Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178368 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Niken Cahyorinartri
"Anak dengan disabilitas intelektual memiliki keterampilan adaptif yang lebih rendah. Sebelum anak dengan disabilitas intelektual memahami harapan lingkungan, anak diharapkan terlebih dahulu mengenal dirinya sendiri. Representasi diri merupakan penjabaran yang bersifat kontekstual atas diri dan konstruksi kognitif dan sosial. Anak disabilitas intelektual dengan tahap perkembangan praoperasional, biasanya memiliki representasi diri yang merujuk pada ciri-ciri dan perilaku yang dapat diobservasi. Anak dengan disabilitas intelektual juga perlu mengembangkan kemampuannya dalam mengenal dan memahami emosi. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan efektifitas program direct instruction dalam meningkatkan perilaku adaptif melalui representasi diri dan pemahaman emosi pada siswa dengan disabilitas intelektual menengah.Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian kasus tunggal. Subjek penelitian ini adalah seorang siswa dengan disabilitas intelektual menengah (IQ: 49, skala Stanford Binet) dengan usia mental 4 tahun 5 bulan. Program direct instruction belum berhasil meningkatkan perilaku adaptif melalui representasi diri dan emosi pada subjek sebagai anak dengan disabilitas intelektual menengah. Hal ini dipengaruhi keterbatasan intelektual dari subjek sehingga terdapat kemungkinan subjek belum menguasai kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan dalam menguasai keterampilan yang diajarkan. Hambatan lain adalah perkembangan bahasa subjek yang terbatas. Kosa kata yang terbatas juga mempengaruhi kemampuan subjek memaparkan hasil pikiran dan perasaannya.

Children with intellectual disability have adaptive skill lower than others. Before children with intellectual disability realize about social expectation, children wished to understand themselves first. Self-representation is contextual description about themselves and cognitive and social construction. Children with intellectual disability with preoperational developmental stage, usually have self-representation that refer to observable things. They also have to developing emotional understanding. The study aimed to determine effectiveness of direct instruction program to enhance adaptive skill through self-representation and emotional understanding in student with moderate intellectual disability. The design use in this study is a single case experiment. The subject of this study is a student with intellectual disability (IQ: 49, Stanford Binet Scale) with mental age 4 years 5 months. Based on analysis showed that direct instruction program haven?t succeed enhanced self-representation and emotion understanding in student with moderate intellectual disability. It can be influenced by subject?s intellectual limitedness. Another limitedness is subject?s language development and vocabulary limited also influenced subject?s ability to tell her mind, thought and feeling.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41387
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ceisha Kartika Novianti
"Anak usia prasekolah rentan mengalami permasalahan regulasi emosi yang berdampak pada aspek psiko-sosial dan akademik, baik pada saat ini maupun usia mendatang. Regulasi emosi anak terbukti berhubungan dengan regulasi emosi ibu dan sosialisasi emosi juga terbukti mampu berperan sebagai mediator dalam hubungan ini. Penelitian ini ingin mengetahui peran sosialisasi emosi sebagai mediator dalam hubungan antara regulasi emosi ibu dan anak usia prasekolah. Penelitian kuantitatif dengan desain korelasional ini melibatkan 205 ibu dari anak usia prasekolah (3-6 tahun) sebagai partisipan.
Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa tidak terdapat direct effect yang signifikan antara regulasi emosi ibu dan anak usia prasekolah dan tidak terdapat indirect effect yang signifikan melalui sosialisasi emosi secara supportive, tetapi terdapat indirect effect yang ditemukan signifikan melalui sosialisasi emosi secara unsupportive dalam memediasi hubungan antara regulasi emosi ibu dan anak usia prasekolah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa regulasi emosi ibu tidak dapat berhubungan secara langsung dengan regulasi emosi anak usia prasekolah, tetapi harus melewati sosialisasi emosi secara unsupportive terlebih dahulu untuk berhubungan dengan regulasi emosi anak usia prasekolah.

Preschool-aged children are vulnerable to emotional regulation problems that have an impact on psycho-social and academic aspects, both now and in the future. Children's emotional regulation has been shown to be related to maternal emotion regulation and emotional socialization has also been shown to be able to act as a mediator in this relationship. The current study examined the role of emotion socialization as a mediator of the relations between maternal emotional regulation and emotion regulation of preschool-aged children. This quantitative study with a correlational design involved 205 mothers of preschool children (3-6 years old) as participants.
Results of the mediation analysis revealed that there was no significant direct effect between the maternal emotion regulation and preschool-aged children was not significant, and there was no significant indirect effect through supportive emotional socialization, whereas there was significant indirect effect through unsupportive emotional socialization in mediating the relationship between maternal emotion regulation and preschool-aged children. Therefore, it can be concluded that maternal emotional regulation cannot be directly related to emotional regulation of preschool-aged children, but must pass through unsupportive emotional socialization first to correlate with emotional regulation of preschool-aged children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradina Paramitha
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-monitoring dan strategi regulasi emosi yang digunakan oleh mahasiswa yang sedang mengikuti organisasi kemahasiswaan. Hal ini menjadi penting karena self-monitoring, yaitu tingkatan individu dalam memonitor dan memantau tingkah laku yang ditunjukkan (Snyder, 1974) memiliki implikasi yang penting pada perilaku berorganisasi. Penelitian ini menggunakan alat ukur RSMS (Revised Self-Monitoring Scale) milik Lennox dan Wolfe (1984) untuk mengukur self monitoring dan alat ukur ERQ (Emotion Regulation Questionaire) milik Gross dan John (2003) untuk mengukur strategi regulasi emosi yaitu cognitive reappraisal dan expressive suppression. Partisipan penelitian merupakan 133 mahasiswa yang sedang aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan. Terdapat dua hasil penelitian pada penelitian ini. Hasil penelitian pertama menunjukkan terdapat korelasi yang signifikan antara self-monitoring dengan cognitive reappraisal (r = 0,250; n = 133 ; p = 0,004, two tailed). Artinya semakin tinggi self-monitoring individu semakin tinggi pula kecenderungannya untuk menggunakan strategi cognitive reappraisal. Hasil penelitian kedua menunjukkan tidak terdapat hubungan antara self-monitoring dengan expressive suppression (r = 0,034; n = 133; p = 0,01, two tailed).

This research is intended to find out the correlation between self-monitoring and emotional regulation strategy used by the students involved in an organization.This research is important because self-monitoring which refer to the extent to which people monitor and observe their expressive behavior (Snyder,1974) has important implication to organizational behavior. This research applied RSMS (Revised Self-Monitoring Scale)by Lennox and Wolfe (1984) to measure self-monitoring and ERQ (Emotion Regulation Questionnaire) by Gross and John (2003) to measure emotional regulation strategy namely cognitive reappraisal and expressive suppression. The research participants are 133 students actively involved in the student organization. Two results are obtained. The first result shows that there is a significance relationship between self-monitoring and cognitive reappraisal (r = 0,250; n = 133 ; p = 0,004, two tailed). It means that the higher the individual self-monitoring is conducted, the higher the tendency to apply the cognitive reappraisal strategy. The second result shows that there is no relationship between self-monitoring and expressive suppression (r = 0,034; n = 133; p  0,01, two tailed).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55150
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis : a) kecerdasan emosional , kepercayaan diri da produktivitas kegiatan penelitian dosen STT YBSI Tasikmalaya, (b) pengaruh dimensi-dimensi dalam kecerdasan emosional terhadap produktivitas kegiatan penelitian dosen STT YBSI Tasikmalaya ."
330 JMM 6:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Amirah Fatin
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya efek mediasi kepribadian proaktif dalam pengaruh kecerdasan emosi terhadap efikasi diri keputusan karier siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Siswa SMK diketahui mengalami kesulitan dalam membuat keputusan karier di akhir masa studinya, padahal mereka telah menentukan kejuruan mereka sejak memasuki SMK. Salah satu penyebabnya adalah siswa kurang memiliki efikasi diri keputusan karier. Untuk menanggulangi hal tersebut, efikasi diri keputusan karier siswa perlu ditingkatkan melalui faktor lain yang memengaruhinya, seperti kecerdasan emosi. Kepribadian proaktif dipilih sebagai variabel mediator. Studi kuantitatif ini dilakukan terhadap 833 orang siswa SMK kelas 12 di sembilan sekolah wilayah Depok dan Jakarta Selatan, dengan menggunakan metode non-probability sampling jenis accidental sampling. Alat ukur yang digunakan yaitu Career Decision Self-Efficacy Scale-Short Form (CDSES-SF), Trait Emotional Intelligence Questionnaire-Short Form (TEIQue-SF), serta Proactive Personality Scale (PPS), dengan masing-masing alat ukur memiliki reliabilitas > 0,7. Analisis mediasi dilakukan menggunakan PROCESS oleh Hayes, dengan hasil kepribadian proaktif mampu memediasi pengaruh kecerdasan emosi terhadap efikasi diri keputusan karier secara partial (ab = 0,10, c' = 0,12, p<0,01). Hasil studi ini dapat digunakan pada program intervensi untuk meningkatkan efikasi diri keputusan karier siswa, dengan memperhatikan faktor kecerdasan emosi dan kepribadian proaktif pada siswa.

ABSTRACT
This study was conducted to examine proactive personality as mediator in the influence of emotional intelligence on vocational high school student's career decision self efficacy. Vocational high school students are known to have difficulty in making career decisions because they have lack on career decision self-efficacy. To overcome this, students career decision self-efficacy needs to be improved through other factors, such as emotional intelligence. Proactive personality chosen as a mediator variable. This quantitative study was conducted on 833 vocational high school students from Depok and Jakarta Selatan, and were recruited using non-probability sampling method with the type of accidental sampling. The measuring instruments are Career Decision Self-Efficacy Scale-Short Form (CDSES-SF), Trait Emotional Intelligence Questionnaire-Short Form (TEIQue-SF), and Proactive Personality Scale (PPS), with a reliability of > 0.7. Mediation analysis was used as the data analysis technique, using PROCESS by Hayes. The results showed that proactive personality was partially mediate the effect of emotional intelligence on career decision self efficacy (ab = 0.10, c' = 0.12, p <0.01). The results of this study can be used in intervention programs to improve students career decision self-efficacy, taking into account emotional intelligence and proactive personality factors in students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikni Mutiara Rachma
"Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh sikap amanah dan kecerdasan emosional terhadap self-efficacy orang tua dalam mengasuh anak autis. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi untuk memberikan tambahan informasi dan sebagai landasan dalam melakukan penelitian lebih lanjut, khususnya di bidang psikologi perkembangan dengan mengadopsi nilai dan ajaran Islam. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak autis. Sampel dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak yang didiagnosis Autism Spectrum Disorder (autis) pada sekolah yang menyelenggarakan pendidikan untuk anak autis. Data terkumpul sebanyak 33 responden. Penelitian ini menggunakan structured approach yang dikategorikan sebagai penelitian kuantitatif. Penggunaan instrumen didasari validasi yang dilakukan dengan validitas konten. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan metode analisis multiple regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan masing-masing dimensi pada variabel amanah dan kecerdasan emosional, terdapat pengaruh positif terhadap self efficacy.

This research is conducted to know whether there is the influence toward amanah attitude and emotional intelligence to the self-efficacy of parents in nurturing autistic child. The conclusion of this research will give the additional information and the foundation for the next research, especially in the developmental psychology by adopting the Islamic values. The population of this research is the parents that have the autistic child. The sample is the parents that their child is diagnosed Autism Spectrum Disorder (autism) in the school for autistic children. The data are collected from 33 respondents and analyzed using content validation. Then, for testing research hypothesis, it is used mutiple regression anaysis method. The result of this research shows that there is the relationship between amanah attitude variable and emotional intelligence variable that have positive influence toward self-efficacy of parents."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinarwiyata
"Marah adalah emosi manusia yang normal sifatnya. Marah yang tidak terkendali berlanjut pada perilaku kekerasan. Kurangnya pengendalian marah pada remaja mengakibatkan perilaku kekerasan dalam lingkup personal maupun kelompok dan membawa korban harta, benda jiwa, lingkungan. Tujuan penelitian mengidentifikasi pengaruh Pendidikan kesehatan dan Terapi Kelompok Terapeutik Remaja Terhadap Pengendalian Emosi Marah Remaja di SMK Kota Depok. Metode penelitian memakai pre test - post test with control group dengan teknik consecutive sampling. Terapi kelompok terapeutik bertujuan meningkatkan pengendalian emosi marah remaja.
Hasil penelitian menunjukkan penurunan emosi marah signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dan Terapi Kelompok Terapeutik Remaja (p < 0,05). Perbedaan skor emosi marah antara kelompok kontrol dan perlakuan signifikan (p = 0,05). Terapi kelompok terapeutik remaja dapat digunakan sebagai alternatif meningkatkan pengendalian emosi marah remaja disamping terapi yang lain.

Anger is a nature of human emotion. Uncontrolled anger may lead to violent behavior. Inability to control the angry adolescents could result in violent behavior in the personal and group and could yield the damage of treasures, objects, people, and environments. The research objectives were to identify the influence of health education and Therapeutic Adolescent group therapy to Control Angry Emotions of teenagers in SMK Kota Depok. This study used pre test - post test control group with consecutive sampling technique. The therapeutic group therapy aimed at improving the control of emotions angry teens.
The results showed a significant decrease in angry emotions after the health education and Therapeutic Adolescent group therapy (p < 0.05) were given. The difference between a group of angry emotion score control and significant treatment (p = 0.05) . Adolescent therapeutic group therapy can be used as an alternative to increase anger management in addition to other therapies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42610
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Eka Putri
"Counterproductive work behavior (CWB) merupakan perilaku secara sengaja untuk membahayakan organisasi dan orang lain di dalamnya yang dapat meningkatkan kerugian organisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kecerdasan emosi memediasi hubungan antara trait mindfulness dengan CWB. Responden penelitian ini terdiri dari 134 pria dan 176 wanita (N = 310) yang bekerja penuh waktu. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mindfulness Attention Awareness Scale (MAAS), Wong and Law Emotional Intelligence Scale (WLEIS), dan CWB-Checklist (CWB-C). Berdasarkan hasil analisis, terdapat indirect effect (ab = -.046, p < .01) dan direct effect (c = -.225, p < .01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan emosi memediasi secara parsial hubungan antara trait mindfulness dengan CWB.

Counterproductive work behavior (CWB) is behavior intends to harm organization and other people inside it that increased organizational loss. The purpose of this study is to find out whether emotional intelligence mediates the relationship between trait mindfulness and CWB. Respondents of this study consist of 134 men and 176 women (N = 310) who work full-time. Instruments used in this study are Mindfulness Attention Awareness Scale (MAAS), Wong and Law Emotional Intelligence Scale (WLEIS), dan CWB-Checklist (CWB-C). Based on the result of analysis, there is significant indirect effect (ab = -.046, p < .01) and direct effect (c = -.225, p < .01). It has shown that emotional intelligence partially mediates the relationship between trait mindfulness and CWB."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pendidikan tingkat menengah mempunyai tanggung jawab untuk mempersiapkan sebagian siswanya memasuki jenjang perguruan tinggi, sedangkan sebagian yang lain untuk langsung terjun ke dunia pekerjaan. Untuk dapat sukses pada kedua ranah tersebut, tidak hanya ilmu pengetahuan dan keterampilan terkait pekerjaan yan dibutuhkan, tetapi juga keterampilan untuk dapat berinteraksi dengan orang lain. Mengasah kecerdasan emosi, adalah salah satu cara untuk membina keterampilan ini. Individu dengan emosi yang cerdas, akan mengenali emosi yang ada pada dirinya dan orang lain, membedakan satu emosi dengan yang lainnya, serta menggunakan informasi tersebut sebagai panduan dalam berpikir dan bertindak. Dengan kata lain, kecerdasan emosi penting untuk menciptakan individu yang sadar akan peran dan fungsinya di dalam masyarakat. Kesadaran ini, diharapkan akan mampu mendorong individu tersebut untuk berkarya bagi dirinya dan orang lain, yang pada akhirnya akan mendongkrak nilai jual dan daya saing Indonesia di mata dunia. Walaupun sebaiknya dimulai sedini mungkin, pembahasan kecerdasan emosi sangat baik untuk difokuskan pada tingkat sekolah menengah. Hal ini karena permasalahan remaja banyak berkaitan dengan emosi dan pengelolaannya. Makalah ini mencoba menyajikan usulan untuk meningkatkan kecerdasan emosi remaja terutama pada tingkat sekolah menengah. "
330 ASCSM 7 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Peny Adreanty
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dukungan emosional dari guru, dukungan instrumental dari guru, dan kecemasan matematika siswa terhadap keterlibatan siswa dalam belajar matematika. Partisipan berjumlah 112 siswa kelas 4-5 sekolah dasar. Dukungan emosional, dukungan instrumental, dan kecemasan matematika diukur menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Federici dan Skaalvik (2014). Keterlibatan siswa dalam belajar matematika diukur menggunakan alat ukur School Engagement Measurement (SEM)-MacArthur.
Hasil utama penelitian mengungkapkan bahwa dukungan emosional, dukungan instrumental, dan kecemasan matematika memiliki pengaruh signifikan terhadap keterlibatan siswa dalam belajar matematika secara bersama-sama. Lebih lanjut jika dilihat kontribusi setiap variabel prediktor secara terpisah, hanya dukungan emosional dan kecemasan matematika yang memiliki pengaruh signifikan terhadap keterlibatan siswa dalam belajar matematika sedangkan dukungan instrumental tidak.

This research aimed to examine the influence of emotional teacher support, instrumental teacher support, and student math anxiety on student engagement in math subject. The participants were 112 elementary school students in 4th - 5th grade. Emotional support, instrumental support, and math anxiety was measured using items developed by Federici and Skaalvik (2014). Student engagement was measured using School Engagement Measurement (SEM)-MacArthur.
The result of this research revealed that emotional teacher support, instrumental teacher support, and student math anxiety have significant impact on student engagement in math subject simultaneously. Furthermore, if we look each predictors‘ contribution separatedly, only emotional tacher support and student math anxiety have significant impact, while the instrumental teacher support not.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56206
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>