Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126406 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizki Bakhtiar
"DBD merupakan penyakit endemis di Kabupaten Sleman dan masuk dalam kategori endemis nasional. Tercatat dari tahun 2001 = 2013 terdapat 6.307 kasus DBD. Dengan melihat hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengkaji Kerentanan Wilayah Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Sleman. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode K-Means Cluster. Metode K-Means Cluster mengelompokan desa–desa berdasarkan kemiripan ciri atau kemiripan nilai variabel exsposure dan sensitivity. Variabel–variabel tersebut yaitu total kasus DBD dari tahun 2001-2013, rata-rata Incidance Rate (IR) tahun 2001-2013, endemisitas DBD, kepadatan penduduk, kepadatan bangunan, Angka Bebas Jentik (ABJ), dan curah hujan.
Tingkat kemiripan tiap desa diukur dari jarak terdekat desa–desa tersebut terhadap pusat-pusat cluster yang terbentuk selama proses custering. Desa–desa tersebut akan membentuk kelompok berdasarkan jarak terdekatnya terhadap pusat clsuter akhir (final cluster center). Setelah dikelompokan berdasarkan kedekatan jarak dengan pusat cluster kemudian dikelompokan kembali berdasarkan tingkat kerentanannya menjadi tiga kelas kerentanan yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Dalam penelitian ini terdapat 86 desa yang akan dikelompokan.
Hasil dari penelitian menyatakan bahwa 22 desa merupakan desa dengan kerentanan terhadap DBD tinggi, 27 desa merupakan desa dengan kerentanan terhadap DBD sedang, dan 37 merupakan desa dengan kerentanan rendah.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is endemic disease in Sleman Regency and in the category of national endemic. Recorded from 2001 - 2013 there were 6,307 cases of DHF. By looking at that, the study aims to assess the Place Vulnerability to Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) Epidemic in Sleman Regency. The method in this study is using K - Means Cluster. K - Means Cluster use to group villages by the similarity characteristic or variable value of exposure and sensitivity. The variables are the number of dengue cases from 2001-2013, Average of Incidence Rate 2001-2013, Endemicity, Population density, Building density, Angka Bebas Jentik and Precipitation.
Similarity villages measured by the nearest distance from the villages to the cluster center at process clustering. That village will form groups based on nearest distance to the final cluster centers. After the groups based on the nearest distance to the center of the cluster then re-grouped based on their level of vulnerability into three classes, low, medium, and high. There are 86 village will be grouped.
The results of the study mentions that 22 villages are high vulnerability, 27 villages are in medium vulnerability and 37 villages with a low vulnerability to DHF.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55473
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heni Fariatul Aeni, Lis Triswanah
"Salah satu faktor yang memberikan pengaruh terhadap kondisi kesehatan atau kejadian suatu penyakit adalah lingkungan, dan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan dan dipengaruhi pula oleh perilaku individu adalah demam berdarah dengue (DBD). Tipologi kelurahan jagasatru yang relatif padat penduduk dan pusat perdagangan lintas daerah, dimungkinkan menyimpan berbagai persoalan kesehatan, khususnya berkaitan dengan kesehatan lingkunagn (santiasi), baik di lingkungan perumahan maupun tempat-tempat umum lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan praktek dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD). penelitina ini merupakan jenis penelitian eksplanasi (explanatory research) dengan pendekatan metode cross sectional. Jumlah sampel yang diamati dalam penelitian ini sebanyak 333 kepala keluarga (KK) dari popolasi sebesar 2.497 KK secara sampel acak sistematis (sistematic random sampling) di Keluarah Jagasatru Kecamatan Pekalipan Kota Cirebon. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan cara wawancara langsung dan uji sistematic yang digunakan adalah chi square. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dalam PSN dengan kejadian DBD, ada hubungan antara sikap terhadap PSN dengan kejadian DBD, tidak ada hubungan antara praktek dalam PSN dengan kejadian DBD. berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan dilakukannya penelitian lebih lanjut dengan teknik pengumpulan melalui metode self-report dan menambah cakupan penelitian, serta kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat lebih ditingkatkan dalam gerakan PSN melalui 3M plus. "
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Siliwangi, 2005
JKKI 7:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fahry Hamka
"Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang dapat menimbulkan kematian oleh karena itu untuk mencegah kematian masyarakat harus mewaspadai gejalanya. Untuk mengenali gejala DBD, masyarakat perlu diberikan pengetahuan melalui penyuluhan sesuai dengan tingkat pengetahuan yang telah dimiliki masyarakat dan karakteristik demografi mereka. Sehubungan dengan hal tersebut dilakukan survei untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat mengenai gejala DBD. Penelitian dilakukan pada murid sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Bayah dengan desain crosssectional. Data diambil pada tanggal 12-14 Agustus 2009 dengan memberikan kuesioner kepada 107 murid yang dipilih secara acak.
Hasil penelitian menunjukkan 52,3% murid tingkat pengetahuannya tergolong cukup, 15% baik, dan 32,7% tergolong kurang. Uji chi-square menunjukkan perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai gejala klinis DBD dengan jenis kelamin (p = 0,044), tingkat pendidikan (p = 0,007) namun, tidak berbeda bermakna dengan jumlah sumber informasi (p = 0,124) dan sumber informasi paling berkesan (p = 0,318).
Disimpulkan tingkat pengetahuan murid MTs mengenai gejala DBD umumnya tergolong cukup (52,3%). Tingkat pengetahuan berhubungan dengan jenis kelamin dan tingkat pendidikan tetapi tidak berhubungan dengan sumber informasi. Oleh karena itu pengetahuan perlu ditingkatkan dengan memberikan penyuluhan kepada semua murid MTs dengan memperhatikan jenis kelamin dan tingkat pendidikan tetapi tidak memperhatikan sumber informasi.
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease which may lead to death. To prevent death, community should be given information about the DHF symptoms, through health promotion based on knowledge level and their demographic characteristic. Thus, the survey was carried out to know the community knowledge about DHF symptoms. This cross sectional study was conducted at Madrasah Tsanawiyah Negeri Bayah (MTs) students. The data was collected on August 12th-14th 2009 by giving questionnaire to 107 students randomly.
The results showed that the knowledge level of 52,3% students were classified as fair, 15% good, and 32,7% bad. Chi-square test showed significant difference between knowledge level of MTs student about DHF symptoms with sex (p=0,044), education level (p=0,007), but no significant difference with number of information sources (p = 0,124), the most impressive source of information (p = 0,318).
It was concluded that knowledge level of MTs students mostly fair (52,3%) and associated with sex, education level, but not associated with source information. Therefore knowledge has to be increased by giving education to all students considering sex and education level, but not with source of information.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Maya Nandini
"Jakarta merupakan wilayah yang endemis bagi penyakit Demam Berdarah Dengue DBD dan memiliki fluktuasi angka kasus DBD setiap tahunnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbandingan dari wilayah penyakit DBD dari tahun 2005 hingga tahun 2015 berdasarkan variabel-variabel yang mempengaruhinya. Metode penelitian ini adalah metode analisis spasial deskriptif dan statistik korelasi Pearson 39;s Product Moment dengan tingkat kepercayaan 95 dan derajat kesalahan - 5 atau 0,05.
Hasilnya ditemukan bahwa wilayah penyakit DBD di Jakarta memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut dapat terlihat pada pola dan juga luas wilayahnya.
Berdasarkan hasil analisis statistik, diketahui bahwa pelayanan kesehatan adalah satu-satunya variabel yang berhubungan dan mempengaruhi kasus DBD di Jakarta. Jumlah dari fasilitas kesehatan mempengaruhi jumlah dari kasus DBD di Jakarta. Sementara, variabel lain suhu udara, curah hujan, penggunaan tanah, kepadatan penduduk, dan komposisi penduduk menurut jenis kelamin ditemukan tidak memberikan kontribusi terhadap kasus penyakit DBD di Jakarta pada tahun-tahun tersebut.

Jakarta is one of the endemic region for DHF disease and it has a fluctuation of DHF's cases every year. This research aims to compare the region of DHF in Jakarta from 2005 to 2010 based on the affecting variables. This research used spatial descriptive analysis and Pearson's Product Moment statistical analysis with degree of freedom 5 or 0,05.
The result revealed that there are differences between DHF area in Jakarta at 2005, 2010, and 2015. The differences can be distinguished on the extensive of the area and the pattern as well.
The statistical analysis showed that the healthcare center is the only variable that influenced DHF's cases in Jakarta from 2005 to 2015. The number of healthcare center influence the rate of DHF patients. While other variables do not contribute to Jakarta's DHF cases in those years.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67757
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronaldo
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan, terutama di negara-negara tropis termasuk Indonesia. Provinsi Jawa Barat termasuk Kabupaten Bogor, sebagai salah satu wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi dan kondisi lingkungan yang mendukung perkembangbiakan nyamuk memiliki prevalensi DBD yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara perilaku 3M Plus dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Kemang Kabupaten Bogor. Penelitian potong lintang dengan unit analisis rumah tangga ini mengikutsertakan sebagian rumah tangga yang tinggal dan menetap di wilayah kerja Puskesmas Kemang, Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukan bahwa 46,6% responden memiliki perilaku 3M plus yang kurang baik. Didapati hubungan yang signifikan antara perilaku 3M Plus, perilaku pencegahan penggunaan kelambu antinyamuk, penggunaan kassa ventilasi, lokasi perkembang biakan, lokasi peristirahatan nyamuk dan keberadaan jentik dengan kejadian DBD di wilayah Kemang Kabupaten Bogor. Diperlukan program edukasi untuk meningkatkan pemahaman Masyarakat akan DBD sehingga timbul kesadaran diri untuk mau berperilaku 3M Plus dengan baik.

Dengue fever is a major issue in tropical countries like Indonesia, particularly in West Java Province, including Bogor Regency. This study focused on the relationship between 3M Plus behavior (Behavior that includes mosquito repellent practices such as keeping the environment clean, using mosquito nets, and using mosquito repellents) and the incidence of dengue fever in the Kemang Health Center's area in Bogor Regency. The research included households living in the Kemang area and found that 46.6% of the respondents had poor 3M Plus behavior. The study identified a significant relationship between 3M Plus behavior and the occurrence of dengue fever, particularly with respect to preventive habits such as using mosquito nets, using ventilation gauze, controlling breeding sites and mosquito resting places, and the presence of larvae. The findings emphasize the importance of educational programs to enhance public awareness of dengue fever and promote proper 3M Plus behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Eka Putri
"Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit endemis di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk juga di wilayah tropis lainnya. Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan manifestasi DBD berat. Status gizi erat hubungannya dengan status imunologi seseorang yang berkaitan dengan imunopatogenesis dari DBD. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan stunting dengan kejadian DBD pada balita di Kabupaten Sumbawa. Desain studi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi analitik dengan rancangan kasus control. Sampel kasus akan di ambil dari keseluruhan kasus, dan untuk sampel kontrol akan diambil dengan menggunakan tekhnik sampel acak (Simple Random Sampling). Sehingga dapat disimpulkan jumlah kasus 97 (total kasus) keluarga yang memiliki balita dengan diagnosa DBD selama tahun 2018 sampai Maret 2020 (dari 5 wilayah kerja puskesmas dengan jumlah DBD pada balita terbanyak) sedangkan kontrol 194 keluarga yang memiliki balita yang merupakan tetangga kasus. Dari hasil bivariat dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian DBD pada balita di Kabupaten Sumbawa (p value = 0.0001) dengan OR = 3.269 (95% CI: 1.757-6.083). Pada analisis multivariate menunjukkan hal yang sama (p value = 0.0001) dengan OR = 3.22 (95% CI: 1.679-6.174). Hal ini menunjukkan bahwa balita dengan status gizi pendek dan sangat pendek meningkatkan risiko 3.22 kali terkena DBD.

Dengue Hemorrhagic Fever is an endemic disease in most parts of Indonesia, including in other tropical regions. Not all infected with dengue virus will show severe DHF manifestations. Nutritional status is closely related to a person's immunological status related to immunopathogenesis of DHF. The purpose of this study was to determine the relationship of stunting with the incidence of DHF in toddlers in Sumbawa Regency. The study design that will be used in this study is an analytic study with a case control design. Case samples will be taken from all cases, and for control samples will be taken by using a random sample technique (Simple Random Sampling). So it can be concluded the number of cases 97 (total cases) of families who have toddlers with DHF diagnoses from 2018 to March 2020 (from 5 working areas of puskesmas with the highest number of DHFs in toddlers) while control of 194 families who have toddlers who are neighboring cases. From the bivariate results it can be concluded that there is a significant relationship between nutritional status and the incidence of DHF in children under five in Sumbawa Regency (p value = 0.0001) with OR = 3,269 (95% CI: 1,757-6,083). In multivariate analysis showed the same thing (p value = 0.0001) with OR = 3.22 (95% CI: 1,679-6,174). This shows that toddlers with short and very short nutritional status increase the risk of 3.22 times getting DHF."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Dwi Syafitri
"Demam berdarah dengue (DBD) di Sumenep mengalami peningkatan yang cukup signifikan selama 9 tahun, sejak 1999-2007dan pada tahun 2008 insiden DBD mengalami penurunan sedikit dari tahun sebelumnya, 2007. Berdasarkan berbagai penelitian, faktor iklim terutama suhu, kelembaban, dan curah hujan diyakini dapat berpengaruh terhadap angka insiden DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi faktor iklim dengan kejadian DBD di Sumenep, tahun 1999-2008. Hubungan suhu, kelembaban, dan curah hujan terhadap angka insiden DBD menggunakan studi ekologi time series dan dianalisis menggunakan uji korelasi dan regresi linier sederhana.
Hasil penelitian menyatakan bahwa suhu, kelembaban, curah hujan memiliki korelasi dengan DBD (p<0,05), yaitu secara berurutan (0,052; 0,000; 0,000). Insiden DBD memiliki korelasi dengan suhu (r = -0,178; p = 0,052) kelembaban (r = 0,600; p= 0,000), dan curah hujan (r = 0,464; p = 0,000).

Dengue in Sumenep were raising for past 9 years, since 1999 until 2007 and in 2008, the incidence decreased than incidence in 2007. Based on a several researches, climatic factors have well-defined roles in dengue transmision. The aim of this study is to find out the correlation between climatic factors like temperature, relativite humidity, and rainfall with dengue incidence in Sumenep District year 1999-2008. The relationship between temperature, relative humidity, and rainfall were studied using ecological time series study, and were analyzed by correlation and simple linier regression test.
The result of this study showed that temperature, humidity rainfall have significant correlation with DBD incidences (p>0,05), which is in a series (0,052; 0,000; 0,000). Dengue incidence was significantly correlated with temperature (r = -0,178; p = 0,052) relative humidity (r = 0,600; p = 0,000), and rainfall (r = 0,464; p = 0,000).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S59263
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Derita Asri Donal
"Penyakit Demam Berdarah Dengue masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Pemodelan spasial kerentanan wilayah terhadap DBD dilakukan dengan berbagai variabel antara lain: kepadatan bangunan, tutupan vegetasi, kepadatan penduduk, curah hujan dan house index. Metode yang digunakan untuk menentukan kerentanan wilayah terhadap DBD adalah Fuzzy Logic dengan melakukan analisis keanggotaan fuzzy dan fuzzy overlay,untuk menilai kerentanan wilyah terhadap DBD dengan menggunakan beberapa operator fuzzy yaitu AND, OR, SUM, PRODUCT. Tingkat kerentanan wilayah terhadap DBD yang dihasilkan oleh masing-masing operator fuzzy kemudian diuji akurasinya terhadap kerentanan aktual yang diturunkan dari informasi sebaran kasus DBD di Kota Padang tahun 2012.
Dari hasil perbandingan analisis Fuzzy Overlay dengan kerentanan wilayah DBD aktual di Kota Padang tahun 2012 melalui proses uji akurasi. Dari hasil analisis Fuzzy Overlay Product tingkat kerentanan DBD dapat diklasifikasi menjadi, tidak rentan, kerentanan rendah, kerentanan sedang dan kerentanan tinggi. Secara spasial kerentanan wilayah terhadap demam berdarah tertinggi terdapat di Kota Padang yaitu dibagian barat yang dicirikan oleh kepadatan bangunan dan kepadatan penduduk serta curah hujan berdasarkan pemodelan akurasi paling baik yaitu Fuzzy Product sebesar 67.4%.

Dengue Haemorrhagic Fever is still one of the major public health problem in Indonesia. Number of patients and more widely spread area increases with increasing mobility and population density. Modeling spatial vulnerability to dengue areas is done by a variety of variables such as: building density , vegetation cover, population density, rainfall and house index. The method used to determine susceptibility to dengue areas are Fuzzy Logic by analyzing the fuzzy membership and fuzzy overlay, to assess susceptibility to DHF wilyah using some fuzzy operators are AND, OR, SUM, PRODUCT. The level of vulnerability of the region to the DBD generated by each operator fuzzy then tested its accuracy against actual vulnerability information derived from the distribution of dengue cases in the city of Padang in 2012.
From the results of comparative analysis of susceptibility regions Fuzzy Overlay with actual dengue in the city of Padang in 2012 through a process of testing accuracy. From the analysis of the vulnerability of Fuzzy Overlay Product DHF can be classified into, not vulnerable, the vulnerability of low, medium and high vulnerability vulnerability. Spatial vulnerability to dengue areas was highest in the western part of Padang is characterized by the density of buildings and population density and rainfall by modeling best accuracy is at 67.4 % Product Fuzzy.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T38686
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chasan Sudjain Kusnadi
"Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang cenderung semakin luas penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Berbagai upaya telah ditempuh pemerintah untuk menekan penyebaran penyakit DBD, melalui penatalaksanaan kasus dan pengendalian nyamuk penyebar penyakit DBD. Pemerintah telah mengembangkan program pemberantasan vektor intensif dalam usaha memperkecil wilayah terjangkit DBD.
Studi ini bermaksud mengetahui kecenderungan masalah penyakit DBD, perkembangan kegiatan pemantauan vektor, mengetahui masalah dalam pelaksanaan program P2.DBD, mengetahui dampak program P2.DBD di Kotamadya Jakarta Barat. Dipilih Kodya Jakarta Barat bersandar kepada beberapa pertimbangan strategis untuk mencermati masalah-masalah tersebut. Hasil studi ini dan penelitian sejenis diharapkan dapat memberi masukan dan dasar pertimbangan pemerintah untuk merencanakan metode terbaik guna meningkatkan efektivitas program P2.DBD, khususnya upaya pengendalian vektor DBD.
Menggunakan pendekatan observasional dan dengan desain studi penampang (cross sectional), studi ini mengumpulkan data dan informasi sekunder dari responden menggunakan daftar cek dan formulir isian. Angka insidens angka kematian (mortality rate) dan angka kematian kasus (case fatality rate) berfluktuasi dengan pola 5 tahunan (sampai 1988), selanjutnya menjadi berpola dua tahunan. Musim penularan diperkirakan berlangsung pada bulan Maret-Juni.
Pelaksanaan pengendalian vektor intensif mempunyai kecenderungan untuk menurunkan angka insidens DBD, namun masih memerlukan pencermatan dan penelitian dalam kawasan yang lebih luas. Surveilans epidemiologi DBD sangat bermanfaat dalam melakukan perencanaan, implementasi, dan penilaian (evaluasi) program P2.DBD.
Sudah saatnya pemerintah mengupayakan keterlibatan warga masyarakat secara lebih aktif dalam pemberantasan penyakit DBD; dan pendekatan pengendalian vektor dengan menggunakan pestisida sudah waktunya ditinjau kembali. Sebagai alternatif dalam pengendalian vektor DBD dapat digunakan pengendalian vektor berwawasan lingkungan.

Dengue hemorrhagic fever (DHF) was one of the health problems in Indonesia tends to wider spreader in accordance with the high mobility and dense population. Many efforts have implemented by the government to depressed the widespread of the disease through the cases management and the control of the mosquito?s vector of the disease.
This study tend to characterized the disease trends, the surveillance of vector, to understand the problem faced in the implementation of the DHF control program, and to know the impact of the program within the West Jakarta Municipality. The municipal was chosen based on several strategic considerations to observe the problems. The results of this study and another will gave benefits for the inputs and basic considerations for the government both local and central government, to plan better method for the improvement of effectively of DHF control, especially vector control.
This observational study designed as cross-section using the secondary data and information from the subject of study with a set of checklist and/or forms. The incidence rate, mortality rate, and case fatality rate have a fluctuation and variation in 5 yearly pattern (up to 1988), and two yearly patterns there after. The period of disease transmission estimated on March to June.
The implementation of the intensified vector control program tends to lower or depressed the incidence rate of the disease, but there's still needed to make kin observation and studies in wider areas. The disease surveillance benefit for planning, implementation, and evaluating the disease control program.
It's the time for the government to think (globally) and search for active community participation in the control of the disease; and the pesticides approach to the vector control program is now on the time for reviewed. As an alternative for the vector control we could initiate the new approach named the environmental base vector control.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putrisuvi Nurjannah Zalqis
"Kepadatan nyamuk merupakan salah satu faktor risiko terjadinya Demam Berdarah Dengue (DBD). Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi curah hujan tinggi yang terjadi di Kecamatan Kelapa selama Januari-Februari yang menimbulkan banyaknya genangan air di sekitar rumah penduduk sebagai tempat perindukan nyamuk akibat sanitasi yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kepadatan nyamuk Aedes aegypti dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Barat dengan menggunakan studi cross-sectional selama Mei-Juni 2016. Sampel penelitian ini adalah seluruh warga Kecamatan Kelapa yang terpilih secara acak-proporsional berjumlah 230 orang dan 60 rumah yang terpilih sebagai lokasi pengambilan sampel nyamuk dalam rumah secara acak dari 230 responden terpilih.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kepadatan nyamuk Aedes aegypti di dalam rumah responden masih tergolong tinggi (51,7%) dan kejadian DBD sebesar 20%. Kepadatan nyamuk menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dengan kejadian DBD (p=0,458). Faktor lain yang berhubungan dengan kejadian DBD yaitu keberadaan jentik (p=0,017), usia <15 tahun (p=0,002), kepadatan hunian tinggi (p=0,006), tidak melakukan PSN 3M Plus secara rutin (p=0,024), kebiasaan menggantung baju (p=0,033), dan rumah yang tidak dipasang kawat kasa pada ventilasi (p=0,014).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kepadatan nyamuk Aedes aegypti tidak berhubungan dengan kejadian DBD. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya monitoring lebih lanjut terhadap populasi nyamuk dan kasus DBD, kerja sama sektoral, serta peran serta masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat.

The density of mosquitoes is a risk factor for the occurrence of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). It can be caused by conditions of high rainfall that occurred in Kelapa District during January-February which raises the amount of stagnant water around houses as a breeding place due to poor sanitation. This study aimed to analyze the relationship between the density of Aedes aegypti with the incidence of DHF in West Bangka Regency Kelapa District using cross-sectional study during May-June 2016. Samples were all chosen citizens of Kelapa District with proportional random sampling and 60 chosen houses from 230 citizen?s houses as the sampling sites of mosquitoes.
The analysis showed that the density of Aedes aegypti in the house still relatively high (51,7%) and the incidence of dengue by 20%. Mosquito density showed no significant association with the incidence of DHF (p=0,458). Other factors associated with incidence of dengue are the existence of larva (p=0,017), age <15 years (p=0,002), high house density (p=0,006), did not do PSN 3M Plus regularly (p=0,024), the habit of hanging shirt (p=0,033), and the house which not fitted wire netting on ventilation (p=0,014).
This study concluded that the density of Aedes aegypti mosquitoes is not associated with the incidence of dengue. Based on this result, we need further monitoring of mosquitoes populations and dengue cases, sectoral cooperation, and community participation for clean and healthy living behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>