Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160136 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asti Diautami
"Skripsi ini membahas kalimat tanya Bahasa Jawa Kuna. Pertama-tama penulis membaca, mencari, dan mengumpul data berupa kalimat tanya yang ada pada teks Ādiparwa dan Wirataparwa. Penulis juga mengumpulkan refrensi yang membahas mengenai kalimat tanya Bahasa Jawa Kuna. Temuan kalimat tanya yang ada pada teks Ādiparwa dan Wirataparwa akan dibahas menggunakan teori sintaksis dan ditunjang oleh beberapa referensi yang membahas kalimat tanya Bahasa Jawa Kuna. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam Bahasa Jawa Kuna terdapat 4 jenis kalimat tanya, yaitu kalimat tanya, konfirmatoris, altenatif, informatif dan tidak langsung. Selain itu, pada kalimat tanya konfirmatoris terdapat konstituen takarin yang berfungsi meminta penegasan melalui penegasian. Pada kalimat tanya informatif, kata tanya selalu berada di awal kalimat dan menduduki fungsi Predikat.

This thesis discusses about introgative sentences in Old Javanese. First, the authors read, searched, and collected data of the introgative sentence in the Ādiparwa and Wirataparwa texts. The authors also collected the references which discusses about introgative sentences. The results of the introgative sentences in Ādiparwa and Wirataparwatext will be discussed using syntac theory and supported with others reference which discussed about introgative sentences in Old Javanese. In Old Javanese showed that there are four varians of introgative sentences, there are confirmative introgative-sentence, alternative, informative, and indirect introgative-sentence. Beside that, in confirmative question there is contituenttakarin which function propose to confirmation in negation ways. In informative questions, the introgative-prounouns are always in the first sentence and occupied the Predicate function."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55648
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Novayani
"Skripsi ini membahas negasi dalam bahasa Jawa Kuno pada teks diparwa Penelitian difokuskan kepada varian perilaku sintaktis makna dan jangkauan penegasian konstituen negatif Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat berbagai varian perilaku sintaktis dan makna konstituen negatif sedangkan jangkauan penegasiannya adalah sama.

This thesis explained the negation in Old Javanese language on diparwa text The research pointed out on variant syntactical behavior meanings and scope of the negation To that end this research implemented the analytical descriptive method In conclusion the result of the research revealed that there are several variants syntactical behavior and negative constituent meanings while the concerning scope of the negation is exactly the same. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bangkit Ria Irawan
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang fungsi partikel ni dalam Bahasa Jawa Kuno. Langkah awal penulisan skripsi ini adalah penulis membaca keseluruhan teks Ādiparwa kemudian mencari, mengumpulkan dan mengelompokan data sesuai kata yang mendahului partikel ni. Temuan data dalam teks Ādiparwa diuraikan secara sintaksis serta didukung oleh referensi yang membahas tentang partikel ni. Hasil dari analisis menjelaskan tentang fungsi partikel ni yang didahului oleh nomina, verba dan partikel de. Hasil ini menunjukan fungsi partikel ni yang sebagai pemarkah, preposisi, dan preposisi majemuk. serta menjelaskan ciri khusus partikel ni dalam Bahasa Jawa Kuno.

ABSTRACT
This thesis discusses the function of particles ni in the Old Javanese language. The first step of this thesis is the author read the entire text Ādiparwa then searched collected and classified data according to the word that precedes the particle ni. The results of the data in the text Ādiparwa describe using syntac theory and supported by references that discuss particle ni. The results of the analysis describes the function of the particle ni, which is preceded by the noun, verb and particle de. These results show that as a function of particle ni markers, prepositions, and compound prepositions. and explain the special characteristics of particles ni in the Old Javanese language.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57630
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Skripsi ini membahas kalimat tanya bahasa Jawa. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah deskripsi mengenai ciri-ciri, pembentukan, dan jenis-jenis kalimat tanya bahasa Jawa.
Dari hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa kalimat tanya bahasa Jawa setidaknya dibedakan atas tiga, yakni kalimat tanya total, parsial, dan alternatif. Kalimat tanya total menghendaki jawaban 'ya' dan 'tidak?, mempunyai ciri sering menggunakan kata bantu tanya apa dan berintonasi akhir tanya yang cenderung menaik. Berdasar atas sikap pembicara dalam mengajukan pertanyaan kepada lawan bicara, kalimat tanya total dibedakan atas empat jenis, yakni (1) jenis ketidaktahuan, (2) pengesahan, (3) kebimbangan, dan (4) pertimbangan.
Kalimat tanya parsial merupakan kalimat tanya yang menghendaki jawaban yang informatif. Kalimat tanya total ini ditandai dengan adanya kata ganti tanya apa, sapa, geneya, endi, kapan, dan pira, dan berintonasi akhir tanya yang cenderung menurun. Pembentukan kalimat tanya parsial ini dengan menggunakan kata ganti tanya. Berdasar atas hal yang ditanyakan kalimat tanya parsial bahasa Jawa dibedakan atas sepuluh jenis, yakni: (1) jenis sebab, (2) situasional, (3) lokatif, (4) kala, (5) deiktik, (6) partisipan, (?) tindakan, (B) identif, (9) obyektif, dan (10) kuantitatif.
Kalimat tanya alternatif bahasa Jawa adalah kalimat tanya yang menghendaki jawaban pilihan dua atau lebih. Kalimat tanya alternatif ini ditandai dengan adanya kata penghubung apa diantara pilihan jawaban, kata ingkar ora 'tidak', dan berintonasi tanya naik di tengah kemudian menurun diakhir kalimat. Pembentukan kalimat ini adalah dengan menggunakan kata penghubung apa diantara pilihan jawaban, dan kata ingkar ora 'tidak'. Berdasar atas pilihan jawaban kalimat tanya alternatif ini dibedakan atas dua, yakni (1) pemilihan total. dan (2) pemilihan parsial."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S11711
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam skripsi ini saya membahasa topik Bentuk dan Strategi Kesopanan Kalimat Perintah Bahasa Jawa. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pendapat para ahli yang menyatakan bahwa untuk memberikan perintah dapat disampaikan dalam bermacam-macam jenis kalimat, dan kalimat yang dipilih tersebut merupakan strategi kesopanan untuk menjaga hubungan sosial antar peserta komunikasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperlihatkan jenis-jenis kalimat yang menyampaikan pesan perintah dan menjelaskan strategi kesopanan yang terdapat di dalamnya. Metode yang digunakan adalah metode padan dan metode metode agih. Kedua metode ini digunakan untuk menganalisis
deep structure dan surface structure kalimat perintah.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah dalam bahasa Jawa pesan perintah itu dapat disampaikan dalam tiga konstruksi kalimat, yaitu imperatif, deklaratif, dan interogatif. Kalimat imperatif menggunakan strategi kesopanan Bald on record karena pesan perintah dapat langsung ditangkap oleh pendengar, sedangkan kalimat deklaratif dan interogatif menggunakan strategi kesopanan Off Record karena pesan perintah disampaikan secara tersamar atau tersembunyi."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aenun Khafidah
"Pada bahasa Jawa standar, pronomina persona pertama aku selalu berbentuk terikat -ku ketika digunakan secara posesif, contohnya tanggaku ‘tetanggaku’. Pronomina aku tidak pernah menjadi unsur atribut pada frasa nominal yang menyatakan kepemilikan. Namun data penelitian ini menemukan aku yang menjadi atribut pada frasa nominal kepemilikan, contoh tanggane aku. Perilaku sintaksis semacam itu merupakan ciri pronomina persona yang berasal dari kelas kata nomina (tidak asli). Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan perilaku sintaksis pronomina persona bahasa Jawa Brebes. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah ragam lisan. Pengumpulan data ragam lisan dalam bentuk lisan diperoleh dengan teknik wawancara, sedangkan ragam lisan dalam bentuk tulisan diperoleh dari export chat WhatsApp. Hasil pengumpulan data tersebut diproses pada penyediaan data menggunakan aplikasi AntConc. Data penelitian ini berupa kata, frasa, dan kalimat yang memuat pronomina persona bahasa Jawa Brebes. Analisis dilakukan berdasarkan teori pragmatik dan sintaksis pronomina persona menurut Wedhawati (2006). Hasil analisis pragmatik menunjukkan pronomina persona bahasa Jawa Brebes terdiri atas pronomina persona pertama, kedua, dan ketiga. Berdasarkan jumlahnya, pronomina persona pertama dan kedua memiliki bentuk tunggal dan jamak, sedangkan pronomina persona ketiga hanya berbentuk tunggal. Berdasarkan bentuknya, pronomina persona ini terdiri atas bentuk bebas dan terikat. Analisis sintaksis menunjukkan pronomina persona bahasa Jawa Brebes hadir dalam bentuk bebas dalam membentuk konstruksi posesif. Dalam konstruksi pasif, prefiks di- digunakan sebagai penanda pasif dengan argumen agen persona pertama, kedua, dan ketiga. Prefiks tak- kehilangan fungsi pragmatiknya karena memiliki fungsi yang sama dengan di- dalam konstruksi pasif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumber data ragam lisan dalam penelitian dialek telah memperlihatkan banyak variasi, sehingga penting dalam pemilihan sumber data.

In standard Javanese, the first-person pronoun aku always takes the bound form -ku when used possessively, e.g. tanggaku 'my neighbor'. The pronoun aku is never an attribute element in nominal phrases expressing ownership. However, the data in this study found aku as an attribute in possessive nominal phrases, for example, tanggane aku. Such syntactic behavior is characteristic of personal pronouns derived from the noun word class. Based on this background, the purpose of this study is to describe the syntactic behavior of Javanese personal pronouns in Brebes. This research method uses qualitative method. The data source used is oral variety. Data collection of oral variety in oral form is obtained by interview technique, while oral variety in written form is obtained from export WhatsApp chat. The results of the data collection were processed on data provision using the AntConc application. The data of this research are words, phrases, and sentences containing personal pronouns of Brebes Javanese language. The analysis was conducted based on the theory of pragmatics and syntax of personal pronouns according to Wedhawati (2006). The results of the pragmatic analysis show that Brebes Javanese personal pronouns consist of first, second, and third person pronouns. Based on the number, the first and second personal pronouns have singular and plural forms, while the third personal pronoun is only singular. Based on their form, these personal pronouns consist of free and bound forms. Syntactic analysis shows that Brebes Javanese personal pronouns are present in free form in forming possessive constructions. In passive constructions, the prefix di- is used as a passive marker with first, second, and third person agent arguments. The tak- prefix loses its pragmatic function because it has the same function as di- in passive constructions. The results of this study show that the source of oral variety data in dialect research has shown many variations, so it is important in the selection of data sources."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aenun Khafidah
"Pada bahasa Jawa standar, pronomina persona pertama aku selalu berbentuk terikat -ku ketika digunakan secara posesif, contohnya tanggaku ‘tetanggaku’. Pronomina aku tidak pernah menjadi unsur atribut pada frasa nominal yang menyatakan kepemilikan. Namun data penelitian ini menemukan aku yang menjadi atribut pada frasa nominal kepemilikan, contoh tanggane aku. Perilaku sintaksis semacam itu merupakan ciri pronomina persona yang berasal dari kelas kata nomina (tidak asli). Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan perilaku sintaksis pronomina persona bahasa Jawa Brebes. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah ragam lisan. Pengumpulan data ragam lisan dalam bentuk lisan diperoleh dengan teknik wawancara, sedangkan ragam lisan dalam bentuk tulisan diperoleh dari export chat WhatsApp. Hasil pengumpulan data tersebut diproses pada penyediaan data menggunakan aplikasi AntConc. Data penelitian ini berupa kata, frasa, dan kalimat yang memuat pronomina persona bahasa Jawa Brebes. Analisis dilakukan berdasarkan teori pragmatik dan sintaksis pronomina persona menurut Wedhawati (2006). Hasil analisis pragmatik menunjukkan pronomina persona bahasa Jawa Brebes terdiri atas pronomina persona pertama, kedua, dan ketiga. Berdasarkan jumlahnya, pronomina persona pertama dan kedua memiliki bentuk tunggal dan jamak, sedangkan pronomina persona ketiga hanya berbentuk tunggal. Berdasarkan bentuknya, pronomina persona ini terdiri atas bentuk bebas dan terikat. Analisis sintaksis menunjukkan pronomina persona bahasa Jawa Brebes hadir dalam bentuk bebas dalam membentuk konstruksi posesif. Dalam konstruksi pasif, prefiks di- digunakan sebagai penanda pasif dengan argumen agen persona pertama, kedua, dan ketiga. Prefiks tak- kehilangan fungsi pragmatiknya karena memiliki fungsi yang sama dengan di- dalam konstruksi pasif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumber data ragam lisan dalam penelitian dialek telah memperlihatkan banyak variasi, sehingga penting dalam pemilihan sumber data.

In standard Javanese, the first-person pronoun aku always takes the bound form -ku when used possessively, e.g. tanggaku 'my neighbor'. The pronoun aku is never an attribute element in nominal phrases expressing ownership. However, the data in this study found aku as an attribute in possessive nominal phrases, for example, tanggane aku. Such syntactic behavior is characteristic of personal pronouns derived from the noun word class. Based on this background, the purpose of this study is to describe the syntactic behavior of Javanese personal pronouns in Brebes. This research method uses qualitative method. The data source used is oral variety. Data collection of oral variety in oral form is obtained by interview technique, while oral variety in written form is obtained from export WhatsApp chat. The results of the data collection were processed on data provision using the AntConc application. The data of this research are words, phrases, and sentences containing personal pronouns of Brebes Javanese language. The analysis was conducted based on the theory of pragmatics and syntax of personal pronouns according to Wedhawati (2006). The results of the pragmatic analysis show that Brebes Javanese personal pronouns consist of first, second, and third person pronouns. Based on the number, the first and second personal pronouns have singular and plural forms, while the third personal pronoun is only singular. Based on their form, these personal pronouns consist of free and bound forms. Syntactic analysis shows that Brebes Javanese personal pronouns are present in free form in forming possessive constructions. In passive constructions, the prefix di- is used as a passive marker with first, second, and third person agent arguments. The tak- prefix loses its pragmatic function because it has the same function as di- in passive constructions. The results of this study show that the source of oral variety data in dialect research has shown many variations, so it is important in the selection of data sources."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Larasati Mauli Amane Hendryanto
"Bahasa Jawa merupakan bahasa yang memiliki kekayaan kata, termasuk dengan kata yang bermakna perasaan cinta. Penelitian terdahulu terkait kekayaan kata dalam bahasa Jawa umumnya meneliti tentang medan makna perasaan dalam bahasa Jawa. Dengan jumlah kata bermakna cinta dalam bahasa Jawa yang lebih dari satu, hal tersebut memunculkan permasalahan, yaitu apa kata-kata yang bermakna cinta dalam bahasa Jawa beserta medan maknanya? Tujuan penelitian ini adalah menunjukkan kata-kata bermakna cinta dalam bahasa Jawa beserta medan maknanya. Penelitian ini menggunakan sumber data empat kamus bahasa Jawa dalam kurun waktu publikasi yang berbeda untuk mendapatkan data yang lebih lengkap, dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya yang umumnya menggunakan satu kamus saja sebagai data utama. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan sumber data dari buku Antologi Cerita Pendek Bahasa Jawa di Yogyakarta, majalah Djaka Lodhang dan korpus bahasa Jawa dari Sastra Jawa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia untuk data kalimat bermakna cinta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif untuk mengalisis data secara komperhensif dengan pendekatan deskriptif untuk memberikan gambaran hasil analisis data. Teori yang digunakan penelitian ini adalah analisis komponen makna Nida (1975). Hasil penelitian menunjukkan bawah bahasa Jawa memiliki tiga belas kata yang mengandung makna perasaan cinta, namun hanya ada delapan kata yang ditemukan dalam contoh kalimat.

The Javanese language is a language that has a lot of words, including words that mean feelings of love. Previous research related to the richness of words in the Javanese language generally examined the semantic field of feelings in the Javanese language. With more than one word that means love in Javanese, this raises a problem, namely what are the words that mean love in Javanese and their semantic field? The purpose of this research is to show the words that mean love in Javanese along with their semantic field. This study used four Javanese dictionaries as data sources in different publication periods to obtain more complete data, compared to previous studies which generally used only one dictionary as the main data. In addition, this study also used data sources from a book entitled Antologi Cerita Pendek Bahasa Jawa di Yogyakarta, Djaka Lodhang magazine, and the Javanese language corpus from the Javanese Literature Faculty of Humanities Universitas Indonesia for data on sentences meaning love. The research method used is a qualitative method to analyze data comprehensively with a descriptive approach to provide an overview of the results of data analysis. The theory used in this research is Nida’s (1975) analysis of meaning components. The results of the study show that the Javanese language has thirteen words that convey the meaning of love, but only eight words are found in the sample sentences."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Lityaningrum
"Dalam bahasa Jawa Malang, pemarkah modal kudu dapat mengandung lebih dari satu makna. Kudu dapat digunakan sebagai pemarkah modalitas deontik keharusan ‘harus’ dan pemarkah modal dinamik keinginan ‘ingin’. Gejala ini menarik karena dalam penelitian modalitas bahasa Jawa Paciran dan Semarang yang ditemukan, kudu hanya mengandung makna deontik. Dalam makalah ini, akan dibahas konteks sintaktis dan konteks semantis yang membedakan makna kudu. Data makalah ini berupa kalimat-kalimat yang menggunakan bahasa Jawa Malang dan mengandung kududalam cuitan @pakantono, @DJabrooo, @cak_sugenk, @makmurcafee, dan @nonikmenieszt tahun 2019 hingga Februari 2022. Kalimat-kalimat tersebut selanjutnya dianalisis dengan memeriksa ciri sintaktis dan semantisnya. Dari analisis, jenis kalimat dan jenis agen adalah konteks yang dapat menentukan kudu mengandung makna deontik. Jenis kalimat yang dapat menentukan kudu deontik adalah kalimat deklaratif negatif, interogatif, dan imperatif, sedangkan jenis agen yang dapat menentukan kudu deontik adalah agen insani (pronomina persona kedua, dan ketiga) dan agen noninsai. Terlepas dari konteks kalimat (pragmatik), kudu deontik dapat diprediksi melalui penggabungan dua aspek, yaitu jenis kalimat dan jenis agen.

In Malang Javanese, kudu can contain more than one meaning. Kudu can be used as deontic modality of ‘must’ obligative and dynamic modality of ‘want’ volitive. These phenomena offer fascinating research because kudu only contains a deontic meaning in the previous studies of Paciran and Semarang Javanese. This article discusses the syntactic and the semantic context that distinguishes the meaning of kudu. The data is in the form of sentences that use Malang Javanese and contain kudu. Moreover, the data were taken from Tweets 2019 until February 2022 of @pakantono, @DJabrooo, @cak_sugenk, @makmurcafee, and @nonikmenieszt. The sentences were further analyzed by identifying their syntactic and semantic features. From the analysis, types of sentences and agents are contexts that can determine kudu contains deontic meanings. The types of sentences that can determine deontic kudu are negative declarative, interrogative, and imperative sentences. The types of agents that can determine deontic kudu are human agents (the second and third person pronouns) and non-human agents. Regardless of the context of the sentence (pragmatic), the deontic kudu can be predicted by combining the type of sentences and agents."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Puspitorini
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>