Ditemukan 114134 dokumen yang sesuai dengan query
Pardamean, Albert Wilson
"Kabupaten OKI, Sumatera Selatan memiliki 685.425 hektar lahan gambut saat ini dan 5%-nya direncanakan untuk pembangunan infrastuktur. Pertumbuhan kota yang semakin tinggi memaksa pembangunan harus dapat dilakukan meskipun pada daerah yang sukar seperti lahan gambut. Kendala ditemukan pada sifat mekanis buruk seperti penurunannya yang besar akibat kurangnya pengurai untuk dekomposisi gambut menjadi struktur tanah kuat seperti lempung. Penelitian ini bertujuan menganalisa pengaruh penambahan mikroorganisme selulolitik potensial dengan metode injeksi terhadap perbaikan parameter konsolidasi tanah gambut Kayu Agung. Mikroorganisme berasal dari isolat dari gambut asli yang digunakan untuk mempercepat proses dekomposisi. Perbandingan parameter kompresi dan kimia biologis antara gambut asli dan setelah fermentasi dengan kadar 50% volume secara bertahap dengan pemeraman selama 30 dan 60 hari menunjukkan perbaikan kompresibilitas karena semakin padatnya tanah gambut akibat penguraian serat gandanya. Indeks pemampatan terukur semakin menurun dengan nilai Cc dan Cα 1,96 dan 0,020 setelah 60 hari dari nilai awal 3,68 dan 0,119. Dengan penambahan mikroorganisme selulolitik yang terkontrol, gambut semakin kurang kompresif dan stabilisasi konsolidasi dapat tercapai.
OKI Regency, South Sumatera has 685.425 hectare peatland today and 5% of it planned for infrastructure. Rapidly town development forces construction taking place on difficult areas like peatland. Trouble’s found on poor mechanical property like its big settlement due to lack of decomposer for peat to be strong structurally like clay. This research aims to analyze the benefit of potential cellulolytic microoganisms addition by injection on stabilizing the consolidation parameter of Kayu Agung peat. The microorganisms are isolates from natural peat used for quicker decomposition. Comparison of biochemical and compression parameters between natural peat and microorganisms-fermented peat with content of serial 50% volume, after 30 and 60 days shows compressibility improvement with denser soil particles after decomposition of its multifabric. Indexes of compression are measured decreasing with Cc dan Cα 1.96 and 0.020 after 60 days from its initial 3.68 and 0.119. By adding controlled cellulolytic microorganisms, peat soil becomes less compressive and the consolidation stabilization is able to achieved."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55627
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Akram Yonda Putra
"Tanah gambut adalah material organik yang berasal dari campuran fragmen-fragmen tumbuhan yang telahmembusuk akibat air endapan dan terbentuk dalam tanah basah yang berubah secara kimia akibat pengaruhcuaca, kondisi topografi, sirkulasi oksigen yang kurang bagus ,dan proses dekomposisi oleh bakteri danmikroorganisme lain di dalam tanah yang tidak sempurna. Tanah gambut termasuk tanah yang bermasalah danpersebarannya banyak ditemukan di beberapa daerah yang memiliki sungai dan rawa lebih banyak seperti diSumatera, Kalimantan dan Papua. Luas tanah gambut di Sumatera Selatan terbanyak kedua yakni 1.43 jutahektar dari 7.14 juta hektar lahan gambut di Sumatera. Untuk mengatasi permasalahan pada tanah gambutdilakukan upaya penstabilan dengan mikroorganisme selulolitik. Uji yang dilakukan sama dengan Pandamean 2014 yaitu dengan uji konsolidasi. Dari uji yang dilkukan dilihat pengaruh perubahan metode injeksi danpenambahan waktu fermentasi terhadap parameter dasar serta parameter kompresibilitas sampel. Dari hasil uji,perubahan metode injeksi serta waktu fermentasi tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan nilai parameterdasar, akan tetapi terdapat perubahan yang cukup besar pada nilai Cc 0.34 berbanding 1.96 dan nilai C 0.01 berbanding 0.02.
Peat soil is an organic material derived from a mixture of plant fragments that have been decomposed due tosediment water and formed in wet soils that change chemically due to weather effects, topographical conditions,poor oxygen circulation, and decomposition by other bacteria and microorganisms in imperfect soil. Peat soils isone of the problematic soils and their distribution is found in areas with more rivers and swamps such asSumatra, Kalimantan and Papua. The peat soil area in South Sumatra is the second largest area in Sumatra 1.43million hectares of 7.14 million hectares of peatland in Sumatra. To solve the problems of the peat soil, theresearcher do a study about a stability efforts with cellulolytic microorganisms. The test performed is the same asPandamean 2014 by consolidation test. From the test we know that the effect of the injection method changeand the addition of fermentation time to the basic and compressibility parameters. From the test result, thechange of injection method and increasing of fermentation time did not significantly affect the value of the basicparameters, but there was a considerable change in the value of Cc 0.34 versus 1.96 and the C value 0.01 versus 0.02. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68172
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Riyadh
"Di daerah Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan terdapat lahan gambut yang luas yang dimanfaatkan sebagai tempat pemukimam warga. Permasalahannya tanah gambut memiliki daya dukung yang kecil apabila terdapat beban diatasnya. Stabilisasi yang digunakan pada penelitian ini ialah penambahan mikroorganisme selulolitik potensial yang berasal dari tanah gambut. Metode pencampuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode injeksi. Waktu fermentasi setelah injeksi dilakukan ialah 30 hari dan 45 hari. Dengan penambahan mikroorganisme maka proses dekomposisi pada tanah gambut dipercepat sehingga merubah properti tanah gambut dan kerapatan kering. Perubahan yang didapatkan pada properti tanah dan kerapatan kering tidak berubah secara signifikan.
In Ogan Komering Ilir region, South Sumatra peat lands used as people dwelling place are wide-spread. The problem is that peat has small bearing capacity while being loaded. Stabilization used in this research is by adding potential cellulytic microorganisms from the peatsoil. The mixing method used in this research is injection method. Fermentation time after doing injection is 30 and 45 days. By adding the microorganisms, then the decomposition process is being quicker so that it change the properties and the dry density of peatsoil. The change obtained on the soil properties and the dry density is not significantly changed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55718
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rendy Eka Pratama
"Semakin berkembangnya zaman, membuat pembangunan infrastruktur harus dapat dilakukan di berbagai tempat, begitu pun pada tanah gambut. Akan tetapi, tanah gambut merupakan salah satu jenis tanah yang memiliki kekuatan yang buruk dan kurang baik sebagai dasar konstruksi sipil. Oleh karena itu, diperlukan sebuah usaha untuk stabilisasi atau meningkatkan daya dukung tanah gambut, yaitu pada penelitian ini akan dilakukan penambahan mikroorganisme selulolitik pada tanah gambut yang bertujuan untuk menguraikan atau mendekomposisi senyawa organik berupa serat dan selulosa menjadi senyawa anorganik yang lebih sederhana dan padat. Volume mikroorganisme yang ditambahkan adalah sebesar 10% dari volume tanah dalam wadah per tahap dari total 2 tahap injeksi dan masa fermentasi selama 65 hari. Pengujian kekuatan tanah yang dilakukan adalah uji triaksial Consolidated Undrained (CU) dan Unconsolidated Undrained (UU). Setelah dilakukan injeksi mikroorganisme dan fermentasi, didapatkan hasil peningkatan parameter kuat geser tanah gambut yaitu, nilai kohesi dan sudut geser.
As the time goes by, constructing infrastructure must be able to do in various places, even on the peat soil area. However, peat soil is a type of soil which have a low strength and not good enough as a base of civil construction. According to that condition, it takes an effort to stabilize or increase the bearing capacity of peat soil, this study will be use the addition of cellulolytic microorganisms in peat soil that aims to decompose the fiber and cellulose into solid and simpler organic compounds. Volume of microorganisms that are added is equal to 10% of the total volume of soil in the container per stage of total 2 stages and with fermentation period for 65 days. The soil strength test which was conducted in this experiment is Consolidated Undrained (CU) and Unconsolidated Undrained (UU) triaxial tests. After the injection of microorganisms and 65 days fermentation, the result showed an increasing in shear strength of peat soil parameters, the value of cohesion and friction angle."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59430
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Farid Farlandi Astianto
"Seiring peningkatan kebutuhan infrastruktur yang maju disertai penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berwawasan lingkungan, tidak dapat dihindari pembangunan konstruksi di atas lahan gambut. Penelitian ini bertujuan menganalisa nilai CBR dan nilai DCP tanah gambut daerah Kecamatan Kayu Agung, Sumatera Selatan pada kondisi unsoaked, terhadap penambahan mikroorganisme selulolitik potensial asli.
Pada penelitian ini dilakukan metode pencampuran secara konvensional dengan alat penyemprot dengan volume pencampuran (satuan liter) sebanyak 10% dari berat tanah (satuan kg). Setelah dilakukan fermentasi selama 30 dan 45 hari terjadi peningkatan nilai CBR unsoaked dan penurunan nilai DCP unsoaked dari kondisi asli namun perubahan yang terjadi tidak signifikan.
Along with the increase of advanced infrastructure needs and application of green science and technology, constructions on peatland is undeniable. This research aims to increase CBR value and to decrease DCP value for improving support capability of peat soil. Addition of potential cellulolytic potential microorganisms is a kind of natural solution for faster improvement on mechanical property of peat soil. In this research, the mixing is conventionally by using sprayer with microorganisms volume as much as 10% of soil mass (in litre unit). After fermentation of 30 and 45 days, it shows increase of CBR value and decrease of DCP value from its initial condition yet the results obtained is still in bad condition."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56605
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Marsetya Putra Pradipta
"Pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak diikuti dengan penambahan jumlah luas lahan merupakan suatu masalah yang dihadapi pada saat ini. Terbatasnya jumlah lahan yang tersedia menyebabkan lahan gambut yang tergolong ke dalam tanah lunak juga dimanfaatkan untuk lahan pembangunan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa nilai kerapatan kering, California Bearing Ratio (CBR) dalam kondisi unsoked dan soaked tanah gambut OKI Sumatera Selatan terhadap penambahan mikroorganisme selulotik potensial asli. Secara konvensional, penambahan mikroorganisme dilakukan dengan cara diaduk dan dilakukan penambahan volume sebanyak 5% dari berat tanah dan konsentrasi mikroorganisme sebanyak 1010. Setelah dilakukan pencampuran tanah difermentasi selama 60 hari dan diamati peningkatan nilai kerapatan kering dan CBR dari kondisi tanah asli tidak terjadi perubahan yang signifikan.
Population growth which is not followed by the addition of the vast amount of land is a problem faced at the moment. The limited amount of available land led to peatland which categorized to the soft ground is also used for land development. This study aims to analyze the dry density value , CBR in unsoked conditions and soaked to the addition of microorganisms selulotik original potential. Conventionally, the addition of microorganisms is done by stirring and the addition of volume as much as 5% of the weight of the soil and the concentration of microorganisms as many as in 1010. After mixing the ground fermented for 60 days and observed an increase in the value of dry density and CBR of the original soil conditions but not significant changes."
Depok: [Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia], 2015
S61937
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Aditiya Putra Karisma
"Indonesia memiliki lahan gambut yang sangat besar. Menurut Soekardi dan Hidayat (1988) lahan gambut di Indonesia diperkirakan seluas 18,4 juta hektar. Sifat daya dukung tanah gambut sangat rendah sehingga potensi ketidakmanfaatan tanah gambut untuk kemampuan menahan beban yang lebih besar. Oleh sebab itu dilakukan upaya untuk mestabilkannya. Telah banyak upaya untuk menstabilkan tanah dengan menambahkan campuran oleh peneliti-peneliti sebelumnya yaitu dengan dengan semen dan aspal. Bahan stabilisasi yang diberikan adalah campuran kimia sehingga akan merusak lingkungan baik dalam skala besar ataupun kecil. Pada penelitian dilakukan pencampuran dengan pupuk urea (EM4) dengan upaya lebih ramah lingkungan. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan penelitian sebelumnya (Siti Muslikah, 2011) yang telah melakukan upaya stabilisasi dengan mikroorganisme asli, EM4, dan p2000z tetapi hanya sebatas pada parameter konsolidasi. Sehingga pada penelitian ini akan dilihat perubahan pada parameter CBR dan triaksial CU tetapi hanya dengan campuran urea (EM4).
Tujuan penelitian ini yaitu melihat pengaruh pada parameter properti fisik (specific gravity dan atterberg limit) dan properti mekanik (compaction, CBR, dan triaksial CU) sebelum diberikan tambahan mikroorganisme dan setelah dilakukan penambahan dengan campuran 20% urea (EM4) berdasarkan berat keringnya. Kadar 20% yang diambil berdasarkan berat kering tanah gambut tersebut, sehingga sebelum proses pencampuran dilakukan pencarian kadar air natural pada tanah gambut tersebut. Pencampuran pada kadar air natural ini dimaksudkan dikondisikan seperti sesuai kondisi lapangan. Kadar air natural pada penelitian ini adalah 220%. Setelah dilakukan pencampuran kemudian dilakukan pemeraman selama 1 bulan agar terjadi aktivitas mikroorganisme. Setelah 1 bulan dilakukan pengeringan udara agar kadar air pada tanah gambut tersebut sesuai dengan kondisi pengujian yang akan dilakukan. Kemudian untuk penelitian uji pemadatan dilakukan pada beberapa titik kadar air. Pada pengujian uji pemadatan standard proctor untuk tanah gambut asli dicari pada titik dengan kadar air dari range 40%, sampai 140%. Sedangkan untuk tanah gambut setelah dilakukan pencampuran urea (EM4) dilakukan pada titik kadar air 35% sampai 90%. Pengujian compaction ini dilakukan untuk mendapatkan kadar air optimum. Pengujian CBR soaked dan unsoaked untuk tanah gambut tanpa campuran dilakukan pada kadar air pada setiap uji pemadatan. Sedangkan untuk pengujian CBR tanah gambut setelah dilakukan pencampuran urea (EM4) hanya dilakukan pada kadar air optimum hasil dari pengujian uji pemadatan yaitu pada kadar air 68%. Kemudian pengujian selanjutnya adalah triaksial CU untuk mendapatkan parameter tahanan geser dan kohesi. Pengujian triaksial CU dilakukan pada 3 sampel setiap serinya dengan tegangan isotropis 100 kPa, 200 kPa, dan 300 kPa. Pengujian triaksial CU untuk tanah gambut asli dilakukan pada kadar air 77% yaitu kadar air optimum dari hasil peneltian uji pemadatan. Sedangkan untuk penelitian triaksial CU untuk tanah gambut setelah dilakukan pencampuran dilakukan pada kadar air optimum 66% dari hasil penelitian uji pemadatan. Kurva yang didapatkan dari pengujian triaksial CU ini memperlihatkan kurva overconsolidated karena sampel tanah gambut dilakukan pemadatan terlebih dahulu. Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa telah terjadi perubahan properti fisik tetapi tidak signifikan, khsusunya bertambahnya jumlah total mikroorganisme akibat aktivitasnya dan jumlah kadar serat yang menurun karena seratnya telah termakan oleh aktivitas mikroorganisme, sedangkan untuk properti mekaniknya tidak terjadi perubahan.
Indonesia has great numbers of peatland. According to Soekardi and Hidayat (1988), peatland in Indonesia is estimated to be 18.4 million hectares. Its soil bearing capacity is so low that it is unable to bear massive loads; therefore, the stabilized activity is indispensable. There have been many attempts by previous researchers to stabilize the soil by adding a mixture of cement and asphalt. This stabilized materials are chemical agents that will harm environment either in large or small scale. To be more environmentally friendly, This study used urea fertilizer (EM4) as the mixture. It is an continued research of Muslikah (2011) in which she developed mixture of pristine microorganisms, EM4, and p2000z but limited to the consolidation parameter. Thus, this study focused alteration of the strength of peat soil on another parameters due to the addition of urea fertilizer (EM4) with CBR and triaxial CU test. The purpose of this study is to investigate the differences of physical properties (specific gravity and atterberg limit) and mechanical properties (compaction, CBR, and triaxial CU) in two conditions: without and with additive mixture of 20% urea (EM4) based on dry weight). The concentration of 20% is based on the dry weight of peat; therefore, prior to mixing process, it is important to determine the natural water content of peat. Mixing in natural water content is intended to practice as similar as possible to its the actual field condition. The natural water content for peat in this study is 220%. Once mixing process finished, the curing was then performed for 1 month allow microorganisms activity. Thereafter, peat was dried to make water content in accordance with the condition of the test. Compaction test was then performed at some points of water content. Standard proctor compaction test was conducted at the range of moisture content of 40% to 140% for original peat soil, and 35% to 90% for urea (EM4) mixed-peat soil. The aim of this compaction test is to obtain optimum moisture content. Soaked and unsoaked CBR test for original peat soil was performed to each water content of compaction test; on the contrary, The CBR test for urea (EM4) mixed-peat soil was conducted only to the optimum moisture content, that is 68%. The subsequent test is CU triaxial test to obtain shear resistance and cohesion parameters. The CU triaxial test was performed on three samples of each series with isotropic stress of 100 kPa, 200 kPa and 300 kPa. This test was conducted at optimum moisture content from compaction test, that is 77% and 66% for original peat soil and urea (EM4) mixed-peat soil, respectively. The curve obtained from CU triaxial test shows an overconsolidated curves, as samples were compacted in the beginning of the test. This study found that there is alteration of physical properties though insignificant : the increasing number of microorganisms because of their activities and the decreasing amount of fiber content as was consumed by microorganisms. However, there is no change in mechanical properties. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42812
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Allih Hayyan
"Pembanguna Infrastruktur sangan gencar dilakukan oleh pemerintah saat ini diseluruh Indonesia, sehingga proyek infrastruktur tersebut harus dilakukan diberbagai jenis tanah dasar, termasuk tanah gambut. Akan tetapi tanah gambut yang memiliki daya dukung rendah untuk infrastruktur mengharuskan diadakannya upaya peningkatan kekuatan tanah gambut tersebut, yaitu salah satunya dengan mencampurkan campuran geopolimer kepada tanah gambut. Campuran geopolymer sudah banyak diterapkan pada penelitian terhadap beton sebagai pengganti semen karena sifatnya yang bisa mengikat. Persentase campuran geopolimer yang ditambahkan pada tanah gambut adalah 10 dari berat kering tanah gambut, dan dilakukan dengan variasi kadar air dan waktu peram yang berbeda. Pengujian sampel tanah gambut setelah dicampur dengan 10 geopolimer dilakukan dengan uji triaksial Consolidated Undrained CU . Setelah ditambahkan 10 geopolimer dan diperam beberapa waktu didapatkan peningkatan nilai parameter kuat geser pada tanah gambut yaitu nilai kohesi efektif.
Infrastructure Development has been intensively carried out by the current Indonesian government, so that infrastructure projects must be carried out in various types of soil, including on peat soil area. However, peat soils has low strength capacity for civil construction, so that it takes an effort to increase the bearing and shear strength capacity of peat soil, for example by mixing the geopolymer mixture with peat soil. The geopolymer has been widely applied to research on concrete as a substitute for cement because of its binding nature. The percentage of geopolymer mixture that added to peat soil is 10 of the dry weight of the peat soil, and is carried out with different water content and different timing of the plague. Testing of peat soil samples after mixing with 10 geopolymer was done by triaxial Consolidated Undrained CU test. After added 10 geopolymer in 10 days plague time, the result showed an increasing of some shear strength parameters of the sample."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
R.21.08.38 Yen p
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Febri Yenni
"Gambut merupakan tanah yang mempunyai karakteristik yang unik, dengan daya rembes yang tinggi, kadar air yang tinggi, serta kandungan organik yang tinggi, menyebabkan gambut memiliki daya dukung yang rendah. Dan salah satu sifat gambut yang cukup dominan adalah perilaku kompresibilitasnya. Sehingga diperlukan suatu penelitian untuk mempelajari sifat kompresibilitas tersebut. Gambut yang digunakan adalah gambut yang berasal dari desa Duri-Riau.
Sifat kompresibilitas gambut pada penelitian ini diketahui dengan mempelajari nilai Indek Kompresi (Cc) dari uji konsolidasi dengan menggunakan alat Oedometer pada gambut yang telah dipadatkan. Pemadatan dilakukan dengan alat uji standar Proctor.Gambut yang dipadatkan akan diuji dengan variasi kadar air 140%, 160%, 180%. Pada tiap kadar dilakukan suatu proses pembasahan dan pengeringan setelah di padatkan selama 4 hingga 7 hari yang merupakan simulasi keadaan hujan dan sesudah hujan dilapangan. Dan juga pada kondisi siklus dilakukan variasi periode waktu pembebanan 72 jam untuk melihat perilaku konsolidasi sekunder.
Analisa yang dilakukan merupakan kurva konsolidasi regangan terhadap log waktu untuk mengetahui batasan konsolidasi primer dan konsolidasi sekunder dari hasil pembebanan uji konsolidasi. Sedangkan nilai Cc dianalisa berdasarkan kemiringan pada bagian linier kurva hubungan angka pori (e) dan tegangan (? - ), kurva kompresi.
Peat soil has unique characteristics such as high permeability, high water content, and high organic content that cause its low bearing capacity. The most dominant characteristic in peat soil is the compressibility behavior. Then, it is needed to do the experiment to learn the compressibility itself. The peat soil used comes from Duri-Riau. The compressibility characteristic of this peat soil in this experiment can be known by learning the Compression Index value (Cc) from the consolidation test using the Oedometer to the peat soil that has been compacted before. The compaction is done by using the Proctor standard test tool. The peat soil compacted will be tested using some variations of water content which are 140%, 160%, 180%. On each of water content is done a wet and dry process after the peat soil is compacted for about 4 to 7 days which is the simulation of the actual rain condition and the after rain condition. In this cycle is also done the time loading variation 72 hours to get the secondary consolidation behavior. The analysis taken results the strain consolidation curve to the time logarithmic, used to know the limit of the primary consolidation and the secondary consolidation from the loading of the consolidation test. The Cc value is analyzed base on the gradient of the linier curve of the void ratio (e) and stress (?') of the compression curve. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35728
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library