Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165275 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gloria Agustina Haolina
"Timbulan sampah di TPA Galuga menghasilkan limbah cair (lindi) yang mencemari air tanah di sekitar TPA Galuga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa sebaran dominan arah dan kecepatan aliran air lindi serta menentukan batas aman penggunaan air tanah di sekitar TPA Galuga. Sampling air tanah dilakukan untuk menganalisa kontaminasi pencemar berdasarkan konsentrasi BOD, COD, TSS, pH, dan VSS, pada 10 titik tinjau dengan jarak tertentu dan mengukur persebaran air lindi dengan uji geolistrik.
Hasil uji menunjukkan air lindi dominan mengarah ke bagian utara dari TPA Galuga. Kualitas air tanah di titik 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9 telah melebihi standar baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 dan IS 2490-1962, sedangkan titik 10 masih berada pada batas aman baku mutu tersebut. Variasi titik tinjau menunjukkan pengaruh yang sesuai dengan jarak titik terhadap konsentrasi pencemar pada parameter BOD, COD, dan pH, yaitu semakin jauh jarak titik tinjau maka konsentrasi pencemar semakin kecil. Namun untuk parameter TSS dan VSS tidak menunjukkan keselarasan antara titik tinjau terhadap konsentrasi pencemar.

Waste generation in Galuga landfill produce wastewater (leachate) that contaminate the groundwater around the Galuga landfill. This study aims to analyze the distribution of the dominant flow direction and velocity of the leachate and to determine the use of groundwater?s safe limit around the Galuga landfill. The method used to analyze pollutant contamination based on the concentration of BOD, COD, TSS, pH, and VSS, at a certain distance variations in the distance between each point of the review.
The test results indicate leachate leads to the northern part of the Galuga landfill. Groundwater quality at the point 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 and 9 have exceeded the quality standards set by the Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 of 2001 and IS 2490-1962, while point 10 still in the safe limits of the quality standard. The variation points show the effect of the distance for the point corresponding to the concentration of pollutants in the parameters BOD, COD, and pH, that the longer the distance for point of the review, the smaller the concentration of pollutants. However, for the parameters TSS and VSS does not show the alignment between the review point to the pollutant concentration.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gloria Agustina Haolina
"Timbulan sampah di TPA Galuga menghasilkan limbah cair (lindi) yang mencemari air tanah di sekitar TPA Galuga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa sebaran dominan arah dan kecepatan aliran air lindi serta menentukan batas aman penggunaan air tanah di sekitar TPA Galuga. Sampling air tanah dilakukan untuk menganalisa kontaminasi pencemar berdasarkan konsentrasi BOD, COD, TSS, pH, dan VSS, pada 10 titik tinjau dengan jarak tertentu. Hasil uji menunjukkan air lindi dominan mengarah ke bagian utara dari TPA Galuga. Kualitas air tanah di titik 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9 telah melebihi standar baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 dan IS 2490-1962, sedangkan titik 10 masih berada pada batas aman baku mutu tersebut. Variasi titik tinjau menunjukkan pengaruh yang sesuai dengan jarak titik terhadap konsentrasi pencemar pada parameter BOD, COD, dan pH, yaitu semakin jauh jarak titik tinjau maka konsentrasi pencemar semakin kecil. Namun untuk parameter TSS dan VSS tidak menunjukkan keselarasan antara titik tinjau terhadap konsentrasi pencemar;Waste generation in Galuga landfill produce wastewater (leachate) that contaminate the groundwater around the Galuga landfill.

This study aims to analyze the distribution of the dominant flow direction and velocity of the leachate and to determine the use of groundwater’s safe limit around the Galuga landfill. The method used to analyze pollutant contamination based on the concentration of BOD, COD, TSS, pH, and VSS, at a certain distance variations in the distance between each point of the review. The test results indicate leachate leads to the northern part of the Galuga landfill. Groundwater quality at the point 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, and 8 have exceeded the quality standards set by the Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 of 2001 and IS 2490-1962, while points 9 and 10 still in the safe limits of the quality standard. The variation points show the effect of the distance for the point corresponding to the concentration of pollutants in the parameters BOD, COD, and pH, that the longer the distance for point of the review, the smaller the concentration of pollutants. However, for the parameters TSS and VSS does not show the alignment between the review point to the pollutant concentration.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58592
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Hayu Pratiwi
"Studi-studi terdahulu menyebutkan bahwa TPA atau manajemen pengelolaan sampah yang tidak tertangani dengan baik merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kontaminasi nitrit, nitrat, dan logam berat pada pada air tanah. Sebanyak 70% penduduk Kota Bekasi masih sangat tergantung terhadap penggunaan air tanah, salah satunya adalah penduduk di Kelurahan Sumur Batu yang berbatasan langsung dengan 2 TPA, yaitu TPA Bantar Gebang yang merupakan TPA terbesar di Indonesia dan TPA Sumur Batu. Penelitian ini menganalisis kualitas air tanah Kelurahan Sumur Batu, memetakan sebaran spasial pencemar, dan menganalisis risiko kesehatan yang ditimbulkan dari air tanah yang mungkin telah tercemar nitrit, nitrat, dan logam berat yang digunakan sebagai sumber air minum oleh penduduk. Pengolahan data dilakukan sesuai kelompok usia yaitu usia bayi, usia anak-anak, dan usia dewasa. Hasil penilaian status mutu air di Kelurahan Sumur Batu dengan metode Water Quality Index (WQI) menunjukkan bahwa hanya 41,6% sampel air dari sumur penelitian yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. Pemodelan geostatik menunjukkan tidak ada korelasi antara konsentrasi NO2 dan NO3 pada air tanah di Kelurahan Sumur Batu dengan jarak sumur ke TPA, hal ini mungkin dipengaruhi oleh adanya sumber pencemar lain yang lebih dominan seperti tanki septik yang berjarak < 10 meter dari sumur dan adanya titik-titik pembuangan liar di sekitar rumah warga. Hasil analisis risiko kesehatan menunjukkan adanya risiko non kanker NO2 dari paparan oral pada semua kelompok usia dan risiko kanker oleh paparan oral di kelompok usia dewasa di Kelurahan Sumur Batu. Besarnya potensi pencemaran menjadikan pentingnya monitoring kualitas air tanah secara berkala selama belum ada layanan akses air yang aman dan terjamin di Kelurahan Sumur Batu. Penambahan sumur artesis dengan treatment awal yang sesuai bisa menjadi solusi yang patut dipertimbangkan.

Previous studies state that unproperly managed landfill or waste management that is not handled properly is one of the main causes of nitrite, nitrate and heavy metal contamination in groundwater. In Bekasi City, Indonesia, 70% of the population depend on groundwater for daily use, including the resident of Sumur Batu Village. Sumur Batu Village is located adjacent to 2 landfills, namely the Bantar Gebang landfill which is the largest landfill in Indonesia and Sumur Batu landfill. This research analyzed the groundwater quality of Sumur Batu Village, maping the spatial distribution of pollutants and analyze the health risks of groundwater consumption as drinking water that may have been contaminated by nitrite, nitrate, and heavy metals in Sumur Batu village. Data processing was performed according to age groups: infant, children, and adult. The results of the assessment of water quality status in Sumur Batu Village using the WQI method show that only 41.6% of water samples can be used as raw water for drinking water. Geostatic modeling shows that NO2 and NO3 concentration was not influenced by landfill, this may be influenced by the presence of other dominant pollutant sources such as septic tanks that are <10 meters from well and the presence of illegal waste points around the residents' house. The results of health risk analysis indicate non-cancer risk of NO2 from oral exposure in all age groups in the Sumur Batu Village. A large amount of pollution potential makes the importance of monitoring groundwater quality regularly as long as there is no safe and guaranteed water access service in Sumur Batu Village. The addition of artesian wells with appropriate initial treatment can be a solution worth considering."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gary Alfrits Muntu Adam
"Perlakuan aerasi dan resirkulasi air lindi yang diberlakukan pada bioreaktor landfill dapat mempengaruhi kualitas fisik kimia sampah dan air lindi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh perubahan sifat fisik-kimia sampah terhadap reduksi volume sampah, penyisihan nilai COD dan BOD5, dan perubahan konsentrasi logam berat antara lain logam Fe, Cd, Cu, Zn, Cr, dan Pb. Penelitian akan berlangsung selama 150 hari dan terbagi menjadi 3 tahap. Terdapat dua bioreaktor yang dioperasikan pada penelitian ini, yaitu bioreaktor aerobik dan anaerobik dengan sampel adalah sampah rumah tangga.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ketinggian sampah turun sebesar 63% untuk reaktor aerob dan 62% untuk reaktor anaerobik. Penyisihan nilai COD sebesar 99% terjadi pada reaktor aerobik dan 98% pada reaktor anaerobik. Perubahan konsentrasi logam berat dipengaruhi oleh perubahan pH air lindi dan perlakuan aerasi. Nilai rata-rata konsentrasi tiap logam berat yang diperoleh pada reaktor aerobik adalah 4,29 mg/L untuk logam Fe; 0,84 mg/L untuk logam Cr (VI); 0,12 mg/L untuk logam Cu; 0,04 mg/L untuk logam Cd; 0,77 mg/L untuk logam Zn; dan 0,11 mg/L untuk logam Pb. Sedangkan konsentrasi maksimum tiap logam pada reaktor anaerobik adalah 8,29 mg/L untuk logam Fe; 0,46 mg/L untuk logam Cr (VI); 0,09 mg/L untuk logam Cu; 0,04 mg/L untuk logam Cd; 0,79 mg/L untuk logam Zn; dan 0,10 mg/L untuk logam Pb. Konsentrasi tiap logam berat mulai stabil terhitung sejak hari ke-77 penelitian.

Aeration mode and leachate recirculation affect waste and leachate characteristics. The objectives of this study were to observe the effect of physic and chemical waste properties on the reduction of waste volume, COD and BOD5 removal, and changes in heavy metals concentration, such as Fe, Cd, Zn, Cr, Cu, and Pb. This research was divided into 3 stages over 150 days. This research was carried out using 2 reactors containing household solid waste, namely aerobic and anaerobic bioreactor.
Results showed that the height of waste for each reactor lift down 62%-63%, the COD percentage removal was 98% - 99%. Changing in concentration of heavy metals is affected by aeration and pH leachate. The average concentration of heavy metal obtained in the aerobic bioreactor was 4,29 mg/L for iron; 0,84 mg/L for chromium hexavalent; 0,12 mg/L for copper; 0,04 mg/L for cadmium; 0,77 mg/L for zinc; and 0,11 mg/L for lead. While the maximum concentration for each metal in the anaerobic reacotr was 8,29 mg/L for iron; 0,46 mg/L for chromium hexavalent; 0,09 mg/L for copper; 0,04 mg/L for cadmium; 0,77 mg/L for zinc; and 0,10 mg/L for lead. The heavy metals concentration were stabilized at day 77."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57021
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayub Muktiono
"Pengelolaan sampah di kota besar di Indonesia seperti Jakarta merupakan salah satu masalah yang cukup serius. Masalah sampah tersebut tidak hanya menjadi masalah penyelenggara kota namun melibatkan seluruh masyarakat. Tempat pembuangan akhir sampah (TPA) diperlukan sebagai lokasi akhir pembuangan dari suatu wilayah kota. Pengolalian sampah dilakukan secara terpusat di lokasi TPA dengan sistem pengolahan yang sudah ditentukan.
Tempat pembuangan akhir sampah di Bantargebang menjadi lokasi pembuangan akhir sampah bagi kota Jakarta berdasarkan SK Gubernur Sawa Barat No. 593.821SK.11661AGR-DAI26-1987. dengan luas lahan 108 ha. Jumlah sampah yang ditampung stiap hari di TPA Bantargebang mencapai ribuan meter kubik. Pada tahun 2003 tercatat 25.540 meter kubik. Sampah yang dianggap sebagai barang yang sudah tidak diperlukan lagi oleh pemiliknya ternyata dapat dimanfaatkan oleh bagian masyarakat yang lain. Dengan keberadaan TPA Bantargebang, kelompok masyarakat yang mencari barang dart sampah untuk dimanfaatkan menjadi Iebih mudah karena lokasi sudah tetap sehingga mereka tidak perlu mendatangi tempat-tempat sampah. Masyarakat tersebut biasa disebut sebagai pemulung. Mereka akhirnya bermukim menetap di sekitar TPA Bantargebang. Pada tahun 2003 diperkirakan mencapai 5.200 pemulung.
Penelitian bertujuan untuk menganalisis kontribusi keberadaan TPA Bantargebang terhadap kesejahteraan masyarakat pemulung, apa dan bagimana hubungan faktorfaktor yang mempengaruhi serta kesesuaiannya dengan kualitas huniannya. Untuk mengetahuinya dilakukan observasi human pemulung di lapangan, wawancara menggunakan kuesioner dan wawancara berpedoman dengan sumber informasi dari pihak pejabat, pengelola TPA dan tokoh pemulung.
Hasil analisis menunjukkan bahwa keberadaan TPA Bantargebang mampu memberikan kesejahteraan kepada pemulung dan keluarganya. Sebagian besar pemulung adalali pendatang yang mempunyai rumah di daerah ass), tetapi telah menetap di sekitar TPA lebih dari 5 tahun. Secara ekonomi TPA Bantargebang mampu memberikan kontribusi sebesar lebih dari 4,1 milyard rupiah setiap bulan kepada 5.200 pemulung.
Hasil penelitian juga menunjukkan sebagian besar pemulung mampu menyisihkan penghasilan setiap bulannya. Walau demikian pada basil analisis didapat bahwa penghasilan pemulung tidak berhubungan dengan kualitas huniannya. Sehingga teori Maslow yang menyebutkan bahwa semakin tinggi penghasilan akan semakin balk kualitas huniannya, pada kasus pemulung di TPA Bantargebang temyata tidak berlaku. Dalam hal kesehatan pemulung, data menunjukkan bahwa walaupun pemulung setiap had bergaul dengan sampah namun sebagian besar mengalami sakit flu 6 bulan sekali.
Penelitian pada kualitas hunian juga menunjukkan unsur hunian yang paling penting menurut masyarakat pemulung adalah kdberadaan air bersih. Sedangkan unsur human yang dianggap paling tidak penting adalah kepemilikan lahan. Kesesuaian antara hunian dengan harapan kepentingan pemulung secara global sudah cukup sesuai (85,5 %). Kesesuaian yang paling tinggi adalah pada penerangan, karena hampir seluruh hunian menggunakan penerangan lampu listrik. Sedangkan kesesuaian antara hunian dengan harapan kepentingan pemulung yang paling rendah adalah ventilasi/penghawaan. Sebagian besar hunian pemulung tidak mempunyai jendela. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah tingkat kesesuaian pemulung terhadap hunian yang sehat sebesar 64,2 %. Temyata sebagian pemulung tidak menganggap penting terhadap lahan yang ditempati, persepsi yang deinikian menyebabkan pemulung cenderung menempati lahan di pinggir kali atau rel kereta api.

Waste management in a big cities in Indonesia such as Jakarta, is a serious problem. It is not only problem for city government but also for dwellers. A final Disposal Site (TPA) is needed as a final location for receiving waste from the city. The waste management is centrally done at final disposal site location with established processing system.
The Final Disposal Site in Bantargebang has been legal since the issuance of The Governor of West Java's Decree No. 593.821SK 11661AGR DA/26-1987, with 108 acres wide area. Final disposal site is able to receive more than thousands meter cubic waste per day. In 2003 there was 25540 meter cubic. Although most people think that waste is useless some others are able to recycle it. Because of the existence of pinal disposal site Bantargebang some group people who look for useful waste become easier to do their work because final disposal site has been a fix location so that they do not have to circle around to find out other waste cans. The people are called scavengers. Finally, They live around Final Disposal Site Bantargebang. in 2003, it was estimated there were about 5.200 scavengers.
This study aims to analyze the contribution final disposal site Bantargebang to the scavengers's welfare, factor and harmonization which influence the quality of their settlement. To obtain information about the quality of sacvengers's settlement I observed and interview them at the location using questionnaires. The interview held on to the government officers, Final Disposal Site manager, and scavenger's leader.
The result of analysis showed that the existence Bantargebang Final Disposal Site could provide welfare to the scavengers' and their family. Most of the scavengers were urban (migrants) who has house in their origin. They have been living around Final Disposal Site more than 5 years. Bantargebang Final Disposal Site has economically contributed on their daily life. Through 5.200 scavengers there was financial stream that costs more than 4.1 billion rupiahs every month. The result depicted that most of them could save their earnings monthly. However, the analysis revealed that there was no correlation between scavengers' earnings and their settlement. According to Maslow theory that the more earnings the more quality of someone's settlement, in this case, it did not go into effect. Regarding to scavengers' health, data showed, they got influenza only once in six months, even though the waste contaminated them everyday.
The study on quality of settlement expiained that the most important of settlement element was availability of clean water. Inversely, the most unimportant was ownership of land. Generally, harmonization between settlement and scavengers' interest expectation was in line (85,5%). The highest harmonization was electricity, because most of them use it. Meanwhile, the Iowest harmonization between settlement and scavengers' interest expectation was ventilation. Mostly, their houses do not have window.Conclusion of the study was Bantargebang Final Disposal Site provided money of billion rupiahs every month so that it attracted some people. In addition, scavengers did not care about the land they live in. It made them had a tendency to take up land close to the riverbank or the railway. The precentages of the analogies of scavengers against healthy residence
are 64,2 %.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14895
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abraham Mulia
"Perubahan pola konsumsi dan pertumbuhan jumlah penduduk akan mengakibatkan makin beragamnya jenis sampah maupun peningkatan jumlah timbulan sampah yang dihasilkan. TPA merupakan tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah menuju lingkungan. TPA Galuga merupakan TPA yang masih menggunakan metode open dumping dan dikelola oleh 2 pemerintah daerah yang berbeda yaitu Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Pada penelitian ini lebih berfokus kepada TPA yang dikelola oleh Kabupaten Bogor yang mempunyai jumlah penduduk yang cukup besar. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui timbulan sampah, mengetahui komposisi sampah, dan mengetahui sistem pengelolaan sampah yang ada di TPA Galuga Kabupaten Bogor. Sampel pada penelitian ini adalah sampah perumahan yang terdapat pada angkutan dan sistem pengelolaan sampah. Pengumpulan data dilakukan dengan survey dan studi litelatur. Teknis analisis data yang digunakan adalah analisis Load-count analysis. Pada penelitian ini didapatkan hasil dari karakteristik komposisi sampah TPA Galuga Kabupaten Bogor sebesar plastik 14%, logam 0,003%, kertas/karton 13%, sampah makanan 65%, kain 0,69%, dan kaca 0,078 % dan lainnya 5,79% lalu untuk rata-rata volume timbulan sampah sebesar 899,34 m3/hari. Sistem pengelolaan sampah pada Kabupaten Bogor terdapat penerimaan sampah, pembongkaran sampah, perataan/pemadatan sampah, dan belum terdapat pengelolaan sampah setelah itu

Changes in consumption patterns and population growth will result in more diverse types of waste and an increase in the amount of waste generated. TPA is a place to process and return waste to the environment. TPA Galuga is a landfill that still uses the open dumping method and is managed by 2 different local governments, namely Bogor City and Bogor Regency. This study focuses more on the TPA managed by Bogor Regency which has a fairly large population. Therefore, this study aims to determine the generation of waste, to determine the composition of the waste, and to know the waste management system in TPA Galuga, Bogor Regency. The sample in this study is residential waste contained in the transportation and waste management system. Data was collected by means of surveys and literature studies. The data analysis technique used is load-count analysis. In this study, the results obtained from the characteristics of the composition of waste at the Galuga TPA, Bogor Regency, amounting to 14% plastic, 0.003% metal, 13% paper/cardboard, 65% food waste, 0.69% cloth, and 0.078 % glass and 5.79% others. for the average volume of waste generation is 899.34 m3/day. The waste management system in Bogor Regency includes receiving waste, disposing of waste, compacting waste, and there is no waste processing after that."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vitriana
"Sampah makanan memiliki kecenderungan timbulan semakin besar dan apabila tidak dikelola dengan tepat maka menimbulkan masalah kesehatan masyarakat dan kebersihan lingkungan. Salah satu upaya mengolah dan menambah nilai sampah tersebut yaitu pengomposan. Dengan campuran daun kering dari halaman Fakultas Teknik Universitas Indonesia, sampah makanan yang berasal dari kantin fakultas tersebut dikomposkan secara in vessel. Karena rasio C/N bahan baku kompos penting maka didisain 18, 20, dan 22, dengan perbandingan sampah makanan terhadap daun berturut-turut sebesar 3:1, 1:1, dan 1:3. Pengomposan selama 60 hari menunjukkan rasio C/N memengaruhi salinitas, konduktivitas, kadar air, volatile solids, karbon, nitrogen, volume lindi, dan warna kompos, secara signifikan. Berdasarkan kualitas kompos pada SNI 19-7030-2004, rasio C/N sebesar 20 optimal digunakan.

Food waste has an increasing trend line in generation and if it is not managed properly, it will make problem in public health and environment clean. One of action to treat and add its value is composting. By mixing dry leaves from yard in Engineering Faculty Universitas Indonesia and food waste from canteen in the same faculty, they were composted in vessel. Because of ratio C/N feedstock is important, so it was designed into 18, 20, and 22, with ratio of the food waste to dry leaves in a path were 3:1, 1:1, and 1:3. Composting during 60 days showed that the ratio C/N affected salinity, electric conductivity, water content, volatile solids, carbon, nitrogen, leachate volume, and colour of compost, significantly. Based on compost quality in SNI 19-7030-2004, ratio C/N feedstock in 20 is optimal to use."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Yoga Nugroho
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S35232
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kemal Hidayat Andrianto
"Volume sampah yang dihasilkan oleh kegiatan manusia jumlahnya lebih banyak daripada jumlah sampah yang bisa terangkut ke tempat pembuangan akhir. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan volume timbulan sampah yang dihasilkan oleh SMP Negeri 230 Jakarta. Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan rancangan The One Group Pre-Test and Post-Test Design. Intervensi yang diberikan berupa sosialisasi tentang sampah dan pembuatan lubang resapan biopori. Pengukuran data dilakukan sebanyak dua kali yaitu saat sebelum dan sesudah diberikan perlakuan terhadap responden. Adapun responden di dalam penelitian ini ada sebanyak 101 orang siswa. Hasilnya menunjukkan terdapat kenaikan rata-rata tingkat pengetahuan siswa dari 8,01 (sebelum sosialisasi) menjadi 9,04 (setelah sosialisasi). Hasil uji statistik menunjukkan adanya peningkatan tingkat pengetahuan yang signifikan (p<0,001) antara sebelum dan sesudah intervensi. Volume rata-rata timbulan sampah sekolah mengalami penurunan dari 395,275 Liter (sebelum sosialisasi dan pembuatan lubang biopori) menjadi 325,545 Liter (setelah sosialisasi dan pembuatan lubang biopori. Disimpulkan bahwa intervensi berupa sosialisasi dan pembuatan lubang biopori meningkatkan tingkat pengetahuan responden dan menurunkan volume timbulan sampah sekolah.

The volume of waste produced by human activities is higher than the amount of waste that can be transported to landfills. This study aims to determine the level of knowledge and volume of waste produced by SMP Negeri 230 Jakarta. The method of this research is a quasi-experiment using the design of The One Group Pre-Test and Post-Test Design. The intervention given was the socialization about waste and making biopori infiltration holes. Data measurements were carried out twice, namely before and after treatment of respondents. The respondents in this study were 101 students. The results indicate an increase in the average level of student knowledge from 8.01 (before socialization) to 9.04 (after socialization). Statistical test results showed a significant increase in the level of knowledge (p <0.001) between before and after the intervention. The average volume of school solid waste has decreased from 395.275 liters (before socialization and biopori hole making) to 325.545 liters (after socialization and biopori hole making) It was concluded that interventions in the form of socialization and making biopori holes increased respondents knowledge level and decreased the volume of school waste generation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyia Prasetya Effendi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja Unit Pengolahan Sampah (UPS) di Kota Depok dalam rangka mengurangi jumlah sampah yang diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung. Penelitian dilakukan pada tiga UPS yang berada di bawah naungan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok, yaitu UPS Jalan Jawa, UPS Sukatani, dan UPS Merdeka 1. Evaluasi kinerja dilakukan dengan menganalisis efektivitas dan efisiensi pengelolaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengolahan sampah di UPS secara umum berupa pengangkutan dari sumber, pemilahan, pencacahan, pengomposan, pengayakan, dan pengemasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga UPS tersebut telah memenuhi sebagian besar kriteria yang ditetapkan, meskipun masih terdapat beberapa aspek yang perlu diperbaiki. Berdasarkan tabel tersebut, menunjukkan bahwa UPS Merdeka 1 memiliki performa terbaik di antara ketiga UPS yang dianalisis, dengan persentase pengurangan jumlah sampah yang masuk ke TPA sebesar 0,81%, diikuti oleh UPS Jalan Jawa dengan 0,79%, dan UPS Sukatani dengan 0,67%. Dalam hal kualitas kompos, UPS Jalan Jawa memenuhi 8 dari 11 parameter, UPS Sukatani memenuhi 6 dari 11 parameter, sementara data untuk UPS Merdeka 1 tidak tersedia, sehingga diperlukan evaluasi lebih lanjut terkait dengan hasil produk kompos. Ketiga UPS ini menunjukkan implementasi desain yang baik, masing-masing memenuhi 9 dari 10 parameter yang ditetapkan oleh Kriteria Permen PUPR No. 3 Tahun 2013 dan Perda Kota Depok No. 13 Tahun 2018. UPS Merdeka 1 juga unggul dalam pemenuhan kapasitas desain dengan tingkat 54,28%, diikuti oleh UPS Jalan Jawa dengan 53,20%, dan UPS Sukatani dengan 46,45%. Dari segi sumber daya manusia, UPS Merdeka 1 memiliki jumlah pekerja terbanyak, yaitu 13 orang, disusul oleh UPS Jalan Jawa dengan 11 pekerja, dan UPS Sukatani dengan 10 pekerja. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengelolaan sampah di UPS Kota Depok telah berjalan dengan baik, namun perlu adanya perbaikan lebih lanjut dalam aspek penempatan lokasi dan peningkatan kualitas kompos.

This study aims to evaluate the performance of Waste Processing Units (UPS) in Depok City to reduce the amount of waste transported to the Cipayung Final Disposal Site (TPA). The research was conducted at three UPS under the supervision of the Depok City Environmental and Sanitation Office (DLHK), namely UPS Jalan Jawa, UPS Sukatani, and UPS Merdeka 1. Performance evaluation was carried out by analyzing management effectiveness and efficiency. The results show that waste processing at UPS generally involves transportation from the source, sorting, shredding, composting, sieving, and packaging.The findings indicate that the three UPS have met most of the established criteria, although some aspects require improvement. The data reveals that UPS Merdeka 1 has the best performance among the three analyzed UPS, with a waste reduction rate of 0.81%, followed by UPS Jalan Jawa at 0.79%, and UPS Sukatani at 0.67%. Regarding compost quality, UPS Jalan Jawa meets 8 out of 11 parameters, UPS Sukatani meets 6 out of 11 parameters, while data for UPS Merdeka 1 is unavailable, necessitating further evaluation of compost product results. These three UPS demonstrate good design implementation, each meeting 9 out of 10 parameters set by the PUPR Ministerial Regulation No. 3 of 2013 and Depok City Regulation No. 13 of 2018. UPS Merdeka 1 also excels in design capacity fulfillment at 54.28%, followed by UPS Jalan Jawa at 53.20%, and UPS Sukatani at 46.45%. In terms of human resources, UPS Merdeka 1 has the highest number of workers (13 people), followed by UPS Jalan Jawa (11 workers) and UPS Sukatani (10 workers). This study concludes that waste management at UPS in Depok City has been functioning well, but further improvements are needed in terms of location placement and compost quality enhancement. UPS Merdeka 1 demonstrates the most efficient and effective performance in waste processing, followed by UPS Jalan Jawa, while UPS Sukatani has areas needing improvement, particularly in waste reduction and compost quality."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>