Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137538 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Antoinette, Mikaela
"Kandungan logam toksik Cr(VI) dapat diolah dengan lahan basah buatan dengan Typha latifolia. Penelitian dilaksanakan secara eksperimental dengan sistem aliran horizontal bawah permukaan skala pilot plant selama 20 hari dengan K2Cr2O7 dan tropical red clay sebagai sumber Cr(VI) dan TSS. Debit diatur 3,5 mL/s dengan waktu tinggal hidrolik 10 jam. Rata-rata efisiensi penyisihan Cr(VI) dan TSS secara berturut-turut adalah 83,38% (maksimum 94,40%) dan 85,51% (maksimum 91,46%). Distribusi akumulasi logam pada bagian tanaman Typha latifolia dilihat pada akar, bagian batang, daun tengah, dan daun pucuk dengan nilai 46,32; 22,43, 13,77; dan 27,38 (mg/kg) dengan pertambahan Cr(VI) pada akar sebesar 132,29%.

High concentration of toxic metal Cr(VI) can be reduced by utilizing constructed wetlands using Typha latifolia. This research was carried experimentally using pilot plant of horizontal subsurface flow in 20 days with K2Cr2O7 and tropical red clay as the sources of Cr(VI) and TSS. The flowrate is 3,5 mL/s with hydraulic retention time 10 hours. Average reduction of Cr(VI) and TSS are 83,38% (maximum 94,40%) and 85,51% (maximum 91,46%). Metal distribution in Typha latifolia can be seen in roots, stems, lower leaves, and top leaves with concentration for each area is 46,32; 22,43, 13,77; and 27,38 (mg/kg) with 132,29% Cr(VI) increase in roots"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56434
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiani Eka Anjarwati
"Penelitian menggunakan metode tahanan jenis dan polarisasi terimbas di Pulau Maniang, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara untuk mengidentifikasi lingkungan laterisasi nikel laterit dengan konfigurasi elektroda Wenner-Schlumberger. Terdapat lima lintasan pengukuran dengan arah lintasan Barat Laut - Tenggara dan panjang lintasan 235 meter. Lingkungan laterisasi nikel laterit di Pulau Maniang terbagi menjadi 3, yaitu batuan penutup, lapisan limonit, dan lapisan saprolit dengan nilai tahanan jenis berturut-turut sebesar > 150 Ohm.m, < 200 Ohm.m, dan > 200 Ohm.m. Faktor yang mempengaruhi pembentukan endapan nikel laterit di Pulau Maniang adalah topografi dan vegetasi. Persebaran endapan nikel laterit di Pulau Maniang berarah ke timur.

Study is carried out using resistivity and induced polarization method in Maniang Island, Kolaka Regency, Southeast Sulawesi to identify the laterization environment for nickel laterite by performing the Wenner-Schlumberger configuration. Five lines, trending Northwest - Southeast, are obtained on the length of 235 meters each. The laterization environment for nickel laterite on Maniang Island is divided into 3 layers: caprock, limonite and saprolite layers with chronological values of  > 150 Ohm.m, < 200 Ohm.m, and > 200 Ohm.m. Topography and vegetation make up the factors influencing the formation of nickel laterite deposits in Maniang Island. The distribution of nickel laterite deposits on Maniang Island is trending eastward."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pelita Mu`minatus Sholihah
"Adanya perbedaan tekanan dan tumbukan yang terjadi pada proses granulasi dalam pengolahan nikel membuat ukuran produk yang dihasilkan masuk ke dalam kategori undersize product. Undersize product selama ini di alirkan ke kolam penampungan sementara yang disebut dengan matte settling pond dan menimbulkan permasalahan seperti penyumbatan saluran drainase karena ukurannya yang sangat kecil. Penelitian ini berfokus kepada penanganan undersize granulasi menggunakan magnetic separator. Prototipe magnetic separator yang diusulkan dilakukan pengoptimasian alat berupa penipisan selimut magnetic drum, penggunaan arus listrik DC dan pembuatan sistem talang yang terarah. Dengan variabel kekuatan magnet yakni 660 Gauss, 527 Gauss, dan 396 Gauss dan hubungannya dengan %recovery nikel matte sebagai variable utama yang diperhitungkan. Sampel yang digunakan berasal dari matte settling pond yang dikeringkan untuk memudahkan perhitungan %recovery melalui berat kering. Kekuatan magnet berbanding lurus dengan hasil %recovery, maka semakin tinggi kekuatan magnet maka semakin tinggi pula %recovery yang dihasilkan. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini ialah kekuatan magnet 660 gauss yang menghasilkan %recovery hingga 29%, meningkat sebesar 10x lipat dibandingkan dengan hasil sebelum optimasi.

ABSTRACT
The difference pressure and collision that occurs in granulation process in nickel processing makes the size of a result product categorized as an undersized granulation product. Undersized product have been distributed to a temporary storage ponds called matte settling pond. Undersize product has been causing problems such as a blockage of drainage channels due to their very small size. This research focused on handling undersize granulation product using magnetic separator. The proposed magnetic separator prototype is carried out by optimizing the form of prototype such as thinning of the magnetic drum blanket, the use of a DC electric current and the creation of a directional chute system with the magnetic strength variable of 660 Gauss, 527 Gauss, and 396 Gauss and their relationship with the %recovery they produced. This research used dried matte sample to facilitate the accurate calculation of %recovery through dry weight. The magnetic strength is directly proportional to the result of %recovery, the higher the magnetic strength, the higher the %recovery produced. The results obtained from this study are the strength of 660 gauss magnets which produces in %recovery of up to 29%, increased up to 10x compared to the results before optimization.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofyan Nugraha Prasetya
"Pomalaa merupakan salah satu kecamatan penghasil nikel laterit terbesar di Indonesia. Nikel laterit merupakan produk hasil pelapukan batuan ultramafinyang mengalami proses pelindian dan pengkayaan mineral pada zona saprolit. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi persebaran nikel laterit dengan mengkorelasikan data resistivitas, data bor dan data geokimia. Metode yang digunakan merupakan metode resistivitas 1D yang memanfaatkan injeksi arus DC melalui elektroda yang disusun secara linear dengan konfigurasi Wenner. Berdasarkan hasil interpretasi, lintasan 9 memiliki 3 zona yang terdiri dari topsoil dengan resistivity 0 ?m-18 ?m dengan ketebalan 1 meter, zona saprolit dengan resistivity 18 ?m – 94.5 ?m dengan ketebalan 0.69 - 8.1 meter dan zona bedrock dengan resistivity 21 ?m – 146.8 ?m. Zona saprolit pada lintasan 9 memiliki kadar rata-rata sebesar 1.2% dengan kadar paling tinggi terdapat pada Bor PML 5549 dengan kadar 2.3%. Lintasan 10 memiliki 3 zona yang terdiri dari topsoil dengan resistivity 0 ?m - 32.2 ?m dengan ketebalan 1 meter, zona saprolit dengan resistivity 19.1 ?m - 41.2 ?m dengan ketebalan 1.77-11.14 meter, dan zona bedrock dengan resistivity 31 ?m-85.3 ?m. Lintasan 10 memiliki kadar rata-rata sebesar 0.84% dengan kadar paling tinggi terdapat pada Bor PML 5641 dengan kadar 1.38% dan Bor PML 5029 dengan kadar 1.35%.

Pomalaa is one of the largest laterite nickel-producing districts in Indonesia. Laterite nickel is a product of the weathering of ultramafic rocks that undergo the leaching and enrichment of minerals in the saprolite zone. This study aims to detect the distribution of laterite nickel by correlating resistivity, boreholes, and geochemical data. The method used is the 1D resistivity method, which utilizes DC injection through electrodes arranged linearly in a Wenner configuration. Based on the interpretation results, track 9 has three zones consisting of topsoil with a resistivity of 0 ?m –18 ?m with a thickness of 1 meter, a saprolite zone with a resistivity of 18 ?m – 94.5 ?m with a thickness of 0.69 – 8.1 meters, and a bedrock zone with a resistivity of 21 ?m – 146.8 ?m. The saprolite zone on line 9 has an average rate of 1.1%, with the highest rate found in Bor PML 5549, with a rate of 2.3%. Line 10 has three zones consisting of topsoil with a resistivity of 0 ?m – 32.2 ?m with a thickness of 1 meter, a saprolite zone with a resistivity of 19.1 ?m – 41.2 ?m with a thickness of 1.77 – 11.14 meters, and a bedrock zone with a resistivity of 31 ?m – 85.3 ?m. Line 10 has an average rate of 0.84%, with the highest rates found in Bor PML 5641, with a rate of 1.38%, and Bor PML 5029, with a rate of 1.35%."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan Basuki
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S39580
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Arif Hidayat
"Pada proses pengolahan nikel khususnya ferronickel, selain menghasilkan logam yang merupakan paduan ferronickel, juga dihasilkan terak ferronickel. Dan jika dipelajari kembali, ternyata didalam timbunan terak ferronickel ini masih banyak mengandung logam berharga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan variasi komposisi aditif kalsium oksida dan pengaruh temperatur roasting terhadap peningkatan kadar logam berharga yang dapat diekstraksi dari terak ferronickel tersebut. Terak ferronickel dan aditif kalsium oksida dicampurkan menggunakan ball mill selama 5 menit dengan variasi komposisi yang berbeda yaitu sebanyak 80:20; 40:60; dan 60:40 sebanyak 10 gram. Kemudian sampel tersebut dikompaksi menggunakan mesin kompaksi hidraulik. Lalu sampel diroasting menggunakan tube furnace pada temperatur 900oC dan 1100oC dengan holding time selama 1 jam dan laju pemanasan sebesar 10oC/min. Setelah sampel diroasting, dilakukan pengujian SEM-EDS, ICP OES dan XRD. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses roasting pada terak ferronickel yang dicampurkan dengan aditif kalsium oksida ini berlangsung lebih optimal pada temperatur roasting 1100oC dibandingkan pada temperatur 900oC. Kemudian, hasil lain yang didapatkan dari penelitian ini yaitu sampel dengan komposisi 80:20 adalah sampel yang lebih optimal dalam peningkatan kadar logam berharga yang diperoleh dibandingkan sampel dengan komposisi 40:60 dan 60:40. Sehingga didapatkan kesimpulan bahwa sampel dengan komposisi 80:20 dan temperatur roasting 1100oC adalah variabel temperatur roasting dan variabel komposisi yang paling optimal untuk memperoleh peningkatan logam berharga pada terak ferronickel.

In nickel processing, especially ferronickel, besides producing metal which is a ferronickel alloy, ferronickel slag is also produced. And it turns out that in this pile of ferronickel slag still contains a lot of precious metals. The purpose of this study was to determine the effect of adding variations in the composition of calcium oxide additives and the effect of roasting temperature on increasing levels of precious metals that can be extracted from the ferronickel slag. Ferronickel slag and calcium oxide additives were mixed using a ball mill for 5 minutes with a different composition variation of 80:20; 40:60; and 60:40 as many as 10 grams. Then the sample is compacted using a hydraulic compacting machine. Then the sample is roasted using a tube furnace at 900 oC and 1100 oC with a holding time for 1 hour and heating rate of 10 oC/min. After that, SEM-EDS, ICP OES and XRD tests are performed. The results of this study indicate that the roasting process in ferronickel slag mixed with calcium oxide additives takes place more optimally at a roasting temperature of 1100 oC compared to 900 oC. Then, another result obtained from this study is that the sample with a composition of 80:20 is more optimal in increasing levels of precious metals obtained compared to samples with compositions of 40:60 and 60:40. So it can be concluded that the sample with a composition of 80:20 and roasting temperature of 1100 oC is the most optimal roasting temperature variable and composition variable to obtain an increase precious metals in ferronickel slag.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Rizky Pratiwi
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan natrium hidroksida dan variasi suhu dalam reduksi selektif karbotermik nikel laterit. Penelitian ini dilakukan menggunakan bijih saprolit dengan kandungan 3,2% Ni dan penambahan 2% batubara sub-bituminus. Variasi yang digunakan selain natrium hidroksida adalah 5% dan 10% sedangkan variasi suhu yang digunakan adalah 900oC, 1000 oC, dan 1100 oC. Alat yang digunakan untuk menganalisis adalah DTA / TGA, SEM EDS, XRF, dan XRD. Dari penelitian ini ditemukan bahwa semakin tinggi suhu reduksi yang digunakan, maka akan semakin tinggi kadar dan perolehan nikel yang diperoleh. Selain itu, penambahan aditif natrium hidroksida dapat meningkatkan kadar nikel dan perolehan kembali nikel dengan cara mengikat mineral silikat / pengotor yang terkandung dalam bijih. Temperatur optimal yang diperoleh dari penelitian ini adalah 1100 oC dengan kadar nikel kadar 8,1% dan perolehan kembali nikel 76%. Sementara itu penambahan aditif optimal adalah pada 10% NaOH pada 1100 oC dengan 12,07% kadar nikel kadar dan 87.42% dari perolehan nikel.

This study was conducted to determine the effect of adding sodium hydroxide and the variation of temperature in selective carbothermic reduction of lateritic nickel. This research was carried out using saprolite ore with content of 3.2% Ni and the adition of 2% of sub-bituminous coal. The variation used in the addition of sodium hydroxide were 5% and 10% while the temperature variations used were 900oC, 1000oC, and 1100oC. The tools used to analyze were DTA / TGA, SEM EDS, XRF, and XRD. From this research it was found that the higher the reduction temperature used, the higher the grade and recovery of nickel obtained. In addition, the addition of sodium hydroxide additives can increase nickel grade and recovery content by binding to silicate / impurity minerals that contained in the ore. The optimal temperature obtained from this research was at 1100oC with 8.13% of grade nickel content and 76% of nickel recovery. Meanwhile the optimal addition of additives was at 10% NaOH at 1100oC with 12.07% of grade nickel content and 87.42% of nickel recovery.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rian Ashari
"Limbah cair dengan kandungan utama nikel berasal dari banyak aktitilas industri, terutama operasi plating. Limbah cair ini memiliki kandungan nikel yang tinggi sehingga lidak dapal langsung dibuang ke lingkungan. Limbah cair ini perlu diolah (waxed) lsflebih dahulu agar sebagian besar nikel yang, terlann di dalamnya dapat dipisahkan Hasil olahan Iimbah ini mengandung nike! dengan kadar yang zinggi. Perolehan kembali logam berharga dari olahan limbah memberil-:an keuntungan ganda berupa: I) penurunan konsentrasi logam dalam limbah cair untuk memenuhi standar yang direrapkan pemerimah, dan 2) memperoieh keuntungan ekonomis dari pemakaian kembali atau harga jual Iogam yang diperoleh.
Pengolahan Iimbah cair dengan kandungan utarna nike! umumnya dilakukan dengan pengendapan nikel hidroksida. Penambahan suatu larutan alkali hidroksida kepada limbah cair ini akan mengendapkan nike] terlarul sebagai nikel hidroksida. Dengan pengendapan ini, nikel dapat dipisahkan dari limbah cair. Perolehan kembali (recovery) logam dari Iimbah cair dilakukan terhadap logam yang relatif berharga seperti tembagzg perak, dan nikel, Perolehan kembali logam berharga ini dapal dilakukan dengan metode elektrolitik.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silmina Adzhani
"Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, salah satunya yaitu mineral nikel. Permintaan dunia akan kebutuhan nikel yang terus meningkat, memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki nya dalam industri pengolahan nikel. Pada proses reduksi nikel dibutuhkan agen pereduksi seperti gas alam dan batubara. Dalam penelitian ini, penggunaan reduktor dari limbah cangkang kelapa sawit digunakan sebagai energi alternatif pemakaian batubara pada proses reduksi karbotermik nikel yang bertujuan untuk mengurangi pemakaian bahan bakar fosil yang persediannya semakin menipis.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan cangkang kelapa sawit sebagai reduktor pada proses reduksi bijih nikel laterit, dengan menggunakan variabel perbandingan massa antara bijih nikel dan reduktor. Adapun variabel perbandingan massa antara bijih nikel dan reduktor yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4, dengan waktu reduksi selama 60 menit pada temperatur 800 C.
Untuk mengamati hasil dari percobaan ini, dilakukan karakterisasi sampel dengan menggunakan pengujian XRD untuk melihat senyawa yang terbentuk pada setiap sampel. Sedangkan pengujian XRF dilakukan untuk melihat kandungan unsur yang terkandung dalam sampel. Pada pengujian XRD didapatkan senyawa dominan yang ada seperti silika SiO2 , senyawa oksida besi seperti maghemite Fe2O3 dan magnetite Fe3O4 , lalu terbentuk juga senyawa lizardite yang tereduksi seperti forsterite Mg2SiO4 , dan liebenbergite Ni2SiO4 . Hasil analisis data pengujian XRF menunjukkan peningkatan recovery Ni seiring dengan penambahan massa reduktor yang digunakan.

Indonesia has many valuable mineral resources, such as lateritic nickel ore. Today, the world demand of lateritic nickel continues to increase. This is an opportunity for Indonesia to develop its potentials in the nickel processing industry. To perform nickel reduction process, reducing agents such as natural gas and coal are needed. In this study, the use of a reductant from palm kernel shell waste as a coal alternative energy in order to reduce the use of fossil fuel which limited availability and cause environmental pollution, being a focus of this research.
The purpose of this study is to determine the effect of palm kernel shell as a reductant in lateritic nickel reduction process, using mass ratio variable between mass of nickel ore and reductant. The mass ratio between nickel ore and reducing agent used in this study are 1 1, 1 2, 1 3, and 1 4, with the temperature of reduction in 800 C for 60 minutes.
To observe the results of this experiment, the sample characterization was carried out using XRD and XRF. XRD data showed the presence of silica SiO2 , iron oxide compounds such as maghemite Fe2O3 and magnetite Fe3O4 , also compounds from reduction of lizardite such as forsterite Mg2SiO4 and liebenbergite Ni2SiO4 . The results of XRF analysis showed improvement of Ni recovery in line with the addition of the mass of reducing agents.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67263
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Azif
"ABSTRAK
Dalam meningkatnya kebutuhan nikel di dunia dan menurunnya deposit nikel sulfida, pengolahan nikel jenis nikel oksida merupakan tantangan baru dengan metode reduksi selektif aditif Na 2SO4 dan reduktor batu bara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter preparasi persiapan pelet sebelum reduksi dalam peningkatan redusibilitas dan perolehan nikel laterit . Sampel dipersiapkan dengan membuat pelet dengan variasi ukuran massa 5 gram, 10 gram, dan 15 gram. Sampel dengan hasil perhitungan reducibilitas setelah reduksi selektif dikarakterisasi dengan BET- luas permukaan untuk mengetahui perubahan luas permukaan specifik, Uji XRD untuk mengetahui fasa yang terbentuk, dan uji AAS untuk mengetahui perolehan kadar setelah reduksi selektif. Nilai redusibilitas yang besar dan penurunan luas permukaan specifik terjadi pada pelet yang berukuran massa besar, hasil uji XRD menunjukkan pembentukan Magnetite pada pelet ukuran massa 5 gram, akan tetapi terjadi pembentukan fasa fayalite di setiap ukuran massa pellet yang diuji. Nilai perolehan besi dan nikel terbesar dimiliki oleh pelet yang berukuran kecil.

ABSTRACT
During the needs increase of nickel and the deposit decline of nickel sulfide, the processing of nickel oxide is a new challenge with selective aditive reduction Na 2SO4 and coal redactor. The purpose of this research is to identify the parameter of pellet preparation before reduction in order to increase the reducibility and the gain of nickel laterite. Samples are prepared by creating pellets which mass variation are within 5, 10, and 15 gram. The samples with the results of the reducibility after selective reduction was characterized by BET surface area to identify the specific survey area change, XRD test to determine the formed phase, and the AAS test to determine the acquisition of content after selective reduction. The large reducibility value and the decrease of specific surface area occur in large pellets, XRD test results show the formation of Magnetite in 5 gram pellets. However, the forming of fayalite phase occurred in every tested pallets. The largest iron and nickel recovery value is owned by small pellets"
2017
S68601
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>