Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166681 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Al Imam Bahaudin
"Levofloksasin merupakan antibiotika fluorokuinolon yang konsentrasinya dalam plasma sangat kecil sehingga diperlukan metode analisis yang sensitif dan selektif. Pada analisis obat dalam plasma seringkali menggunakan berbagai jenis antikoagulan untuk memperoleh plasma sebagai matriks. Sitrat, heparin, dan etilen diamin tetra asetat (EDTA) merupakan antikoagulan yang umum digunakan dalam analisis obat dalam plasma. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi optimum dan metode tervalidasi levofloksasin dalam plasma serta mengevaluasi pengaruh perbedaan jenis antikoagulan pada analisis levofloksasin dalam plasma. Pada penelitian ini dilakukan optimasi dan validasi metode analisis levofloksasin dalam plasma menggunakan sistem kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) yang dideteksi pada panjang gelombang 293 nm dengan siprofloksasin HCl digunakan sebagai baku dalam. Kondisi analisis yang optimal diperoleh menggunakan: kolom C18 SunfireTM (5μm, 250 x 4,6 mm); suhu 45°C; fase gerak trietilamin 0,5% dengan pH 3,0-asetonitril (88:12 v/v); dan laju alir 1,25 mL/menit. Ekstraksi plasma dilakukan dengan metode pengendapan protein menggunakan metanol (1:1,5 v/v). Metode yang diperoleh linear pada rentang konsentrasi 50,0 ? 10000,0 ng/mL dengan nilai r > 0,9994. Akurasi dan presisi untuk plasma sitrat, heparin, dan EDTA memenuhi persyaratan baik secara intrahari maupun antar-hari. Levofloksasin dinyatakan stabil selama 31 hari pada suhu -20°C dalam plasma sitrat, heparin, dan EDTA. Data stabilitas dan perolehan kembali levofloksasin dalam plasma menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk penggunaan plasma sitrat, heparin, maupun EDTA (p > 0,05; ANOVA), namun untuk rasio respon luas puncak levofloksasin dalam plasma sitrat, heparin, dan EDTA menunjukan perbedaan yang signifikan (p < 0,05) yaitu antara plasma sitrat-EDTA dan plasma heparin-EDTA untuk konsentrasi rendah serta antara plasma sitrat-heparin dan plasma sitrat-EDTA untuk konsentrasi sedang dan tinggi. Pada kromatogram blangko plasma EDTA terdapat interferensi plasma yang cukup mengganggu pada waktu retensi < 8 menit, sedangkan pada plasma sitrat dan heparin tidak terdapat interferensi. Secara keseluruhan, metode analisis yang diperoleh memenuhi persyaratan validasi baik untuk penggunaan plasma sitrat, heparin, maupun EDTA.
Levofloxacin is fluoroquinolone antibiotic which concentration in human plasma is very low so it requires sensitive and selective method for analysis. Analysis of drug in human plasma is often used various types of anticoagulant to obtain plasma as analytical matrix. Citrate, heparin, and ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) are anticoagulants which are commonly used to analyze drug in human plasma. The aim of this study is to obtain optimal analytical condition and validated method of levofloxacin in human plasma and evaluate the effect of anticoagulant types for analyzing levofloxacin in human plasma. In this study, optimization and validation levofloxacin in human plasma was performed by high performance liquid chromatography which was detected at wavelength of 293 nm using ciprofloxacin HCl as internal standard. Optimal analytical condition was obtained using: C18 SunfireTM column (5μm, 250 x 4.6 mm), temperature 45°C; the mobile phase contains a mixture of 0.5% triethylamine which was adjusted to pH 3.0 and acetonitrile (88:12 v/v); flow rate was 1.25 mL/min. The plasma extraction was carried out by protein precipitation method using methanol (1:1.5 v/v). The method was linear at concentration range of 50.0 - 10000.0 ng/mL with r > 0.9994. Accuracy and precision of within-run and between-run for citrate, heparin, and EDTA plasma fulfill the acceptance criteria. Levofloxacin was stable in citrate, heparin, and EDTA plasma for at least 31 days at -20°C. Based on stability and recovery of levofloxacin in plasma, there was no significant difference for using citrate, heparin, and EDTA plasma (ANOVA; p value > 0.05), but it showed significant difference for peak area ratio response (p < 0.05) between citrate-EDTA and heparin-EDTA plasma for low concentration samples and also between citrate-heparin and citrate-EDTA plasma for medium and high concentration samples. In the chromatogram of EDTA blank plasma, there were interferences at retention time less than 8 min while citrate and heparin blank plasma were not. Overall, this analytical method fulfill the acceptance criteria of validation and can be applied using citrate, heparin, and EDTA anticoagulants."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56067
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Erik Baskara
"Esomeprazol merupakan salah satu obat penghambat pompa proton yang efektif untuk mempertahankan pH lambung. Esomeprazol dibuat dalam bentuk tablet salut selaput sehingga termasuk obat wajib Uji Bioekivalensi menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia tentang Obat Wajib Uji Ekivalensi. Uji Bioekivalensi obat harus menggunakan metode bioanalisis yang tervalidasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode analisis esomeprazol dalam plasma mulai dari kondisi kromatografi optimum, metode preparasi plasma optimum, hingga validasi metode analisis. Kondisi kromatografi optimum adalah kolom C-18 (Waters, SunfireTM 5 µm; 250 x 4,6 mm), suhu kolom 40°C; fase gerak asetonitril - dapar fosfat pH 7,6 (40 : 60 %v/v); laju alir 1,00 mL/menit; detektor photodiode array pada panjang gelombang 300 nm; dan lansoprazol sebagai baku dalam. Preparasi sampel menggunakan metode ekstraksi cair-cair dengan pelarut diklorometan lalu dikeringkan dengan gas nitrogen pada suhu 40°C selama 30 menit; dan direkonstitusi dengan fase gerak sebanyak 100 µL. Hasil validasi terhadap metode analisis esomeprazol yang dilakukan memenuhi persyaratan validasi berdasarkan EMEA Bioanalytical Guideline tahun 2011. Metode yang diperoleh linear pada rentang konsentrasi 5,0 - 450,0 ng/mL dengan r > 0,9997.

Esomeprazole is a proton pump inhibitor drug that is effective to maintain the pH of the stomach. Esomeprazole was formulated as film coated tablet that includes mandatory drug testing bioequivalence according to Regulation Head of National Agency of Drug and Food of the Republic of Indonesia about Mandatory Drug Testing equivalences. Drug bioequivalence trials should use validated bioanalytical method. This research aimed to develop analytical methods esomeprazole in human plasma from optimum chromatographic conditions, the optimum plasma preparation method, until the validation of analytical methods. The optimum chromatographic condition was obtain using C-18 column (Waters, Sunfire? 5 μm; 250 x 4.6 mm), column temperature 40°C; mobile phase acetonitrile - phosphate buffer pH 7.6 (40: 60% v/v); a flow rate of 1.00 mL/min; photodiode array detector at a wavelength of 300 nm; and lansoprazole as internal standard. Sample preparation using liquid-liquid extraction with dichloromethane as solvent and then dried with nitrogen gas at a temperature of 40°C for 30 minutes; and reconstituted with mobile phase of 100 mL. The results of validation fulfilled the acceptance criteria of validation method based on EMEA Bioanalytical Guideline 2011. The method was linear at concentration range of 5.0 to 450.0 ng / mL with r > 0.9997.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64258
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikhsan
"Asam valproat merupakan salah satu obat antiepilepsi yang sering digunakan yang memiliki banyak efek samping sehingga perlu dilakukan pengukuran kadarnya dalam plasma. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode analisis asam valproat tanpa derivatisasi dalam plasma mulai dari kondisi kromatografi optimum, metode preparasi plasma optimum, validasi metode analisis, hingga aplikasi metode analisis tervalidasi. Kondisi kromatografi optimum adalah kolom C-8 Symmetry® (5 µm; 150 x 3,9 mm), suhu kolom 45oC; fase gerak dapar natrium dihidrogen fosfat 40 mM pH 3,5 – asetonitril (56 : 44 %v/v); laju alir 1,00 mL/menit; detektor photodiode array pada panjang gelombang 210 nm; dan asam nonanoat sebagai baku dalam. Metode preparasi optimum adalah metode ekstraksi cair-cair menggunakan asam fosfat dan n-heksana diekstraksi dengan 150 µL trietilamin 0,5%; pengocokan dengan vorteks selama 2 menit; dan pemutaran dengan sentrifugasi selama 10 menit. Hasil validasi terhadap metode analisis asam valproat yang dilakukan memenuhi persyaratan validasi berdasarkan EMEA Bioanalytical Guideline tahun 2011. Metode yang diperoleh linear pada rentang konsentrasi 2,0 – 200,0 µg/mL dengan r > 0,9992. Metode analisis yang valid ini berhasil diaplikasikan terhadap satu orang subjek sehat yang diberikan sediaan kaplet lepas lambat yang mengandung 500 mg asam valproat.

Valproic acid is one of mostly used antiepileptic drug which has many side effects, therefore it is highly recommended to determine its plasma concentration. The aim of the research was to develop an analytical method of valproic acid without derivatization in human plasma from optimal chromatographic condition, optimal sample preparation, analytical method validation, until its application. The optimal chromatographic condition was obtained using : C-8 Symmetry® column (5 µm; 150 x 3,9 mm), temperature 45oC; the mobile phase contains buffer sodium dihydrogen phosphate 40 mM pH 3.5 – acetonitrile (56 : 44 %v/v); flow rate was 1.00 mL/min; which was detected by photodiode array detector at wavelength of 210 nm; and nonanoic acid as internal standard. The optimal sample preparation was carried out by liquid-liquid extraction method using phosphoric acid and n-hexane extracted using 150 µL triethylamine 0.5%; vortex-mixing for 2 minutes; and centrifugation for 10 minutes. The results of validation fulfilled the acceptance criteria of validation method based on EMEA Bioanalytical Guideline 2011. The method was linear at concentration range of 2.0 – 200.0 µg/mL with r > 0.9992. Validated method analysis was applied to determine valproic acid concentration in one healthy volunteer after oral administration of 500 mg valproic acid extended release caplet.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60123
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sharfina Ghaisani Imana
"Evaluasi pengaruh antikoagulan penting untuk dilakukan karena pemilihan antikoagulan telah terbukti mempengaruhi pengukuran molekul kecil, profil metabolisme, dan parameter klinik dalam analisis suatu obat. Analisis asetosal dan asam salisilat penting untuk dilakukan terkait sifat asetosal yang mudah terhidrolisis menjadi asam salisilat.
Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan validasi penuh metode in vitro menggunakan antikoagulan sitrat dalam bentuk CPD-A Citrate Phosphate Dextrose Adenine . Namun pada pelaksanaan studi in vivo, antikoagulan yang digunakan adalah EDTA dan heparin. Berdasarkan European Medicines Agency EMEA 2011, jika ada perubahan antikoagulan yang digunakan pada metode analisis yang sudah divalidasi maka dilakukan validasi parsial.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh perbedaan jenis antikoagulan pada analisis asetosal dan asam salisilat dalam plasma setelah didahului oleh validasi parsial. Analisis menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi dengan kolom C18 Waters, ReliantTM 5 m; 250 x 4,6 mm ; fase gerak asetonitril-dapar fosfat 20 mM 35:65 dengan pH 2,5; laju alir 1,0 mL/menit; suhu kolom 35 ?C; waktu analisis 14 menit dengan furosemid sebagai baku dalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa akurasi dan presisi pada analisis plasma sitrat, heparin, dan EDTA memenuhi persyaratan dan kurva kalibrasi linier pada rentang konsentrasi 0,05-1,50 g/mL untuk asetosal dan 0,20-5,00 g/mL untuk asam salisilat. Data stabilitas dan perolehan kembali asetosal dan asam salisilat dalam plasma dengan antikoagulan berbeda tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan p > 0,05; ANOVA, namun untuk rasio respon luas puncak menunjukkan perbedaan yang signifikan p < 0,05 untuk ketiga jenis antikoagulan. Secara keseluruhan, metode analisis yang diperoleh memenuhi syarat validasi baik untuk penggunaan antikoagulan sitrat, heparin, maupun EDTA berdasarkan EMEA Bioanalytical Guideline tahun 2011.

Evaluation of the anticoagulant effect is important to do because the selection of anticoagulants has been shown to influence the measurement of small molecules, metabolic profiles, and clinical parameters in the analysis of a drug. Analysis of acetosal and salicylic acid is important related to acetosal that is easily hydrolyzed to salicylic acid.
In previous research has been done full validation of in vitro methods using citrate anticoagulant in the form of CPD A Citrate Phosphate Dextrose Adenine. Whereas in the implementation of in vivo studies, anticoagulants used were EDTA and heparin. Based on EMEA Bioanalytical Guideline 2011, if any anticoagulant changes are used in validated analysis methods then partial validation is performed.
This study aims to evaluate the effect of different types of anticoagulants on the analysis of acetosal and salicylic acid in plasma after being preceded by partial validation. Analysis using high pressure liquid chromatography column C18 Waters, ReliantTM 5 m 250 x 4.6 mm analysis conditions using mobile phase acetonitrile phosphate buffer 20 mM 35 65 with pH 2.5 1.0 mL min flow rate column temperature 35 C 14 minutes of time analysis with furosemide as internal standard.
The results showed that accuracy and precision in plasma citrate, heparin, and EDTA analyzes fulfilled linear calibration requirements and curves in the 0.05 1.50 g mL concentration range for acetosal and 0.20 5.00 g mL for salicylic acid. Data on the stability and recovery of acetosal and salicylic acid in plasma with different anticoagulants showed no significant difference p 0.05 ANOVA, but for the peak area response ratio showed significant differences p 0.05 for the three types of anticoagulants. Overall, the analytical methods obtained eligible validation for use of citrate, heparin, or EDTA anticoagulants based on EMEA Bioanalytical Guideline 2011.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Maulidina
"ABSTRAK
Klopidogrel merupakan prodrug dengan onset aksi lambat yang konsentrasinya dalam plasma sangat kecil sehingga diperlukan metode analisis yang sensitif dan selektif. Pada analisis dalam plasma in-vivo seringkali digunakan jenis antikoagulan yang berbeda dengan analisis in-vitro. Perbedaan antikoagulan memungkinkan dapat mengganggu analisis sehingga diperlukan suatu evaluasi.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimasi dan validasi metode analisis klopidogrel dalam plasma menggunakan kromatografi cair kinerja ultra tinggi tandem spektrometer massa. Kondisi analisis optimal diperoleh menggunakan kolom BEH C18 (1,7 µm; 100 x 2,1 mm); fase gerak asam formiat 0,1% dalam air-asam formiat 0,1% dalam asetonitril (30:70); laju alir 0,2 mL/menit; suhu
kolom 35ºC; volume penyuntikkan 5,0 µL; waktu analisis 4 menit; dan irbesartan sebagai baku dalam. Aliquot diperoleh secara ekstraksi cair-cair menggunakan amonium asetat dan dietil eter. Akurasi dan presisi pada analisis plasma sitrat, heparin, dan EDTA memenuhi persyaratan dan kurva kalibrasi linear pada rentang konsentrasi 0,02-5,0 ng/mL. Stabilitas dan peak area ratio masing-masing plasma
dievaluasi menggunakan ANOVA. Hasil stabilitas menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0,05) sedangkan peak area ratio menunjukkan perbedaan signifikan (p<0,05) pada ketiga plasma. Secara keseluruhan, analisis dengan plasma sitrat atau heparin memberikan hasil yang lebih baik dari plasma EDTA.

ABSTRACT
Clopidogrel is a prodrug with a very slow onset and whose concentration in plasma is so small that a sensitive and selective analysis method is required. In the analysis of plasma in-vivo, different types of anticoagulants is often used, for example citrate, heparin, and EDTA. The anticoagulant difference allows it to interfere with the analysis so that an evaluation is needed. This research is aimed to the optimization and validation of clopidogrel analysis method in plasma using ultra-high performance liquid chromatography tandem mass spectrometer. The optimal analysis conditions were obtained using BEH C18 column (1,7 μm; 100 × 2,1 mm); formic acid 0,1% in water-formic acid 0,1% in acetonitrile (30:70); 0.2 mL/min flow rate; 35ºC column temperature; inject volume 5,0 μL; 4 minute of analysis time; and irbesartan as internal standard. Aliquots were obtained by liquid-liquid extraction using ammonium acetate and diethyl ether. The accuracy and precision of the analyisis of citrate, heparin, EDTA plasma met the requirements and linear calibration curve at range concentrations 0,02-5,0 ng/mL.
The stability and peak area ratio of the respective plasma area responses were evaluated using ANOVA. Results on stability showed no significant differences (p>0,05) while peak area ratio showed significant differences (p<0.05). As a whole, analysis using citrate or heparin plasma produce a better result than EDTA plasma."
2017
S69340
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Yahdiana
"Cilostazol merupakan antiplatelet yang bekerja dengan menghambat fosfodiesterase III (PDE III). Berdasarkan Food and Drug Administration (FDA), cilostazol merupakan obat yang wajib untuk uji bioekuivalensi. Metode analisis menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan detektor ultraviolet untuk penentuan cilostazol dalam plasma manusia in vitro telah dikembangkan dan divalidasi. Cilostazol dan pioglitazone sebagai baku dalam diekstraksi dari plasma dengan metode pengendapan protein menggunakan metanol. Fase gerak terdiri dari asetonitril-dapar kalium dihidrogen fosfat 50 mM (40:60) dengan kecepatan alir 1,5 mL/menit, menggunakan kolom C18 (SunfireTM, 5 μ m, 250x4,6 mm) fase terbalik, dan dideteksi pada panjang gelombang 257 nm. Pada rentang konsentrasi 20 - 2000 ng/mL dihasilkan kurva kalibrasi yang linier dengan koefisien korelasi (r) 0,9999. Akurasi (% diff) dari metode ini -14,67% sampai 8,84% dengan presisi (KV) antara 0,98% sampai 4,93%, dan uji perolehan kembali absolute 82,26% sampai 119,85%. Cilostazol dalam plasma stabil selama 30 hari pada penyimpanan dengan suhu -20oC.

Cilostazol is an antiplatelet agent with the mechanism of action by inhibiting phos-phodiesterase III (PDE III). Referred to Food and Drug Administration(FDA), cilostazol is a drug recommended to be bioequivalence (BE) studied. A high-performance liquid chromatographic (HPLC) method with ultraviolet detector for in vitro determination of cilostazol in human plasma had been developed and validated. Cilostazol and pioglitazone as internal standard were extracted from human plasma by protein precipitation method using methanol. The mobile phase consisting of acetonitrile-potassium di-hydrogen phosphate buffer 50 mM (40:60) was used at the flow rate of 1.5 mL/min on reversed phase C18 column (SunfireTM, 5μ m, 250x4.6 mm), and was detected at wavelength of 257 nm. Linearity was established within concentration range of 20-2000 ng/mL with coefficient correlation (r) was 0,9999. Accuracy (% diff) of this method was -14.67% up to 8.84% with precision (CV) being 0.98% to 4.93%, and absolute recovery was established to be 82.26% to 119.85%. Cilostazol in plasma was stable for 30 days in -20oC storage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Faris
"Esomeprazol adalah obat golongan penghambat pompa proton dengan indikasi untuk refluks gastroesofageal. Esomeprazol tidak stabil terhadap pH, panas, kelembaban dan oksidasi, sehingga seringkali membuat esomeprazol terdegradasi pada saat penyimpanan dan dapat mempengaruhi analisis esomeprazol. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis stabilitas in vivo esomeprazol dalam plasma dengan menguji incurred sample stability esomeprazol pada 6 subjek sehat di hari ke 7, 14 dan 28, pada 2 titik konsentrasi sekitar Cmax dan 1 titik pada fase eliminasi yang sebelumnya ditentukan dengan membuat profil farmakokinetika pada subjek yang diambil sampelnya setelah pemberian esomeprazol magnesium 40 mg. Kondisi kromatografi yang digunakan adalah kolom C18 Waters, SunfireTM 5 um; 250 x 4,6 mm, suhu kolom 40°C fase gerak asetonitril - dapar fosfat pH 7,6 40 : 60 v/v ; laju alir 1,00 mL/menit; detektor photodiode array pada panjang gelombang 300 nm; dan lansoprazol sebagai baku dalam. Profil farmakokinetika esomeprazol dalam sampel plasma memberikan hasil; Cmax 704,57 - 1425,85 ng/mL; tmax rata-rata 2,25 jam; AUC0-t 2444,10 ng.jam/mL. Incurred sample stability esomeprazol pada plasma 6 subjek sehat sampai hari ke-28, menunjukkan hasil yang memenuhi persyaratan berdasarkan EMEA Bioanalytical Guideline tahun 2011 dengan nilai diff tidak lebih dari 20, yaitu 11,64.

Esomeprazole is one of the proton pump inhibitor that indicated for gastroesophageal reflux. Esomeprazole is unstable against pH, heat, moisture and oxidation, which often makes esomeprazole degraded at the time of storage and may affect the analysis result. This research aims to analyse the in vivo stability of esomeprazole on subjects rsquo plasma samples by testing incurred sample stability of esomeprazole at time of day 7, 14 and 28 on 2 concentration close to Cmax and 1 on the elimination phase after being given 40 mg esomeprazole magnesium. The chromatographic condition was obtained using C18 column Waters, Sunfire trade 5 um 250 x 4.6 mm, column temperature 40°C mobile phase acetonitrile phosphate buffer pH 7.6 40 60 v v a flow rate of 1.00 mL min photodiode array detector at a wavelength of 300 nm and lansoprazole as internal standard. The esomeprazole pharmacokinetics profile in the plasma samples gave results Cmax 704.57 1425.85 ng mL tmax is 2.25 hours AUC0 t 2444 ng.h mL. The result of esomeprazoles incurred sample stability on plasma samples obtained from six healthy subjects until 28 days, shows that it fulfilled the acceptance criteria of EMEA Bioanalytical Guideline with diff value of all incurred samples were less than 20, which is 11.64.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Mardhiani
"Esomeprazole adalah obat Proton Pump Inhibitor PPI yang diformulasikan dalam tablet pelepasan tertunda, yang meliputi uji wajib bioekivalen. Validasi metode in vitro menggunakan plasma manusia dari Palang Merah Indonesia yang menggunakan sitrat sebagai antikoagulan. Dalam pelaksanaan studi in vivo, biasanya menggunakan plasma manusia yang menggunakan EDTA atau heparin sebagai antikoagulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan jenis antikoagulan yang dapat mempengaruhi analisis esomeprazol dalam plasma manusia. Kondisi kromatografi optimal menggunakan kolom C18 SunfireTM 5 m, buffer fosfat asetonitril fosfat fase gerak 250 mm x 4,6 mm 40 60 vv pH 7,6 suhu kolom 40 C Laju alir 1,0 mL min dengan lansoprazol sebagai standar internal dan dideteksi oleh PDA array fotodioda pada panjang gelombang 300 nm . Ekstraksi dilakukan dengan metode ekstraksi cairan cair menggunakan 500 l plasma dan 5 ml diklormetan sebagai pelarut ekstraksi. Hasil penelitian menunjukkan kisaran konsentrasi linieritas kurva kalibrasi pada 5 1500 ng mL. Pemulihan dan data respon puncak yang luas dari esomeprazol dalam plasma memiliki perbedaan yang signifikan antara antikoagulan EDTA heparin dan sitrat EDTA.

Esomeprazole is a Proton Pump Inhibitor PPIs drug that formulated in delayed release tablets, which include mandatory of bioequivalent test. In vitro method validation used human plasma from Palang Merah Indonesia that used citrate as anticoagulant. In the implementation of in vivo study, usually using human plasma that used EDTA or heparin as anticoagulant. This study aims to evaluate the effect of using of anticoagulant types that may affect the analysis of esomeprazole in human plasma. Optimum chromatographic conditions used column C18 SunfireTM 5 m, 250 mm x 4.6 mm mobile phase acetonitrile phosphate buffer 40 60 v v pH 7.6 column temperature 40 C 1.0 mL min flow rate with lansoprazol as an internal standard and detected by photodiode array PDA in wavelength 300 nm. The extraction was carried out by liquid liquid extraction method using 500 l plasma and 5 ml dichlormethane as extraction solvent. The result of this study shows thet in concentration range of calibration curve linearity in 5 1500 ng mL. Recovery and broad peak response data of esomeprazole in plasma have significant differences between heparin EDTA and citrate EDTA anticoagulants.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vicha
"Esomeprazol ESO merupakan salah satu obat golongan Proton Pump Inhibitor PPI berbentuk tablet salut selaput yang merupakan sediaan lepas termodifikasi sehingga wajib diuji bioekivalensi dengan metode bioanalisis yang selektif, sensitif, dan valid. Teknik biosamplingdried blood spot DBS sedang dikembangkan karena beberapa kelebihan dari teknik ini terkait kestabilan analit, keamanan, kenyamanan subjek, kemudahan penanganan, dan ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode analisis ESO dalam sampel DBS menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT dengan detektor Photodiode Array PDA. Sampel darah ditotolkansebanyak 30mL, dikeringkan selama 2,5 jam, diekstraksi menggunakan metanol sebanyak 500L, dikocok menggunakan vortex selama 3 menit, dan disonikasi selama 15 menit. Hasil ekstraksi disentrifugasi selama 1 menit dan supernatan diuapkan di bawah aliran gas nitrogen pada suhu 40°C. Residu direkonstitusi menggunakan fase gerak kemudian dianalisis menggunakan KCKT fase terbalik dengan kolom Waters, SunfireTM5; 250 x 4,6mm ; fase gerak asetonitril dapar fosfat pH7,6 40:60 ; laju alir 1,0mL/menit; suhu kolom 40°C; deteksi pada panjang gelombang 300 nm; waktu analisis selama 10 menit; menggunakan lansoprazol sebagai baku dalam. Hasil validasi terhadap metode analisis ESO yang dilakukan memenuhi persyaratan validasi berdasarkan EMEA pada tahun 2011. Metode analisis linear pada rentang konsentrasi 70,0-1400,0ng/mL dengan nilai r>0,98.

Esomeprazole ESO is a Proton Pump Inhibitor which is classified to modified release dosage form, so that must be tested for bioequivalence with a selective, sensitive, and valid bioanalysis method. Dried blood spot DBS technique is being developed for its advantages related to analyte stability, safety, practicality, less invasive, and cheaper. This study aims to develop the method of ESO analysis in a DBS sample using High Performance Liquid Chromatography HPLC with Photodiode Array detector. 30mLwhole blood sample was spotted and dried for 2,5 hours, extracted with 500L methanol, vortex mixed for 3 minutes, and sonicated for 15 minutes. The extract then was sentrifuged for 1 minutes and the supernatant was evaporated under nitrogen flow at 40°C. Residue was reconstituted with mobile phase then analysed with reversed phase HPLC with column Waters, SunfireTM 5 m 250 x 4.6mm acetonitrile phosphate buffer pH7.6 40 60 as the mobile phase flow rate was 1.0mL min column temperature was 40°C detection wavelength was 300 nm analysis time was 10 minutes using lansoprazole as the internal standard. The results of bioanalysis method validation performed met the validation criteria based on EMEA in 2011. The method was linear at concentration range of 70.0 1400.0ng mL with r 0.98.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johan Tjahyono
"Diabetes Melitus merupakan penyakit kelainan metabolisme karbohidrat dan lemak yang memiliki populasi besar di dunia, termasuk di Indonesia. Angka mortalitas dari penyakit ini banyak berasal dari komplikasi penyakit akibat kondisi stres oksidatif yang dialami oleh pasien. Kondisi stres oksidatif pada pasien diabetes melitus disebabkan oleh ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan tubuh. Asam α-Lipoat (ALA) merupakan antioksidan potensial yang banyak digunakan sebagai suplemen pada pasien diabetes melitus.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas ALA sebagai scavenger radikal bebas dengan metode pengukuran serapan 1,1-difenil-2-pikril-hidrazil (DPPH) pada panjang gelombang 550nm dan pengaruh ALA terhadap glutation peroksidase secara in vitro menggunakan kit biovision glutation peroksidase dengan melakukan pengukuran serapan NADPH pada panjang gelombang 340nm. ALA sebagai scavenger radikal bebas memiliki konsentrasi optimum 0,25 mM. ALA juga terbukti menaikkan aktivitas glutation peroksidase secara signifikan pada konsentrasi uji 2 mM.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah ALA merupakan suplemen yang baik untuk dikonsumsi pasien diabetes melitus dalam mengurangi stress oksidatif.

Diabetes mellitus is carbohydrate and fat metabolism disorder which have big population in the world, including in Indonesia. Mortality rate of this disease come from complications caused by oxidative stress. Oxidative stress in diabetes mellitus patients is caused by imbalance between free radicals and antioxidants. α- Lipoic Acid (ALA) is an antioxidant which widely used as suplement for patients with diabetes mellitus.
The purpose of this study were to determine activity of ALA as free radical scavenger by measuring 1,1-diphenyl-2-picryl-hydrazyl (DPPH) absorbtion at 550 nm and activity of ALA on glutathione peroxidase using glutathione peroxidase biovision kit by measuring NADPH absorbtion at 340nm. ALA as a free radical scavenger displayed the optimum concentration in 0.25 mM.
This research suggested that ALA was proved to raise glutathione peroxidase activity significantly at 2 mM. From the research conducted, it can be concluded that ALA is a good supplement for diabetic patients to reduce oxidative stress.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47783
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>