, emotions are vital because they could influence memory, perception, judgment, and decision-making processes. Psychiatrists encounter various cases which would elicit a range of emotions in their daily practice. Thus, they need to be aware of their emotions and have a good emotion regulation capacity in order to prevent biases and burnout. The instrument MEQ is able to assess an individual’s emotion reactivity and emotion regulation. This study aims to evaluate the validity and reliability of the instrument in psychiatrists in Indonesia.
Method: This cross-sectional study was conducted using online surveys distributed among psychiatrists throughout Indonesia from December 2022 to January 2023. The recruitment of respondents used stratified random sampling technique (N=227). There were 2 inactive respondents and thus were excluded from the analysis. The translations of the instrument were done by 2 pairs of sworn language translator and translator from psychiatry background. Content validity was assessed by 3 experts from psychiatry while construct validity was evaluated using CFA (confirmatory factor analysis) method on hypothesized models. Internal consistency was assessed using Cronbach alpha and test and retest reliability was assessed using Pearson correlation analysis.
Results: Content validity of MEQ Bahasa version obtained mean I-CVI and mean S-CVI scores of 0.99, and S-CVI/UA score of 0.975. Construct validity using CFA found that only two models fitted the data, i.e. positive reactivity scale and negative reactivity scale, with CMIN/df values 3.120 and 3.442 respectively. For internal consistency, the Cronbach alpha values were 0.821 for discrete positive emotion and 0.850 for discrete negative emotion. Whereas for test and retest reliability, the Pearson correlation values ranged from 0.547 (discrete happy emotion) to 0.933 (discrete anxious emotion).
Conclusion: MEQ Bahasa version, although reliable, was assessed to be not valid enough to represent Indonesian psychiatrists’ discrete emotions. Further studies need to be done to explore which positive and negative emotions often experienced by psychiatrists in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yaniar Mulyantini
"Penyalahgunaan opioid banyak terkait dengan masalah lain diantaranya morbiditas psikopatologi. Saat ini belum didapatkan data mengenai proporsi psikopatologi pada pasien dalam terapi rumatan metadon di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi psikopatologi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan psikopatologi tersebut, yang dialami pasien dalam terapi rumatan metadon di Puskesmas Tebet dan Jatinegara.
Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang, yang dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai bulan Oktober 2015. Setiap responden mengisi data umum, kuesioner SCL-90 dan kuesioner Brief COPE; semua kuesioner diisi sendiri oleh subjek penelitian. Dari total 109 responden, 52,1% mengalami psikopatologi. Didapatkan hubungan yang bermakna antara penyalahgunaan multi zat dengan terjadinya psikopatologi (p=0,000; RP 14,38; IK95% 5,492-37,675). Faktor yang juga memiliki hubungan bermakna dengan terjadinya psikopatologi adalah emotion-focused coping (p=0,002; RP 3,019; IK95% 1,175-7,753).
Disimpulkan bahwa responden dengan riwayat penyalahgunaan multi zat berisiko lebih besar mengalami psikopatologi dibanding mereka yang tidak memiliki riwayat penyalahgunaan multi zat. Responden yang menggunakan emotion-focused coping berisiko lebih besar mengalami psikopatologi dibandingkan mereka yang menggunakan problemfocused coping.

Opioid dependents often related to other problems, including psychopathology morbidity. However, such information among methadone maintenance treatment participants in Indonesia is still insufficient and limited. Therefore, this study aimed to determined the proportion of psychopathology comorbidity and the related factors among methadone maintenance treatment participants in Puskemas Tebet and Jatinegara.
A cross sectional study of opioid dependence patients was conducted between January 2015 and October 2015 at two institutional drug substitution clinic in Jakarta. Subjects were recruited with convenient sampling method. All subjects filled in questionnaire on sociodemographic information, SCL-90 questionnaire, and Brief COPE questionnaire by them selves). Of 109 subjects, 52.1% had psychopathology morbidity. There was an association between history of polysubstance abuse (p=0.000, PR 14.38, 95%CI 5.492-37.675) and psychopathology morbidity among subjects. Other factor that showed significant association with psychopatghology morbidity is emotion-focused coping (p=0.022, PR 3.019, 95%CI 1.175-7.753).
It was concluded that subjects with history of polysubstance abuse had higher risk to get psychopathology morbidity compared with those without history of polysubstance abuse. Subjects who used emotion-focused coping had higher risk to get psychopathology morbidity compared with those who used problem-focused coping.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Watson, Jeanne C.
Washington, DC: American Psychological Association, 2007
616.852 7 WAT c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Alfita Virgiana
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara keterlibatan ayah dan kesepian pada remaja madya. Alat ukur yang digunakan adalah Nurturant Fathering Scale untuk mengukur keterlibatan ayah domain afektif dan Father Invlovement Scale untuk mengukur keterlibatan ayah domain perilaku oleh Finley dan Schwartz 2004 , sedangkan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kesepian adalah Revised-UCLA Loneliness Scale oleh Rusell, Peplau, dan Cutrona 1980 . Sampel pada penelitian ini berjumlah 429 remaja madya berusia 14 hingga 18 tahun yang tinggal di daerah Jabodetabek. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara keterlibatan ayah dan kesepian pada remaja madya.

The main purpose of this study is to find out the correlation between father involvement and loneliness in middle adolescence. Nurturant Fathering Scale is used to measure father involvement in affective domain dan Father Involvement Scale is used to measure father involvement in behavior domain by Finley and Schwartz 2004 . Loneliness is measured using Revised UCLA Loneliness Scale by Rusell, Peplau, dan Cutrona 1980 . Total sample in this study is 429 middle adolescents who lived in Jabodetabek. The result of this study using Pearson Product Moment showed that there was correlation between father involvement and loneliness in middle adolescence."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67371
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Dorothy Stella
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara keterlibatan ayah, baik dalam domain afektif (father nurturant) maupun domain perilaku (reported father involvement), di sepanjang kehidupan anak dengan kemampuan membuat keputusan pada remaja madya. Pengukuran keterlibatan ayah dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen The Father Involvement and Nurturant Fathering Scales: Retrospective measures for adolescent and adult yang dikembangkan oleh Finley dan Schwartz (2004). Sementara pengukuran kemampuan membuat keputusan dilakukan dengan menggunakan yang dikembangkan oleh Mincemoyer dan Perkins (2003). Penelitian ini dilakukan terhadap 93 siswa SMA dengan usia 15 sampai 17 tahun di Jabodetabek.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah, baik pada domain afektif (father nurturant) maupun domain perilaku (reported father involvement) di sepanjang kehidupan anak dengan kemampuan membuat keputusan pada remaja madya (r = 0.289, p<0.01; two-tailed; r = 0.243, p<0.05; two-tailed).

This study examined the relationship between father involvement, which comprise of father nurturant and reported father involvement, with decision making competence in middle adolescent. Measurement in this study is using two instrument, The Father Involvement and Nurturant Fathering Scales: by Finley and Making Decision in Everyday Life by Mincemoyer and Perkins (2003) to measure decision making competence. Sample in this study are ninety-three high school pupils from age 15 to 17 years old in Greater Jakarta area.
The result indicated that there is a relationship between father involvement, both father nurturant and reported father involvement, with decision making competence in middle adolescent (r = 0.289, p<0.01; two-tailed; r = 0.243, p<0.05; two-tailed).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S58539
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shitami Ambarsari
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara Keterlibatan Ayah dan Kompetensi Sosial pada remaja madya (15-17 tahun). Pengukuran keterlibatan ayah dilakukan menggunakan Nurturant Fathering Scale (NFS) dan Father Involvement Scale (FIS) (Finley & Schwartz, 2004), sedangkan kompetensi sosial menggunakan Interpersonal Competence Questionnaire (ICQ, Buhrmester, 2002). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 121 orang dengan karakteristik berasal dari keluarga utuh dan status sosial-ekonomi menengah ke atas. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dan kompetensi sosial (r = 0,143, p>0,05; r = 0,109, p>0,05; r = -0,07, p>0,05; r = 0,03, p>0,05). Namun keterlibatan ayah ditemukan berhubungan secara signifikan dengan salah satu dimensi dari kompetensi sosial, yaitu kemampuan membangun hubungan baru. Berdasarkan domain keterlibatan, domain afektif memiliki nilai korelasi yang paling besar dengan kompetensi sosial (r = 0,143).

This research was conducted to examine the relationship between father involvement and social competence in middle adolescence (15-17 years old). Researcher used Nurturant Fathering Scale (NFS) and Father Involvement Scale developed by Finley and Schwartz (2004) to measure father involvement. Whereas social competence was measured by Interpersonal Competence Questionnaire-Revised developed by Buhrmester (2002). The participants of this research are 121 high school students from intact families and middle to high social class (SES). The results showed no significant relationship between father involvement and social competence (r = 0,143, p>0,05; r = 0,109, p>0,05; r = -0,07, p>0,05; r = 0,03, p>0,05). However, father involvement was found to have a significant correlation with one dimension of social competence, that is initiating relationship. Based on domain of father involvement, affective domain has the biggest coefficient of correlation with social competence (r=0,143)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46847
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>