Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48583 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gultom, Nursalam
"Penetapan sementara oleh Pengadilan Niaga merupakan suatu upaya pencegahan pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual, termasuk hak cipta yang diatur dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (?Undang-Undang Hak Cipta?), namun penetapan sementara baru dapat diterapkan setelah dikeluarkannya Peraturan Mahkamah Agung Nomor 5 Tahun 2012 (?PERMA 5/2012?). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif dengan menggunakan metode kualitatif dalam menganalisis data. Karya sinematografi Soekarno yang dimohonkan oleh Rachmawati Soekarno Putri merupakan kasus pertama yang memohonkan penetapan sementara. Penelitian ini menyarankan perlu adanya suatu pengaturan pedoman penentuan jumlah uang jaminan sehingga terdapat suatu kepastian hukum bagi pemohon dalam mengajukan permohonan penetapan dan perlu adanya sinkronisasi ketentuan mengenai penetapan sementara dalam Undang-Undang Hak Cipta dan PERMA 5/2012.

A provisional decision by the Commercial Court is a prevention action of the violation in intellectual property right, including copyright, which is regulated in Law No.19 of 2002 on Copyrights ("Copyrights Law"). However, the provisional decision could only be implemented after the issuance of PERMA No. 5 of 2012 on the Provisional Decision by the Supreme Court. The method used in this study was a normative juridical approach using qualitative methods in analyzing the data. The case involving the motion picture Soekarno that was filed by Rachmawati Sukarno Putri, the daughter of the film's subject, against the film's producer and director, was the first to ask for a provisional decision from a commercial court. The author suggests that guidelines be developed to determine the appropriate amount of monetary compensation for settlements in such cases to give plaintiffs legal certainty when petitioning for a provisional decision, also it is needed to synchronize the provisions on provisional decision under Copyrights Law and PERMA 5/2012.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T42349
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isrilitha Pratami Puteri
"ABSTRAK
Tesis ini memfokuskan pada Perlindungan Hak Cipta Terkait Dengan Distribusi
Karya Sinematografi (Studi Kasus: Peluncuran Film X-Men Origins: Wolverine Dan
Ayat-Ayat Cinta). Seiring dengan perkembangan teknologi, pada saat ini distribusi
karya sinematografi banyak yang menyimpang. Dimana terdapat banyak karya
sinematografi yang didistribusikan dengan tidak memenuhi hukum yang berlaku,
dikarenakan tidak adanya pengaturan hukum yang tegas mengenai hal tersebut. Dari
penelitian ini, para produser sebagai pemegang hak cipta atas karya sinematografi
dapat mengetahui pentingnya perjanjian lisensi dalam hal distriusi karyanya dan juga
hak terkait sehubungan dengan para pelaku yang ikut berpartisipasi dalam karya
tersebut.

ABSTRACT
This thesis focuses on the Protection of Copyright Related to the Distribution of Work
Cinematography (Case Study: Launching Movie X-Men Origins: Wolverine And
Ayat-Ayat Cinta). Along with the development of technology, the current distribution
of cinematographic works much distorted. Where there are a lot of cinematographic
works are distributed to not meet the applicable law, because there is no strict legal
regulation on the matter. From this research, the producers as the holder of the
copyright in a cinematographic work to determine the importance of the license
agreement in terms of the distribution of his work and related rights in connection
with the actors who participated in the work."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T38756
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Kanta Germansa
"Dalam pengaturan pasal 40 huruf m, Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta mengatur mengenai ciptaan yang diberikan perlindungan sebagai hak cipta yaitu karya sinematografi. Dalam menciptakan suatu karya sinematografi, dapat dilakukan dengan cara proses penggandaan atau reproduksi suatu karya sinematografi yang ada lebih dahulu menjadi karya yang baru berdasarkan film aslinya atau yang terdahulu. Dalam Pasal 1 ayat 12,Penggandaan adalah proses, perbuatan, atau cara menggandakan satu salinan Ciptaan dan/atau fonogram atau lebih dengan cara dan dalam bentuk apapun, secara permanen atau sementara.Suatu karya Sinematografi merupakan suatu karya seni yang menampilkan suatu Ciptaan yang berupa gambar bergerak (moving images) secara nyata baik secara visual dan audiovisual oleh pihak-pihak yang ahli dibidang sinematografi berdasarkan pengembangan ide dan kreativitas yang bersifat pribadi dan khas/original. Perwujudan ide yang menghasilkan suatu karya Sinematografi secara nyata mendapatkan perlindungan hak cipta sebagaimana diatur pasal 40 huruf m, Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Dalam hasil nyata karya sinematografi melekat suatu perlindungan hukum yang diberikan oleh UUHC 2014. Pencipta dan atau pemegang hak cipta karya Sinematografi tersebut, memiliki hak ekslusive terhadap karya sinematogafi baik itu hak ekonomi, moral, dan hak terkait. Dalam pengaturan perlindungan hak cipta karya Sinematogarfi yang telah diwujudkan secara nyata tersebut, tidak hanya mendapat perlindungan hukum terhadap UUHC 2014 namun juga mendapatkan perlindungan berdasarkan Konvensi-Konvensi Internasional Di Indonesia baru-baru ini telah terjadi suatu masalah yang hangat mengenai dugaan pelanggaran hak cipta karya sinematografi terhadap penggandaan atau reproduksi (film ke film ) serial Korea You Who Came From The Stars menjadi sinetron Kau Yang Berasal Dari Bintang. Terhadap dugaan pelanggaran penggandaan/reproduksi yang dilakukan pihak Production House Sinemart sebagai pemegang Hak Cipta sinetron Kau Yang Berasal Dari Bintang perlu dilakukan analisa dan pembuktian yang akurat terhadap perwujudan Ciptaan yang berupa gambar bergerak (moving images) secara nyata baik secara visual dan audiovisual yang mengambil ide dan ekspresi ide dari serial KoreaYou Who Came From The Stars.

In Article 40 letter m, Acts No. 28 Year of 2014 about Copyrights on the works that are protected as copyrights, among others is cinematography works. In creating one cinematography work, one of the methods is reproduction of a previous cinematography works that had been around into a new one. In Article 1 verse 12, Reproduction is a process, an act, or a method of reproducing a copy of a work and/or phonogram or more with whatever means or forms, either permanently or temporarily. A work of cinematograph is a work of art that shows a creation in the form of moving images in actual, either visually or with audio conducted by professionals in cinematography based on idea and creativity expansion which are personal and original. The form of ideas that creates a work of cinematography actually gained copyright protection as stated in Article 40 letter m, Acts No. 28 Year of 2014 about Copyrights. In an actual cinematography work, attached protection from the law given by UUHC 2014. The creator or the owner of that Cinematography Copyright, gets the exclusive rights to such work, either economic rights, moral rights, and other rights attached to it. In such actual Cinematography Copyright Protection, it gets not only the law protection from UUHC 2014, but also protection based on International Convention. In Indonesia today, there is an emerging problem regarding allegation on Cinematography Copyright violation in regards to the reproduction (movie to movie ) of Korean series titled You Who Came From The Stars being retitled as Kau Yang Berasal Dari Bintang. To this allegation conducted by Production House Sinemart as the copyright owner of series Kau Yang Berasal Dari Bintang needs to be analyzed and an accurate evidence regarding the actual works on moving images, visually and with audio that grabs the idea and expression featured in Korean series Who Came From The Stars."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Ganevia
"Penelitian mengenai DPA Sementara dilakukan berdasarkan kerangka teori ilmu-ilmu seiarah, yaitu menggambarkan DPA Sementara sebagai sebuah lembaga tinggi negara dan kemudian memberikan interpretasi terhadap data-data yang didapat. Data-data yang diperoleh dari beberapa kepustakaan dan wawancara yang dilakukan beberapa kali. Dengan berdasar data tersebut dilakukan deskripsi yang kemudian dapat disimpulkan bahwa: 1. DPA Sementara mempunyai kedudukan yang cukup berarti yaitu sebagai laboratorium politik Presiden Soekarno dan tidak hanya sebagai badan penasehat belaka. 2. Keanggotaan DPA Sementara lebih mengutamakan golongan fungsional. 3. Dari masalah-masalah yang dibahas terlihat, bahwa DPA Sementara lebih banyak membicarakan masalah-masalah politik dibandingkan masalah-masalah lainnya."
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Marwati
"Skripsi ini membahas mengenai keterkaitan Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto terhadap perkembangan arsitektur di Indonesia pada masa kepemimpinan masing-masing Presiden. Pembahasan ini dipilih karena masingmasing Presiden memiliki andil yang besar dalam pembangunan Indonesia pasca kemerdekaan, namun keterkaitannya dengan dunia arsitektur masih jarang tersentuh perhatian publik. Keterkaitan akan ditinjau dengan membuka kembali latar belakang pengalaman hidup dan budaya masing-masing untuk kemudian dihubungkan dengan gaya arsitektur yang berkembang pada masa kepemimpinan Soekarno dan Soeharto. Latar belakang berbeda yang dimiliki oleh Soekarno dan Soeharto akhirnya menghasilkan perbedaan perkembangan gaya arsitektur yang signifikan. Perbedaan ini akan dibandingkan melalui studi kasus pada perbandingan Gelora Bung Karno dengan Taman Mini Indonesia Indah, Masjid Istiqlal dengan Masjid At-Tin dan Patung Selamat Datang dengan Patung Arjuna Wijaya. Pembahasan dalam skripsi ini membawa kepada kesimpulan bahwa kedua Presiden memiliki pengaruhnya masing-masing dalam perkembangan Arsitektur. Presiden Soekarno memberikan suasana modern kepada arsitektur di Indonesia dengan gagasannya atas proyek-proyek yang bergaya modern dan monumental. Sementara itu, gaya arsitektur yang berkembang pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto salah satunya terpengaruh oleh ide Soeharto mengusung regionalisasi dalam mewujudkan stabilitas nasional.

This study talks about the correlation between each of President Soekarno and President Soeharto to the architecture growth of Indonesia. This study is chosen because both of Soekarno and Soeharto had a big impact to the Indonesian development era but their correlation to architecture is often forgotten. The correlation will be revealed by studying about the historical and culture background of each President. The Study shows that Soekarno and Soeharto?s different backgrounds and visions influence some significant differences of architecture style that was happened during their era. The differences will be compared by comparative case studies between Gelora Bung Karno and Beautiful Indonesia, Istiqlal Mosque and At-Tin Mosque, and Welcoming Statue and Arjuna Wijaya Statue. The end of the study, it is revealed that President Soekarno brings modernity to architecture in Indonesia meanwhile President Soeharto gives influence with his idea of 'traditionalizing', which for him, is a must thing to do in order to remain the national stability."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42867
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alda Humaira Razzak
"Skripsi ini membahas mengenai mekanisme, akibat hukum diajukannya perlindungan hukum sementara berupa provisional relief, dan dampak dari dikabulkannya permohonan provisional relief di bawah chapter 15 US Bankruptcy Code oleh Pengadilan Niaga New York Selatan terhadap kasus PKPU Duniatex Group yang sedang berlangsung di Indonesia. Penelitian ini berbentuk yuridis-normatif dengan desain deskriptif-analitis, yang bertujuan untuk pemahaman lebih lanjut mengenai pengajuan provisional relief oleh Debitur asing dalam rangka proses pengakuan kepailitan asing yang dikaitkan dengan aturan dalam UNCITRAL Model Law On Cross-Border Insolvency With Guide To Enactment yang diadopsi oleh beberapa negara dan salah satunya adalah Amerika Serikat, khususnya dalam Chapter 15 US Bankruptcy Code yang dikaitkan dengan kasus PKPU Duniatex Group di Indonesia. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan mengenai pengajuan provisional relief, terdapat beberapa tahap yang perlu dilakukan oleh perwakilan asing sebelum mengajukan provisional relief di bawah chapter 15 dan dikabulkannya provisional relief kepada Duniatex Group memberikan beberapa dampak hukum yang positif terhadap PKPU yang sedang berlangsung di Pengadilan Niaga Semarang, terutama mengenai eksekusi aset dan pengajuan gugatan kepailitan terhadap Debitur asing. Hasil penelitian menyarankan jika terdapat aset atau kreditur yang berada dalam wilayah yurisdiksi Amerika Serikat dan sedang dilaksanakan proses hukum kepailitan di Indonesia, sebaiknya segera diajukan permohonan pengakuan proses kepailitan dan provisional relief di bawah chapter 15 melalui perwakilan asing.

This thesis discusses the mechanism, the legal consequences of petition for provisional legal protection in the form of provisional relief, and the impact of the granting of the provisional relief application under chapter 15 of US Bankruptcy Code by the Southern District of New York against the PKPU Duniatex Group case that is currently ongoing in Indonesia. This research is in the form of normative juridicial with descriptive-analytic design, which aims to further understand the petition of provisional relief by foreign debtors in the context of the process recognition of a foreign proceeding, which is linked to the rules in the UNCITRAL Model Law On Cross-Border Insolvency With Guide To Enactment adopted by several countries. One of them is the United States, especially in Chapter 15 of the US Bankruptcy Code associated with the PKPU Duniatex Group case in Indonesia. Based on the analysis that has been carried out regarding the petition of provisional relief, several steps need to be carried out by foreign representatives before applying provisional relief under chapter 15. The granting of provisional relief to Duniatex Group has had several positive legal impacts on PKPU which is taking place at the Semarang Commercial Court, especially regarding the execution against the debtor's assets and commence or continue any legal proceeding against foreign debtors. Through this thesis writer suggest that if some assets or creditors are within the jurisdiction of the United States and the bankruptcy legal proceedings are being carried out in Indonesia, it is best to apply for recognition of the bankruptcy process and provisional relief under chapter 15 through foreign representatives."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dodik Fery Kurniawan
"Pergerakan penumpang angkutan udara dari tahun ke tahun semakin meningkat sehingga diperlukan pengaturan pergerakan dan pelayanan penumpang yang tepat pada sistem operasional sisi darat bandar udara. Konsekuensi dengan adanya pelayanan yang harus dilalui oleh penumpang dalam suatu sistem operasional terminal bandar udara adalah terjadinya antrian (panjang antrian, lamanya waktu tunggu dan lain-lain). Antrian yang terjadi pada sistem operasional pemrosesan penumpang di terminal keberangkatan bandar udara terjadi karena pergerakan arus penumpang dan barang yang terganggu akibat dari kegiatan pelayanan yang harus dilalui. Tingkat kedatangan yang tidak sebanding dengan tingkat pelayanan menimbulkan masalah antrian seperti waktu tunggu. Sistem operasional yang efisien diharapkan dapat mengakomodasi peningkatan jumlah penumpang yang diproses dan dapat meminimalkan waktu pelayanan. Beberapa alternatif pengembangan optimasi sistem operasional keberangkatan terminal 1-A Bandar Udara Soekarno-Hatta seperti pengurangan waktu pelayanan, perubahan sistem antrian dan penyederhanaan proses pelayanan didapatkan hasil yang lebih baik dari kondisi eksisting, baik dari segi besarnya jumlah penumpang yang dapat diakomodasi maupun waktu yang dibutuhkan penumpang dalam sistem antrian yang terjadi.

A growing number of air transport passenger movements required a proper of setting movements and passenger services in the airport land side operational systems. The consequences of the existence of the services that must be passed the passengers in the airport terminal operational systems is the occurrence of queues (queue length, waiting time and eternity, etc.). Queues in the operational system of passenger processing at the airport departure terminal occurs because the movement of passengers and goods flows are disrupted due to the service activities that must be passed. Arrival rate that is not comparable with the level of service would cause problems like the queue waiting time. Efficient operational systems is expected to accomodate a growing number of passengers that can be processed adn minimize the service time. Several alternatives of optimization was developed in this study at terminal 1-A Soekarno-Hatta airport, as the reduction of service time, queuing system changes and the simplified of service processes obtained better result than the existing condition, both in terms of the number of passengers that can be accomodated as well as the time it takes by passengers to the queue system.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35764
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Solichin Salam
Jakarta: CISR, 1991
920 SOL s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yuke Ardhiati
"ABSTRAK
Kehadiran ide "Arsitektur Panggung" merupakan visualisasi ideologi Penguasa melalui karya arsitektur terdorong oleh trilogi hasrat, intervensi, dan rasa seni. Di Indonesia terwujud sebagai ekspresi kekuasaan Soekarno 1960-an menjadi ruh tergubahnya karya arsitektur "Projek Mercusuar"di Jakarta. Teori "Arsitektur Panggung" sebagai Arsitektur Non Material yaitu "sesuatu‟ yang tak teraga mendahului fisik material Arsitektur memiliki karakteristik sebagaimana konsep Khora.
Sejumlah data metafisik berdasar data kesejarahan menunjuk bekal Soekarno Muda sebagai arsitek, politisi, dan penulis naskah drama tonil yang memampukannya di saat menggaungkan Nation Pride melalui karya arsitektur. Fenomena serupa di mancanegara ditampakkan pada arsitektur warisan Adolf Hitler di Jerman, Joseph Stalin di Soviet Uni, Kubitchek di Brazilia dan Mao Tze Dong di Cina, serta Nehru di India. Akan tetapi bekal pengetahuan tacit kearsitekturan khas Timur yang dipadukan dengan Barat yang dimiliki Soekarno telah membedakannya dengan Penguasa lainnya. Soekarno telah memberi warna kehadiran ide "arsitektur panggung" dengan pesona ke-Indonesia-an khas Jawa Kuno berupa ornamentik yang dilekatkan pada bangunan Arsitektur Modern, telah membedakannya dengan Hitler ketika menggubah gaya Fuhrer, Stalin ketika menggubah Gothic Stalinist, Kubitcheck dalam menggubah Ibukota Brazilia, Nehru ketika menggubah Chandigarh ataupun ketika China menggubah diri sebagai "Paris dari Timur".
Melalui penelitian Grounded Theory dan cara pengamatan fenomenologis pada sepilihan karya arsitektur "Projek Mercusuar" melalui pengamatan visual, pengalaman keruangan, serta penghimpunan data metafisik yang dipertautkan keterhubungannya secara hermeneutik- interpretatif terungkap adanya proses memutu dalam kehadiran arsitektur. Ketika urutan demi urutan keruangan juga dipertautkan tersingkap adanya kesepadanan struktural yang membingkai ruh dan raga dari ide "Arsitektur Panggung" gagasan "Arsitek" Soekarno sebagai ekspresi kesepadanan pengetahuan arsitektural dan jiwa dramaturgi yang melingkupinya.

ABSTRACT
The presence of the idea of "Architecture Stage" is a visualization of the Ruler through the architectural work as his ideologies are driven by trilogies of his passion, his intervention and his sense of art. In Indonesia Soekarno manifested his ideologies as his expression in the 1960‟s with the architectural masterpiece known as the "Project‟s Lighthouse" in Jakarta. The theory of the "Architecture Stage" was found as part of a "Non-material Architecture‟, that is "something‟ regarded as an intangible architecture that precedes the materiality with similar characteristics as the concept of space " Khora.
Some of the metaphysical data as historical archives was collected through the historical of event, starting from young Soekarno as an Architect, Politician, and the Playwright of drama tonil, which empowered him in echoing the Nation‟s Pride ideology through his works and architectural masterpieces. The same phenomena abroad was revealed in the architectural legacies of Adolf Hitler in Germany, Joseph Stalin in the Soviet Union, Kubitchek in Brazilia, Mao Tze Dong in the People‟s Republic of China, and Nehru in India. However, there are different types in Indonesia. Soekarno‟s architecture tacitly expressed architectural knowledge in the manner of "Eastern meets Western‟, resulting in a combination of differences between them. Soekarno has given "color‟ as sense of presence in the ideas of the "Architecture Stage". Combining the charm of the Indonesian culture by exploring Ancient Javanese form, Soekarno distinguished his architectural style by attaching building ornamentation to Modern Architecture. This was done at a time when Hitler was composing his architectural style, when Stalin was composing the Stalinist Gothic, when Kubitcheck was designing the capital city of Brazilia, when Nehru was composing Chandigarh and when Shanghai, China was declared as the "Paris of the East‟.
By using the "Grounded Theory‟research method, which refers to Glaser and Strauss, phenomenological observations are noted in several architectural works concerning the "Project‟s Lighthouse" in Jakarta in the 1960‟s. Through visual observation and spatial experiences as well as metaphysical data collection, the idea of connectedness was found. Through a Hermeneutic-Interpretive method, the process of deriving quality from an architectural presence is revealed. By connecting the spatial sequences in architecture, Tugu Nasional, known as the "Project‟s Lighthouse" reveals the structural equivalence of the spirit as the body and soul of the idea of an "Architecture Stage." This was Soekarno‟s idea as an expression of his architectural knowledge with his dramaturgy representation. Soekarno composes the idea of a "Soekarnoestic Architecture Stage" as the metaphor for representing himself as the "Stage of Indonesia".
"
2012
D2029
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>