Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174922 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Habibi Syahidi
"Kejadian ISPA pada anak berumur 12 ? 59 bulan di Puskesmas Kecamatan Tebet, Jakarta selatan mencapai angka 42,95% dan Puskesmas Kelurahan Tebet Barat merupakan Kelurahan yang memiliki prevalensi penderita ISPA yang berumur 12 ? 59 bulan terbanyak dengan proporsi tertinggi dari lima puskesmas kelurahan yang lain yaitu sebesar 23,20% (LB1-SP2TP, Puskesmas Kec. Tebet Tahun 2012). Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kejadian ISPA anak berumur 12-59 bulan di Puskesmas Kelurahan Tebet Barat.
Penelitian menggunakan desain studi cross-sectional dengan jumlah minimal sampel awal 220. Dari 220 sampel tersebut, hanya terdapat 104 sampel yang eligible. Sampel yang dimaksud disini adalah anak berusia 12-59 bulan yang pernah melakukan kunjungan di Puskesmas Kelurahan Tebet Barat pada tahun 2013. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner berisi pertanyaan yang diajukan kepada ibu/caretaker anak. Data yang digunakan berupa data primer dari hasil wawancara dan data sekunder yaitu rekam medis dari puskesmas.
Hasil menunjukkan bahwa dari 11 variabel yang dilakukan uji bivariat, variabel yang diketahui memiliki hubungan yang bermakna (P value < 0,05) dengan kejadian ISPA pada anak berusia 12 ? 59 bulan adalah pendidikan (OR=3,16 : 95% CI 1,20?8,31), pengetahuan (OR=2,76 : 95% CI 1,12-6,79), pendapatan keluarga (OR=2,75 : 95% CI 1,10-6,86), kepadatan hunian (OR=5,59 : 95% CI 2,16-14,50), perilaku merokok keluarga dalam rumah (OR= 8,02 : 95% CI (2,42-26.57) dan perilaku merokok keluarga di luar rumah (OR=5,12 : 95% CI 1,24-21,19). Penelitian ini menyatakan bahwa kejadian ISPA di Puskesmas Kelurahan Tebet Barat pada tahun 2013 masih tinggi.

ARI occurence in children aged 12-59 months in the sub-district primary health centers Tebet, South Jakarta reach 42.95% and Tebet Barat Primary Health Center is a place that has a prevalence of ARI patients aged 12-59 months with the highest proportion of most others in the amount of 23 , 20% (LB1-SP2TP, District Health Center. Tebet). Therefore, researcher wanted to determine the factors that influence the incidence of respiratory infection in children aged 12-59 months Tebet Barat Health Center.
This research using a cross-sectional design with sample size 220 persons. From the 220 samples, only 104 samples are eligible. The samples here are children aged 12-59 months who ever visited Tebet Barat Primary Health Center in 2013. Instrument used was a questionnaire containing questions posed to the mother/child caretaker. The Primary data was used in this study. The form of primary data from interviews and secondary data is medical records from the Tebet Barat Health Center.
The results showed that from 11 variables bivariate test, variables that are known to have a significant association (P value <0.05) with the incidence of respiratory infection in children aged 12-59 months are education of respondent (OR=3,16 : 95% CI 1,20?8,31), knowledge of respondent (OR=2,76 : 95% CI 1,12-6,79), family income (OR=2,75 : 95% CI 1,10-6,86), residential density (OR=5,59 : 95% CI 2,16-14,50), smoking behavior of family members (OR= 8,02 : 95% CI (2,42-26.57) and family smoking behavior in the outside of home (OR=5,12 : 95% CI 1,24-21,19). This study suggests that the incidence of ARI in Tebet Barat Village Health Center in 2013 was still high.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55182
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Citra Ayu Eka Permatasari
"Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan di negara maju. Di Indonesia, ISPA masih merupakan salah satu maslah kesehatan masyarakat yang utama terutama pada bayi (0-11 bulan) dan balita (1-4 tahun). Berdasarkan data Profil Puskesmas Rangkapan Jaya Baru Tahun 2008, Menunjukkan bahwa ISPA merupakan penyakit infeksi yang paling sering diderita oleh masyarakat Pancoran Mas Depok khususnya baduta. ISPA menempati urutan pertama dalam daftar sepuluh penyakit tertinggi di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Depok dengan persentase sebesar 40,68%.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko kejadian gejala ISPA ringan pada baduta di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Tahun 2008. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain studi cross sectional dengan jumlah sampel 230 baduta. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari hasil laporan Prakesmas tahun 2008 yang dilakukan selama 3 bulan, dari bulan Februari sampai April 2008 di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru. Pengumpulan data untuk variabel independen terdiri atas karakteristik baduta (umur, jenis kelamin, berat lahir, status gizi, asupan gizi, pola asuh), karakteristik keluarga (pengetahuan gizi ibu dan anggota keluarga yang merokok) dan lingkungan fisik rumah (cara pembuangan sampah, ventilasi udara, kebersihan lantai, jamban, kamar mandi dan pekarangan).
Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa baduta yang tidak mengalami gejala ISPA ringan sebesar 55,7%, sedangkan yang mengalami gejala ISPA ringan sebesar 44,3. Hasil uji Chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna (p<0,005) antara jenis kelamin dengan gejala ISPA ringan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gertrudis T.
"ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada balita. Di wilayah Puskesmas Citeureup yang berada di sekitar pabrik semen PT Indocement, ISPA masih menempati urutan teratas dari data 10 besar penyakit di Kecamatan Citeureup. Emisi partikel debu ke udara oleh pabrik semen dalam proses produksi maupun transportasinya merupakan pencemaran terhadap lingkungan yang perlu diwaspadai, yang diperparah oleh meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan pabrik-pabrik yang mengeluarkan buangan bahanbahan pencemar lingkungan. Bahan-bahan pencemar ini bisa masuk ke dalam rumah melalui ventilasi maupun pintu yang terbuka.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar partikulat (PM10) udara rumah tinggal dengan kejadian ISPA pada balita. Penelitian ini menggunakan rancangan studi crosssectional dan teknik sampling yang digunakan adalah systematic random sampling dengan jumlah sampel 303 balita. Data tentang kondisi fisik rumah dikumpulkan melalui pengukuran, variabel lainnya melalui observasi dan interview menggunakan kuisioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian ISPA pada balita adalah PM10 dalam rumah (OR = 3,1; 95% CI: 1,79-5,20), asap rokok (OR = 2,1; 95% CI: 1,20-3,72), penderita ISPA serumah (OR = 10,9; 95% CI: 4,73-25,01) dan status gizi (OR = 2,6; 95% CI: 1,22-5,56).
Disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara PM10 dengan kejadian ISPA pada balita dimana balita yang tinggal dalam rumah dengan kadar PM10 tidakmemenuhi syarat (> 70% μg/m3) berisiko 3,1 kali untuk mengalami ISPA dibanding balita yang tinggal dalam rumah dengan kadar PM10 memenuhi syarat (≤70% μg/m3) setelah dikontrol oleh asap rokok, penderita ISPA serumah dan status gizi.

ARI (Acute Respiratory Infection) is a disease that often occurs in infants. In the area of Citeureup Health Center around the cement factory of PT Indocement, ARI is still occupying the top 10 major diseases of the data in the Sub District of Citeureup. Emissions of dust particles into the air by a cement factory in the production and transportation process is pollution to the environment that need to be watched, aggravated by an increasing number of motor vehicles and factories that secrete waste polluting materials. These pollutants materials get into the house through vents or open doors.
This study aims to determine the relationship between levels of particulate matter (PM10) house air for children with ARI occurrence. This study uses cross-sectional study design and sampling technique used is systematic random sampling with a sample of 303 infants. Data of house conditions were collected through measurements and other variables were collected through observations and interview using questionnaires.
The results showed that variables significantly associated with the occurrence of ARI among children under five were PM10 in the house (OR = 3.1; 95% CI: 1.79 - 5.20), smoke cigarettes (OR = 2.1; 95% CI: 1.20 - 3.72), patients with ARI household (OR = 10.9; 95% CI: 4.73 - 25.01) and nutritional status (OR = 2.6; 95% CI: 1.22 -5.56).
Concluded that significant relationship between PM10 and the occurrence of ARI among children under five where children who live in homes with levels of PM10 are not eligible (> 70% μg/m3) have a risk to experience upper respiratory tract infection 3.1 times compared to children who live in homes with qualified PM10 levels (≤ 70% μg/m3) after being controlled by smoke cigarettes, people with ARI household and nutritional status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31721
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Setyanti
"Sejarah mencatat telah terjadi empat kali pandemi Influenza dengan penularan besar dan mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Hingga akhir tahun 2016 didapatkan proporsi kasus positif Influenza sebesar 11 di Indonesia. Keparahan Influenza pada pasien Severe Acute Respiratory Infection SARI belum diketahui.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keparahan Influenza berdasarkan data sekunder surveilans Influenza pada pasien Severe Acute Respiratory Infection SARI di 6 enam rumah sakit sentinel Jakarta Timur pada September 2011 hingga Agustus 2014.
Responden berasal dari pasien rawat inap di rumah sakit sentinel tersebut yang positif Influenza RT-PCR Influenza. Keparahan dinilai berdasarkan lama rawat inap >4 hari, dirawat di ruang HCU/ICU dan penggunaan ventilator mekanik. Variabel yang diukur adalah umur, jenis kelamin, pekerjaan, penyakit pernapasan penyerta, penyakit kronis penyerta, kontak anggota serumah demam yang disertai batuk/nyeri tenggorok, waktu mencari pengobatan, status rokok, musim dan tipe Influenza. Analisis yang digunakan adalah Cox Regression yang mengestimasi nilai Prevalence Ratio PR. Terdapat 571 kasus Influenza positif dengan 259 Influenza Berat dan 312 Influenza Sedang.
Hasil analisis multivariat yang menggunakan analisis Cox Regression mengungkapkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan Influenza Berat: adalah usia ge;65 tahun memiliki Prevalence Ratio 1,63 kali p value= 0,025, CI 95 = 1,065-2,506 mengalami Influenza Berat dibandingkan usia 5-64 tahun. Selain itu faktor risiko lainnya adalah terinfeksi Influenza saat musim hujan PR=1,59, CI 95 = 1,061-2,398 dan waktu berobat le;3 hari PR=1,43; CI 95 =1,121-1,841.
Penelitian ini menyimpulkan terdapat hubungan antara umur, musim dan waktu berobat dengan keparahan Influenza pada pasien SARI di rumah sakit sentinel Jakarta Timur.

There have been four times of Influenza pandemic with high transmission, high morbidity and mortality in history. Up to the end of 2016 there were 11 positive Influenza cases in Indonesia. Influenza severity in Severe Acute Respiratory Infections SARI is unknown.
This study aims to determine the severity of Influenza based on secondary data Influenza surveillance at Sentinel Hospital in East Jakarta 2011 2014 Ministry of Health RI. This study used cross sectional study design using secondary data of Influenza surveillance at 6 six Sentinel hospitals in East Jakarta from September 2011 to August 2014.
Respondents coming from inpatients with positive Influenza by RT PCR in sentinel hospital. Severity assessed by length of stay LOS 4 days , admission to HCU ICU and use of mechanical ventilators. Independent variables in this research were age, sex, occupation, respiratory disease, chronic disease, household contact with fever and cough sore throat, time to seek treatment, cigarette status, season and type of Influenza. The analysis used Cox Regression to estimates Prevalence Ratio PR . There were 571 cases of positive Influenza with 259 Severe Influenza and 312 Moderate Influenza.
The results of a multivariate analysis using Cox Regression analysis revealed that risk factors associated with severe Influenza ge 65 years had Prevalence Ratio of 1,63 times p value 0,025, 95 CI 1,065 2,506 had Severe Influenza than in 5 64 years. In addition, other risk factors were affected by Influenza during the rainy season PR 1.59, 95 CI 1,061 2,398 and treatment time le 3 days PR 1,43 95 CI 1,121 1,841.
This study concluded that factors associated with Influenza severity in SARI patients at Sentinel hospital in East Jakarta were age, season and time to seek treatment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lindawaty
"Penyakit ISPA menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius dan selama tiga tahun berturut-turut menduduki urutan pertama dari sepuluh penyakit terbanyak di Kecamatan Mampang Prapatan. Jumlah balita sebanyak 10.376 balita, dengan jumlah kasus ISPA untuk bayi golongan umur <1 tahun sebanyak 37,94% (3.937 kasus) dan balita golongan umur 1-5 tahun sebanyak 82,61% (8.572 kasus).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan partikulat (PM10) udara rumah tinggal dengan ISPA pada balita di Kecamatan Mampang Prapatan. PM10 dalam rumah diukur di ruangan balita sering tidur dan dilakukan satu kali di setiap rumah responden. Rentang waktu penelitian antara bulan Nopember 2009 - Februari 2010.
Desain penelitian ini adalah kasus kontrol. Populasi adalah balita yang tinggal di Kecamatan Mampang Prapatan. Kasus adalah balita penderita baru ISPA berdasarkan diagnosa dokter di Klinik MTBS Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan, penyakit tersebut baru terdiagnosis pada bulan Nopember 2009 sampai dengan Februari 2010. Kontrol adalah balita yang tidak menderita ISPA, berjenis kelamin sama dan merupakan tetangga terdekat sampel kasus. Jumlah sampel seluruhnya 180 responden terdiri dari 90 kasus dan 90 kontrol.
Hasil analisis bivariat dengan derajat kepercayaan 95% menunjukkan 11 variabel yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita, yaitu PM10 dengan nilai p = 0,000 (5,73; 2,95-11,15), ventilasi p = 0,003 (3,08; 1,42-6,68), kelembaban p = 0,001 (2,99; 1,55-5,76), suhu p = 0,000 (31,00; 12,10-79,42), jenis lantai p = 0,032 (2,15; 1,02-4,56), lubang asap dapur p = 0,001 (3,66; 1,60-8,35), pencahayaan p = 0,000 (7,61; 3,87-14,95), jenis bahan bakar memasak p = 0,017 (8,68; 1,06-70,93), asap rokok p = 0,030 (2,04; 1,02-4,06), obat nyamuk bakar p = 0,007 (~), dan status gizi p = 0,000 (3,77; 1,75-8,12).
Disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara partikulat (PM10) udara rumah tinggal dengan kejadian ISPA (p<0,05) pada balita yang dipengaruhi oleh suhu dan pencahayaan. Kadar PM10 yang tidak memenuhi syarat (>70 µg/m3) mempunyai peluang untuk menjadi penyebab ISPA pada balita sebesar 5,23 kali dibandingkan dengan PM10 dalam rumah yang memenuhi syarat (<70 µg/m3) setelah dikontrol suhu dan pencahayaan. Disarankan agar masyarakat menggunakan ventilasi yang memenuhi syarat (≥10% luas lantai), agar partikulat (PM10), suhu dan pencahayaan ruang dalam rumah memenuhi persyaratan kesehatan dan merubah perilaku menutup ventilasi untuk meningkatkan aliran udara segar dari luar ke dalam rumah.

ARI disease has become a serious public health problem and for three consecutive years and ranked first of the ten most diseases in the District of Mampang Prapatan. This is proven by the number of 10 376 children under five, with the number of cases of infant respiratory infection for age groups <1 year were 37.94% (3937 cases) and children 1-5 years age group as much as 82.61% (8572 cases).
This study aims to determine the relationship particulate matter (PM10) air houses with ARI among children under five in sub Mampang Prapatan. PM10 is measured in a room where toddlers take place to sleep and is done once in each home respondents. The period research time was taken between November 2009 and February 2010.
This research design is case control. The population is consisted of children under five years-old who domicile in Mampang Prapatan District. The case is under five new patients with ARI based IMCI Clinical diagnosis of doctors at PHC Sub Mampang Prapatan, the disease newly diagnosed in November 2009 until February 2010. Controls are infants who do not suffer from ARI, same sex and is a nearest neighbor sample cases. The number of full sample of respondents consisted of 90 180 cases and 90 controls.
The results of bivariate analysis with a confidence level of 95% showed 11 variables associated with the occurrence of ARI in young children, namely PM10 with p = 0.000 (5.73, 2.95 to 11.15), ventilation, p = 0.003 (3.08; 1 0.42-6, 68), humidity p = 0.001 (2.99, 1.55 to 5.76), temperature p = 0.000 (31.00, 12.10 to 79.42), floor type p = 0.032 ( 2.15, 1.02 to 4.56), kitchen smoke hole p = 0.001 (3.66, 1.60 to 8.35), lighting p = 0.000 (7.61, 3.87 to 14.95) , type of cooking fuel p = 0.017 (8.68, 1.06 to 70.93), cigarette smoke p = 0.030 (2.04, 1.02 to 4.06), mosquito coil p = 0.007 (~) , and nutritional status p = 0.000 (3.77, 1.75 to 8.12).
Therefore, it is concluded that there is a relationship between particulate matter (PM10) air dwelling house with the incidence of ARI (p <0.05) in infants who are influenced by temperature and lighting. PM10 levels are not eligible (> 70 μg/m3) have the opportunity to be a cause of respiratory infection in infants by 5.23 times compared with PM10 in homes that meet the requirements (<70 μg/m3) after a controlled temperature and lighting. Finally, it is highly recommended that people should use a qualified ventilation (≥ 10% floor area), so that particulate matter (PM10), temperature and lighting in their homes fit the health requirements and changing behaviors to close vents to increase the flow of fresh air from outside into the house.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31408
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indria Cahya
"Kejadian penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kesakitan utama pada balita di negara berkembang. Demikian juga di wilayah Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta, kondisi ini terlihat dari prevalensi penyakit ISPA yang selau mengalami kenaikan dan menempati urutan pertama dari sepuluh besar penyakit berdasarkan Laporan Tahunan Puskesmas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kondisi lingkungan fisik rumah yang meliputi kepadatan hunian rumah, ventilasi rumah, dan kelembaban rumah dengan kejadian ISPA. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2011 di Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Subyek yang diteliti yaitu seluruh rumah yang didalamnya terdapat balita berusia no sampai lima tahun dengan besar sampel 97 responden.Pengumpulan data melalui wawancara terstruktur, observasi, dan pengukuran. Uji statistik menggunakan uji kai kuadrat.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara kepadatan hunian rumah (OR=8,254 , p=0,000 ), ventilasi rumah (OR=2,625 , p=0,033 ), dan kelembaban rumah (OR=3,010 , p=0,018 ) dengan kejadian ISPA. Berdasarkan Penelitian ini upaya untuk mengurangi kejadian ISPA pada balita adalah dilakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan kualitas hunian rumah serta penyebarluasan informasi mengenai kualitas udara dalam rumah yang buruk dapat menimbulkan gangguan ISPA.

Incidence of Acute Respiratory Infection (ARI) is the one of the main painfulness cause in children under five years old developing countries. It also happen in Area Mergangsan Public health Yogyakarta City, it is shown by increase prevalence of respiratory infection and it was ranked the firts of big ten diseases based on yearly report of community health centre.
The aim of this research was to know the relationship between physical environment condition included density of house dwelling, house ventilation and house dampness with the ARI incidence. This research was done in Mei 2011 in Working area of Mergangsan Yogyakarta City. The type of this research with cross sectional approach. The subject were all of the house which have children under five years old with 97 respondents sample. Data were collected throught structured interviews, observation and measurement.
The result of this research indicated that there was a relationship between density of house dwelling (OR=8,254 , p=0,000 ),house ventilation (OR= 2,625, p= 0,033), between house dampness (OR= 3,010 ,p= 0,018 ) with ARI insidence. From this research is suggested to passing observation effort and conselling to society to increase the quality of dwelling and also dissemination of information hiting the quality of air in ugly house can generate disturbance of acute respiratory infection.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Haidar Hanun
"ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak balita di seluruh dunia, khususnya di negara berkembang. Di Kelurahan Sukamaju Baru, kasus ISPA balita menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa tahun terakhir, dengan puncak kasus terjadi pada tahun 2022 yaitu sebanyak 5.135 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Sukamaju Baru pada tahun 2024. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol dengan total sampel sebanyak 140, yang terdiri atas 70 kelompok kasus dan 70 kelompok kontrol. Kelompok kasus adalah balita yang didiagnosa ISPA oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Sukamaju Baru, sedangkan kelompok kontrol adalah balita yang tidak didiagnosa ISPA dan tinggal di wilayah RW yang sama dengan kelompok kasus. Analisis data mencakup analisis bivariat menggunakan uji Chi-square dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda berbasis model determinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 variabel yang diteliti, ditemukan 8 variabel yang memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada balita yaitu variabel status imunisasi (OR = 2,20), pengetahuan (OR = 2,39), kebiasaan membakar sampah (OR = 0,35), jenis dinding (OR = 2,36), luas ventilasi kamar (OR = 2,71), kepadatan hunian (OR = 2,48), kelembapan (OR = 3,27) dan pencahayaan alami (OR = 2,14), serta ditemukan variabel luas ventilasi kamar menjadi variabel dominan yang paling berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita. Penelitian ini mengungkap bahwa sebagian besar faktor risiko ISPA pada balita di Kelurahan Sukamaju Baru berasal dari faktor lingkungan fisik rumah. Oleh karena itu, diperlukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan cakupan rumah sehat di wilayah ini, dengan fokus utama berupa penambahan luas ventilasi.

Acute Respiratory Infections (ARI) are a leading cause of morbidity and mortality among children under five worldwide, particularly in developing countries. In Sukamaju Baru Village, ARI cases among children under five have shown an increasing trend in recent years, peaking in 2022 with 5,135 cases. This study aims to identify the most influential factors associated with ARI incidence among children under five in Sukamaju Baru Village in 2024. This research employs a case-control study design with a total sample of 140, consisting of 70 cases and 70 controls. The case group comprises children under five diagnosed with ARI by healthcare workers at the Sukamaju Baru Public Health Center, while the control group includes children under five who were not diagnosed with ARI and resided in the same neighborhood unit (RW) as the case group. Data analysis includes bivariate analysis using the Chi-square test and multivariate analysis using a multiple logistic regression model based on determinant factors. The results of this study indicate that out of 15 variables examined, 8 were found to be significantly associated with ARI incidence among children under five. These variables include immunization status (OR = 2.20), maternal knowledge (OR = 2.39), waste-burning habits (OR = 0.35), wall type (OR = 2.36), bedroom ventilation area (OR = 2.71), household density (OR = 2.48), humidity (OR = 3.27), and natural lighting (OR = 2.14). Among these, the bedroom ventilation area was identified as the most dominant factor influencing ARI incidence. This study highlights that most ARI risk factors for children under five in Sukamaju Baru Village are related to the physical environment of the home. Therefore, further efforts are needed to improve the prevalence of healthy homes in the area, with a primary focus on increasing ventilation area."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Haidar Hanun
"ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak balita di seluruh dunia, khususnya di negara berkembang. Di Kelurahan Sukamaju Baru, kasus ISPA balita menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa tahun terakhir, dengan puncak kasus terjadi pada tahun 2022 yaitu sebanyak 5.135 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Sukamaju Baru pada tahun 2024. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol dengan total sampel sebanyak 140, yang terdiri atas 70 kelompok kasus dan 70 kelompok kontrol. Kelompok kasus adalah balita yang didiagnosa ISPA oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Sukamaju Baru, sedangkan kelompok kontrol adalah balita yang tidak didiagnosa ISPA dan tinggal di wilayah RW yang sama dengan kelompok kasus. Analisis data mencakup analisis bivariat menggunakan uji Chi-square dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda berbasis model determinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 variabel yang diteliti, ditemukan 8 variabel yang memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada balita yaitu variabel status imunisasi (OR = 2,20), pengetahuan (OR = 2,39), kebiasaan membakar sampah (OR = 0,35), jenis dinding (OR = 2,36), luas ventilasi kamar (OR = 2,71), kepadatan hunian (OR = 2,48), kelembapan (OR = 3,27) dan pencahayaan alami (OR = 2,14), serta ditemukan variabel luas ventilasi kamar menjadi variabel dominan yang paling berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita. Penelitian ini mengungkap bahwa sebagian besar faktor risiko ISPA pada balita di Kelurahan Sukamaju Baru berasal dari faktor lingkungan fisik rumah. Oleh karena itu, diperlukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan cakupan rumah sehat di wilayah ini, dengan fokus utama berupa penambahan luas ventilasi.

Acute Respiratory Infections (ARI) are a leading cause of morbidity and mortality among children under five worldwide, particularly in developing countries. In Sukamaju Baru Village, ARI cases among children under five have shown an increasing trend in recent years, peaking in 2022 with 5,135 cases. This study aims to identify the most influential factors associated with ARI incidence among children under five in Sukamaju Baru Village in 2024. This research employs a case-control study design with a total sample of 140, consisting of 70 cases and 70 controls. The case group comprises children under five diagnosed with ARI by healthcare workers at the Sukamaju Baru Public Health Center, while the control group includes children under five who were not diagnosed with ARI and resided in the same neighborhood unit (RW) as the case group. Data analysis includes bivariate analysis using the Chi-square test and multivariate analysis using a multiple logistic regression model based on determinant factors. The results of this study indicate that out of 15 variables examined, 8 were found to be significantly associated with ARI incidence among children under five. These variables include immunization status (OR = 2.20), maternal knowledge (OR = 2.39), waste-burning habits (OR = 0.35), wall type (OR = 2.36), bedroom ventilation area (OR = 2.71), household density (OR = 2.48), humidity (OR = 3.27), and natural lighting (OR = 2.14). Among these, the bedroom ventilation area was identified as the most dominant factor influencing ARI incidence. This study highlights that most ARI risk factors for children under five in Sukamaju Baru Village are related to the physical environment of the home. Therefore, further efforts are needed to improve the prevalence of healthy homes in the area, with a primary focus on increasing ventilation area."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Pramono
"Buruknya udara Jakarta terutama karena transportasi, diikuti industri, pemukiman dan sampah. Adanya bahan pencemar yang selalu di buang ke udara akan mempengaruhi kualitas udara di DKI Jakarta dan unsur pengelolaan lingkungan, maka di butuhkan data secara terus menerus. Gambaran jumlah kasus penyakit di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat pada tahun 2001 adalah 7.020 kasus.
Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara kualitas udara ambien, faktor meteorologi dengan kejadian penyakit ISPA selama 9 bulan mulai bulan September 2001 sampai dengan bulan Mei 2002 di wilayah Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat.
Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang (Cross Sectional). Data kualitas udara ambien dan faktor meteorologi kejadian ISPA harian dikelompokkan dalam 5 harian, selama 9 bulan mulai bulan September 2001 sampai dengan bulan Mei 2002.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu udara rata-rata 27,63°C, kelembaban relatif rata-rata 81,9%, arah angin rata-rata 185,77°, kecepatan anginn rata-rata 1,35 mis, PMso rata-rata 71,52ug/m3, SO2 rata-rata 26,72 pgfm3 , CO rata-rata 1,62 ug/m3 , 03 rata-rata 41,74 ug/m3 , NO2 rata-rata 42,26 ug/m3 dan jumlah kasus ISPA rata-rata 180,34.
Dan uji korelasi di ketahui adanya hubungan antara suhu udara dengan S02, 03 dan NO2, , kelembaban relatif dengan 03, kesehatan angin dengan PM 10 dan CO, arah angin dengan PM14, 502, CO, 03, dan NO2, SO2 dengan ISPA, dan 03 dengan ISPA.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa jumlah kasus ISPA tidak berhubungan dengan suhu udara dan kelembaban relatif, tetapi berhubungan dengan 502 dan 03.
Di sarankan agar instansi-instansi yang terkait dengan program pengendalian pencemaran udara hendaknya mengadakan kerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk mengadakan lebih banyak penelitian tentang kualitas udara dan dampaknya terhadap kesehatan dengan memanfaatkan data kualitas udara atau data ISPA yang telah ada.

Ambient Air Quality Analysis and Meteorological Factor on Infection Respiratory Acute Incidence at Kembangan Sub district Health Centre, West Jakarta, September 2001 - Mei 2002.The bad air quality in Jakarta is caused by transportation, industry, residential and garbage. Pollutant that is always throw away to the air will to influence air quality in Jakarta and environmental management, so we need a continuity data. As an illustration, the number of Infection Respiratory Acute case in Kembangan Sub Districts Health Centre, West Jakarta in 2001 are 7.020 case.
The purpose of this study is to know the association between ambient air quality, meteorology factor with Infection Respiratory Acute incidence for 9 months, since September 2001 until May 2002 in Kembangan Sub district Health Centre, West Jakarta.
The design of tens study is Cross Sectional. Ambient air quality data, meteorological factor and Infection Respiratory Acute incidence will be grouped in 5 days, for 9 months since September 2001 until May 2002.
The result of the study shows that the mean temperature is 27,63 °C, relative humidity 81,97 %, wind direction 185,77°, a wind velocity 1,35 m/s, PM10 71,52 ug/m3, SO2 26,72 ug/m3, CO 1,62 mglm3, 03 41,74 µg/m', NO2 42,26 ug/m3 and infection Respiratory Acute case is 180,34.
Correlation analysis shows a correlation between temperature and S02, 03 and NO2, relative humidity with 03, wind velocity with PKo and CO, wind direction with PMto, SO2, CO, 03 and NO2, SO2 with Infection Respiratory Infection, and 03 with Infection Respiratory Acute.
The conclusion of this study is the number of Infection Respiratory Acute case is not associated to temperature and relative humidity, but is associated with SO2 and 03.
Recommendation for the institutions that is related to air pollution control program is to work together with health service to do more research to air quality and the health impact by using air quality data on Infection Respiratory Acute data, that is already collected.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 5826
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>