Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184979 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Frannicko Marfic Y.
"ABSTRAK
Selama proses pelelehan, permukaan logam seng sangat mudah teroksidasi membentuk lapisan oksida yang menutupi permukaan lelehan yang disebut dengan dross. Sehingga diperlukan suatu proses untuk memperoleh kembali logam seng yang ikut terbuang bersama dross. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode yang efektif dan efisien dalam memperoleh kembali logam seng dengan kemurnian yang tinggi dari limbah padat dross. Pengaruh dari beberapa faktor seperti konsentrasi larutan pelindi dan rapat arus elektrowinning dikaji dalam penelitian ini.
Sampel dross seng dihancurkan terlebih dahulu kemudian dicampur dengan karbon briket dengan perbandingan berat 1:1 dan selanjutnya dilakukan proses pemanggangan di dalam furnace dengan temperatur 700oC selama 1 jam. Sampel awal dan hasil pemanggangan dikarakterisasi menggunakan XRD dan dianalisis menggunakan program Match!2. Selanjutnya dilakukan proses pelindian menggunakan pelarut H2SO4 500 ml dengan variasi konsentrasi 1, 2 dan 4M selama 1 jam dan diaduk. Filtrat hasil pelindian dikarakterisasi menggunakan AAS. Larutan ZnSO4 hasil pelindian dielektrowinning dengan variasi rapat arus 2000, 3000 dan 4000 A/m2 pada suhu 25oC selama 1 jam. Hasil elektrowinning dikarakterisasi menggunakan EDS.
Difraktogram hasil pemanggangan menunjukkan kenaikan puncak unsur Zn dan Al serta penurunan puncak senyawa Fe-Zn13 dan ZnS di dalam sampel. Selain itu terjadi perubahan senyawa seng sulfida menjadi senyawa seng oksida dan seng sulfat. Hasil pelindian menunjukkan, sampel dengan variasi konsentrasi 2M memiliki kandungan seng terekstraksi tertinggi yaitu 24958 ppm. Pada proses elektrowinning sampel dengan variasi konsentrasi 2M dan rapat arus 2000 A/m2 memiliki efisiensi arus paling tinggi mencapai 91,57%. Hasil pengujian EDS menunjukkan kenaikan konsentrasi dan kenaikan rapat arus sama-sama meningkatkan kemurnian seng terdeposisi namun juga meningkatkan persentase pengotor yang ikut terdeposisi pada katoda.

ABSTRACT
During the melting process, the surface layer of the melted zinc can be very easily oxidized to form oxide layer covering the surface of melted zinc called dross. Therefore, the new method is needed to recover zinc from dross solid waste. This research is to determine an effective and efficient method to recover zinc with high purity from dross solid waste. The effect of concentration leaching solution and current density of electrowinning were investigated.
Zinc dross sample were crushed and then mixed with carbon briquettes with a weight ratio of 1:1. Roasting process conducted in the furnace at 700oC for 1 hour. Zinc dross sample and roasting sample were characterized using XRD and analyzed using software Match!2. Leaching process was performed using 500 ml of H2SO4 with variation of concentration are 1, 2 and 4M for 1 hour and stirred. The leaching filtrate were analyzed using AAS. ZnSO4 solution carried electrowinning process with variation of current density are 2000, 3000 dan 4000 A/m2 at 25oC for 1 hour. The result of electrowinning process characterized using EDS.
XRD difractogram results, show the increase in peak of Zn and Al also decrease in peak of Fe-Zn13 and ZnS after roasting process. Moreover there is a change of zinc sulfide to form zinc oxide and zinc sulphate compound. The leaching results indicated that sampel with concentration of 2M has the highest of zinc extracted, the zinc concentration is 24958 ppm. Electrowinning process show the highest current efficiency (91.57%) at the sample with concentration 2M and current density are 2000 A/m2. EDS result indicated that increasing of concentration leaching solution and current density increased the purity of zinc deposition and also increased the percentage of impurities."
2014
S57562
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Cakti Bramantyo
"ABSTRAK
Kegunaan logam seng yang luas untuk kebutuhan industri maupun kebutuhan sehari-hari secara otomatis akan meningkatkan angka permintaan terhadap logam seng setiap tahunnya. Mengolah kembali logam seng dari dross seng merupakan salah satu cara agar cadangan mineral seng di bumi tidak habis. Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk memperoleh kembali logam seng dari dross seng adalah dengan metode hidro-elektrometalurgi. Proses terdiri dari pemanggangan 700°C, pelindian H2SO4, dan elektrowinning. Penelitian ini meneliti pengaruh dari parameter-parameter pelindian dan elektrowinning pada proses perolehan kembali logam seng. Untuk karakterisasi sampel menggunakan XRD yang dilengkapi dengan perangkat lunak XRD Match!, AAS, dan EDS. Dari penelitian ini, parameter optimal terjadi pada konsentrasi pelindi 2 M H2SO4 dan suhu elektrowinning 25°C pada rapat arus 2000 A/m2. Parameter tersebut menghasilkan efisiensi arus sebesar 91.57% dan kemurnian logam seng sebesar 77.68%.

ABSTRACT
Extensive usability of zinc metal for industry needs and daily needs will automatically increase demand for zinc metal annually. Recovery of zinc metal from zinc dross is one way for zinc mineral deposits in the earth is not exhausted. One method that can be done to recover zinc metal from zinc dross is hydroelectrometallurgy method. The pr°Cess consists of roasting 700°C, H2SO4 leaching, and electrowinning. This study investigated the effect of leaching and electrowinning parameters on recovery of zinc metal. For characterization of samples using XRD, that comes with XRD Match! software, AAS, and EDS. From this study, optimal parameters °Ccurred at 2 M H2SO4 leaching concentration and 25°C electrowinning temperature at 2000 A/m2 current density, each performed for 60 minutes. These parameters produced a current efficiency of 91.57% and a purity of 77.68% zinc metal."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55417
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmatika Alfia Amiliana
"Jumlah limbah baterai Seng-Karbon Zn-C dan Alkalin yang cukup banyak di lingkungan mengharuskan adanya pengambilan kembali logam Zn dan Mn sebab kedua logam tersebut merupakan logam berharga yang dibutuhkan di banyak industri dan dapat mencemari lingkungan bila tidak diolah. Salah satu cara yang efektif untuk pengambilan kembali logam berharga dari limbah baterai adalah proses leaching. Proses leaching menggunakan leaching agent asam organik terbaik dari hasil variasi leaching agent. Karakterisasi kandungan awal logam pada limbah dan kandungan akhir logam pada leach liquor dilakukan menggunakan analisis AAS.
Hasil penelitian menunjukkan asam organik terbaik sebagai leaching agent adalah asam sitrat dengan kondisi oeprais terbaik pada konsentrasi 1,5 M, suhu 90oC, dan waktu pengadukan 90 menit yang dapat mengambil kembali lebih dari 89,62 logam Zn dan 63,26 logam Mn pada limbah baterai Zn-C dan Alkalin. Rasio solid/liquid yang digunakan adalah 1/20 dengan kecepatan pengadukan 500 rpm. Hasil analisis kinetika leaching menunjukkan bahwa model kinetika reaksi untuk leaching logam Zn adalah reaksi kimia pada permukaan dan model kinetika reaksi untuk leaching logam Mn adalah reaksi difusi melewati lapisan produk.

The considerable amount of Zinc Carbon Zn C and Alkaline spent batteries in the environment requires the recovery of Zn and Mn metals because those are the valuable metals that is needed in many industries and can pollute the environment if not well treated. One of the effective methods to recovery the valuable metals from spent batteries is leaching process. Characterization of the initial metal content in spent batteries and the final metal content in leach liquor is performed using AAS analysis.
The results show that the best organic acid as leaching agent is citric acid with the best operation condition at concentration 1.5 M, temperature 90oC, and stirring time 90 minutes which can recovery more than 89.62 Zinc and 63.26 Manganese from Zn C and Alkalin waste batteries. The solid liquid ratio is 1 20 with 500 rpm stirring speed. The results of kinetic leaching analysis show that the reaction kinetics model for leaching of Zn metal is a chemical reaction on the surface and the reaction kinetics model for leaching Mn metal is the diffusion through the product layer.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67275
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezia Octariana S
"Konsumsi baterai di Indonesia yang dari tahun ke tahun semakin meningkat akan menyebabkan semakin banyaknya baterai bekas yang dibuang ke lingkungan. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas lingkungan akibat pencemaran logam berat, selain itu batu baterai bekas pakai mengandung komponen-komponen yang masih mempunyai nilai ekonomis tinggi. Berdasarkan pemikiran di atas maka dirasakan perlu dilakukan upaya daur ulang batu baterai bekas pakai sebagai salah satu upaya penanggulangan pencemaran lingkungan sekaligus untuk meningkatkan nilai ekonomisnya.
Salah satu altematif proses daur ulang batu baterai bekas pakai adalah untuk mendapatkan kembali logam seng yang terkandung di dalamnya dengan metode leaching dan electrowinning, Metode leaching bertujuan untuk melarutkan logam yang terkandung dalam batu baterai bekas pakai tersebut dengan jalan melarutkannya dengan asam, di sini asam yang digunakan adalah asam sulfat. Sedangkan metode electrowinning bertujuan untuk mendapatkan logam dari suatu larutan ruah yang kaya akan ion logam sebagai hasil dari proses leaching dengan menerapkan prinsip elektrolisa. Sebanyak kurang lebih 54% berat batu baterai bekas pakai yang berupa serbuk campuran logam yang mengandung logam seng kurang lebih 14% dapat diproses dengan metode tersebut.
Pada metode leaching, perubahan tingkat rasio padatan/cairan (rasio P/C)dari 1 : 5 sampai 1 : 75 akan meningkatkan persentase seng terekstraksi dimana didapatkan variabel dengan persentase ekstraksi maksimum pada rasio P/C l : 25. Penambahan waktu leaching dari 7 menit sampai 6 jam tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada kenaikan persentase eksrraksi. Persentase ekstraksi maksimum tercapai pada waktu leaching 15 menit. Variabel konsentrasi H2SO4 yang akan membedakan persentasi ekstraksi maksimum adalah 1 M, di mana kenaikan konsentrasi H2SO4 dari 0,2 M akan menyebabkan persentase seng terekstraksi meningkat sampai titik tersebut dan kemudian menurun sampai konsentrasi 2,5 M.
Pada proses electrowinning, semakin lama waktu electrowinning, maka jumlah yang terdeposisi pada katoda akan semakin meningkat, namun efisiensi penggunaan arus yang diberikan semakin kecil sehingga nilai konsumsi energi terus bertambah. Selain itu, pada peningkatan lama waktu electrowinning terjadi penurunan tingkat kemurnian logam seng yang dihasilkan. Variabel waktu electrowinning dengan jumlah seng terdeposisi maksimum adalah 20 menit. Sedangkan yang menghasilkan nilai efisiensi arus yang paling besar dengan nilai konsumsi energi terendah dan kemurnian terbesar adalah 5 menit.
Peningkatan nilai rapat arus akan mengakibatkan kenaikan jumlah seng yang terdeposisi sampai pada batas tertentu, namun hal ini diikuti dengan penurunan efisiensi arus yang mengakibatkan nilai konsumsi energi menjaid semakin besar. Kemurnian seng terdeposisi akan menurun sejalan dengan ditingkatkannya rapat arus. Pada variasi rapat arus, nilai yang akan menghasilkan jumlah seng terdeposisi maksimum adalah 0,4 A/cm², sedangkan yang menghasilkan efisiensi arus maksimum, konsumsi energi terkecil dan kemurnian terbesar adalah 0,2 A/cm².
Dari hasil percobaan dapat diperoleh kembali logam seng berupa serbuk sampai sebanyak 4,16% dan berupa lempeng sebanyak 23,52% dari ekseluruhan berat batu baterai bekas pakai."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49157
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Ekstraksi zink oksida dari dross zink umumnya dilakukan melalui proses pirometalurgi, yang membutuhkan biaya besar karena berlangsung pada temperatur tinggi Dengan demikian suatu teknik produksi tampa pross temperatur tinggi tentulah akan jauh lebih ekonomis dan lebih mudah penanganannya. Untuk itulah dilalcukan penelitian ini sebagai altematifdalam menghasilkan zink oksida dari dross zink.
Penelitian ini dilakukan dengan dua jalan pengendapan oleh natrium hidroksida, yaitu pengendapan hidroksida tertentu dan bertingkat dengan terlehih dahulu dilakukan penelitian untuk mendapatkan konscntrasi leaching optimum dari HQSO4. Pada pengendapan hidroksida tertentu digunakan 10 gr dross zink yang telah terlebih dahulu direduksi ukurannya dalam 250 ml H3804 2 M, sedangkan pengendapan hidroksida bertingkat mengguuakan 120 gr dross zzink dalam 1800 ml H2304 2 M. Proses pencucian yang dilakukan sampai tiga kali cukup berpengaruh dalam menghilangkan dan memisahkan garam-garam anhidrat (Na2S04) dari zink hiroksida, akan tetapi belum cukup optimal untuk menghilangkannya secara total. Proses kalsinasi diperlukan untuk mengubah zink hidroksida menjadi zink oksida, dengan temperatur 250 °C selama 2 jam.
Melalui perbandingan hasil XRD terhadap data satandar PDF (kartu JCPDS, Powder Digiacliun File) didapatkan bahwa fasa yang terbentuk adalah zink oksida.
Zink oksida yang dihasilkan dari penelitian ini, memiliki tingkat kemunjan yang tinggi (95,0ll'7% untuk pengendapan selektif dan 93,66% untuk pengendapan bertingkat).
Dengan demikian, proses leaching H2304 dan pcnegndapan hidroksida ini cukup Iayak dijadikan sebagai metode altematif untuk menghasilkan zink oksida dari dross zink_"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41451
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina CHS
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Ramadhan
"Friksi yang tidak dikendalikan pada mesin dapat mengakibatkan keausan yang tinggi, menyebabkan maintenance yang sering, dan membuat umur pendek serta memiliki efisiensi energi yang rendah. Lubrikasi merupakan solusi untuk masalah ini dengan membentuk lapisan pelumas yang mencegah kontak langsung antara permukaan material, mengurangi gesekan dan keausan pada mesin. Material nanopartikel timah oksida dan graphene digunakan sebagai aditif pada lubrikan PAO karena masing-masing material sudah menunjukkan performa yang baik dalam menurunkan coefficient of friction (COF) dan wear scar dimension (WSD) pada minyak PAO. Selain itu usaha pemanfaatan SnO2 dilakukan guna memaksimalkan hilirasi tambang dan industri timah dengan usaha pengolahan limbah solder dross. Sintesis SnO₂ dilakukan dari limbah solder dross menggunakan metode leaching dengan asam nitrat berkonsentrasi 68%. Hasil sintesis menunjukkan kemurnian SnO₂ sebesar 98.4%. Karakterisasi XRD mengindikasikan fase kristal rutile dengan ukuran kristal sekitar 21.7 nm. SEM-EDS mengungkapkan partikel SnO₂ berukuran rata-rata 198.5 nm² yang cenderung beraglomerasi. Graphene yang digunakan menunjukkan kemurnian tinggi dengan kandungan karbon 99.4% berdasarkan berat. Pengujian HFRR dilakukan untuk menilai kinerja tribologi dari berbagai sampel pelumas. Penambahan 0.05 wt% graphene dan variasi konsentrasi SnO₂ (1 wt%, 3 wt%, dan 5 wt%) secara signifikan menurunkan COF dan WSD dibandingkan dengan PAO murni. Penambahan 1 wt% SnO₂ dan 0.05 wt% graphene memberikan hasil paling optimal dengan penurunan COF sebesar 44.59% dan WSD sebesar 71.53% dibandingkan PAO murni.

Uncontrolled friction in machinery can lead to high wear, frequent maintenance, short lifespan, and low energy efficiency. Lubrication addresses these issues by forming a lubricating layer that prevents direct contact between material surfaces, reducing friction and wear. Tin oxide nanoparticles and graphene are used as additives in PAO lubricants due to their proven performance in reducing the coefficient of friction (COF) and wear scar dimension (WSD) in PAO oil. Additionally, the utilization of SnO₂ aims to optimize downstream mining and the tin industry by processing solder dross waste. SnO₂ was synthesized from solder dross waste using a leaching method with 68% nitric acid. The synthesis resulted in SnO₂ with a purity of 98.4%. XRD characterization indicated a rutile crystal phase with a crystal size of approximately 21.7 nm. SEM-EDS revealed SnO₂ particles with an average size of 198.5 nm², which tended to agglomerate. The graphene used exhibited high purity with a carbon content of 99.4% by weight. HFRR testing was conducted to evaluate the tribological performance of various lubricant samples. The addition of 0.05 wt% graphene and varying concentrations of SnO₂ (1 wt%, 3 wt%, and 5 wt%) significantly reduced COF and WSD compared to pure PAO. The optimal results were achieved with the addition of 1 wt% SnO₂ and 0.05 wt% graphene, resulting in a 44.59% reduction in COF and a 71.53% reduction in WSD compared to pure PAO."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selviana Putri
"Fenomena Urban Sprawl di Jabodetabek menjadi pemicu adanya aktivitas antropogenik yang menjadi ancaman manusia karena secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari lingkungan, khususnya pencemaran air. United States Environmental Protection (EPA) mengkategorikan adanya priority pollutant yang perlu ditinjau lebih utama dalam mendeteksi komponen kimia dalam air, yaitu logam kadmium (Cd), tembaga (Cu), dan seng (Zn). Deteksi logam total dilakukan dengan Spot Sampling dan logam labil dilakukan dengan metode Diffusive Gradient in Thin Film (DGT). Penelitian dilakukan di Sungai Ciliwung Hilir pada 3 titik sampling, yaitu Pintu Air Manggarai, Pintu Air Istiqlal, dan Pintu Air Jembatan Merah. Selama 9 hari penelitian, device DGT diletakkan untuk mengakumulasi logam labil. Setelah proses penempatan, dilakukan pengujian sampel dengan menggunakan instrument ICP-OES untuk unsur logam Cu dan Zn, dan instrumen ICP-MS untuk unsur logam Cd. Konsentrasi logam total Cd (Ctotal-Cd) pada Sungai Ciliwung Hilir pada Titik A, Titik B, dan Titik C secara berturut-turut adalah 0,25 x 10-3 mg/L; 0,28 x 10-3 mg/L; dan 0,24 x 10-3 mg/L. Ctotal-Cu pada Sungai Ciliwung Hilir pada Titik A, Titik B, dan Titik C secara berturut-turut adalah 10,46 x 10-3 mg/L; 10,63 x 10-3 mg/L; dan 9,24 x 10-3 mg/L. Ctotal-Zn pada Sungai Ciliwung Hilir pada Titik A, Titik B, dan Titik C secara berturut-turut adalah 47,31 x 10-3 mg/L; 85,18 x 10-3 mg/L; dan 32,27 x 10-3 mg/L. Efisiensi resin Chelex-100 pada device DGT dalam mengerap massa logam Cd, Cu, dan Zn dalam waktu kontak selama 5 hari secara berturut-turut adalah 16,95%; 41,51%, dan 98,5%. Dengan kemampuan tersebut, device DGT dapat menyerap kosentrasi logam labil pada air Sungai Ciliwung Hilir dengan konsentrasi logam labil Cd (Clabil-Cd) pada Titik A, Titik B, dan Titik C berturut-turut adalah 0,02 µg/L; 0,04 µg/L; dan 0,09 µg/L. Clabil-Cu pada Titik A, Titik B, dan Titik C berturut-turut adalah 1,36 µg/L; 1,08 µg/L; dan 0,45 µg/L. Clabil-Zn pada Titik A, Titik B, dan Titik C berturut-turut adalah 39,36 µg/L; 195,92 µg/L; dan 38,71 µg/L. Maka dari itu, rasio logam labil dan logam total (Clabil/Ctotal) untuk unsur Cd, Cu, dan Zn berturut-turut adalah 8,36-37,55%; 4,83-13,05% dan 83,18-230,02%.

The Urban Sprawl phenomenon in Jabodetabek is the trigger for anthropogenic activities that pose a threat to humans because they can directly or indirectly pollute the environment, especially water pollution. United States Environmental Protection (EPA) categorizes the priority pollutant that needs to be reviewed more primarily in detecting chemical components in water, namely cadmium (Cd), copper (Cu), and zinc (Zn) metals. In detecting the presence of heavy metal contamination, this research was carried out by spot sampling to detect total metals and Diffusive Gradient in Thin Film (DGT) to detect labile metals. This research was conducted on the Ciliwung River Downstream at 3 sampling points, Manggarai Sluice Gate (Point A), Istiqlal Sluice Gate (Point B), and Jembatan Merah Sluice Gate (Point B). During the 9 days of research, DGT devices adsorb and accumulate labile metals. After the deployment process, testing was carried out for both samples from the three points using the ICP-OES instrument for Cu and Zn metal elements, and the ICP-MS instrument for Cd metal elements. The total metal concentration of Cd (Ctotal-Cd) in the Ciliwung River Downstream at Point A, Point B, and Point C is 0,25 x 10-3 mg/L; 0,28 x 10-3 mg/L; and 0,24 x 10-3 mg/L, respectively. Ctotal-Cu in the Ciliwung River Downstream at Point A, Point B, and Point C is 10,46 x 10-3 mg/L; 10,63 x 10-3 mg/L; and 9,24 x 10-3 mg/L, respectively. Ctotal-Zn in the Ciliwung River Downstream at Point A, Point B, and Point C 47,31 x 10-3 mg/L; 85,18 x 10-3 mg/L; and 32,27 x 10-3 mg/L, respectively. Chelex-100 resin on DGT device can absorb mass of the Cd, Cu, and Zn metals in contact time for 5 days is 16.95%; 41.51%; and 98.5%, respectively. With this capability, the DGT device can absorb labile metal concentrations in the water of the Ciliwung Hilir River with the labile metal concentration of Cd (Clabile-Cd) at Point A, Point B, and Point C was 0,02 µg/L; 0,04 µg/L; dan 0,09 µg/L , respectively. Clabile-Cu at Point A, Point B, and Point C was 1,36 µg/L; 1,08 µg/L; dan 0,45 µg/L , respectively. Clabile-Zn at Point A, Point B, and Point C was 39,36 µg/L; 195,92 µg/L; dan 38,71 µg/L , respectively. Thus, the ratio of labile metal per total metal (Clabile/Ctotal) for Cd, Cu and Zn is 37,55%; 4,83-13,05% and 83,18-230,02%, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita
"Limbah glasir dari industri keramik mengandung logam berat yang berasal dari proses pewarnaan keramik dan berpotensi mencemari lingkungan. Kandungan logam berat pada limbah glasir PT.X yaitu Cd 0,013 mg/L; Cu 0,033 mg/L; Pb 1,200 mg/L; dan Zn 7,003 mg/L. Limbah tanah liat yang dihasilkan industri keramik berpotensi dijadikan adsorben untuk mengolah logam berat dalam limbah glasir. Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium menggunakan metode batch adsorpsi untuk menentukan dosis adsorben dan waktu kontak yang optimum dalam mengolah limbah glasir. Hasil penelitian menunjukan dosis optimum adsorben sebesar 5 g/L dan waktu kontak 15 menit dengan kondisi pH 8 dan kecepatan pengadukan 150 rpm. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2008 tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan industri keramik kadar efluen Pb memiliki ambang batas sebesar 1 mg/L. Kadar logam setelah diadsorpsi telah mencapai baku mutu yaitu sebesar 0,614 mg/L dan 2,07 mg/L untuk Pb dan Zn dengan efisiensi pengurangan kadar logam Pb sebesar 61% dan Zn sebesar 9,8%. Dari hasil penelitian ini digunakan untuk mendisain pengolahan limbah glasir pada industri keramik PT.X menggunakan koagulasi dan sedimentasi dalam satu bak.

Glaze wastewater from ceramic industry contains heavy metal which can potentially cause severe pollution problems. Glaze wastewater typically contains Cd 0.013 mg/L; Cu 0.033 mg/L; Pb 1.2 mg/L; and Zn 7.003 mg/L. Clay waste generated from ceramic industry can be utilized as an adsorbent to remove heavy metals in glaze wastewater. The present study investigates in bench scale and uses batch adsorption method to determine optimum adsorbent amount and contact time in removing heavy metals in glaze wastewater. The results showed that the optimum adsorbent amount and contact time respectively are 5 g/L and 15 minutes with pH 8 and stirring speed of 150 rpm. Based on regulation of the Minister of Environment No 16/2008 concerning effluent water standard for ceramic industries, the lead (Pb) concentration must be less than 1 mg/L. Under optimum operating condition, the concentration of lead (Pb) and zinc (Zn) in treated wastewater was reduced to 0.614 mg/L and 2.070 mg/L. The removal efficiency achieves 61.0% for Pb and 9.8% for Zn. Both fulfill the discharge requirement based on the referred regulation. The results of the study are then used to design wastewater treatment plant in PT.X using coagulation and sedimentation in multifunctional tank. The tank can be used as storage tank and wastewater treatment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin
"Tembaga merupakan salah satu logam non-ferrous yang cukup banyak digunakan di dunia karena memiliki sifat fisika dan kimia yang baik, terutama konduktivitas listrik dan panas yang sangat baik. Di samping itu, biasanya bijih tembaga juga berasosisasi dengan logam berharga lain, seperti emas, perak, palladium, dan lain-lain. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki cadangan bijih tembaga cukup besar. Pada tahun 2009, Indonesia menempati urutan lima sebagai negara produksi tembaga dunia. Oleh karena itu, bijih tembaga menjadi salah satu mineral yang menarik untuk diolah.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan reduksi logam tembaga dari bijih chalcopyrite dengan menggunakan metode hydrometallurgy, yaitu ferric chloride leaching, yang didahului oleh proses klasifikasi dengan media air, sebagai proses pengolahan mineral. Proses hydrometallurgy dilakukan dengan menggunakan variasi konsentrasi pelarut FeCl3 (0,5M; 1M; 1,5M; dan 2M) dan variasi waktu leaching (2, 3, 4, dan 5 hari) untuk mengetahui pengaruh dua parameter tersebut terhadap konsentrasi tembaga yang dihasilkan.
Hasil dari penelitian ini adalah terjadinya kenaikan konsentrasi tembaga yang dapat dilepaskan dari mineral chalcopyrite akibat semakin tinggi konsentrasi pelarut yang digunakan dan semakin lama waktu leaching yang diaplikasikan. Konsentrasi Cu maksimum, yaitu 394,05 ppm, didapat dari sampel tembaga chalcopyrite yang dilarutkan ke dalam FeCl3 dengan konsentrasi 2M selama 5 hari.

Copper is one of the non-ferrous metals that widely used in the world because it has good physical and chemical properties, especially excellent electrical and heat conductivity. Furthermore, copper ore is usually associated with other precious metals, like gold, silver, palladium, etc. Indonesia is a country that has substantial reserves of copper ore. In 2009, Indonesia ranked as the fifth countries in the world in copper production. Therefore, copper ore became one of the interesting mineral to be processed.
The study was conducted to determine the reduction effectiveness of copper from chalcopyrite ore using hydrometallurgy method, the ferric chloride leaching, which was preceded by a classification process in water, as a mineral processing. Hydrometallurgy process is done by using variation of the FeCl3 concentration as lixiviant (0.5 M; 1M; 1.5 M; and 2M) and variation of leaching time (2, 3, 4, and 5 days) to determine the effect of these two parameters to the concentration of copper that can be produced.
The result of this study is the increasing of the copper concentration that can be released from the chalcopyrite because of the higher concentration of lixiviant used and the longer leaching time applied. The maximum Cu concentration, which is 394.05 ppm, obtained from chalcopyrite by leaching it using FeCl3 2M for 5 days.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1938
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>