Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75241 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andreas Susilo Adi
"Penelitian bertujuan mengevaluasi persentase berat kering artemisinin pada Artemisia annua yang diberi perlakuan pemberian pupuk NPK, pupuk kandang, mikoriza, dan lokasi tempat budidaya tanaman. Sampel berasal dari dua tempat, Cibodas dan Tawangmangu. Sampel masing masing diberi perlakuan melalui pemberian pupuk NPK dengan konsentrasi 0:0:0; 40:40:40; 80:80:80; 120:120:120, pupuk kandang, dan pemberian mikoriza. Sampel tersebut diekstrak dengan methanol dan hasilnya dianalisis menggunakan HPLC.
Hasil penelitian menunjukkan sampel dari Cibodas dengan kode CF4M+7 sebesar 0,788% berat kering tanaman, Tawangmangu dengan kode sampel TF3M+3 sebesar 0,674% berat kering tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan pupuk NPK, pupuk kandang, dan pemberian mikoriza menyebabkan penurunan kadar artemisinin pada setiap sampel. Berdasarkan jenis lokasi, Tawangmangu merupakan daerah yang cocok sebagai tempat budidaya Artemisia annua.

The study aimed to evaluate the percentage of dry weight of artemisinin in Artemisia annua treated with NPK fertilizer, manure, mycorrhiza, and the location where the cultivation of crops. The samples come from two places, Cibodas and Tawangmangu. Each sample was treated through the administration with a concentration of NPK 0:0:0; 40:40:40; 80:80:80; 120:120:120, manure, and the provision of mycorrhizae. The sample were extracted with methanol and the results were analyzed using HPLC.
The results showed a sample of the code CF4M+7 0,788% dry weight of plants, Tawangmangu with sample code TF3M+3 at 0,674% dry weight of plants. The results showed that the addition of NPK fertilizer, manure, and the provision of mycorrhizal led to decreased levels of artemisinin in each sample. Based on location, Tawangmangu is an area that is suitable for Artemisia annua cultivation.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bambang Wijaya
"TiO2 merupakan material yang memiliki daya oksidasi yang tinggi. Namun, oleh karena bandgap-nya yang lebar, aktivitas fotokatalisis TiO2 terbatas pada iradiasi UV. Pada penelitian ini, nanokomposit TiO2/CeFeO3 disintesis melalui metode green synthesis dengan memanfaatkan ekstrak daun Artemisia vulgaris (EDAV) sebagai sumber metabolit sekunder. Keberadaan metabolit sekunder dalam EDAV dikonfirmasi melalui uji fitokimia kualitatif dan FTIR. TiO2/CeFeO3 dikarakterisasi menggunakan FTIR, XRD, UV-Vis DRS, dan TEM. Spektra FTIR mengonfirmasi seluruh gugus fungsi yang mungkin terdapat pada TiO2/CeFeO3. Difraktogram nanokomposit TiO2/CeFeO3 menunjukkan puncak difraksi gabungan dari TiO2 dan CeFeO3 yang disertai sedikit pergeseran nilai difraksi. Berdasarkan karakterisasi menggunakan UV-Vis DRS, teramati penurunan energi bandgap TiO2 yang semula 3,25 eV menjadi 2,75 eV setelah dimodifikasi oleh CeFeO3 menjadi TiO2/CeFeO3. Hasil TEM menunjukkan bahwa TiO2/CeFeO3 memiliki partikel yang berbentuk sferis dengan diameter rata-rata sebesar 23,06,3 nm. Aktivitas fotokatalisis diukur berdasarkan kemampuan mendegradasi zat warna malachite green (MG). Dosis optimum TiO2/CeFeO3 dan aktivitas fotokatalisis dari TiO2 dan CeFeO3 juga diselidiki pada penelitian ini. Pada dosis optimum, TiO2/CeFeO3 mampu mendegradasi 93,53% MG, sedangkan TiO2 dan CeFeO3 secara berturut-turut memiliki efisiensi degradasi sebesar 59,96% dan 81,16%. Reaksi fotodegradasi malachite green mengikuti kinetika pseudo orde satu dengan nilai konstanta laju sebesar 2,14x10-2 min-1 untuk TiO2/CeFeO3.

TiO2 possesses high oxidizing property. However, due to its wide bandgap, TiO2 photocatalytic activity is limited to UV irradiation. In this research, TiO2/CeFeO3 nancomposite was synthesized through green synthesis method utilizing Artemisia vulgaris leaves extract as a source of secondary metabolites. The presence of secondary metabolites was confirmed by qualitative phytochemical screening and FTIR. TiO2/CeFeO3 was characterized using FTIR, XRD, UV-Vis DRS, and TEM. FTIR spectra confirmed all functional groups presence in TiO2/CeFeO3. TiO2/CeFeO3 diffractogram showed a combined diffraction peaks of TiO2 and CeFeO3 with a slight shift. According to UV-Vis DRS characterization, a reduction in TiO2 bandgap energy from 3.25 eV to 2.75 eV was observed after being modified by CeFeO3 into TiO2/CeFeO3. TEM images shows that TiO2/CeFeO3 has a spherical-shape particles with average diameter of 23.06.3 nm. Photocatalytic activity was measured by the degradation percentage of MG. The optimum doses for TiO2/CeFeO3 and photocatalytic activity of TiO2 and CeFeO3 was also investigated in this work. At optimum dose, TiO2/CeFeO3 able to degrade 93.53% of MG, while TiO2 and CeFeO3 have degradation efficiency of 59.96% and 81.16% respectively. Malachite green photodegradation reaction followed pseudo-first order kinetics with a rate constant of 2.14x10-2 min-1 for TiO2/CeFeO3."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Senjaya
"Artemisinin merupakan sesquiterpen lakton yang terdapat pada daun dan bunga tanaman Artemisia annua L. Artemisinin adalah obat antimalaria yang memiliki struktur kimia yang berbeda dan memiliki efikasi yang lebih tinggi. Artemisia annua L. adalah tanaman asli daerah subtropis dan dapat diintroduksi ke daerah tropis seperti Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan karakterisasi artemisinin dari Artemisia annua L. yang dibudidaya di Lembang, Indonesia. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan metanol, kemudian dipartisi dengan heksan, dan proses pemisahan secara kromatografi kolom dengan eluen etil asetat/heksan. Isolat dikarakterisasi dengan menggunakan KLT, FTIR, spektrofotometer UV, dan spektroskopi HNMR. Diperoleh S4 sebagai hasil isolasi fraksi heksan, sejumlah 2,0 mg ( 0,016% b/b) yang memiliki karakter mirip dengan artemisinin.

Artemisinin is a sesquiterpene lactone present in leaves and inflorescences of wild Artemisia annua L. This subtances is an antimalarial agent with a totally different chemical structure and higher efficacy. Artemisia annua L. is original plant of subtropical area, but it can introduced into tropical area like Indonesia. The aim of this research is to isolated and characterized artemisinin from Artemisia annua L., which cultivated in Lembang, Indonesia. Extraction were carried out with methanol as a solvent, partition by using hexane, and separated process by column chromatography with hexane/ethyl acetate as eluent. Isolate were characterized by TLC, FTIR, spectrophotometer UV, and spectroscopy HNMR. A number of 2,0 mg (0,016% w/w) S4 obtained, as a result of isolation of hexane fraction, have a similar characteristic with artemisinin."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S881
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zarahmaida Taurina
"ABSTRAK
Mikroalga Spirulina platensis berpotensi untuk dikembangkan karena dapat memproduksi senyawa kimia esensial berupa pigmen fikosianin yang dapat dijadikan sebagai sumber antioksidan alami. Pertumbuhan mikroalga dan produksi fikosianin sangat bergantung pada ketersedian nutrisi dalam medium kultur. Penelitian ini menggunakan variasi ketersediaan nutrisi dalam medium kultur sebagai alternatif mahalnya medium Zarrouk. Variasi medium kultur berupa ekstrak tauge 4 , 6 , dan 8 v/v dengan penambahan pupuk urea 80, 100, dan 120 ppm pada masing-masing konsentrasi ekstrak tauge, serta medium Zarrouk 10 mL/L sebagai kontrolnya. Tiap medium akan dilihat pengaruhnya terhadap profil pertumbuhan serta kandungan fikosianin. Kultivasi pada masing-masing variasi medium akan dilakukan pada reaktor 1 L dengan aerasi secara terus menerus, intensitas cahaya sebesar 3000-4000 lux, dan suhu 27-30oC. Fikosianin diperoleh dengan metode ekstraksi cair-cair menggunakan buffer fosfat pH 7, dan diuji kandungannya menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Pada penelitian ini, densitas sel tertinggi diperoleh pada kultur mikroalga Spirulina platensis dalam medium ekstrak tauge 8 v/v dengan penambahan 120 ppm pupuk urea. Kandungan fikosianin tertinggi diperoleh pada kultur mikroalga Spirulina platensis dalam medium ekstrak tauge 8 v/v dengan penambahan 100 ppm pupuk urea dengan konsentrasi fikosianin sebesar 257,12 mg/L.

ABSTRACT
Spirulina platensis has the potential to be developed because of essential chemical compounds in the form of phycocyanin that can be used as an antioxidant. The growth of microalgae and phycocyanin depends on the availability of nutrition contained in culture medium. This study used variations of nutrition contained in culture medium as alternatives to the expensive Zarrouk medium. Microalgae is cultured in variations medium which are bean sprout extract medium 4 , 6 , and 8 v v with the addition of urea fertilizer 80, 100, and 120 ppm , and Zarrouk 10 mL L as the control in order to know effect on the growth profile and phycocyanin content. The cultivation will be carried out at 1 L reactor with continuous aeration, light intensity is 3000 4000 lux, and temperature is 27 30oC. Phycocyanin is obtained by liquid liquid extraction method using phosphate buffer pH 7. Phycocyanin test performed by using UV Vis spectrophotometry. The result show that the highest dry biomass is obtained on bean sprout extract medium 8 v v with the addition of urea fertilizer 120 ppm. The highest content of phycocyanin is obtained on bean sprout extract medium 8 v v with the addition of urea fertilizer 100 ppm with phycocyanin concentration of 257.12 mg L."
2017
S67807
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Sarah Shafa Marwadhani
"Malaria masih menjadi beban kesehatan bagi Indonesia, terlebih lagi dengan perkembangan resistensi parasit terhadap pengobatan saat ini. Untuk itu, diperlukan penemuan terapi baru dengan segera. Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) adalah tanaman asli Kalimantan yang terbukti secara in vitro dan in vivo memiliki aktivitas antiplasmodium. Penelitian ini ingin menguji efektivitas kombinasi ekstrak akar Pasak Bumi dosis 10 mg/kgBB (PB10) dan 20 mg/kgBB (PB20) dengan Artemisinin-based Combination Therapy (ACT) dosis 1,7 mg/kgBB pada mencit Swiss yang terinfeksi Plasmodium berghei. Pemberian obat dilakukan secara subkutan untuk meningkatkan bioavailabilitasnya, sehingga didapatkan hasil yang maksimal. Dengan menggunakan metode 4-day suppressive test, didapatkan pertumbuhan densitas parasitemia dan persentase inhibisi pertumbuhan secara berturut-turut: kontrol positif 22,08% dan 50,92%, PB10+ACT 5,22% dan 88,4%, PB20+ACT 3,5% dan 92,22%. Pemberian kombinasi meningkatkan efektivitas secara signifikan terhadap PB tunggal, tetapi tidak signifikan terhadap ACT tunggal. Meskipun demikian, peningkatan tersebut mengindikasikan adanya efek sinergis dari kedua zat dan membutuhkan penelitian lebih lanjut. Dari semua perlakuan, PB20+ACT memiliki efek antimalaria yang paling baik.

Malaria is still considered as a burden disease for Indonesia, especially with the fast developing resistance of parasite against current medication. Hence, the invention of novel therapy is needed immediately. Pasak Bumi (Eurycoma longifolia), a native plant in Kalimantan, has been proven to have in vivo and in vitro antiplasmodial activity. This study aims to test the effect of combination of E.longifolia and Artemisinin-based Combination Therapy (ACT) both given subcutaneously on parasitemia in mice infected with Plasmodium berghei. The doses of the extract tested in this experimental study were 10 (PB10) and 20 mg/kg BW (PB20). Using the 4-day suppressive test, the growth of parasite and growth inhibition percetage of each groups are as following: positive control 22,08% and 50,92%, PB10+ACT 5,22% and 88,4%, PB20+ACT 3,5% and 92,22%. The combination therapy showed significant increase in effectiveness compared to PB monotherapy but insignificant increase compared to ACT monotherapy. Despite the insignificance, this indicates synergistic effect of the two substances that needs further investigation. Among all groups, PB20+ACT showed the best antimalarial activity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutahaean, Imanuel Abdi Plerusthe
"Dalam industri pengolahan mineral, keberhasilan proses ditentukan oleh kadar konsentrat, perolehan, serta liberasi mineral berharga. Jenis bijih yang masuk kedalam proses di plant bervariasi tipe dan sifatnya. Dalam penelitian ini, bijih yang dipakai merupakan problematic ore, karena mengandung High Pyrite. High pyrite merupakan bijih yang susah diproses, karena bisa menimbulkan dilema, karena pada dasarnya kita tidak menginginkan pyrite ada di konsentrat kita, itu harus dibuang untuk mendapatkan kadar akhir konsentrat murni _30%, tapi kerugiannya kita bisa kehilangan Au (emas), karena biasanya emas berasosiasi/berikatan dengan pyrite. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel proses yang efektif untuk memproses bijih yang mengandung pyrite. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh variabel flotasi yang berubah-ubah, yaitu: pH = rendah / sedang / tinggi (9.5 / 10.5 / 11.5), Dosis Secondary collector = rendah / sedang / tinggi (0 / 10 / 20g/t), tipe Frother = 3 tipe (F597 / OTX140 / MIBC), SMBS = rendah / sedang / tinggi, Sodium Carbonate = rendah / sedang / tinggi. Dengan variabel yang dijaga konstan adalah grind(+80% passing 65 mesh), Primary collector dose( 40g/t), Collector type(AP7249), Frother dose(12g/t). Hasil pengujian menunjukkan bahwa perolehan tembaga/CuR terendah adalah 5,7 % dan tertinggi adalah 64,2 %. Sedangkan untuk perolehan emas/AuR, yang terendah sebesar 2,7 % dan yang terbesar adalah 63,8 %, dengan perolehan tembaga dan emas terbaik diperoleh pada pH 9.5, SIBX 20g/t dan SMBS 50g/t.

In industry processing of mineral, efficacy of process determined by rate of concentrate grade, recovery, and also liberation of valuable mineral. Ore type which enter into process in the plant vary type and in character. In this research, ore weared to represent ore problematic, because containing High Pyrite. High Pyrite represent ore which is hard to be processed, because can generate dilemma, because basically we do not wish pyrite in our concentrate, that have to be thrown to get final rate of pure concentrate _ 30%, but it's a loss out because we can lose Au (gold), because usually gold have association / band with pyrite. This research aim to know effective process variable to process ore that contain of pyrite. This research is focussed of influence of variable of flotation fickle, that is: pH = low / med / high ( 9.5 / 10.5 / 11.5), Secondary collector dose= low / med / high ( 0 / 10 / 20 g t), Frother type = 3 types ( F597 / OTX140 / MIBC), SMBS = low / med / high, Sodium Carbonate = low / med / high. Other set-points that will be kept constant are grind(+80% passing 65mesh), Primary collector dose( 40g/t), Collector type(AP7249), Frother dose(12g/t). Result of examination indicates that lowest CuR is 5,7 % and highest is 64,2 %. While for gold recovery, the lowest equal to 2,7 % and biggest is 63,8 %, with the best CuR and AuR were obtained at pH 9.5, SIBX at 20g/t and SMBS at 50g/t."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41776
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seti Listiani
"Logam berat Cu dan Cd yang berlebihan memberikan dampak negatif bagi tanaman. Mikoriza adalah simbiosis antara akar dan fungi mikoriza yang dapat meningkatkan kemampuan tanaman bertahan di bawah cekaman logam berat dan mengurangi dampak toksisitasnya. Berdasarkan penlitian sebelumnya, mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman Paraserianthes falcatariadi bawah cekaman Pb.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan P. falcatariapada media tanam yang mengandung logam berat Cu (tembaga) dan Cd (kadmium). Tanaman P. falcatariadiinokulasi mikoriza dengan dosis 0, 15, dan 25 gram dan diberi perlakuan logam berat dengan dosis CuSO4150 mg/kg dan CdSO415 mg/kg pada media tanam. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, berat basah, dan warna daun pada usia 43 hari setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan tinggi tanaman P. falcatariapada perlakuan Cu dan Cd. Pengukuran berat basah pada perlakuan Cu dan Cd menunjukkan bahwa kelompok perlakuan yang diberi mikoriza memiliki berat basah lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak diberi mikoriza.
Berdasarkan hasil pengamatan warna daun, ditemukan tanaman mati pada kelompok perlakuan tanpa mikoriza pada kedua perlakuan logam berat tersebut. Selain itu, ditemukan perubahan warna pada hampir semua daun terbawah tanaman pada perlakuan Cu yang diinokulasi mikoriza dan tanpa mikoriza. Pada perlakuan Cd, tanaman yang daunnya berwarna normal jumlahnya semakin banyak pada dosis mikoriza yang semakin tinggi. Pemberian mikoriza dapat membantu meringankan dampak toksisitas yang ditimbulkan oleh konsentrasi logam berat Cu dan Cd berlebih.

Excessive heavy metals Cu and Cd has negative effect on plants. Mycorrhizae is a symbiosis between roots and mycorrhizal fungi which can improve plant’s ability to survive under heavy metal stress and reduce its toxicity. Based on previous study, mycorrhizae can increase the growth of Paraserianthes falcatariaunder Pb stress.
The aim of this study is to reveal the effect of mycorrhizae on growth of P. falcatariain artificial growing media containing heavy metals Cu (copper) and Cd (cadmium). P. falcatariainoculated with 0, 15 and 25 grams of mycorrhizae and treated with 150 mg/kg of CuSO4and 15 mg/kg of CdSO4. Parameters observed in this study were plant height, fresh weight, and leaf color at 43 days after planting. The results showed that mycorrhizal inoculation did not significantly increase the height of P. falcatariatreated with Cu and Cd. Fresh weight of P. falcataria in Cu and Cd treatment showed higher in mycorrhizal plants than without mycorrhizae.
Based on observation of leaf color, there were dead plants that were without mycorrhizal inoculation in both heavy metal treatment. Discoloration also found in most of the lowest leaves in Cu treatment plants inoculated with mycorrhizae and without mycorrhizae. Plants with normal colored leaves in Cd treatment increased at higher mycorrhizal amount. The inoculation of mycorrhizae can improve plant’s ability to alleviate the effects of toxicity caused by excessive concentrations of heavy metals Cu and Cd.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>