Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165459 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riyan Hari Kurniawan
"Tesis ini bertujuan mengetahui kadar vitamin D dan zinc serum pasien preeklamsia berat dan hamil normal, mengetahui hubungan antara kadar vitamin D dan zinc dengan kejadian preklamsia berat, dan prevalensi preeklamsia berat di RSCM. Penelitian ini merupakan observasional potong lintang. Subyek penelitian adalah perempuan hamil yang menjalani persalinan di Kamar Bersalin RSCM pada Januari sampai dengan April 2014. Terdapat 22 subyek kelompok preeklamsia berat dan 22 subyek kelompok hamil dengan tekanan darah normal. Hasil penelitian didapatkan rerata kadar vitamin D dan median kadar zinc lebih rendah pada kelompok preeklamsia berat dibandingkan hamil normal, namun tidak berbeda bermakna. Kadar vitamin D dan zinc tidak berhubungan bermakna dengan kejadian preklamsia berat, dengan p=0,689 dan 0=0,517. Prevalensi hipertensi dalam kehamilan di RSCM adalah 31,07%, dengan rincian sebagai berikut: hipertensi kronik, hipertensi gestasional, preeklamsia ringan, preeklamsia berat, preeklamsia berat superimposed, sindrom HELLP, dan eklamsia gravidarum adalah 0,54%, 2,14%, 1,96%, 17,14%, 3,21%, 4,64%, dan 1,44%.

The purpose of this investigation was to examine the maternal plasma level of vitamin D and zinc in cases of severe preeclampsia compare to normal pregnancy, to know association between level of vitamin D and zinc and severe preeclampsia, and to know prevalence of severe preeclampsia in Cipto Mangunkusumo. This is a cross sectional observational study. Subjects were pregnant women who gave birth in delivery room Cipto Mangunkusumo Hospital in between January and April 2014. There are 22 subjects in severe preeclampsia group and 22 subjects in normotensive pregnancy. Subject with severe preeclampsia were noted to have lower maternal vitamin D and zinc level to normotensive pregnancy with not significant statistically (p 0,689 and p 0,517). Prevalence of hypertension in Cipto Mangunkusumo hospital is 31,07% which is contain of: chronic hypertension 0,54%, gestational hypertension 2,14%, mild preeclampsia 1,96%, severe preeclampsia 17,14%, superimposed severe preeclampsia 3,21%, HELLP syndrome 4,64%, and eclampsia 1,44%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmi Maharani
"Preeklamsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas maternal-perinatal. Plasentasi abnormal menyebabkan hipoksia plasenta dan gangguan regulasi responss imun sehingga mengakibatkan perubahan mikroskopik struktur plasenta berupa penurunan syncytial bridge. Penelitian ini bertujuan mengetahui toleransi imun dan nekrosis pada preeklamsia berdasarkan gambaran syncytial bridge, jumlah sel Treg, konsentrasi LDH serta profil vitamin 1,25(OH)2D3, dan seng.
Penelitian potong lintang ini dilakukan pada bulan Februari–Agustus 2019 di RS Budi Kemuliaan dan RSUD Koja, Jakarta. Subjek penelitian adalah ibu hamil normotensi dan preeklamsia yang memenuhi kriteria penerimaan dan tidak memenuhi kriteria penolakan. Subjek dibagi tiga kelompok yaitu: normotensi/NT (n = 20), preeklamsia tanpa komplikasi/PE (n = 21), dan preeklamsia dengan komplikasi/PEK (n = 20). Semua subjek dilakukan pengukuran. jumlah syncytial bridge plasenta (HE), jumlah sel Treg (flowcytometric dan IHK), konsentrasi LDH (enzymatic colorimetric dan ELISA), vitamin 1,25(OH)2D3 (LC-MS/MS) dan seng (ICP-MS) darah maternal dan plasenta. Data diolah menggunakan SPSS versi 2 dan dianalisis dengan uji test-tidak berpasangan dan Mann-Whitney.
Jumlah syncytial bridge pada kelompok PE (10,52/LPB) dan PEK (6,33/LPB) lebih rendah bermakna dibanding NT (14,71/LPB). Syncytial bridge PEK lebih rendah bermakna dibanding PE. Jumlah Treg plasenta kelompok PE (2,89/LPB) dan PEK (2,94/LPB) lebih rendah bermakna dibanding NT (4,11/LPB). Konsentrasi LDH maternal pada PEK (418U/L) lebih tinggi dibanding NT (167,5 U/L), dan PEK lebih tinggi dibanding PE (204 U/L) secara bermakna. Kkonsentrasi 1,25(OH)2D3 maternal kelompok PE (55 pg/mL) dan PEK (41,3 pg/mL) lebih rendah dibanding NT (63,5 pg/mL). Konsentrasi 1,25(OH)2D3 maternal PEK lebih rendah bermakna dibanding PE. Tidak ada perbedaan bermakna konsentrasi seng maternal dan plasenta pada ketiga kelompok.
Sel Treg plasenta kelompok syncytial bridge sangat rendah (SSR) 2,86/LPB dan syncytial bridge rendah (SR) 3,09/LPB lebih rendah secara bermakna dibanding syncytial bridge normal (SN) 3,87/LPB. Konsentrasi LDH maternal SSR (318 U/L) lebih tinggi bermakna dibanding SR (213 U/L) dan SN (168 U/L). Konsentrasi vitamin 1,25(OH)2D3 maternal pada SSR (39 pg/mL) lebih rendah dibandingkan SR (53,85 pg/mL) dan SN (58,10 pg/mL). Peningkatan konsentrasi LDH maternal, penurunan konsentrasi 1,25(OH)2D3 maternal dan sel Treg plasenta merupakan faktor risiko berkurangnya jumlah syncytial bridge. Disimpulkan berkurangnya jumlah syncytial bridge menggambarkan beratnya proses nekrosis yang berhubungan dengan penurunan toleransi imun dan konsentrasi 1,25(OH)2D3 maternal.

Preeclampsia is a specific condition in pregnancy as the main cause of maternal-perinatal morbidity and mortality. Abnormal placentation causes placental hypoxia and disturbances in the regulation of the immune response, thereby resulting in the microscopic structure of the placenta in the form of syncytial bridges. The present study aimed to determine the immune tolerance and necrosis in preeclampsia, on the basis of the syncytial bridge characteristic, Treg cell count, LDH concentration and vitamin 1,25(OH)2D3, and zinc profiles.
This cross-sectional study was carried out from February to August 2019 at RS Budi Kemuliaan and RSUD Koja, Jakarta. The subjects were pregnant women who met the inclusion criteria and did not meet the exclusion criteria. The subjects were divided into three groups, namely the normotensive (NT) group (n = 20), the uncomplicated preeclampsia (PE) group (n = 21), and the complicated preeclampsia (PEC) group (n = 20). All subjects underwent the following examinations: placental syncytial bridge count (HE), Treg cell count (flowcytometric and IHC), LDH (enzymatic colorimetric and ELISA), 1,25(OH)2D3 (LC-MS/MS) and zinc (ICP-MS) concentration in maternal blood and placenta. The data were processed using SPSS version 20 and analyzed by means of the unpaired t and Mann-Whitney tests.
The syncytial bridge count in groups PE (10.52/HPF) and PEC (6.33/HPF) was significantly lower compared with NT (14.71/HPF). PEC syncytial bridge count was significantly lower than PE. Placental Treg count in groups PE (2.89/HPF) and PEC (2.94/HPF) were significantly lower than that of the NT (4.11/HPF). Maternal LDH concentration in PEC (418U/L) was significantly higher than in NT (167.5 U/L), and PE (204 U/L). Maternal 1,25(OH)2D3 concentration in groups PE (55 pg/mL) and PEC (41.3 pg/mL) was lower compared with NT (63.5 pg/mL). Maternal 1,25(OH)2D3 concentration in group PEC was significantly lower than in PE. There were no significant differences in maternal blood and placental zinc concentration in the three groups. Placental Treg cell counts in the very low syncytial bridge count (VLSB) group (2.86/HPF) and the low syncytial bridge count (LSB) (3.09/HPF) were significantly lower than in the normal syncytial bridge count (NSB) (3.87/HPF). Maternal blood LDH in group VLSB (318 U/L) was higher than those in LSB (213 U/L) and NSB (168 U/L). Maternal 1,25(OH)2D3 concentration in group VLSB (39 pg/mL) was lower compared with LSB (53.85 pg/mL) and NSB (58.10 pg/mL). Increased maternal LDH concentration, decreased maternal 1,25(OH)2D3 concentration and placental Treg cell count were risk factors for decreased syncytial bridge count. It was concluded that the decrease in syncytial bridge count depicts the severity of the necrotic process that is associated with decreased immune tolerance and maternal 1,25(OH)2D3 concentration.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Bintang
"Tujuan penelitian cross sectional comparative ini adalah diketahuinya perbandingan antara kadar magnesium serum pada preeklampsia dan kehamilan normal. Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi dan Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan pada bulan Oktober sampai November 2013. Sebanyak 46 orang ibu hamil yang terdiri dari 23 orang dengan preeklampsia dan 23 orang dengan kehamilan normal yang memenuhi kriteria inklusi menyatakan kesediaannya mengikuti penelitian ini. Data diperoleh dari wawancara, pengukuran tekanan darah dan lingkar lengan atas, evaluasi asupan magnesium dengan metode FFQ semikuantitatif dan pemeriksaan kadar magnesium serum. Analisa statistik menggunakan uji t-test dan Mann Whitney. Uji karakteristik usia, usia kehamilan, paritas, pendidikan dan status gizi kedua kelompok homogen. Tidak ditemukan perbedaan rerata kadar magnesium serum pada preeklampsia (1,98 0,26 mg/dL) dengan kehamilan normal (1,89 0,21 mg/dL). Rerata asupan magnesium pada preeklampsia lebih rendah 233,6 (190,1;319,3) mg dibandingkan dengan kehamilan normal 380,1 (229,8;444,2) mg dengan p=0,024.
Kesimpulan: tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara kadar magnesium serum pada preeklampsia dengan kehamilan normal sementara asupan magnesium pada preeklampsia lebih rendah bermakna dibandingkan dengan kehamilan normal.

The aim of this cross sectional comparative study was to analyze serum level of magnesium in preeclamptic pregnancies and to compare them with those in normal pregnancies. The data was collected at RSUD Tarakan on October 2013. Out of 23 women with preeclampsia and 23 women with normal pregnancies that meet our inclusion criteria given their consents to join the study. Data collated including interviews, blood pressure and mid upper arm circumference (MUAC) measurement and intake of magnesium by semiquantitative FFQ method. Statistical analysis performed by t-test and Mann Whitney. The result of the characteristic test in two groups of study shows that both groups are homogenic. There was no different between magnesium serum level in women with preeclampsia (1.98±0.26 mg/dL) and normal pregnancy (1.89±0.21 mg/dL) While the mean daily intake of magnesium is significantly lower in preeclampsia 233.6 (190.1;319.3) mg than in normal pregnancy 380.1 (229.8;444.2) mg.
Conclusion: there was no significant different between serum magnesium level in women with preeclampsia dan normal pregnancy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eldesta Nisa Nabila
"Preeklamsia (PE) selama ini selalu menjadi salah satu masalah terbesar di dunia kesehatan. Tidak hanya karena kondisi ini meyebabkan tingginya angka kematian ibu, namun keadaan ini juga dapat memicu berbagai efek negatif pada bayi. Fokus dari studi ini adalah untuk melihat peran dari prorenin dalam patogenesis PE dengan membandingkan konsentrasi prorenin pada plasenta normal dan plasenta yang diambil dari pasien PE. Sampel plasenta diperoleh dari 69 ibu hamil yang berumur sekitar 30 tahun dengan umur kehamilan bekisar 26-41 minggu. Jaringan plasenta terdiri atas 12 sampel normal, 12 sampel PE onset akhir, dan 1 sampel PE onset awal. Kit ELISA digunakan pada prosedur ini untuk meneliti konsentrasi prorenin pada jaringan secara langsung serta hasilnya diinterpretasikan bedasarkan nilai absorbansi. Normalitas distribusi data dinilai menggunakan metode SHAPIRO WILK dan ditemukan bahwa distribusi data merupakan data nonparametrik. Oleh karena itu, MANN-WHITNEY dipilih sebagai metode untuk melihat signifikansi dari perbedaan level prorenin pada sampel jaringan normal dan PE. Hasil yang didapatkan adalah p=0.932 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan akan level prorenin pada sampel normal dan sampel PE. Bedasarkan penemuan ini, dapat dispekulasikan bahwa prorenin tidak secara langsung berpartisipasi dalam patogenesis PE.

Preeclampsia (PE) has always been regarded as one of the most deteriorating burdens in the world of medicine. Not only it contributes to high maternal mortality, but it also impose numerous drawbacks to the babies. The focus of this study is to investigate the involvement of prorenin in the pathogenesis of preeclampsia by comparing its concentration in the placenta sample of normal pregnancy and both early and late onset PE. The placenta was taken from 69 pregnant women ageing around 30 years old whose gestational age ranging between 26-41 weeks. The placental tissue were consisting of 12 normal samples, 12 late-onset PE samples, and 1 early-onset PE sample. ELISA kit was used to directly observe the concentration of prorenin and the result was interpreted based on the absorbance value.  The normality of the data distribution was assessed by SHAPIRO WILK method from which the data was found to be nonparametric. Therefore, Mann-Whitney method was used in order to found the significance of prorenin level difference in normal and preeclamptic pregnancy and the obtained value was p=0.932, meaning that no significant difference was observed between prorenin level of normal and preeclamptic placenta sample. Based on this finding, it can be speculated that prorenin does not directly participate in the pathogenesis of PE."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Filza Amara Kamila Harlena
"Latar belakang: Preeklamsia dengan gejala berat adalah salah satu penyakit hipertensi ibu hamil. Penyakit ini meningkatkan kejadian komplikasi dan kematian maternal dan neonatus. Banyak karakteristik ibu hamil yang diasosiasikan sebagai faktor risiko preeklamsia berat, diantaranya adalah paritas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara paritas dan kejadian preeklamsia berat pada ibu hamil. Metode: Studi potong lintang ini dilakukan pada Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dengan menggunakan data yang diambil dari laporan jaga Departemen Obstetri dan Ginekologi tahun 2019 dengan metode consecutive sampling. Populasi yang digunakan adalah ibu hamil yang melahirkan di RSCM tahun 2019. Analisis bivariat yang digunakan adalah uji Chi-square dengan nilai kemaknaan p<0,05. Hasil: Dari 108 ibu hamil diinklusikan sebagian besar adalah warga DKI Jakarta, tidak bekerja, berusia 20-35 tahun, berstatus paritas nulipara, dan berusia kehamilan ≥37 minggu. Uji bivariat menunjukkan hubungan bermakna antara paritas dan kejadian preeklamsia dengan gejala berat (p = 0,045). Setiap paritas mempunyai efek yang berbeda-beda terhadap kejadian preeklamsia berat, odds ratio yang didapat adalah sebagai berikut: nulipara (OR 0,47; 95%CI 0,22-1,02), primipara (OR 0,91; 95%CI 0,39-2,13), dan multipara (OR 2,94; 95%CI 1,19-7,26). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara paritas dan kejadian preeklamsia dengan gejala berat. Multiparitas merupakan satu-satunya paritas yang menjadi faktor risiko preeklamsia berat.

Background: Preeclampsia with severe features is one of hypertension disorders of pregnancy. It can increase maternal and neonate complication as well as their mortality rate. There are many maternal characteristics that can be considered as risk factors of preeclampsia with severe features, parity being one of it. Therefore, this study aims to determine the association between parity and preeclampsia with severe features incidence in pregnant women. Methods: This cross-sectional study was conducted in Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) using data collected consecutively from morning conference report of Obstetrics and Gynecology Department, 2019. The case population is pregnant women who gave birth at RSCM in 2019. The association of parity and severe preeclampsia incidence was analyzed using Chi-square test (degree of confidence 95%). Results: From 108 pregnant women included in this study, majority of the patients belong to these characteristics: located in DKI Jakarta, aged 20-35 years old, nullipara, and have gestational age ≥37 weeks. The Chi-square test showed that parity has significant association with preeclampsia with severe features (p = 0,029). Each parity category showcased different odds ratios, meaning they have different effect towards preeclampsia with severe features incidence. Said odds ratios are as followed: nullipara (OR 0,47; 95%CI 0,22-1,02), primipara (OR 0,91; 95%CI 0,39-2,13), and multipara (OR 2,94; 95%CI 1,19-7,26). Conclusion: There is a significant association between parity and preeclampsia with severe features incidence. Multiparity is the only parity that becomes the risk factor of severe preeclampsia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Widhiati Raharjo Putri
"Ketidakseimbangan trace elemen dan asam lemak berperan dalam terjadinya preeklamsia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status trace elemen serum dan eritrosit serta asam lemak pada preeklamsia berat. Desain potong lintang dilakukan pada 40 ibu hamil dalam 2 kelompok, preeklamsia berat dan normotensi. Pengukuran trace elemen dan asam lemak dalam serum dan eritrosit dilakukan dengan menggunakan Inductively Coupled Plasma and Gas Chromatography Mass Spectrometry. Receiver Operating Characteristic (ROC), analisis bivariat dan multivariat dilakukan. Trace elemen yang ditemukan berbeda nyata baik dalam serum maupun dalam eritrosit adalah selenium, besi, cadmium dan timbal (p<0,05). Hampir semua asam lemak eritrosit, ALA, EPA, DHA, omega-3, LA, GLA, DGLA, AA, omega-6 dan asam oleat ditemukan berbeda bermakna. Nilai tertinggi prediksi preeklamsia berat dengan AUC 0,77(IK95%:0,625-0,912) dan sensitifitas 90% serta spesifitas 50% terdapat pada ALA dengan cut off 0,16 amol/RBC yang mewakili asam lemak omega3 dan untuk golongan omega6 terdapat pada LA dengan cut off 54,25 amol/RBC (sensitifitas 85%; spesifitas 75%). Peningkatan risiko preeklamsia tertinggi terdapat pada EPA yang rendah(OR 14,53; IK95% 2,21-95,41) dan AA yang tinggi(OR 7,37; IK95% 1,37-39,7). Pengukuran trace elemen dan asam lemak diperlukan untuk menentukan status nutrisi dan terutama sebagai prediktor preeklamsia. Pengukuran asam lemak pada eritrosit dinilai lebih baik dibandingkan serum.

Imbalance of trace elements and fatty acids plays a role in the occurrence of preeclampsia. The aim of the study was to determine the status of serum and erythrocyte trace elements and fatty acids in severe preeclampsia. Cross-sectional design was performed on 40 pregnant women in 2 groups, severe preeclampsia and normotensive. Measurement of trace elements and fatty acids in serum and erythrocyte was performed using Inductively Coupled Plasma and Gas Chromatography Mass Spectrometry. Receiver Operating Characteristic (ROC), bivariate and multivariate analysis were performed. Trace elements found to be significantly different both in serum and in erythrocyte were Selenium, Iron, Cadmium and Lead (p<0.05). Almost all erythrocyte fatty acids, ALA, EPA, DHA, omega-3, LA, GLA, DGLA, AA, omega-6 and oleic were found to be significantly different. The highest predictive value of severe preeclampsia with an AUC of 0.77(95% CI: 0.625-0.912); a sensitivity of 90% and specificity of 50% was found in ALA with a cut off of 0.16 amol/RBC representing omega3 fatty acids and for the omega6 group in LA with a cut off of 54.25 amol/RBC (85% sensitivity; 75% specificity). The highest increased risk of preeclampsia was found in low EPA (OR 14.53; 95% CI 2.21-95.41) and high AA (OR 7.37; 95% CI 1.37-39.7). Measurement of trace elements and fatty acids is needed to determine nutritional status especially as a predictor of preeclampsia. Erythrocyte fatty acids measurement is considered better than serum. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aisyah Budi Hartati
"Preeklampsia masih menimpakan penyakit obstetrik peringkat atas di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta. Penatalaksanaan preeklampsia meliputi pemberian obat, diet dan istirahat. Prinsip diet preeklampsia antara lain tinggi energi dan tinggi protein. Telah dilaporkan bahwa asupan energi dan protein pasien preeklampsia masa antenatal yang dirawat adalah Kurang dari kebutuhan dan ternyata tidak berhubungan dengan perubahan albumin darah dan kejadian edema. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kehutuhan energi dan protein, serta mengetahui hubungan antara asupan energi dan protein dengan albumin darah dan kejadian edema.
Metoda: Jenis disain penelitian adalah cross sectional dengan populasi dan sampel adalah ibu hamil dengan preeklampsia yang dirawat dan besar sampel 90. Semua sampel mendapat diet preeklampsia sesuai standar RSCM. Asupan makanan sebelum dirawat menggunakan metoda Semi quantitative food frequency dan selama dirawat dengan metoda penimbangan. Analisa zat gizi menggunakan program Food Processor 2. Dilakukan pemeriksaan albumin darah, proteinuria dan kejadian edema Analisa data secara univariat.bivariat dan multivariat menggunakan program Epi info 6, dengan menggunakan uji perbedaan t dan regresi multiple.
Hasil dan pembahasan: Rerata kebutuhan energi responder adalah 1852 kalori dan kebutuhan protein 61.5 gram. Sebelum dirawat, rerata asupan energi dan protein masih dahlia batas normal yaitu 110.6% dan 94.5% .Ternyata tidak ada hubungan antara asupan energi dan protein dengan albumin darah sebelum dirawat yang kemungkinan disebabkan karena jumlah subyek terbatas dan homogen, serta perbedaan tingkat kerusakan endotel pembuluh darah Selma dirawat rerata asupan energi dalam batas normal (91.2% kebutuhan) dan protein termasuk defisit kurang (86.3%). Faktor gangguan fisik berhubungan dengan asupan energi dan protein tetapi faktor pengetahuan gizi tidak berhubungan. Kejadian edema dan tingkat proteinuria tidak berhubungan dengan asupan energi dan protein. Diperlukan standar diet preeklarnpsia berdasarkan tinggi badan yang dilengkapi dengan suatu pedoman untuk kemudahan pemesanan dan distribusinya. Parameter pre albumin dapat digunakan untuk melihat penibahan status protein selama perawatan 2 - 3 hari.
Saran: Preskepsi diet dapat dikelompokkan rnenjadi 1700 kalori, 1900 kalori dan 2100 kalori. Anggota tim kesehatan perlu meningkatkan motivasi kepada pasien, baik dalam penyuluhan maupun pemberian bantam saat makan. Sedangkan parameter prealbumin dapat digunakan untuk menentukan kasus dan control dalam penelitian lebih lanjut."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessy Hardjo
"Untuk mencapai kehamilan sehat dibutuhkan interaksi dalam kandungan yang baik antara ibu hamil dengan janin. Apabila terjadi gangguan, maka masalah pada kehamilan yang bersifat fatal seperti preeklamsia dapat terjadi. Banyak studi telah menunjukkan adanya korelasi yang tinggi antara rusaknya proses aktivasi invasi trofoblas dan masalah pada maternal vascular endothelium. Peranan penting sebuah faktor transkripsi bernama Hif-1⍺ penting untuk regulasi oksigen khususnya dalam kondisi hipoksia, dan dipercaya juga berperan penting pada terjadinya preeklamsia di kehamilan. Pada studi ini, 20 sampel jaringan plasenta terdiri dari 10 sampel dari kehamilan preeklamsi dan 10 sampel dari kehamilan normal dianalisis menggunakan ELISA untuk melihat peranan protein HIF-1⍺ dan diinterpretasikan untuk menunjukkan hipoksia pada kehamilan preeklamsi. Hasil dalam studi ini menemukan bahwa tidak ada hasil yang signifikan ketika dianalisa secara statistic (p>0,05), namun ada kecenderungan bahwa kadar HIF-1⍺ lebih tinggi dibanding kadar HIF-1⍺ yang ditemukan dalam plasenta kehamilan normal.

Healthy pregnancy requires successful appropriate interaction established between mother and the fetus. When this fails to occur, problems in pregnancy such as a life- threatening disorder called preeclampsia may occur. Many studies have shown high correlation between the development of preeclampsia with faulty trophoblast invasion and spiral artery remodelling at early weeks of gestation, that consequently led to placental ischemia. Hypoxia-inducible factor-1a (HIF-1⍺), an essential transcription factor for oxygen regulation induced in hypoxic environment, is believed to be important in the course of this disease. However, the exact mechanism of the pathogenesis of preeclampsia is still elusive. In this study, 20 tissue samples composed of 10 preeclamptic placenta and 10 normal pregnancy placenta were examined using ELISA Kit, with the aim to assess the HIF-1⍺ protein level and determine whether it could be used to demonstrate presence of persistent hypoxia in preeclampsia. The results demonstrated that there is no statistically significant difference between the HIF-1⍺ level in preeclamptic and normal placenta (p>0.05), but there is an evident tendency of the level in preeclampsia placenta to be elevated."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Feryanto
"Latar Belakang: Preeklamsia, yang menyerang sekitar 5%-7% wanita hamil dengan tekanan darah tinggi, proteinuria, dan risiko kerusakan organ, merupakan bidang medis kompleks yang masih perlu banyak dipelajari. Pada preeklamsia dimana terjadi inflamasi secara sistemik, kemungkinan terjadi perubahan kadar Delta Hemoglobin.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk memahami perubahan kadar Delta Hemoglobin sebagai indikator inflamasi pada preeklampsia dan korelasinya dengan Omega-3 serta rasio sFLT-1/PlGF dalam serum pasien.
Metode: Dengan menggunakan metode pengambilan sampel konsekutif, penelitian cross-sectional ini mencakup analisis korelatif dan komparatif pada dua kelompok tidak berpasangan: pasien hamil dengan preeklampsia dan kehamilan normal.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan kadar Delta Hemoglobin pada preeklampsia lebih tinggi dibandingkan kelompok normal, sedangkan kadar total omega-3, EPA, DHA, dan ALA lebih rendah pada preeklamsia tanpa adanya korelasi yang signifikan antara Delta Hemoglobin dan Omega-3. Preeklampsia dikaitkan dengan tingkat sFLT-1, PlGF, dan rasio sFLT-1/PlGF yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok normal. Terdapat juga korelasi positif lemah yang ditemukan antara rasio sFLT-1/PlGF dan delta hemoglobin. Selain itu, terdapat korelasi positif sedang dan korelasi negatif sedang antara EPA dan rasio sFLT-1/PlGF.
Kesimpulan: Terdapat variasi nilai kadar Delta Hemoglobin dan parameter lainnya antara kelompok preeklampsia dan kelompok normal.

Background: Preeclampsia, which affects approximately 5%-7% of pregnant women with high blood pressure, proteinuria, and risk of organ damage, is a complex understudied medical field. In preeclampsia where there is systemic inflammation, there may be changes in Delta Hemoglobin levels.
Objectives: This study aims to understand changes in Delta Hemoglobin levels as an indicator of inflammation in preeclampsia and its correlation with Omega-3 and the sFLT-1/PlGF ratio in patient serum.
Methods: Using the consecutive sampling method, this cross-sectional study includes correlative and comparative analysis in two unpaired groups: pregnant patients with preeclampsia and normal pregnancies.
Results: The results showed that Delta Hemoglobin levels in preeclampsia were higher compared to the normal group, while total omega-3, EPA, DHA, and ALA levels were lower in preeclampsia without a significant correlation between Delta Hemoglobin and Omega-3. Preeclampsia was associated with higher levels of sFLT-1, PlGF, and sFLT-1/PlGF ratio compared to the normal group. There was also a weak positive correlation found between the sFLT-1/PlGF ratio and delta hemoglobin. Furthermore, there was a moderate positive correlation and a moderate negative correlation between EPA and the sFLT-1/PlGF ratio, respectively.
Conclusion: there are variations in the Delta Hemoglobin level values and other parameters between the preeclampsia and normal groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Krisadelfa Sutanto
"Preeklampsia merupakan gangguan kehamilan yang mengancam kesehatan ibu dan bayi Penelitian ini merupakan studi potong melintang yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar vitamin E dan MDA pada 48 subyek preeklampsia dan non preeklampsia di RS Tarakan Jakarta Penilaian mencakup wawancara sosio demografi riwayat obstetri asupan vitamin E dengan FFQ semikuantitatif LILA kadar vitamin E dan MDA serum Kategori usia usia kehamilan dan kadar MDA lebih tinggi pada preeklampsia Edukasi untuk perempuan usia reproduktif tentang pentingnya asupan makanan vitamin E yang cukup diperlukan untuk mencapai keberhasilan kehamilan.

Preeclampsia is a disorder of pregnancy that deteriorate mother and baby rsquo s health This study was a cross sectional study aiming to investigate differences in the levels of vitamin E and MDA of 48 subjects with preeclampsia and non preeclampsia in Tarakan Hospital Jakarta Assessment included interviews of socio demographic obstetric history vitamin E intake with semiquantitative FFQ MUAC serum vitamin E and MDA concentrations Categories of age gestational age and MDA levels were higher among preeclamptics Education for reproductive age women about the importance of sufficient intake of vitamin E foods is necessary to achieve successful pregnancy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>