Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64116 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Billi Bastanta Bangun
"Komposit hibrida zeolit mikropori-mesopori NaY/ZSM5 disintesis pada permukaan kuarsa dengan pola sirkuit IDC (Interdigicated Capacitors). Zeolit ZSM-5 disintesis menggunakan teknik double template dan hidrotermal serta zeolit NaY dengan proses seeding. Rasio Si/Al yang diperoleh pada zeolit ZSM-5 yaitu 28 dan pada zeolit NaY 2. Zeolit tersebut dideposisi di atas permukaan kuarsa dengan teknik spin coating dimana sebelumnya terlebih dahulu dilakukan modifikasi dengan ion Co2+ pada zeolit NaY. Untuk melihat pengaruh konsentrasi amonia dan uap air terhadap sensitivitas sensor dilakukan dengan melihat perubahan sifat kelistrikan komposit pada rentang fekuensi 50 Hz - 1 MHz dengan metode EIS (Electrochemical Impedance Spectroscopy).
Diperoleh sensitivitas komposit yang berbeda pada rentang deteksi amonia 0 ppm-300 ppm. Dimana untuk komposit ZSM5/IDC, NaY/IDC, NaY/ZSM5/IDC, CoNaY/ZSM5/IDC diperoleh batas rentang deteksi 0-300 ppm dengan r2=0,841, 0-200 ppm dengan r2=0,913 , 0-300 ppm dengan r2=0,968 , 0-200 ppm dengan r2=0,943 berturut-turut. Adanya uap air memberikan pengaruh yang tidak terlalu signifikan terhadap sensitivitas sensor dibandingkan dengan kehadiran gas amonia sehingga dapat disimpulkan komposit ini merupakan sensor yang sensitif terhadap gas amonia pada udara terbuka.

Microporous-mesoporous Zeolite hybride NaY-ZSM-5 composite has been successfully made on interdigated circuit modified quartz. ZSM-5 zeolite was synthesized by double template and hydrothermal technique and zeolite NaY by seeding process. The Si/Al ratio in ZSM5 and NaY is 28 and 2,4 respectively. They are deposited on quartz using spin coating technique. The influence of ammonia gas and water vapor on sensitivity and resistance of sensor was observed by change in the electric properties of composite with frequency range 50 Hz-1 MHz using EIS (Electrochemical Impedance Spectroscopy) method.
It is found that each of composite has different sensitivity in range concentration of ammonia 0-300 ppm. At their maximum frequency it was obtained the range of ammonia detection for ZSM5/IDC, NaY/IDC, NaY/ZSM5/IDC, CoNaY/ZSM5/IDC. They are 0-300 ppm (r2=0,841), 0-200 ppm (r2=0,913), 0-300 ppm (r2=0,958), 0-200 ppm (r2=0,943) respectively. Water vapour is shown to give unsignificant effect on sensor sensitivity to ammonia gas so that it could be conclude this composite is a sensitive ammonia sensor in ambient atmosfer.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S58789
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftakhussalam
"Komposit hibrida zeolit NaY/ZSM-5 telah berhasil disintesis pada permukaan kaca kuarsa. Mula-mula kaca kuarsa dimodifikasi dengan Au/Ag. Lapisan ini kemudian digunakan sebagai salah satu komponen elektroda sekaligus sebagai adhesif untuk merekatkan kaca kuarsa dengan material lain. Pembuatan komposit hibrida zeolit diatas permukaan kuarsa dilakukan dengan sintesis zeolit ZSM-5 secara hidrotermal kemudian dilakukan elektroforesis di permukaan kaca kuarsa. Lapisan zeolit kedua (NaY) dibuat dengan teknik redispersi bubuk zeolit NaY hasil sintesis dengan metode seeding, pada lapisan ZSM-5. Kemudian modifikasi kation logam Cu2+ dilakukan dengan teknik dip-coating selama 24 jam pada suhu ruang. Pengujian sebagai sensor gas amonia dilakukan dengan teknik impedance pada rentang frekuensi 20kHz - 20 Hz untuk konsentrasi amonia dari 0 - 250 ppm. Pengukuran dilakukan terhadap variasi dari modifikasi lapisan IDC. Cu2+/NaY/ZSM-5/IDC memberikan performa sensor terbaik pada frekuensi 20 kHz, yang dalam hal linieritas dapat dicapai pada rentang konsentrasi 10 - 250 ppm R2 = 0,978.

A hybrid of NaY/ZSM-5 zeolite has been successfully synthesized on the surface of quartz. The quartz was initially modified by Au/Ag layer, which then acted as a component of electrode as well as an adhesive layer provided the modification with other materials. Preparation of the composite on the quartz surface was performed by hydrothermal synthesis of ZSM-5 followed by electrophoresis technique at the quartz surface. The second layer of zeolite NaY has been prepared by redispersion of zeolite powder, which is synthesized using seeding method, on to ZSM-5/Au/Ag surface. Then, modification of Cu2+ ions was performed by dip- coating method for 24 hours at room temperature. The examination for ammonia sensor was conducted using impedance analyzer in the frequency range of 20 kHz - 20 Hz for ammonia concentration range of 0 - 250 ppm. The measurements were conducted on various types of IDC layers modification. Cu2+/ NaY/ZSM-5/IDC showed the best performance at the frequency of 20 kHz, in which Linearity in the concentration range of 10 ppm - 250 ppm (R2= 0.978) can be achieved."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55622
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Balgis
"Perkembangan industri tidak hanya memberi dampak positif, tetapi juga dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya adalah meningkatnya limbah industri, seperti 4-nitroanilin (4-NA). Limbah 4-NA dapat ditangani dengan cara mereduksinya menjadi p-phenylenediamine (PPD). Reaksi reduksi tersebut berjalan sangat lambat, sehingga memerlukan katalis. Modifikasi material menggunakan nanopartikel logam saat ini banyak dikembangkan, terutama sebagai katalis. Untuk itu, pada penelitian ini dilakukan modifikasi zeolit alam dengan nanopartikel Au untuk mereduksi 4-NA. Nanopartikel Au memiliki sisi katalitik, sedangkan zeolit alam berfungsi sebagai template pada nanopartikel sehingga dihasilkan katalis heterogen untuk proses reduksi 4-NA. Modifikasi nanopartikel Au pada zeolit telah berhasil disintesis, dibuktikan dengan karakterisasi FTIR. Hasil karakterisasi dengan spektrofotometer Uv-Vis menunjukkan proses reduksi ditandai dengan bergesernya panjang gelombang maksimum dari 4-NA pada 380 nm menjadi 238 nm dan 305 nm, yang merupakan panjang gelombang maksimum dari PPD. Didapatkan aktivitas katalitik terbaik pada massa katalis 100 mg dan waktu reaksi selama 5 menit dengan nilai % reduksi 97%. Tetapan laju reaksi yang diperoleh sebesar 5,840x10-3 menit-1.

Nowadays, industrial development not only gives positive impact, but also negative impact. One of the negative impacts, which is commonly found, is the increasing number of industrial waste such as 4-nitroaniline (4-NA). The reduction of 4-nitroaniline to paraphenylendiamine (PPD) was studied to overcome that problem. The reduction process of 4-NA to PPD occurs slowly, so a catalyst is needed. Modification of materials by metal nanoparticles is widely developed, and the nanoparticle-modified materials are most commonly used as catalysts. Thus, the reduction of 4-NA to PPD with the presence of gold nanoparticle-modified zeolite as a catalyst was investigated in this study. Gold nanoparticles provided the catalytic site, and zeolite was used as a template for the nanoparticle. The catalyst was characterized by Fourier Transform Infra Red (FTIR) Spectroscopy. The reduction of 4-NA to PPD was succesfully done, and observed by Uv-Vis absorption spectroscopy. The maximum wavelength of 4-NA at 380 nm changed to the maximum wavelength of PPD at 238 nm and 305 nm after the reduction. The catalyst showed high efficiency for the catalytic reduction of 4-nitroaniline to p-phenylenediamine with the reduction percentage was found to be 97% within 5 minutes using 100 mg catalyst. The rate constant of 4-NA reduction was found to be 5,840x10-3 minute-1."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47724
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeshinta Risky Priasmara Putri
"Limbah zat warna memberikan dampak negatif dengan semakin bertambahnya industri tekstil. Congo red adalah zat warna sintetis yang beracun dan stabil di lingkungan. Salah satu solusi untuk mengurangi limbah zat warna adalah adsorpsi. Penelitian ini menggunakan zeolit alam Bayah yang berpotensi sebagai adsorben zat warna. Dilakukan pula modifikasi menggunakan kitosan nanopartikel untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi, kemudian dilakukan karakterisasi dengan FTIR. Diantara Nazeolit@chit (Na-zeolit modifikasi nanokitosan), ZeolitA@chit (zeolit aktif modifikasi nanokitosan) dan ZeolitA (zeolit aktif), Nazeolit@chit memiliki daya adsorpsi tertinggi. Modifikasi dengan performa terbaik ditunjukkan pada pelapisan nanokitosan sebanyak 3 kali dari percobaan sampai 7 kali pelapisan. Kemampuan NaZeolit@chit untuk mengadsorpsi zat warna congo red pada larutan cair telah dilakukan dengan memvariasikan waktu kontak (5-60 menit), pH (3,5-6,5), dan konsentrasi (200- 1200 ppm). Kondisi optimum adsorpsi congo red pada konsentrasi 800 ppm, waktu 5 menit dan pH 5 sebagai waktu kontak dan pH optimum dengan kapasitas adsorpsi sebesar 3,98 mg/g. Konsentrasi congo red ditentukan dengan UV-Vis. Hasil pengujian isotherm adsorpsi menunjukkan bahwa adsorpsi congo red pada Nazeolit@chit mengikuti isotherm adsorpsi Freundlich. Studi kinetika adsorpsi mengikuti persamaan orde dua semu.

Waste dyes adversely impact with the growing textile industry. Congo red is a synthetic dyes are toxic and stable in the environment. One solution to reducing waste is dye adsorption. This study uses the Bayah natural zeolite as adsorbent dyes. Also conducted using a modification of chitosan nanoparticles to enhance the adsorption capacity, and characterization by FTIR. Among Nazeolit @ chit (Na-zeolite modification nanokitosan), ZeolitA @ chit (activated zeolite modification nanokitosan) and ZeolitA (active zeolite), Nazeolit @ chit has the highest adsorption capacity. Modifications to the best performance shown in coating nanokitosan 3 times of trial to 7 times coating. Ability NaZeolit @ chit to adsorb dye congo red in aqueous solution has been carried out by varying the contact time (5-60 minutes), pH (3.5 to 6.5), and concentration (200-1200 ppm). Optimum conditions congo red adsorption at a concentration 800 ppm, 5 minutes and pH 5 as contact time and pH optimum adsorption capacity of 3.98 mg / g. Congo red concentration was determined by UV-Vis. The test results showed that the adsorption isotherm adsorption congo red on Nazeolit @ chit Freundlich adsorption isotherm follows. Study of adsorption kinetics followed the pseudo- second-order equation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44649
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian
"Saat ini telah banyak dikembangkan proses eliminasi Sox. Salah satu diantaranya adalah dengan sistem adsorpsi menggunakan tembaga oksida (CuO). Untuk mempertemukan SOx sebanyak mungkin dengan CuO maka luas kontak antar sesamanya perlu diperluas, sehlngga CuO perlu didispersikan pada suatu penyangga yang mempunyai luas permukaan cukup luas.
Pada penulisan ini, CuO didispersikan pada zeolit alam dari Lampung. Metode yang digunakan adalah pertukaran ion (ion exchange) dengan menggunakan H-zeolit alam sebagai senyawa perantara. Pada prosesnya, kation H+ yang terikat pada struktur zeolit alam diharapkan bertukar dengan senyawa CuO yang berasal dari reaksi Cu(NO3)2 + NH3 pekat. Kondisi larutan yang terbentuk dibuat dalam suasana basa dengan larutan Ammonium Hidroksida (pH 9). Setelah proses-proses lanjutan seperti pengeringan pada T=110°C dan kalsinasi pada T=550°C, diharapkan CuO akan terbentuk pada permukaan zeolit alam. Untuk mengetahuinya maka dilakukan karakterisasi dengan menggunakan peralatan FTIR, XRD, AAS dan BET.
Dari hasil analisis FTIR peak ion NO3 dan senyawa CuO tidak terlihat, sedangkan dengan menggunakan XRD diperlihatkan bahwa pada sampel terbentuk peak CuO yaitu pada sudut difraksi (2φ) sekitar 35º, 38º, dan 48º. Karakterisasi dengan AAs memberikan hasi loading yang sebenarnya terbentuk dalam CuO/Zeolit alam. Sementara luas permukaan adsorben didapat lebih besar dari luas permukaan CuO murni dan zeolit alam. Analisis dispersi dilakukan dengan adsorpsi isotermik pada T=350ºC dan hasil terbaik mencapai 81,61%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49110
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Rendi Akbar
"Pada penelitian ini dilakukan reduksi gas NO2 dari kendaraan bermotor. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor menimbulkan tingginya tingkat pencemaran udara terutama nitrogendioksida (NO2). Untuk menanggulanginya dapat dilakukan pemasangan adsorben pada saluran gas buang kendaraan bermotor. Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang termodifikasi TiO2 sebagai adsorben. Zeolit terlebih dahulu diaktivasi dengan larutan HF 2 %, HCl 6M, NH4Cl 0,1M, dikalsinasi, kemudian dilakukan modifikasi dengan TiO2 melalui metode sol-gel.
Pada penelitian ini, berbagai fenomena terkait adsorpsi NO2 dijelaskan, seperti pengaruh konsentrasi awal gas, waktu kontak, loading TiO2, dan aplikasi pada kendaraan bermotor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ZA/TiO2-20% sebagai adsorben pada kendaraan bermotor mampu mengurangi emisi gas NO2 sekitar 45-49%.

In this study carried out the reduction of NO2 gas from motor vehicles. The increase number of motor vehicle produce high level of air poluting gas, particularly nitrogen dioxide (NO2). Instalation of adsorbent at the exhaust line can overcome this problem. This study use natural zeolite modified with TiO2 as adsorbent. Zeolite was activated with HF 1%, HCl 6M, and NH4Cl 0,1M solution. Next, it was calcinated and modified with TiO2 using sol-gel method.
In this study, some phenomenons related with NO2 adsorption is explained, such as influence of initial gas concentration, duration of contact, loading of TiO2, and application at motor vehicle. The result of the study shows the use of ZA/TiO2 as adsorbent at motor vehicle can reduce NO2 gas emision about 45-49%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42560
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Natasya
"Penelitian telah selesai dilakukan untuk mengetahui pembentukan metakaolin menggunakan kaolin Badau, Bangka Belitung, sebagai bahan baku zeolit. Untuk dapat dimanfaatkan dalam sintesis zeolit, kaolin harus diubah terlebih dahulu menjadi metakaolin agar reaktivitasnya dapat meningkat. Dalam penelitian ini, kaolin diaktivasi menggunakan larutan kimia HNO3 3M dan 4M, lalu diagitasi selama 24 jam dengan kecepatan 300 rpm pada suhu
50°C. Kemudian, kaolin dinetralkan dan dikeringkan pada suhu 110°C. Sampel
yang sudah kering dikalsinasi pada suhu 550°C dan 650°C selama 5 jam. Sampel
dikarakterisasi luas permukaan dan porinya menggunakan
Brunauer-Emmett-Teller (
BET),
gugus fungsi dengan inframerah (FTIR), topografi permukaan dengan elektron mikroskop
yang dilengkap dengan sinar-X dispersi energi (SEM-EDS), dan kristal struktur dengan
sinar-X (XRD). Hasil FTIR menunjukkan hilangnya gugus hidroksil saat kaolin dikalsinasi
pada suhu 550°C dan 650°C, diperkuat oleh hasil SEM yang menunjukkan perbedaan
morfologi antara raw kaolin dan kaolin dengan kalsinasi. Luas permukaan dan diameter pori
paling besar, yakni 21.261 m2/g dan 3,4826 nm, terjadi pada kaolin yang dikalsinasi pada
suhu 650°C. Hasil EDS menunjukkan perbedaan kandungan pengotor berupa K, Fe, dan Zn
antara raw kaolin dan kaolin dengan aktivasi asam
HNO3 3M
. Hasil XRD menunjukkan
perubahan dari kaolinit menjadi kuarsa pada sampel yang diberikan perlakuan.

Research has been performed to determine the formation of metakaolin using Badau kaolin, Bangka Belitung, as a zeolite raw material. To be used in zeolite synthesis, kaolin must be converted into metakaolin to increase its reactivity. In this research, kaolin was activated using HNO3 3M and 4M chemical solutions, agitated for 24 hours at a speed of 300 rpm at temperature 50°C. Kaolin was then neutralized and dried at 110°C. The dry samples were calcined at 550°C and 650° C for 5 hours. The samples were characterized for surface area and pore using Brunauer-Emmett-Teller (BET), functional groups using infrared (FTIR), surface morphology using scanning electron microscope equipped with energy dispersive X-ray spectroscopy (SEM-EDS), and crystal structure using X-ray diffraction (XRD). FTIR results showed the loss of hydroxyl groups when kaolin was calcined at 550°C and 650°C, SEM results showed morphological differences between raw kaolin and kaolin with calcination. The largest surface area and pore diameter of 21,261 m2/g dan 3.4826 nm occurred in kaolin calcined at 650°C. The EDS results showed differences in the impurity content including K, Fe, and Zn between raw kaolin and kaolin with 3M HNO3 acid activation. The XRD results showed a change from kaolinite to quartz in the treated samples."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tuntutan akan kuaiitas dan kuantitas air yang baik menjadi makin sulit
dipenuhi belakangan ini. Terbatasnya sumber-sumber air bersih dan
tingginya tingkat pencemaran air membuat manusia harus bekerja keras
untuk memperoleh air yang berkualitas.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka cara yang terbaik ialah
dengan mengolah kembali air yang telah terpakai ataupun mengolah air
yang kualitasnya kurang baik menjadi air yang memenuhi persyaratan yang
kita inginkan. Salah satu proses untuk mengolah air sehingga memenuhi
syarat yang kita inginkan ialah dengan proses pertukaran ion.
Material-material tertentu baik yang alami maupun buatan (resin)
memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi ion-ion yang terdapat pada
suatu Iarutan dan mendesorpsikan ion-ion yang terdapat pada
permukaannya ke Iarutan tersebut. Proses tersebut dinamakan Proses
Pertukaran Ion.
Proses Pertukaran Ion adalah proses sikiis artinya proses tersebut
terdiri dari beberapa tahap kegiatan, dimana tahap-tahap tersebut dilakukan
secara bergantian dan berulang-ulang.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa zeolit jenis thomsonit memiliki
kemampuan untuk mempertukarkan ion Ca2+ yang sangat kecil,
dibandingkan zeolit alam yang biasa dipergunakan sebagai penukar ion.
Kecilnya kemampuan ini kemungkinan disebabkan karena zeoiit tersebut
telah memiilki kandungan counter ion Ca2+ yang cukup banyak.
Untuk mengatasi masaiah tersebut, penuIis menyarankan zeolit
tersebut direndam dalam Iarutan H2804 sebelum digunakan sebagai
penukar ion. Perendaman ini bertujuan agar counter ion Ca2+ pada
permukaannya dapat digantikan oleh ion H+."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48882
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfikar Noer
"Zeolit alam formasi Bayah yang terdapat di daerah Nanggung, Jawa Barat, mengandung zeolit klinoptilolit atau jenis keluarga heulandit lainnya dalam jumlah yang relatif besar (35-55 %). Zeolit jenis ini memiliki karakteristik yang khas sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyerap (adsorbent), penukar kation (calion exchanger), penyaring molekular (molecular sieve), dan penyeleksi reaksi kimia (catalyst).
Salah satu penggunaan zeolit klinoptilolit Nanggung yang akan ditinjau dalam penelitian ini adalah pemanfaatannya sebagai adsorben limbah cair yang mengandung gas arnonia dan/atau turunannya. Sebagai bahan adsorben, zeolit hams memilild karakteristik khusus yang sesuai dengan kebutuhan kerja adsorpsi. Penggunaan zeolit alam asli secara langsung sebagai adsorben kimiawi belum menunjukkan kinerja yang optimal, karena hadirnya beberapa senyawaan atau pengotor-pengotor tertentu yang terperangkap dan menutupi permukaan pori dan inti aktifnya. Selain itu, keasaman zeolit alam juga kurang memenuhi syarat untuk diterapkan langsung sebagai bahan adsorben.
Untuk mendapatkan bahan adsorben yang berdaya guna, zeolit alam harus dari perlakuan khusus (modifikasi). Terdapat sejumlah metode modifikasi untuk zeolit alam. Dalam penelitian ini, zeolit alarn akan dimodifikasi dengan suatu prosedur yang melibatkan penanganan awal (pre rrearmenr) dan pertukaran kation. Sebagai penanganan awal, zeolit alam akan diaktivasi dengan tiga cara yaitu dengan menggunakan larutan NaOH 0,5 N, H2SO4 0,2 N, dan HF 3 % yang masing-masing diikuti pemanasan Ketiga sampel zeolit hasil penanganan awal akan diperiksa dengan metode difraksi sinar-X (XRD) dan spektroskopi serapan atom (AAS) untuk mendapatkan karakteristik khusus masing-masing sampel. Hasil terbaik dari ketiga sampel ini akan dilakukan pertukaran kation dengan menggunakan dua macam larutan penukar ion: NH4NO3 dan (NH4)2SO4 pada kondisi waktu dan konsentrasi optimum. Hasil pertukaran kation akan dianalisa dengan metode AAS untuk mendapatkan kuaniitas pertukaran ion optimum (kapasitas pertukanan ion terbanyak).
Aktivasi zeolit alam dengan NaOH 0,5 N memberikan hasil terbaik di mana hilangnya puncak-puncak pengotor tidak disertai perusakan struktur kristal yang lebih besar (analisa XRD). Sementara untuk aktivasi lain, pengusiran pengotor juga diikuti penikisan struktur klinoptilolit yang cukup besar. Di sarnping itu, kandungan logam alkali dan alkali tanah dalam zeolit alam relatif tidak banyak yang berkurang setelah diaktivasi dengan NaOH 0,5 N (analisa AAS).
Pada konsentrasi yang relatif pekat (1 M), pertukaran ion antara zeolit dengan Iarutan NH4NO3 adalah lebih besar dari pada yang teijadi dalam larutan (NH4)2SO4. Sementara pada konsentrasi rendah (O,1 M), persen pertukaran ion terbesar terjadi dalam larutan (NH4)2SO4. Dengan demikian pemilihan (NH4)2SO4 sebagai larutan penukar ion memberi hasil yang lebih optimum karena pemakaiannya yang lebih sedikit (konsentrasi rendah). Di samping itu amonium sulfat lebih mudah diperoleh, harganya Iebih murah, dan pemakaiannya yang aman."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49072
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boegi Nugraha
"Campuran Zeolit, Clay, dan Talc yang telah mezgalami proses pembentukan dengan metode serbuk, diteliti porositas, densitas, dan kekerasannya. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi tekanan kompaksi yang diberikan untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan, terhadap porositas, densitas, dan kekerasan bakalan tersebut. Campuran dengan komposisi material penyusun yang sama dibedakan menjadi tiga. Pada campuran pertama diberikan rekanan kompaksi sebesar 460 kg/cm2 untuk yang kedua kompaksi yang dilakukan dengan rekanan sebesar 575 kg/cm2 sedangkan pada campuran yang ketiga penekanannya sebesar 690 kg/cm2. Setelah dilakukan sintering dengan waktu dan temperarur yang sama, dilakukan pengujian untuk mendaparkan nilai porasitas, densitas, dan kekerasan hasil sintering.
Hasil penelitian memunjukkan bahwa campuran-campuran yang dikompaksi dengan rekanan kompaksi 460; 575, dan 690 kg/cm2, berturut-turu2 memiliki porositas 56,6 %, 53,8 %, dan 48%. Untuk nilai densitas berturut-turut adalah 1,61 gr/cm2, 1,63 gr/cm3, dan 1,65 gr/cms. Sedangkan nilai kekerasannya 30, 34, dan 36 VHN Peningkaran rekanan kampaksi yang diberikan akan memperkecil persentase porositas, meningkatkan densitas, serta meningkatkan kekerasan. Hal ini terlihat pada canwuran yang dikompaksi dengan tekanan 690 kg/cm2, memiliki persentase porositas yang terkecil densitas yang terbesar, dan nilai kekerasan yang tertinggi. Peningkaran tekanan kompaksi akan memberikan peningkatkan kepadatan bakalan hasil kompaksi, sehingga akan menurunkan persentase porasitas. Penurunan persentase porositas akan menurunkan konsentrasi retak tegang pada bakalan, sehingga akan didapatkan nilai kekerasan yang semakin meningkat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41389
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>