Ditemukan 91872 dokumen yang sesuai dengan query
Shelli Rachel Mei Gloria
"Skripsi ini membahas mengenai konsep komitmen sebagai kritik terhadap konsep simpati dalam melihat motif ekonomi. Teori ekonomi menempatkan self-interest sebagai satu-satunya motif atas tindakan yang dilakukan. Konsep simpati kemudian mengembangkan asumsi ini dengan memasukkan kesejahteraan orang lain sebagai motif. Namun, simpati masih jatuh pada asumsi egoism karena kesejahteraan orang lain hanya implikasi dari tindakan yang dilakukan demi pemaksimalam self-interest. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain argumentatif terhadap keterbatasan konsep yang dipakai untuk menganalisa motif ekonomi. Hasil penelitian membuktikan bahwa konsep komitmen lebih relevan dari pada konsep simpati untuk menjelaskan bahwa ada tindakan yang dilakukan terlepas dari pemaksimalan self-interest.
The focus of this study is examines the concept of commitment as a critic of the concept of sympathy as an economic motive. Economic theory places self-interest as the only motive in any economic action. The concept of sympathy develops this assumption by adding the motive to care for other persons welfare. However, because the motive to care for other peoples welfare is actually only an implication of actions taken to maximize the gains dictated by self-interest, concept of sympathy still falls under the assumption of egoism. This research, in which is of a qualitative manner, argues against the limitations of the concept used in the analysis of economic motives. It concludes that the concept of commitment is more relevant than the concept of sympathy in explaining the actions of which are done outside the motivations of self-interest."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56925
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Andri Septian
"Pro-kontra mengenai implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) telah menjadi diskursus sejak lama. Pemasalahannya adalah, bahwa pereduksian CSR secara total ke dalam asumsi yang murni ekonomi oleh korporasi modern sangat bermasalah karena penyelenggaraan CSR tidak bisa serta merta dilepaskan dari asumsi etisnya. Skripsi ini merupakan penyelidikan konseptual mengenai rasionalitas ekonomi dalam hubungannya dengan etika, sebagai usaha untuk memberikan garis demarkasi pada konsep CSR yang etis. Penulis menggunakan kerangka pemikiran Amartya Sen mengenai komitmen untuk menjustifikasi CSR sebagai perilaku ekonomi yang etis, lepas dari perilaku ekonomi yang self-interested.
The implementation of Corporate Social Responsibility has become a polemic over the years. The case is that CSR can not be totally reduced into a single economic assumtion, like what modern corporation does, for it’s also included an assumtion about ethic. Thus, this thesis is a conceptual inquiry about the rationality of economy in relation with the concept of ethic, as an attempt to give a demarcation line to the ethical dimension of CSR. The author uses Amartya Sen’s concept of commitment to analyze which the concept of CSR could be justified as the ethical economic-behaviour, so that regardless of the self-interested economic-behaviour."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S47061
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
West, E.G.
New Rochelle, N.Y.: Airlington House, 1969
920 WES a
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Fajar Niky Wijayanti
"Skripsi ini membahas pemikiran Amartya Sen tentang multi-identitas. Dengan sifatnya yang multi, identitas dapat menjadi sumber kesejahteraan dan ancaman. Rasa persamaan identitas dapat memberi sumbangan berarti bagi kehidupan kelompok. Namun, rasa keterikatan yang kuat pada satu kelompok dapat mengandung di dalamnya persepsi tentang jarak dan keterpisahan dengan kelompok lain. Individu akan terjebak dalam kolektivisme. Anggapan bahwa identitas kelompok adalah satu-satunya identitas individu, membuka jalan lahirnya politik identitas. Kebenaran harus dipastikan pada satu kelompok dengan menolak eksistensi kelompok lain. Penolakan tersebut dapat terwujud dalam tindak kekerasan. Solusi atas persoalan ini adalah meningkatkan kapabilitas kebebasan bernalar. Melalui kebebasan bernalar, setiap individu terarah untuk terbuka terhadap kepelbagaian yang ada. Penalaran publik yang berlangsung dalam praktik demokrasi dan imparsialitas dapat ditempuh untuk merealisasikan kebutuhan tersebut.
This study discusses about the thought of Amartya Sen of multi-identity. By its multi, the identity can be a source of the threat and the prosperity. The equality of identity can give significant contribution to the group’s life. However, a strong sense of interest to the particular group implies the perception of distance and the separation to other groups. The individual will be trapped to collectivism. The assumption that the group identity is the only individual identity can cause the identity politics. The truth must be ascertained in a particular group by denying the existence of other groups. Violence is the manifestation of the rejection. The solution of this problem is increasing the freedom of reasoning capabilities. Through the freedom of reasoning, any individual is opened to the existing diversity. The public reason which takes place in the practice of democracy and impartiality can be taken to realize those needs."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57618
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Gabriella Sakareza
"
ABSTRAKSkripsi ini membahas pencapaian kesejahteraan pribadi manusia secara egoisme rasional. Dua bentuk egoisme rasional yang dibahas dalam skripsi ini adalah simpati berdasarkan pemikiran Adam Smith, dan kompromi berdasarkan pemikiran Ayn Rand. Simpati disebut sebagai bentuk egoisme rasional karena kesejahteraan orang lain adalah implikasi dari tindakan yang dilakukan demi pemaksimalam self-interest, namun ada bentuk self-interest yang lebih relevan dikarenakan adanya pertukaran value bagi kedua pihak, yaitu kompromi. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan dasar argumentatif antara kedua konsep tersebut. Hasil dari penelitian ini adalah konsep kompromi lebih kuat dibandingkan simpati sebagai bentuk pemaksimalan self-interest, dan kompromi dapat terjadi karena adanya simpati.
ABSTRACTThis thesis is examines an achievement of self-interest by rational egoism. Two rational egoism?s form that examined in this thesis are sympathy based from Adam Smith?s thought, and compromise based from Ayn Rand?s thought. Sympathy mentioned as a form of rational egoism because the welfare of other is an implication from an action with a maximalization self-interest motive. But there is one of self-interest form, that more relevant because there is a value exchange behind it, and that is a compromise. This research using a qualitative research with argumentative way towards the two concept. The result of this research is that compromise concept is more relevant than sympathy as a maximalization of self-interest, and compromise could happen because of sympathy.
"
2015
S59017
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
"Penarikan pajak penghasilan adalah sesuatu yang sering menjadi pcrdebatan. Hal itu terjadi karena masyarakat pembayar pajak sering merasakan adanya perlakuan yang tidak adil akibat adanya penarikan pajak yang bersifat memaksa. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah selaku sebuah institusi yang mengeluarkan suatu kebijakan pajak mencoba memikirkan bagaimana cara yang harus dilakukan agar penarikan pajak dapat tetap menjamin keadilan bagi para individu pembayar pajak, sekaligus tetap menjaga nilai efisiensi dari penarikan pajak itu sendiri. Salah satu perlakukan untuk mendatangkan keadilan bagi individu di dalam penarikan pajak penghasilan saat ini adalah dengan memberlakukan pajak progresif. Artinya, pajak tidak bisa memaksa seluruh individu yang berbeda-beda untuk melakukan pengorbanan yang sama dalam membayar pajak penghasilan. Sifat pogresifitas semacam ini dinilai cukup untuk mendatangkan keadilan bagi seluruh individu, tetapi jika kita menganalisis permasalahan itu melalui perspektif dari pemikiran Amartya Sen, maka apa yang terjadi sebetulnya sama-sekali bukanlah sebuah bentuk keadilan. Apa yang menjadi kepedulian Amartya Sen adalah bagaimana keadilan melalui kebebasan positif individu dapat menjadi suatu hal yang mendukung terjadinya pertumbuhan ekonomi. Bentuk negara yang tergolong sebagai negara dunia ketiga seperti Indonesia membutuhkan terjadinya pertumbuhan ekonomi yang pesat melalui kebebasan dari rakyatnya agar dapat berperan aktif dan ikut mensukseskannya. Bentuk pajak penghasilan progresif individu bukanlah sebuah kebijakan yang dapat mendatangkan hal itu. Pajak seperti itu hanya menjamin redistribusi keadilan kepada seluruh individu agar terjadi kesetaraan. Hal itu bukanlah sesuatu yang dapat membuat individu mengembangkan kapabilitas mereka untuk memaksimalkan kefungsian yang seharusnya dapat mereka wujudkan melalui pilihan yang mereka anggap bernilai dalam hidupnya. Biar bagaimanapun pertumbuhan ekonomi melalui kebebasan individu adalah sebuah hal yang bersifat konseptual dalam pemikiran Amartya Sen. Dalam tulisan ini penulis mencoba menggunakan pikiran konseptual tersebut untuk mengevaluasi sistem pajak penghasilan individu yang berada di Indonesia, sekaligus memberikan gambaran mengenai pentingnya pertumbuhan ekonomi terhadap kondisi ekonomi-politik di Indonesia yang ada sekarang."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S16000
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Syam Surya Syamsi
"Pembangunan saat ini lebih menitikberatkan terhadap ukuran-ukuran yang lebih kuantitatif.Hal ini dapat dilihat dalam beberapa model konstruksi arus utama yang berdasarkan padakerangka libertarian, utilitarian, dan Rawlsian. Ketiganya dikritik oleh Amartya Sen karena mereka mengabaikan prinsip kemanusiaan, yang dianggap sebagai kombinasi dari fungsi yang berbeda. Dengan kata lain, ketiganya gagal untuk melihat manusia sebagai entitas aktif dalam proses menjadi daripada sebuah entitas pasif, yang dapat bervariasi dari fungsi dasar untuk memenuhi syarat kehidupan mereka sendiri. Dengan konteks ini, Sen mengajukan teori dan etika pembangunan dengan kebebasan, kapabilitas dan etika pilar untukmenjawab kritik dimaksud.
Within the known age, development happens to be more quantitative-measure orientation. This can be seen in several mainstream construction models based on libertarian, utilitarian, and Rawlsian. These were criticized by Amartya Sen for they despise principle subjects of humanity that considered as combination of different functions. On the other words, those three failed to figure human as an active being than a passive one; which can vary, from its basic functions to what qualifies their own lives. By this context, Sen submit a theory and development ethics as capability extension and freedom to answer the question itself."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
D1384
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library
RESPON 16:2(2011)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
RESPON 16:2 (2011)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Erdi Rujikartawi
"Pemikiran mengenai cara pembangunan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat telah banyak dikemukakan, sehingga konsep pembangunan memiliki kekhasannya tersendiri dan masing-masing memiliki kelemahan serta kelebihan.
Amartya sen mengungkapkan pemikiran kebebasan untuk mensiasati pembangunan yang dilakukan oleh negara. Kebebasan ini dapat digunakan sebagai tujuan pembangunan (Constitutive Freedom) dan sekaligus sebagai cara pembangunan (Instrumental Freedom). Sebagai tujuan pembangunan kebebasan ini dapat berakibat langsung terhadap pengangkatan hak-hak azasi manusia sehingga terhindarnya masyarakat dari berbagai ketertindasan akibat pembangunan. Sedangkan kebebasan sebagai cara dapat digunakan sebagai penunjang dan mempercepat keberhasilan pembangunan. Terdapat lima cara, pertama kebebasan politik (political freedom), kedua fasilitas ekonomi (economic facilities), ketiga peluang- peluang sosial (social opportunities), keempat jaminan keterbukaan (transparency guarantes), dan kelima perlindungan keamanan (protective security).
Kedua kebebasan ini dapat berakibat langsung bagi kehidupan masyarakat. Masyarakat dapat berpartisipasi atau berperan aktif serta kreatif dalam alam pembangunan. Aktif serta kreatifnya masyarakat dalam kehidupannya disebabkan adanya kebebasan yang diciptakan oleh pemerintah melalui kebijakan pembangunan. Kebijakan pembangunan yang berdasarkan kebebasan akan berdampak masyarakat mampu mengembangkan dirinya serta dapat memberikan sumbangsih langsung bagi pembangunan. Sehingga pembangunan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja akan tetapi melibatkan peran serta masyarakat. Karena pada akhirnya pembangunan ditujukan guna mengangkat nilai serta kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat yang bebas adalah masyarakat yang mampu menentukan segala yang menjadi pilihannya, pilihan yang dilakukannya untuk kepentingan pemenuhan hidupnya. Adanya kebebasan ini menjadikan masyarakat terhindar dari berbagai kekurangan dan bencana yang berakibat lebih fatal. Dengan adanya kebebasan ini pula menjadikan masyarakat dapat memenuhi segala kebutuhan hidup serta memiliki peluang yang lebih besar untuk menentukan segala yang menjadi pilihannya. Dengan demikian kebebasan ini pada akhirnya dapat menjadikan masyarakat lebih peduli terhadap pembangunan dan dapat menjadikan masyarakat lebih mampu untuk menjalankan hidupnya lebih baik."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11816
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library