Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 224203 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Peni Yulia Nastiti
"ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Hipoperfusi perioperatif yang diawali oleh hipoperfusi splanknik meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada pasien pascaoperasi risiko tinggi. Parameter kadar laktat, P(cv-a)CO2 dan konsentrasi ScvO2 darah dapat digunakan untuk menilai hipoperfusi global. Peningkatan volume residu lambung dihubungkan dengan terjadinya hipoperfusi regional saluran cerna. Penelitian ini bertujuan mengetahui korelasi parameter hipoperfusi global (laktat, P(cv-a)CO2, ScvO2) dengan volume residu lambung pada pasien pascaoperasi risiko tinggi yang dirawat di ICU RSCM. METODE: Sebanyak 48 subyek penelitian yang dianalisis didapatkan dengan metode consecutive sampling. Subyek penelitian yaitu pasien usia ≥18 tahun yang memenuhi kriteria pascaoperasi risiko tinggi, dapat dipasang pipa oro/nasogastrik, pasien tidak menolak diikutsertakan dalam penelitian, bukan pascaoperasi gastrektomi, tidak ada hematemesis, pasien tidak dengan gastrostomi, tidak diberikan opioid pascabedah, serta dilakukan pemasangan kateter vena sentral pada v. cava superior. Pasien akan dikeluarkan dari penelitian apabila pasien meninggal dan dilakukan resusitasi jantung paru sebelum 24 jam pascaoperasi, diberikan opioid. Pasien dirawat di ICU pascaoperasi dan dicatat volume residu lambung, kadar laktat, P(cv-a)CO2, konsentrasi ScvO2 pada jam ke-0, ke-8 dan 24. HASIL: Terdapat korelasi lemah antara kadar laktat dengan volume residu lambung pada jam ke-0 (r=0,301 p<0,05), jam ke-8 (r=0,374 p<0,01) dan jam ke-24 (r=0,314 p<0,05). Tidak terdapat korelasi antara kadar P(cv-a)CO2 dan ScvO2 dengan volume residu lambung pada jam ke-0,8 dan 24. KESIMPULAN: Tidak terdapat korelasi antara parameter hipoperfusi global (laktat, P(cv-a)CO2, ScvO2) dengan volume residu lambung.

ABSTRACT
Perioperative hypoperfusion preceded by splanchnic hypoperfusion increased morbidity and mortality in high risk surgical patients. Parameter levels of blood lactate, P(cv-a)CO2 and concentration ScvO2 can be used to assess global hypoperfusion. Increased gastric residual volume associated with the occurrence of gastrointestinal regional hypoperfusion. This study aims to determine the correlation parameter global hypoperfusion (lactate, P(cv-a)CO2, ScvO2) with gastric residual volume in high risk surgical patients admitted to the ICU RSCM. METHODS: A total of 48 subjects analyzed were obtained by consecutive sampling method. The subjects are patients aged ≥ 18 years who meet the criteria of high risk surgical patients, can be mounted oro/ nasogastric tube, patients did not refuse to be included in this study, not postoperative gastrectomy, no hematemesis, without gastrostomy, not given opioid postoperatively, do the insersion of central venous catheter in v. cava superior. Patient will be excluded from the study if the patient died and performed CPR before 24 hours, administered opioid. Patients admitted to the ICU postoperatively and recorded gastric residual volume, levels of lactate, P(cv-a)CO2 , ScvO2 concentration at 0, 8th and 24th hour. RESULTS: There is a weak correlation between lactate level with gastric residual volume at 0 hour(r=0.301, p<0.05), 8th hour(r=0.374, p<0.01) and 24th hour (r=0.314, p<0.05). There is no correlation between P(cv-a)CO2 level and ScvO2 concentration with gastric residual volume at 0, 8th and 24th hour. CONCLUSION: There was no correlation between the parameters of global hypoperfusion (lactate, P(cv-a)CO2, ScvO2) with gastric residual volume."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Azhari Taufik
"Latar Belakang: Sepsis berat dan syok sepsis merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas di ruang perawatan intensif. Komplikasi sepsis sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi sistem kardiovaskular yang berisiko berkembang terjadi syok. Deteksi dan resusitasi dini syok pada sepsis bermanfaat mencegah terjadinya hipoperfusi. Berdasarkan protokol EGDT dengan menggunakan parameter mikrosirkulasi sistemik misalnya kadar laktat, ScvO2 dan nilai P(cv-a)CO2 dapat menurunkan angka mortalitas dibanding dengan metode sederhana. Pasien dengan perfusi sistemik yang normal, masih memungkinkan terjadi hipoperfusi regional. Regio splanknik, merupakan salah satu organ yang paling awal mengalami hipoperfusi yang tidak terdeteksi berdasarkan parameter hemodinamik sistemik. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hipoperfusi splanknik dengan metode sederhana yaitu volume residu lambung dengan melihat hubungan dengan parameter mikrosirkulasi sistemik yaitu kadar laktat, ScvO2 dan nilai P(cv-a)CO2.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan uji korelasi antara volume residu lambung dan kadar laktat, ScvO2 dan nilai P(cv-a)CO2 yang diambil secara konsekutif pada pasien sepsis berat dan syok sepsis pascaresusitasi di ICU RSCM pada bulan Februari 2014 sampai April 2014. Seluruh subyek penelitian dilakukan pengkuran volume residu lambung dan kadar laktat, ScvO2 dan nilai P(cva) CO2 pada jam ke-0, ke-8 dan ke-24. Angka kematian dilihat selama 28 hari kemudian.
Hasil: Sebanyak 53 subyek diikutsertakan dalam penelitian ini. Tidak terdapat korelasi secara signifikan antara volume residu lambung dan kadar laktat, ScvO2 dan nilai P(cv-a)CO2 pada jam ke-0, ke-8 dan ke-24. Didapatkan korelasi lemah antara volume residu lambung dan nilai P(cv-a)CO2 pada jam ke-0 (r:0,37 ; p:0.006). Tingkat mortalitas 28 hari sebesar 58,4%, sebagian besar pasien meninggal di ICU.
Kesimpulan: Tidak terdapat korelasi secara signifikan antara volume residu lambung dengan kadar laktat, ScvO2 dan nilai P(cv-a)CO2 pada jam ke-0, ke-8 dan ke-24.

Background: Severe sepsis and septic shock caused of mortality and morbidity in intensive care. Complications of sepsis is closely associated with a decreasing of cardiovascular system function that can develops to shock. Detection and early resuscitation in septic shock are useful to prevent the hypoperfusion. Based EGDT protocol using systemic microcirculation parameters, for example the levels of lactate, ScvO2 and P (cv-a) CO2 may reduce mortality compared with a simple parameters. Patients with normal systemic perfusion, still allowing regional hypoperfusion. Splanchnic region, is one of the earliest organ hypoperfusion were not detected by the systemic hemodynamic parameters. This study aims to assess splanchnic hypoperfusion with a simple method that gastric residual volume by looking the relationship with systemic microcirculation parameters,that the levels of lactate, ScvO2 and the value of P (cv-a) CO2.
Methods: This study was a cross-sectional study to test the correlation between gastric residual volume and levels of lactate, ScvO2 and the value of P (cv-a) CO2 taken consecutively in patients with postresusitation of severe sepsis and septic shock in ICU RSCM in February 2014 to April 2014. the whole subject of the research carried out taking the measurements of gastric residual volumes and levels of lactate, ScvO2 and the value of P (cv-a) CO2 at 0, 8 and 24. The mortality rate seen during 28 days later.
Results: A total of 53 subjects enrolled in this study. There was no significant correlation between gastric residual volume and levels of lactate, ScvO2 and the value of P (cv-a) CO2 at 0, 8 and 24 hour. Obtained a weak correlation between gastric residual volume and value of P (cv-a) CO2 at-0 (r: 0.37, p: 0.006). The mortality rate was 58.4% 28 days, most of the patients died in the ICU.
Conclusions: There was no significant correlation between the rate of gastric residual volume lactate, ScvO2 and the P (cv-a) CO2 at the 0, 8 th and 24 th.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Farina
"Latar Belakang: Peningkatan volume residu lambung merupakan salah satu tanda intoleransi makan enteral. Intoleransi makan enteral adalah salah satu bentuk gangguan fungsi gastrointestinal. Ganguan fungsi gastrointestinal sering terjadi pada pasien dengan sakit kritis. Sistem skoring MSOFA adalah salah satu sistem skoring untuk menilai keparahan penyakit pada pasien kritis. Sistem skoring yang ada belum memasukkan gangguan fungsi gastrointestinal pada salah satu parameternya. Penelitian ini untuk mengetahui korelasi volume residu lambung dengan keparahan penyakit berdasarkan skor MSOFA, dan apakah volume residu lambung dapat menjadi parameter pelengkap sistem skoring MSOFA.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort prospektif. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari - April 2014 di ICU RSCM. Total volume residu lambung diukur dari 24 jam pertama dan kedua. Skor MSOFA diukur pada hari I dan II. Data dikumpulkan menggunakan formulir penelitian. Data yang didapat dilakukan uji analisis statistik.
Hasil: Sebanyak 72 subjek diikut sertakan dalam penelitian ini. Didapatkan perbedaan volume residu lambung yang bermakna pada 24 jam I dan II. Terdapat korelasi antara volume residu lambung 24 jam II dengan skor MSOFA hari II (p <0,001; r 0,544). Penambahan skor volume residu lambung pada skor MSOFA tidak menambah sensitivitas dan spesifisitas prediksi mortalitas pasien kritis.
Kesimpulan: Terdapat korelasi antara volume residu lambung dengan keparahan penyakit yang dihitung berdasarkan skor MSOFA pada pasien yang dirawat d ICU RSCM. Penambahan skor volume residu lambung pada skor MSOFA tidak menambah sensitivitas dan spesifisitas prediksi mortalitas pasien kritis.

Background: Increased gastric residual volume is a sign of food intolerance. Food intolerance is one form of gastrointestinal disorder. Gastrointestinal disorder often occurs in critically ill patients. MSOFA is one of the scoring system to assess disease severity in critically ill patients. Gastrointestinal system hasn't included in any scoring system. This study was to determine the correlation of gastric residual volume with disease severity based on MSOFA, and whether the gastric residual volume may be complementary parameters MSOFA scoring system.
Methods: This study used a prospective cohort design. Data collection was conducted in February-April 2014 in the ICU RSCM. Total gastric residual volume was measured in the first and second 24 hours of treatment. MSOFA score measured on day I and II.. Data were collected using a research form. Data obtained test statistical analysis.
Results: Total of 72 subjects enrolled in this study. Gastric residual volume difference was significant in the first and second 24 hours. There is a correlation between second 24-hour gastric residual volume with second day of MSOFA score (p <0.001; r 0,544). The addition of gastric residual volume score on the MSOFA scoring system did not add sensitivity and specificity of the prediction of critically ill patient mortality.
Conclusions: There is a correlation between gastric residual volume with disease severity scores that were calculated with MSOFA for patients admitted to the ICU RSCM. The addition of gastric residual volume score on the MSOFA scoring system did not add sensitivity and specificity of the prediction of critically ill patient mortality.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhsan Budi Wahyono
"ABSTRAK
CO2 merupakan salah satu gas penyebab utama pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim dunia sehingga terjadi kekeringan, kebakaran hutan, naiknya muka air laut, meningkatnya intensitas dan periode hujan. Darat, laut dan atmosfer penyerap CO2 alami. Perairan Indonesia berpotensi menyerap CO2 karena produktifitas primer tinggi.
Penelitian ini untuk mengetahui variabilitas CO2 dalam menentukan
apakah perairan Indonesia sebagai carbon source atau carbon sink dan mengisi kekosongan data CO2. Penelitian pada bulan Februari-Maret 2010 di Selat Sunda dan bulan April 2010 di Barat Sumatera menggunakan K/R Baruna Jaya III. Data pCO2 udara didapatkan dari hasil rata-rata pengamatan bulanan stasiun Global Atmospheric Watch di Kototabang Bukittinggi pada Februari, Maret dan April 2010.
CO2 di lihat dari parameter karbon anorganik, derajat keasaman, total
alkalinitas dan tekanan parsial CO2 di lokasi studi bervariasi dengan nilai berbedabeda. Selat Sunda berperan sebagai source karbon dan barat Sumatera berperan sebagai sink karbon. Tekanan parsial CO2 di selat Sunda dan barat Sumatera lebih dipengaruhi oleh parameter pH. Rata-rata flux bersih CO2 di selat Sunda 841.603 mol CO2cm-2hr-1 yang menunjukkan pelepasan CO2 dari laut ke atmosfer terjadi
di wilayah ini dan rata-rata flux bersih CO2 di barat Sumatera -945.292 mol CO2cm-2hr-1 yang menunjukkan penyerapan CO2 oleh laut terjadi di wilayah ini.

ABSTRACT
CO2 is one of the main causes of global warming gases which cause global climate change, droughts, forest fire, sea level rise and flooding. Natural CO2 sinks are the Mainland, oceans and atmosphere. Indonesian waters has the potential to absorb CO2 due to high primary productivity.
This research is to know the variability of CO2 in determining whether the Indonesian waters as carbon sources or carbon sinks and fill the CO2 data gaps. dan mengisi kekosongan data CO2. Research in February-March 2010 in the Sunda Strait and April 2010 in west Sumatra, using the RV Baruna Jaya III. Air pCO2 data obtained from the average of monthly observations of the Global Atmospheric Watch station in Kototabang Bukittinggi in February, March and April 2010.
CO2 gases in view of the inorganic carbon parameters, acidity, alkalinity and total CO2 partial pressure in the study area varies with different values. Sunda Strait have a role carbon source and west Sumatra as carbon sinks. Partial pressure of CO2 in the Sunda Strait and west Sumatra is more influenced by the pH. The average net flux of CO2 in the Sunda strait 841.603 mol CO2cm-2day-1 which shows the release of CO2 from the ocean into the atmosphere occur in this
region and average net flux of CO2 in the west of Sumatra -945.292 mol CO2cm-2day-1 which shows the absorption of CO2 by the ocean occurs in the region."
2011
T29918
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Chiba: International Society for Photogrammetry and Remote Sensing (ISPRS), 2002
R 333.707 GLO
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Herlin Devianti
"Selama periode 2008 2013 kondisi ekonomi dunia tidak stabil tercermin dari harga komoditas serta indeks saham yang cenderung fluktuatif. Kebijakan QE Quantitative Easing yang dilakukan oleh The Fed dengan tujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi AS sejak terjadinya krisis global menimbulkan spillovers effect ke negara negara lain yakni aliran modal yang seharusnya berputar di ekonomi AS untuk masyarakat dan perusahaan malah beralih ke Asset Fund managers Bank Komersil. Dimana likuiditas lebih ini kemudian diinvestasikan ke berbagai Negara di dunia dan ke berbagai kelas asset saham obligasi emas komoditas untuk mencari return yang lebih tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis interaksi dinamis antara indeks saham dan indeks harga komoditas di tingkat internasional dengan menggunakan 5 lima indeks harga komoditas yaitu indeks harga Minyak Mentah, indeks harga Gas Bumi, indeks harga Emas, indeks harga Minyak Sawit dan indeks harga Kopi serta 1 satu indeks saham yaitu Indeks Dow Jones Amerika Serikat melalui data bulanan periode 2008 I 2013 XII. Metode analisis yang digunakan adalah Vector Error Correction Model VECM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diantara pergerakan keenam variabel tersebut memiliki hubungan stabilitas keseimbangan dan kesamaan pergerakan dalam jangka panjang. Sementara dari hasil uji kausalitas Granger menunjukkan ada 2 dua kausalitas antara indeks saham dengan indeks harga komoditas di tingkat internasional. Selain itu pula dapat disimpulkan bahwa tidak ada variabel yang secara signifikan mempengaruhi indeks saham Dow Jones dalam jangka pendek, hal tersebut terjadi karena suatu variabel bereaksi terhadap variabel lainnya membutuhkan waktu lag dan pada umumnya reaksi suatu variabel terhadap variabel lainnya terjadi dalam jangka panjang.

Around 2008 2013 period global economic condition was unstable described by the prices of commodities and stock indicies tend to fluctuative Quantitave Easing policy was built by The Fed encourage the growth of the economy US since the global crisis create spillovers effect to another countries which is the capital flow that should be spin on around US economy for its people and companies instead switch to the Assets Fund Managers and Commercial Bank. Where this liquidity then invested in various countries to the world and many various assets to get the higher return.
This study aims to analyze the dinamic interactions of global stock indices and international commodity prices indices use 5 five commodity prices indices which is Gold, Crude Oil, Natural Gas, Crude Palm Oil and Coffee also 1 one stock indices which is Dow Jones Indices USA which monthly data period 2008 I 2013 XII. The analysis tool that used in this research is Vector Error Correction Model VECM.
The result showed that there rsquo s a long term relationship around the variables of the model. While the other result from Granger causality test show that there are 2 two causality between global stock indices and international commodity prices. Beside that it can be concluded there are no variables significantly affect the Dow Jones Indices on the short term it rsquo s because the variable need to take time lag for reacts the other variables and in the reaction generally happens on the long term."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T44828
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Friska
"Discharge planning atau Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) telah menjadi masalah penting dalam reformasi sistem perawatan kesehatan secara global. Perencanaan pemulangan pasien masih menjadi tantangan tersendiri dalam pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu, penyedia layanan kesehatan sangat berperan dalam meningkatkan asuhan keperawatan yang berkelanjutan yaitu proses perencanaan pemulangan pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengeksplorasi mendalam tentang pengalaman perawat dalam pelaksanaan Perencanaan Pemulangan Pasien. Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini terdapat 12 partisipan yang bekerja diruangan instalasi rawat inap dengan melakukan rekrutmen partisipan dan menggunakan key informan untuk mendapatkan calon partisipan dengan variasi maksimal. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis tematik metode Collaizi. Pengambilan data dilakukan selama satu bulan dengan menggunakan wawancara semi terstruktur secara online melalui aplikasi zoom. Penelitian ini didapatkan 10 (sepuluh) tema yaitu: 1) Rencana tindakan pemulangan pasien yang bertujuan untuk mencegah kekambuhan dan meminimalkan cost; 2) Pelaksanaan perencanaan pulang di RS sangat penting, sudah baik, cukup baik dan tidak penting; 3) SOP pelaksanaan perencanaan pulang dilakukan sejak awal pasien dirawat dengan melakukan asuhan keperawatan dan penetapan estimasi pemulangan pasien; 4) Faktor-faktor yang memengaruhi perencanaan pulang adalah faktor personil dengan melakukan kolaborasi antar tenaga kesehatan dan faktor perjanjian dengan membuat rujukan dan penggunaan fasilitas kesehatan; 5) Peran dan tanggung jawab perencanaan pulang adalah tugas kepala ruangan dan katim; 6) Hal yang menyenangkan bagi perawat adalah reward dan pasien pulang sesuai target, yang kurang menyenangkan adalah keluarga tidak kooperatif dan pasien sering ditinggal sendiri; 7) Untuk mengedukasi keluarga butuh keyakinan perawat terhadap kompetensinya; 8) Motivasi Perawat dalam pelaksanaan perencanaan pulang agar bisa menjadi role model bagi teman sejawat dan meningkatkan mutu serta kualitas pelayanan asuhan keperawatan; 9) Hambatan perawat terkait perencanaan pulang yang sering terlewatkan karena tingginya mobilitas perawat dan tidak sempat menulis; dan 10) Kebutuhan perawat dalam meningkatkan pelayanan di RS terkait pelaksanaan perencanaan pulang yaitu manajemen melakukan monitoring evaluasi langsung, menjadikan sebagai salah satu indikator kinerja dan mengadakan pelatihan sesuai kebutuhan.

Discharge planning has become an important issue in the reform of the global health care system. Discharge planning is still a challenge in itself in health services. Therefore, health care providers play a very important role in improving sustainable nursing care, namely the process of planning for discharge planning. The purpose of this study is to explore in-depth about the experiences of nurses in implementing discharge planning. The design of this study uses qualitative research with a phenomenological approach. This study consisted of 12 participants who worked in inpatient installation rooms by recruiting participants and using key informants to obtain potential participants with maximum variation. Data analysis was performed using the Collaizi thematic analysis method. Data collection is carried out for one month using online semi-structured interviews through the zoom application. This study found 10 (ten) themes, namely: 1) discharge planning have a purpose to prevent recurrence and minimize costs; 2) Implementation of discharge planning at the hospital is very important and not important; 3) SOP for discharge planning implementation is carried out from the beginning of the patient being treated by providing nursing care and determining the patient's discharge estimate; 4) Factors affecting discharge planning are personnel factors by collaborating among health workers and agreement factors by making referrals and using health facilities; 5) The roles and responsibilities for return planning are the duties of the head of the room and the orphans; 6) something fun for nurses in carrying out discharge planning is the reward and the patient going home according to the target, what is less fun is that the family is not cooperative and the patient is often left alone; 7) To educate families, nurses need confidence in their competence; 8) Motivation of nurses in implementing discharge planning so that they can become role models for colleagues and improve the quality and quality of nursing care services; 9) Nurses' obstacles related to discharge planning which are often overlooked due to the high mobility of nurses and not having time to write; and 10) The need for nurses to improve services in hospitals related to the implementation of discharge planning, namely management to monitor direct evaluations, make it one of the performance indicators and provide training as needed."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Hasroel Thayib
"ABSTRAK
Kontroversi mengenai pemanasan dan perubahan iklim global berkepanjangan dengan berbagai tulisan terutama mengenai tidak terbuktinya ramalan mengenai musibah lingkungan antropgenik yang akan terjadi, dibahas dengan memperbandingkan fakta dan pengetahuan ilmiah kegiatan manusia. Efek rumah kaca global yang diklaim antropogenik, semakin dipertanyakan kebenarannya karena bertentangan dengan pengetahuan yang selama ini dianggap mapan dan belum dibantah kebenarannya. Data suhu permukaan global dan data perubahan-perubahan suhu yang ada telah diubah dan direkayasa untuk mendukung klaim pemanasan dan perubahan iklim global. Solusi menghadapi pemanasan global dan perubahan iklim global perlu didasarkan atas persepsi yang benar dan tidak terperangkap pada solusi keliru. Hanya memusatkan solusi pada satu penyebab saja akan menjadikan manusia terperangkap pada solusi salah."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2017
330 ASCSM 39 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Evita
"Pemanasan global yang disebabkan oleh kegiatan manusia yang menghasilkan gas rumah kaca pada dua abad terakhir mengakibatkan terjadinya perubahan iklim global. Peningkatan suhu bumi ini pada gilirannya akan membawa perubahan pada pola dan distribusi curah hujan yang membawa pengaruh pada sistem sumber daya air. Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam tesis ini dilakukan penelitian terhadap perubahan intensitas curah hujan maksimum untuk melihat indikasi perubahan iklim seiring terjadinya perubahan iklim global.
Perubahan pada intensitas curah hujan maksimum pada penelitian ini, dilihat dari kecenderungan peningkatan maupun penurunannya. Analisis dilakukan dengan mengumpulkan data intensitas curah hujan maksimum dari tiga stasiun penakar hujan yaitu stasiun Pondok Betung, Darmaga dan Citeko. Metode yang digunakan adalah studi kasus pada wilayah Jakarta sebagai daerah pesisir dan Bogor sebagai daerah pegunungan. Pengolahan data dilakukan dengan metode statistik yaitu Spearman Rank Test dan Moving Average.
Hasil analisis memperlihatkan untuk ± 15 tahun pengamatan terjadi kecenderungan peningkatan intensitas hujan maksimum pada bulan-bulan musim hujan di ketiga stasiun penakar hujan tersebut walaupun tidak semua periode waktu signifikan. Namun untuk ± 10 tahun terakhir kecenderungan peningkatan intensitas hujan dilihat dari nilai koefisien korelasi (Rs) lebih kuat dibandingkan dengan 15 tahun pengamatan. Perubahan yang dilihat ini diduga adalah bagian dari perubahan iklim global.
Diharapkan dengan hasil analisis ini pengelolaan sumber daya air dapat lebih ditingkatkan untuk mengantisipasi meningkatnya ketersedian air pada musim ? musim penghujan yang diakibatkan perubahan iklim global.

Global warming due to increasing greenhouse gases in the last two centuries had changed global climate. Increasing global temperature will change precipitation patterns and distributions. This condition leads to the change on water resources system. This paper studies the change on intensity of maximum precipitation in order to indicate climate change along with global climate change.
In this research, intensity of maximum precipitation changing is observed from its trend both increase and decrease. Data from three stations Pondok Betung, Darmaga, and Citeko are collected and analyzed with Spearman Rank Test and Moving Average. In the research method Jakarta as a coastal area and Bogor as a mountain area are used as cases study.
The result shows that in ±15 years observed there have been trends of increasing intensity of maximum precipitation on months in rainy season in three stations considered even though it only significant in some periods. However, according to correlation index (Rs) the trend of increasing intensity of precipitation in the last 10 years is more considerable than 15 years periods observed. This condition is believed as a part of global climate change.
This research also suggests that water resources should be manage more appropriate in order to anticipate the increasing water supply on months in rainy season as a result of global climate change."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T23292
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>