Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164060 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nirtafitri Trianisa
"Salah satu kemampuan yang perlu dikembangakan pada anak tuna ganda yang masih dapat memanfaatkan sisa pendengarannya untuk berkomunikasi adalah speechreading, yaitu kemampuan untuk memahami lawan bicara dengan melihat gerak bibir, ekspresi wajah serta gestur tubuh lawan bicaranya (Tejedor, C, 2000 dalam Ortiz, I.R, 2008; Kapplan et all, 1999; Faraco, S. et al., 2007). Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah penggunaan pendekatan sintetik bahasa disertai dengan token economy dapat meningkatkan kemampuan speechreading pada siswa tuna grahita dengan gangguan pendengaran. Setiap kali menunjuk dengan tepat pada langkah kelima dan pengujian, subjek diberikan token yang nantinya akan ditukarkan dengan reinforcer.
Penelitian dilakukan terhadap seorang anak tuna grahita dengan gangguan pendengaran dengan jenis kelamin laki-laki berusia 12 tahun yang duduk di kelas 4 SD inklusi. Desain penelitian single subject tipe A-B-A?. Peningkatan kemampuan speechreading dilihat dari perbandingan antara hasil tes kemampuan speechreading sebelum dan sesudah intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode sintetik dengan token economy dapat meningkatkan kemampuan speechreading pada anak tuna grahita dengan gangguan pendengaran. Subjek mampu menunjuk kartu dengan tepat sebanyak 100% dari 5 kata yang diujikan pada sesi 1 dan sebanyak 80% dari 5 kata yang diujikan pada sesi 2.

One of the skills that important to develop in multiple disabilities children who have residual hearing is speechreading. Speechreading is the ability to understand a speaker?s thoughts by watching the movements of the lips, facial expressions and gestures (Tejedor, C, 2000 dalam Ortiz, I.R, 2008; Kapplan et all, 1999; Faraco, S. et al., 2007). This study was conducted to see whether the useof a synthetic method with the token economy can improve speechreading in mental retardation with hard-hearing child (multiple disabilities).This intervention program is divided into two sessions with different themes. Every time the subject succeed in pointing the right card on the fifth step and testing, subject was given a token which could be exchanged with a reinforcer.
Research conducted on a 12-year-old male mental retardation with hard-hearing. Using a single-subject-ABA research design, the improvement of speech reading was determined by comparing the speechreading test results before and after the intervention. The results indicated that the use of synthetic methods with token economy can improve the ability of speechreading in mental retardation with hard-hearing child. Subject was able to point the appropriate card 100% of the 5 words tested in sessions 1 and 80% of the 5 words tested at session 2.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42232
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dzulfiqar Mazin
"Adanya peraturan terkait penyandang disabilitas yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas membuat pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus memperhatikan pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas salah satunya dalam bidang ketenagakerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi program pengembangan tenaga kerja penyandang disabilitas di Kota Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni menggunakan pendekatan post-positivist. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui metode wawancara mendalam dan studi literatur. Adapun teknik pengolahan data dalam penelitian ini bersifat kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan implementasi program pengembangan tenaga kerja penyandang disabilitas telah dilakukan Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang melalui Program Peningkatan Produktivitas bagi Masyarakat. Dalam pelaksanaan program berdasarkan aspek pengorganisasian, interpretasi, penerapan atau aplikasi, kesesuaian antara program dengan pemanfaat, kesesuaian antara program dengan organisasi pelaksana, dan kesesuaian antara kelompok pemanfaat dengan organisasi pelaksana, terdapat dua aspek yang belum terpunuhi yaitu interpretasi dan kesesuaian antara program dengan pemanfaat. Terdapat hambatan dalam pelaksanaan program ini yaitu keterbatasn anggaran. Saran yang diberikan agar Pemerintah Kota Semarang dapat mengatasi hambatan yang ada dalam implementasi program.

The existence of regulations related to persons with disabilities namely Law Number 8 of 2016 concerning Persons with Disabilities makes the central government and regional governments must pay attention to the fulfillment of the rights for persons with disabilities, one of which is in the field of employment. This study aims to analyze the implementation of development programs for workers with disabilities in the city of Semarang. The method used in this study is to use a post-positivist approach. The data in this study were obtained through in-depth interviews and literature studies. The data processing techniques in this study are qualitative. The results of this study indicate that the implementation of the workforce development program for people with disabilities has been carried out by the Semarang City Manpower Office through the Productivity Improvement Program for the Community. In the implementation of programs based on aspects of organizing, interpreting, implementing or applying, the appropriateness of the program with the beneficiaries, the appropriateness of the program with the implementing organization, and the suitability between the beneficiary groups and the implementing organization, there are two aspects that have not been fulfilled, namely interpretation and appropriateness of the program with the beneficiaries. There are obstacles in the implementation of this program, namely budget constraints. Suggestions are given so that the Semarang City Government can overcome the obstacles that exist in the implementation of the program."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Karimatul Udawi
"Penelitian ini dilatarbelakangi adanya sikap negatif terhadap penyandang disabilitas yang menghambat partisipasi dan integrasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat; dan adanya lembaga keswadayaan di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah bernama Rumah Inklusif yang bergiat mendorong terwujudnya masyarakat inklusif melalui program dan kegiatannya. Urgensi penelitian ini untuk mengkaji peran Rumah Inklusif dalam mengatasi hambatan sikap yang dihadapi penyandang disabilitas di Kebumen dari perspektif kesejahteraan sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan deskriptif. Penelitian dilakukan dalam rentang waktu dari bulan Juni 2023 sampai Juni 2024, dengan pengumpulan data melalui studi dokumentasi, observasi, dan wawancara pada lima informan yang terpilih secara purposive sampling. Penelitian ini menggunakan konsep peran kerja masyarakat/pelaku perubahan yang dikelompokan ke dalam empat golongan yaitu peran fasilitatif, peran edukasi, peran representasi, dan peran teknis. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa hambatan sikap yang dihadapi oleh informan penyandang disabilitas yaitu: (a) sikap negatif keluarga yang meliputi: sikap penolakan dan kesulitan menerima; sikap pengabaian dan kurangnya dukungan emosional; kurangnya sikap dan kesadaran keluarga yang memiliki anak tuli untuk belajar bahasa isyarat; (b) sikap negatif masyarakat yaitu adanya stigma bahwa penyandang disabilitas adalah seseorang kotor dan menjijikan. Peran Rumah Inklusif dalam mengatasi hambatan sikap yang dihadapi penyandang disabilitas tersebut yaitu berupa: (a) peran fasilitatif yang meliputi: semangat sosial yaitu dengan memotivasi, menggerakan, dan mendorong penyandang disabilitas dan keluarga untuk aktif dalam komunitas/lembaga guna membangun jaringan untuk mendorong keberdayaan; fasilitasi kelompok yaitu dengan memfasilitasi berbagai tindakan kelompok, diantaranya diskusi untuk berbagi pengetahuan dan mencari solusi untuk tantangan yang tengah dihadapi, dan mewadahi teman-teman anggota komunitas untuk mengembangkan keterampilan dan berkarya; pemanfaatan berbagai keterampilan dan sumber daya yaitu dengan merangsang perkembangan ekonomi dengan memaksimalkan potensi teman-teman anggota komunitas dalam kegiatan wirausaha di Rumah Inklusif; peran dukungan yaitu dengan selalu memberikan dorongan dan menyediakan diri apabila teman-teman anggota komunitas perlu membicarakan sesuatu atau mendiskusikan masalah yang tengah dihadapi; (b) peran edukasi yang meliputi: peningkatan kesadaran yaitu dengan membangun kesadaran keluarga untuk mengajak anak penyandang disabilitas bersosialisasi dan dan menghilangkan stigma serta rasa malu, membangun mental positif penyandang disabilitas melalui pengembangan keterampilan dan karya, membangun kesadaran inklusif dalam masyarakat; pelatihan yaitu membantu teman-teman anggota komunitas menciptakan sebuah karya, dan membantu merespon kebutuhan teman-teman tuli dalam mengatasi hambatan komunikasi melalui pelatihan bahasa isyarat.

This research is motivated by the presence of negative attitudes toward people with disabilities, which hinder their social participation and integration in society. It also considers the existence of a self-help organization in Kebumen, Central Java, named Rumah Inklusif, which actively promotes the realization of an inclusive society through its programs and activities. The urgency of this research is to examine the role of Rumah Inklusif in overcoming attitudinal barriers faced by people with disabilities in Kebumen from a social welfare perspective. This study employs a qualitative approach with a descriptive aim. The research was conducted from June 2023 to June 2024, with data collection through documentation studies, observations, and interviews with five informants selected by purposive sampling. This study uses the concept of community work/change agent roles, categorized into four groups: facilitative role, educative role, representative role, and technical role. The research findings reveal that the attitudinal barriers faced by disabled informants are: (a) negative family attitudes, including rejection and difficulty in acceptance; neglect and lack of emotional support; and a lack of attitude and awareness among families with deaf children to learn sign language; (b) negative societal attitudes, including the stigma that people with disabilities are dirty and disgusting. The roles of Rumah Inklusif in overcoming these attitudinal barriers include: (a) facilitative role, encompassing social motivation by encouraging, moving, and motivating people with disabilities and their families to be active in the community/organization to build networks and empowerment; group facilitation by facilitating various group actions, including discussions to share knowledge and find solutions to challenges faced, and providing a platform for community members to develop skills and create; utilizing various skills and resources by stimulating economic development by maximizing the potential of community members in entrepreneurial activities at Rumah Inklusif; support role by always providing encouragement and making themselves available when community members need to talk or discuss problems they are facing; (b) educational role, including raising awareness by building family awareness to encourage disabled children to socialize and eliminate stigma and shame, building a positive mentality for people with disabilities through skill development and creation, fostering inclusive awareness in society; training by helping community members create a work and responding to the needs of deaf friends in overcoming communication barriers through sign language training."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cicilia Alda Violetta
"Dalam proses penyebarluasan dan partisipasi masyarakat, belum benar-benar melibatkan Penyandang Disabilitas. Hal ini terkait pembuatan Peraturan Perundang-Undangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2011. Pengesahan UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja menuai pro dan kontra. Kritik terhadap Undang-Undang ini menyasar pada aspek formil dan materiil. Selain soal substansi yang kontroversial dan penggunaan perspektif yang tidak seimbang dalam memandang permasalahan dan merumuskan solusi, minimnya pelibatan publik, terkhusus golongan masyarakat Penyandang Disabilitas juga menjadi sasaran kritik atas proses pembentukan Undang-Undang ini. Proses penyebarluasan dan keikutsertaan partisipasi masyarakat seharusnya merata kepada setiap kelompok, termasuk kelompok Penyandang Disabilitas di dalamnya. Hal ini dikarenakan, sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dan penerapan prinsip-prinsip Convention on the Rights of Person with Disabilities, berbicara mengenai pemenuhan hak-hak Penyandang Disabilitas dalam proses penyebarluasan dan partisipasi masyarakat pembentukan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Konvensi ini sendiri merupakan konvensi yang memuat kedaulatan atas penyandang disabilitas guna menunjukkan kesunggukan atas perlindungan terhadap hak mereka, memastikan semua penyandang disabilitas dapat menikmati semua hak dasar manusia dan kebebasan yang fundamental.

Regarding the dissemination and public participation process, Persons with Disabilities have not been involved. It is related to the making of Legislation, which includes the stages of planning, preparation, discussion, ratification or stipulation, and promulgation as stipulated in Law No. 12 of 2011. The ratification of Law Number 11 of 2020 on Job Creation has drawn pros and cons. Criticism of this law targets the formal and material aspects. Apart from the controversial substance and the use of unbalanced perspectives in looking at problems and formulating solutions, the lack of public involvement, especially for people with disabilities, has also become a target of criticism for forming this Law. The process of dissemination and participation of public participation should be evenly distributed to every group, including people with disabilities. It is because, under the mandate of Law No. 12 of 201 concerning the Formation of Legislation and the application of the principles of the Convention on the Rights of Persons with Disabilities, it talks about the fulfillment of the rights of Persons with Disabilities in the process of dissemination and public participation in the formation of Law No. 11 of 2020 concerning Job Creation. This convention contains sovereignty over persons with disabilities to show seriousness about protecting their rights, ensuring that all persons with disabilities can enjoy all basic human rights and fundamental freedoms."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Ramawati
"Kemampuan perawatan diri adalah keterampilan mengurus atau menolong diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari sehingga tidak tergantung pada orang lain. Pada anak tuna grahita, kemampuan perawatan diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor eksternal (karakteristik orangtua dan lingkungan) maupun faktor internal (karakteristik anak). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan perawatan diri anak tuna grahita. Rancangan penelitian cross sectional dan sampel adalah 65 orangtua anak tuna grahita di Sekolah Luar Biasa (SLB). Analisis data menggunakan uji Chi-Square dan regresi logistik ganda.
Hasil menunjukkan kemampuan perawatan diri pada anak tuna grahita masih rendah.Terdapat hubungan bermakna antara pendidikan orang tua, umur, dan kekuatan motorik pada anak tuna grahita dengan kemampuan perawatan diri (p value < 0,005). Faktor paling dominan yang mempunyai hubungan adalah faktor kekuatan motorik anak tuna grahita dengan OR = 4,77.

Self-care is the ability to take care of self or self-help in daily life activities. For children with mental retardation, self-care can be influenced by various factors, external (parents and environment characteristics) as well as internal (children characteristics). This study aimed to explore determinant factors that related to self-care ability in mental retardation children. Study design was cross sectional with samples are 65 parents whose mental retardation children registered in special education school. Data analysis used Chi-Square and Logistic Regression.
Result of this study found that the self-care ability among retarded children is relatively low and there was significantly relationship between parents education, children's age and gross motor performance to self-care ability in mental retarded children (p value < 0,005). Gross motor performance of mental retarded children is the most dominant factor that contributed to self-care ability (OR = 4,77).
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Emilia Puspitasari Sugiyanto
"Beban keluarga adalah respon yang muncul pada keluarga yang memiliki anak tuna grahita. Beban keluarga dipengaruhi oleh koping keluarga dan fungsi keluarga. Tujuan penelitian adalah mengetahui Hubungan Koping Keluarga Dan Fungsi Keluarga Dengan Beban Keluarga Pada Keluarga Yang Memiliki Anak Tuna Grahita Di Yayasan Pendidikan Luar Biasa Kabupaten Demak.Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasional,dengan pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 77 orang.
Hasil bivariat menunjukkan adanya hubungan antara koping keluarga, fungsi keluarga, dan beban keluarga, dan pada analisis regresi berganda menghasilkan koping kelarga merupakan faktor yang paling mempengaruhi beban keluarga. Koping keluarga dapat meningkatkan fungsi keluarga, dan diharapkan saat fungsi keluarga baik maka beban keluarga akan berkurang. Perlu adanya tindakan untuk keluarga dalam mengurangi beban perawatan anak tunagrahita dengan peningkatan koping keluarga dan fungsi keluarga salah satunya melalui psikoedukasi keluarga.

Family burden was a respon in a family with cognitive retardation child. There were many factors affecting the level of family burden including family coping and family function. This study aimed to reveral the relation of family coping and family function towards family burden on family with cognitive retardation children especially at disabilities education foundation, Demak District. The design of the research was corelational descriptive with cross sectional approach. Sample 77 persons.
The result of the research concluded that there was the relation between family function, family coping, and family burden, and Multiple regression analysis showed that there was the significant relation between family coping and family burden. Family burden could be reduced through enhancement of coping ability and family function. It was necessary to empower the family in order to reduce caring burden of cognitive retardation children through enhancement of coping ability and family function with family psychoeducation.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42510
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Kusumawardhani
"

Skripsi ini membahas mengenai aspek intimasi yang terjalin di dalam proses perawatan penyandang disabilitas ganda oleh pengasuh.  Profesi pengasuh disabilitas ganda dilihat sebagai profesi yang beresiko serta memiliki beban fisik dan mental. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu melalui observasi dan wawancara mendalam oleh empat orang pengasuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, profesi pengasuh disabilitas bukan hanya dilihat sebagai pekerjaan yang memiliki resiko, beban fisik, dan mental saja, upah minim juga harus mereka terima dalam menekuni pekerjaan mereka. Kondisi tersebut juga berdampak pada kehidupan pribadi pengasuh di luar pekerjaan mereka. Namun, meski pengasuh dihadapkan dengan berbagai macam kondisi sulit, tidak membuat mereka meninggalkan pekerjaan mereka. Para pengasuh justru melakukan berbagai macam strategi koping sebagai upaya untuk tetap bertahan menajalani profesi pengasuh bagi penyandang disabilitas ganda. Alasan pengasuh untuk bertahan dari profesi mereka dilatar belakangi oleh keinginan pribadi para pengasuh, yaitu berupa rasa nyaman dan aman ketika berada di lingkungan wisma, menjadikan wisma sebagai tempat belajar dan memperbaiki kualitas hidup, serta tempat untuk beribadah dan mengumpulkan pahala. Selain itu, pada prosesnya, profesi ini juga melibatkan aspek intimasi yang terjalin antara pengasuh dengan penyandang disabilitas ganda. Aspek intimasi tersebut diantaranya, sentuhan atau kontak fisik, kedekatan atau keakraban, afeksi, serta pengetahuan yang bersifat pribadi. Sehingga profesi pengasuh disabilitas ganda dapat dikategorikan sebagai intimate labor.

 


This thesis discusses the aspects of intimacy that are interwine in the process of caring for people with multiple disabilities by caregivers. The caregiver profession is seen as a risky profession and has a physical and mental burden. This study uses qualitative methods, namely through observation and in-depth interviews with four caregivers. The results showed that, the profession of disability caregivers was not only seen as occupations that had risks, physical and mental burdens, they also had to receive a minimum wage in pursuing their work. This condition also affects the caregivers personal life outside their work. However, even though caregivers are faced with a variety of difficult conditions, it does not make them leave their jobs. The caregivers do a variety of coping strategies in order to endure the caregiver profession for people with multiple disabilities. The caregivers reason for surviving their profession is motivated by the personal desires of the caregivers, namely in the form of a sense of comfort and safety when in the guesthouse environment, making the guesthouse as a place to learn and improve quality of life, as well as a place to worship and gain merit. In addition, during the process, this profession also involves aspects of intimacy that exist between caregivers and people with multiple disabilities. These aspects of intimacy include physical touch or contact, closeness or intimacy, affection, and personal knowledge. So that the profession of multiple disability caregivers can be categorized as an intimate labor.

Keywords: Aspects of intimacy, caregivers of multiple disabilities, coping strategies.

"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Ramawati
"Kemampuan perawatan diri anak tuna grahita, kemampuan perawatan diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor
eksternal (karakteristik orangtua dan lingkungan) maupun faktor internal (karakteristik anak). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan perawatan diri anak tuna grahita. Rancangan penelitian cross
sectional dengan sampel adalah 65 orangtua anak tuna grahita di Sekolah Luar Biasa (SLB). Analisis data menggunakan uji
Chi-Square dan regresi logistik ganda menunjukkan kemampuan perawatan diri pada anak tuna grahita masih rendah.Terdapat
hubungan bermakna antara pendidikan orang tua, umur, dan kekuatan motorik pada anak tuna grahita dengan kemampuan
perawatan diri (p < 0,005). Faktor paling dominan yang mempunyai hubungan adalah faktor kekuatan motorik anak tuna
grahita dengan OR= 4,77.
"
Lengkap +
FKIK Universitas Sudirman Purwokerto ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia ; Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
610 JKI 15:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Almira Istiqomah
"ABSTRAK
Retardasi mental merupakan salah satu gangguan mental di Indonesia, yang memunculkan stigma negatif di masyarakat sehingga orangtua menelantarkan atau menitipkan anaknya ke panti sosial. Pengasuh di panti sosial memerlukan pengetahuan mengenai retardasi mental, motivasi tinggi dalam bekerja, dan sikap positif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi dengan sikap pengasuh. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain deskriptif-analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 28 orang yang dipilih dengan menggunakan teknik total sampling. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji Fisher rsquo;s Exact dan memperlihatkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap pengasuh p=1,00 dan ?=0,05 . Hasil penelitian juga memperlihatkan ada hubungan antara motivasi dengan sikap pengasuh p=0,020 dan ?=0,05 . Dari hasil tersebut, maka diperlukan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, motivasi, dan sikap pengasuh yang positif terhadap pasien retardasi mental. Peran perawat diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan, sharing ilmu, dan memberikan pelatihan untuk pengasuh.

ABSTRACT
Mental retardation is one of the most leading mental disorders in Indonesia that has increase many negative stigmas in the community so that parents tend to neglect or put his son to the workhoses. Caregivers in workhouses need knowledge about mental retardation, high motivation in working, and positive attitude. This research aims to know the relatonship between the level of knowledge and motivation with caregivers attitude. This study use descriptive analytic method with cross sectional approach. These samples included 28 individuals who have been selected with a total sampling technique. The result are analyzed using Fisher rsquo s Exact Test and showed no relationship between the level of knowledge with caregiver attitude p 1,00 dan 0,05 . The other result showed there is a relationship between motivation with caregivers attitude p 0,020 dan 0,05 . From the result, then the necessary training to increase knowledge, motivation, and attitude possitive towards caregivers of patient with mental retardation. The role of nurse are providing the required nursing care, sharing knowledge, and provide training for caregivers."
Lengkap +
2017
S67461
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novelia Handayani
"[ABSTRAK
Penelitian membahas implementasi kebijakan rehabilitasi sosial penyandang
disabilitas mental melalui UILS di Tebet, Jakarta. Metode penelitian ini adalah
kualitatif, dengan fokus penelitian pada proses pelaksanaan rehabilitasi sosial bagi
penyandang disabilitas mental, peran stakeholder dalam pelaksanaan UILS, serta
mengetahui tantangan dalam pelaksanaannya. Informan kunci sebanyak 14 orang
yang merupakan berbagai perwakilan dari pemerintah, penyelenggara pelayanan,
dan PDM penerima manfaat, dengan berbagai variasi latar belakang gangguan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa rehabilitasi melalui UILS dapat berjalan
dengan baik dan memberikan manfaat terhadap penyandang disabilitas mental dan
keluarga, namun kualitasnya perlu dikembangkan. Kekuatan terletak pada
kerjasama dan koordinasi antar stakeholder. Tantangan dalam pengembangannya
menyangkut sumber daya SDM pelaksana, informasi, dan jaringan.

ABSTRACT
This research discusses the implementation of social rehabilitation for People
with Mental Disability (PwMD), through the UILS Tebet, Jakarta. The method
used was qualitative analysis, which focuses on the implementation process of
social rehabilitation for PwMD. The study describes roles of various stakeholders
involved in the services, and the constraints faced in implementing rehabilitative
process. The key informants in this research are 14 persons, who have been
involved in the UILS. They are representing various stakeholders such as
government representatives, UILS staff members, and the beneficiaries. The
research shows that social rehabilitation through the UILS is workable and give
benefit for PwMD and theirs family, yet it could be further improved. The strength
of services laid on coordination and cooperation among various stakeholders.
Meanwhile, the constraints related to various factors, including: human
resources, information, and networking., This research discusses the implementation of social rehabilitation for People
with Mental Disability (PwMD), through the UILS Tebet, Jakarta. The method
used was qualitative analysis, which focuses on the implementation process of
social rehabilitation for PwMD. The study describes roles of various stakeholders
involved in the services, and the constraints faced in implementing rehabilitative
process. The key informants in this research are 14 persons, who have been
involved in the UILS. They are representing various stakeholders such as
government representatives, UILS staff members, and the beneficiaries. The
research shows that social rehabilitation through the UILS is workable and give
benefit for PwMD and theirs family, yet it could be further improved. The strength
of services laid on coordination and cooperation among various stakeholders.
Meanwhile, the constraints related to various factors, including: human
resources, information, and networking.]"
Lengkap +
2015
T44424
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>