Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144358 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lusia Savitri Setyo Utami
"Penelitian ini bertujuan untuk menemukan adanya eksploitasi seksualitas dalam
Korean Pop Music Video terutama dalam music video ‘Marionette’ dari Stellar,
‘Something’ dari Girl’s Day, ‘New Era’ dari Phantom dan ‘A.D.T.O.Y’ dari 2PM.
Analisis berfokus pada bagaimana bentuk-bentuk eksploitasi seksualitas yang
ditampilkan dalam keempat music video tersebut, lalu melanjutkannya pada level
makna denotatif dan konotatif serta mitos yang dibangun. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dan menggunakan analisis semiotika milik Roland Barthes yang
mempunyai sistem pertandaan bertingkat, denotasi dan konotasi, serta berujung pada
sebuah mitos. Analisis dimulai dengan membaca tanda-tanda eksploitasi seksualitas
yang ada di dalam music video kemudian mengungkap makna konotatifnya. Dari situ
terlihat mitos yang dibangun dan yang tersembunyi di dalamnya. Mitos-mitos yang
teridentifikasi yaitu perempuan ditampilkan sebagai objek dan laki-laki sebagai
subjeknya; ketika laki-laki berlaku sebagai objek, ia ditampilkan sebagai laki-laki
yang maskulin dan mempunyai bentuk tubuh ideal yang menggambarkan kejantanan
dan kelelakiannya. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa eksploitasi seksualitas
dalam Korean Pop Music Video mempunyai beberapa ideologi yang dibawa yaitu
ideologi kapitalisme, patriarki, dan maskulinitas di mana ideologi-ideologi tersebut
memojokkan kaum perempuan

ABSTRAK
This research aims to find the exploitation of sexuality in Korean Pop Music Video,
especially in the music video 'Marionette' by Stellar, 'Something' by Girl's Day, 'New
Era' by Phantom and 'ADTOY' by 2PM. The analysis focuses on how the forms of
sexuality exploitation shown in the fourth music video, then continue at the level of
denotative and connotative meanings, also the myths that are constructed in it. This
research is qualitative and uses semiotic analysis from Roland Barthes who have
multilevel signification system, denotation and connotation, and culminate in a myth.
The analysis begins with reading the signs of sexuality exploitation that is in the
music video then uncover connotative meaning. From there, it’ll looks the myths that
are constructed and hidden in it. The myths which identified are women who
displayed as objects meanwhile men as the subject; when men as the object, they’re
displayed as a masculine man and having an ideal body shape that describes
masculinity and manhood. The research concluded that the exploitation of sexuality
in Korean Pop Music Video has brought some ideologies which are the ideology of
capitalism, patriarchy and masculinity in which these ideologies discredit women."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T41668
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rotua Uly Inge
"ABSTRAK
Saat ini kebudayaan Korea Selatan sedang mendominasi hampir di seluruh dunia dengan sebutan Korean Wave. Pemerintah Korea Selatan pun memanfaatkan hal ini untuk mempromosikan pariwisata negaranya. Salah satunya dengan mengeluarkan video musik S.E.O.U.L dan Fly to Seoul. Penelitian ini menganalisis sistem tanda yang ada pada kedua video musik yang merepresentasikan nilai-nilai dari kebudayaan Korea Selatan. Penelitian ini menggunakan semiotika dengan teori Roland Barthes, dimana tanda-tanda pada kedua video musik ini diinterpretasikan secara mendalam sehingga diharapkan dapat memberikan penjelasan terperinci tentang kandungan makna dari tandatanda pada musik video yang diteliti tersebut.

ABSTRACT
Nowadays, South Korean culture or so called Korean Wave is dominating most of the world. South Korean government takes advantage of this situation by promoting the country?s tourism. One of ways to do so is by releasing S.E.O.U.L and Fly to Seoul music video. This research analyzed sign system contained in both music videos that represented values of South Korean culture. This research used Roland Barthes' theory of semiotics. Signs contained in both music videos were interpreted deeply in order to give the detailed explanation about the meaning of signs in both music videos."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Alfarindo
"Musik populer Jepang yang ada pada saat ini sebenarnya telah melewati proses perkembangan yang panjang. Dimulai sebelum Perang Dunia II terjadi dan terus berkembang hingga sekarang. Pengaruh musik Barat juga ikut memberikan pengaruh, terutama pada era postwar dimana musik Barat mulai bisa masuk ke Jepang. Selain itu kependudukan Amerika di Jepang juga telah memberikan pengaruh, termasuk pengaruh musik the Beatles. Pada pertengahan tahun 1960-an the Beatles mulai terkenal secara global, termasuk Jepang. Hingga pada tahun 1966 the Beatles akhirnya melakukan tour ke Jepang dan memberikan dampak dan pengaruh terhadap musik populer Jepang pada saat itu. Hal tersebut dapat dilihat ketika munculnya musik jenis 'Group Sound' di Jepang dan juga munculnya band-band yang mengusung musik tersebut. Oleh karena itu, tugas akhir ini akan membahas mengenai pengaruh the Beatles dalam perkembangan musik populer Jepang.

ABSTRACT
Japanese popular music nowadays was actually going through a long process of development. It was started before the World War II begin dan keep developing until now. Western music also giving an influence in Japanese popular music, especially when in postwar era where Western music can finally distributed in Japan. Beside that, America`s invasion in Japan after World War II also contributed to the development, including in distributing the Beatles`s music. In the mid 1960s the Beatles strating to be known globally including Japan. Until in 1966 the Beatles finally having a tour to Japan and giving an influence and effect to Japanese popular music at that time. This particular occurrences can be seen at the emergence of `Group Sound` music and bands that upholding the music. Because of it, this research will discuss about the influence of the Beatles on the development of Japanese popular music."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Hayuning Galih
"Skripsi ini membahas peranan Sakamoto Ryūichi terhadap munculnya genre baru dan perkembangan musik populer Jepang. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran Ryuichi Sakamoto berpengaruh terhadap munculnya genre techno-pop di Jepang dan perkembangan musik jenis electronic dan semacamnya pada era selanjutnya. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya artis-artis baru yang mengusung genre techno dan festival musik dengan genre serupa, serta tempat-tempat seperti klub yang menyediakan instrumen elektronik seperti synthesizer bagi para penggemar musik techno.

The study focuses on the role of Sakamoto Ryūichi for the born of new music genre and the development of popular music in Japan. This study is categorized as qualitative study with a description method. Result of the study reveals that Sakamoto Ryūichi has played a main role on the new music genre of techno-pop in Japan and the development of the other electronic-music for the following era. It can be seen from many artists who chose this new techno genre and many festival music were conducted with similar genre. Then it is followed by many music clubs which provide electronic instrument such as synthesizer to accommodate the need of techno-music lovers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S62443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Izzati
"Pengaruh musik tidak hanya sekedar untuk memanjakan telinga dengan nada-nada dan irama yang enak didengar, melainkan juga dapat berpengaruh pada kondisi fisik, emosi, kognitif, dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan usia. Namun dalam penelitian ini peniliti mengkhususkan pada kalangan usia remaja yang menjadi mayoritas penikmat musik popular Korea yang kini tengah mewabah di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh musik popular Korea tersebut terhadap gaya hidup remaja di berbagai aspeknya mengingat peredaran musik Korea sangat meluas dan hampir setiap orang tahu akan keberadaan musik popular tersebut serta semakin menjamurnya konsep penampilan artis yang serupa dengan Korea.
Penelitian ini bermanfaat untuk membantu pihak Universitas, peneliti, pembaca, juga masyarakat untuk memahami fenomena ini dan menyaringnya sehingga dapat mengambil manfaat baik dari fenomena tersebut dan mencegah atau membatasi dampak negatif dari fenomena yang terjadi tersebut. Selain itu, sebagai bahan informasi akurat untuk profesi psikolog, seni, ataupun sosiolog yang menjadi pakar kemasyarakatan. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara random sampling atau secara acak.

The influence of music is not just to treat ear with tunes and catchy rhythms, but also can affect the physical, emotional, cognitive, and social for individuals of all ages . However, in this study the researche is specializing in teens who makes up the majority of popular Korean music lovers that is now endemic in Indonesia.
This study aims to determine how much influence the Korean popular music on youth lifestyle in various aspects, considering the circulation of Korean music is very widespread and almost everyone knows of the existence of such popular music as well as the proliferation of the concept looks similar to Korean artists.
This research is useful to help the university, researchers, readers, also people to understand this phenomenon and filter them. So, taking better advantage of this phenomenon and prevent or limit the negative impact of these phenomena. In addition, as a professional psychologist for accurate information, art, or sociologist who become expert community . The method was used interviews random sampling or random.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Artika Isnanda Sarah
"ABSTRAK
Penekanan terhadap representasi visual, seperti tampilan fisik, kostum dan
koreografi tari membuat girlband dan boyband K-pop menjadi terseksualisasi,
menjadikan mereka hanya sebagai gambaran objek seksual. Pada musik video,
yang merupakan media paling utama bagi girlband dan boyband K-pop generasi
kedua dalam mempromosikan lagu serta menghimpun penggemar dari global,
seksualisasi ini ditunjukkan dengan gambaran tubuh perempuan dan posisinya
dari laki-laki. Pada tahun 2015, kecenderungan berbeda ditunjukkan oleh Brown
Eyed Girls dan Stellar yang memunculkan tanda-tanda (sign) merujuk pada
genital perempuan. Bahkan Big Bang, kelompok boyband juga ikut menampilkan
hal serupa. Menggunakan pemikiran Julia Kristeva tentang abjeksi terhadap tubuh
perempuan, tiga video tersebut dianalisa menggunakan metode semiotika
pragmatis Pierce untuk menemukan makna di balik simbol-simbol yang menjadi
tanda bagi subjektifitas. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa musik BigBang
dengan lagu Bae Bae menunjukkan subjektifitas perempuan yang pasif dan aktif
bagi laki-laki seperti pada ajaran Konfusius, lagu Brown Eyed Girls,
menunjukkan subjektifitas perempuan pada era 1960-an yang menjadikan
tubuhnya sebagai ekspresi diri dan identitas feminin, sementara musik video
Stellar Vibrato menunjukkan komersialisasi tubuh dalam industri K-pop.

ABSTRACT
K-pop girlband and boyband has been emphasized visual representations on their
physical appearance, costume, and dance choreography which make their own
been sexualized as sexual imagery. This sexualization can also been found on On
the music video, the main media for second wave K-pop to promote song and
gather global fans, potrays women body and their position from man. In 2015, the
sexualization coming with new trends which the sexual innuendos that refer to
female genitalia is significantly appear. There are three music videos which the
girlbands, Brown Eyed Girls, Stellar and Big Bang boyband showed this kind of
sexual innuendos in their new single. Using the Kristeva thought and Peirce
pragmatics semiotics, this research found that on Big Bang Bae Bae music video,
the genitalia signs is potrayed woman and man subjectivity based on
Confusianism. Meanwhile, on Brown Eyed Girls music video, the subjectivity
representation is related to Korean women who in 1990?s transformed their body
as expression and feminine identity. The transformation on woman thought about
their mind and body is comersialized on K-pop industry which can be observed on
Stellar music video."
2016
S64926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa Rostitaputri
"Tesis ini membahas konstruksi pesan politik melalui video musik, yaitu video speech composing bertema Pilpres 2014 dalam YouTube. Dipilih tiga video yang dipublikasikan pada masa kampanye Pilpres 2014, sehingga ketiganya menampilkan kedua pasangan Capres-Cawapres, yaitu Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK, beserta tokoh politik, dan public figure lainnya. Semiotika Roland Barthes digunakan sebagai teori dan metode penelitian.
Hasil penelitan ini ditemukan bahwa tanda-tanda digunakan untuk mengonstruksi pesan politik berdasarkan tayangan yang bermuatan politik di televisi, dipadukan dengan pengetahuan dan keinginan subjektif dari kreatornya. Dengan menyertakan unsur parodi, pesan politik dalam ketiga video tersebut berusaha menggugah kesadaran masyarakat tentang karakteristik pemerintahan yang semestinya, ketertiban menjalani demokrasi di Indonesia, menggunakan hak suaranya, dan menjaga kondisi yang kondusif, tenang, rukun, dan harmonis pada masa Pilpres 2014.

This thesis discusses construction of political message through music video, that is speech composing video with Presidential Elections 2014 theme in YouTube. These three chosen videos was published during Presidential Elections 2014 campaign, that showed the two pairs of candidate, Prabowo-Hatta and jokowi-JK, along with other politicans and public figures. Roland Barthes Semiotics used as theory and research methods.
The result of this study showed that signs is used to construct political message based on political programs in television, combined with the knowledge and subjectivity of its creator. Enclosing the element of parody, the political message on these videos tried to arouse the public awareness about the ideal government and undergoing the democracy in Indonesia with impeccable, using the voting rights, and keep the peace, condusive, and harmonious condition during the Presidential Elections 2014.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T45300
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranti Pilar Divandini
"In the past years, Western musical media outlets, especially those that were held by the Americans, had hardly featured any artists from outside the country. This year, however, both of the American music media outlets, Billboard and the Grammy awards, have outgrown the particularly outdated norm of leaving cultures that are not of their own out of the loop. This leads to the cultivation of various interpretations among both cultures, if not across the world. To thoroughly read through these interpretations and discover the transculturality that lies between the Western and Korean popular culture, this paper inspects how K-Pop group Bangtan Sonyeondan’s best-selling track “Dynamite” (2020) is entirely arranged and produced in English, and how the all-South Korean septet’s globally popular track is perceived and accepted in Western communities, especially in the United States, which is both geographically and culturally distant from the origin of K-Pop’s, South Korea. This study, which focuses on both cultural and linguistic matters, utilizes a qualitative approach, by applying performing textual analysis as the methodology. The data were collected by gathering information relating to “Dynamite” (2020) on Billboard and in the Grammys as American media outlets, and analysing it by relying on theories conducted by Swingewood (1977) and Holz-Mäntttäri’s (1984) which, consecutively, explain about mass society and language as a translational action. The findings show that a Korean-based song, that is fully composed in English, has successfully managed to break through the linguistic and cultural barriers that lie across the globe and that the American media outlets, which are the Billboard and the Grammys, both display Dynamite as a successful transaction in the field of transculturalism and popular culture.

Pada tahun-tahun sebelumnya, outlet media musik Barat, terutama diadakan oleh Amerika, hampir tidak pernah menampilkan artis-artis luar negeri. Namun, tahun ini, kedua outlet media musik Amerika, Billboard dan penghargaan Grammy, telah melampaui norma yang ketinggalan zaman untuk meninggalkan kebudayaan lain tersebut. Hal ini mengarah pada lahirnya berbagai interpretasi antara kedua kebudayaan, bahkan di seluruh dunia. Untuk memahami interpretasi-interpretasi tersebut secara menyeluruh dan menemukan transkultularitas yang terletak di antara budaya populer Barat dan Korea, makalah ini meneliti bagaimana lagu terlaris grup K-Pop Bangtan Sonyeondan, “Dynamite” (2020), sepenuhnya disusun dan diproduksi dalam bahasa Inggris, dan bagaimana lagu yang dibawakan oleh septet dari Korea Selatan yang populer secara global tersebut dipandang dan diterima di komunitas Barat, terutama di Amerika Serikat, yang baik secara geografis dan budaya jauh dari daerah asal K-Pop, Korea Selatan. Penelitian yang berfokus pada permasalahan budaya dan bahasa ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan menerapkan analisis tekstual debagai metodologinya. Data dikumpulkan dari informasi yang berkaitan dengan “Dynamite” (2020) di Billboard dan Grammy sebagai outlet-outlet media Amerika, dan menganalisisnya dengan mengandalkan teori-teori yang dihasilkan oleh Swingewood (1977) dan Holz- Mänttäri (1984) yang secara berurutan tentang masyarakat luas dan bahasa sebagai tindakan penerjemahan atau translasi. Hasil penemuan menunjukkan bahwa lagu berbasis bahasa Korea, yang sepenuhnya disusun dalam bahasa Inggris, telah mendobrak rintangan-rintangan linguistik dan budaya yang terbentang di seluruh dunia dan bahwa outlet-outlet media Amerika, yaitu Billboard dan Grammy, keduanya menampilkan “Dynamite” sebagai transaksi yang sukses di dalam bidang transkulturalisme dan budaya populer."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fendy Aidi Kurniawan
"Makalah ini menguji transformasi musik populer Korea dari waktu ke waktu sesuai dengan keadaan politik dan ekonomi di Korea Selatan. Hal tersebut dimulai pada tahun 1945 ketika Korea Selatan mendapatkan kemerdekaannya dari pendudukan Jepang. Dimulai dari saat itu, musik populer Korea mulai menerima banyak pengaruh dari luar Korea, terutama Amerika dan Jepnag. Seiring berjalannya waktu, industri musik populer Korea mulai berubah karena faktor-faktor yang ada pada masanya hingga keberadaan "Korean Wave". Makalah ini klemudian menyimpulkan bahwa musik populer Korea tidak terlepas dari peristiwa-peristiwa politik dan ekonomi. Hal intulah yang meyebabkan musik populer Korea berevolusi dari masa ke masa dalam hal fungsi musik dan bagaimana musik dilihat oleh orang Korea sendiri.

This paper examines the transformation of Korean popular music from time to time in accordance with political and economics situations in South Korea. It began in around 1945 when South Korea gained its independence from Japanese colonization. Starting from that point, Korean popular music started receiving numerous influences from outside Korea, particularly America and Japan. As the time goes by, music industry in Korea has changed due to some factors in each period until its existence today with the Korea‟s Hallyu. The paper concludes that Korean popular music is inextricably linked with political and economics events in Korea. That is why Korean popular music evolved differently from time to time in terms of the purpose of the music and the way the music is seen by Korean people.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tiffany Kristie
"Pariwisata merupakan sektor yang berperan penting dalam pembentukkan citra dan reputasi Korea Selatan. Namun pandemi Covid-19 menimbulkan dampak yang cukup signifikan pada sektor pariwisata Korea Selatan. Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 2020, Pemerintah Korea Selatan bersama Korea Tourism Organization (KTO) mulai menggencarkan strategi nation branding daring yang mengedepankan sektor pariwisata. Salah satu caranya adalah melalui video musik Feel the Rhythm of Korea yang ditayangkan di YouTube. Penelitian ini ingin menganalisis pelaksanaan strategi branding negara Korea Selatan melalui seri video musik Feel the Rhythm of Korea (Season 1 dan 2, serta ITZY version) sebagai bagian dari brand pariwisata untuk meningkatkan sektor pariwisata Korea Selatan setelah pandemi Covid-19. Metode pada penulisan ini adalah analisis isi menggunakan analisis Semiotika Barthes berdasarkan empat elemen dari konsep nation branding serta konsep place branding: tourism branding. Hasil temuan dan analisis menunjukkan bahwa keempat elemen utama nation branding serta konsep place branding: tourism branding berhasil teridentifikasi dan terimplementasi dalam sepuluh video musik Feel the Rhythm of Korea yang dipilih. Oleh karena itu, strategi nation branding Korea Selatan melalui seri video musik Feel the Rhythm of Korea (Season 1 dan 2, serta ITZY version) sebagai bagian dari brand pariwisata Imagine Your Korea telah dilaksanakan dengan cukup baik.

Tourism is a sector that plays essential role in shaping the image and reputation of South Korea. However, the Covid-19 pandemic has had a significant impact on the South Korean tourism sector. To overcome this, in 2020, the South Korean Government and the Korea Tourism Organization (KTO) began to intensify an online nation branding strategy that prioritizes the tourism sector. One way is through Feel the Rhythm of Korea, music video series which is aired on YouTube. This study wants to analyze the implementation of South Korean nation branding strategy through the music video series Feel the Rhythm of Korea (Season 1 and 2, and ITZY version) as part of the tourism brand to improve South Korea's tourism sector after the Covid-19 pandemic. The method used in this study is content analysis using Barthes Semiotics analysis based on four main elements of the concept of nation branding and the concept of place branding: tourism branding. The findings and analysis show that the four main elements of nation branding and the concept of place branding: tourism branding have been identified and implemented in ten selected Feel the Rhythm of Korea music videos. Therefore, South Korea's nation branding strategy through the music video series Feel the Rhythm of Korea (Season 1 and 2, and ITZY version) as part of the Imagine Your Korea tourism brand has been implemented quite well."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>