Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155115 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ulfah Lutfiah
"Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan ekspresi mRNA dan aktivitas spesifik H,K-ATPase serta ekspresi mRNA CA 9 dan aktivitas spesifik CA total pada lambung tikus yang diinduksi hipoksia sistemik kronik.
Metode: Penelitian ini menggunakan 25 tikus jantan Sprague-Dawley (Rattus norvegicus). Hewan coba dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol, hipoksia 1 hari, hipoksia 3 hari, hipoksia 5 hari, dan hipoksia 7 hari. Seluruh hewan coba (kecuali kelompok kontrol) diinduksi hipoksia dengan memberikan 10% O2 dan 90% N2. Setelah diberikan perlakuan induksi, seluruh hewan coba dikorbankan, kemudian jaringan lambung diisolasi, dan digunakan sebagai sampel. Parameter yang diukur adalah ekspresi dan aktivitas spesifik H,K-ATPase dan CA. Ekspresi mRNA diukur menggunakan real time RT-PCR, aktivitas spesifik H,K-ATPase menggunakan fosfat sebagai larutan standar, dan aktivitas spesifik CA total menggunakan p-nitrofenol sebagai larutan standar.
Hasil : Ekspresi mRNA H,K-ATPase berubah mulai hari pertama induksi sampai hari ketujuh. Perubahan tersebut berbeda bermakna (Kruskal-Wallis, p=0,003). Ekspresi mRNA H,K-ATPase meningkat pada hari pertama induksi, dan menurun drastis dari hari ketiga sampai hari ketujuh. Ekspresi tertinggi terjadi pada hari pertama. Aktivitas spesifik H,K-ATPase juga berubah mulai hari pertama induksi sampai hari ketujuh, tetapi perubahan tersebut tidak berbeda bermakna (ANOVA, p=0,126). Aktivitas spesifik H,K-ATPase meningkat pada hari pertama induksi, kemudian mengalami penurunan pada hari ketiga dan kelima, dan naik kembali pada hari ketujuh. Aktivitas tertinggi terjadi pada hari ketujuh. Ekspresi mRNA CA 9 berubah mulai hari pertama induksi sampai hari ketujuh, tetapi perubahan tersebut tidak berbeda nermakna (Kruskal-Wallis, p=0,06). Ekspresi mRNA CA 9 lebih rendah dibanding kontrol, dan ekspresi terendah pada hari ketujuh. Aktivitas spesifik CA total berubah mulai hari pertama induksi sampai hari ketujuh. Perubahan tersebut berbeda bermakna (ANOVA, p=0,003). Aktivitas spesifik CA total menurun pada hari pertama dan ketiga, kemudian meningkat pada hari kelima sampai hari ketujuh. Aktivitas tertinggi terjadi pada hari ketujuh.
Kesimpulan: Kondisi hipoksia menyebabkan terjadinya perubahan ekspresi dan aktivitas enzim pada lambung. Ekspresi mRNA H,K-ATPase dan CA 9 mengalami penurunan, sementara itu, aktivitas spesifik H,K-ATPase dan CA total mengalami penurunan.

Background: The purpose of research is to analyze the alteration of H,K-ATPase mRNA expression and specific activity; CA 9 mRNA expression and total CA specific activity in rat gastric were induced by chronic systemic hypoxic.
Methods: The research used twenty five male Sprague-Dawley rats (Rattus norvegicus). Animals were divided into 5 groups, control, 1, 3, 5, and 7 days hypoxia. All of rats (except the control group) were induced by hypoxia with 10% O2 and 90% N2 supply. After treatment, all of rats were sacrificed, and gastric tissue were isolated and used as samples. Parameter measured were expression and specific activity of H,K-ATPase and carbonic anhydrase. The mRNA expression were measured using real time RT-PCR, specific activity of H,K-ATPase used phosphate as standard solution, and activity of total CA used p-nitrophenol as standard solution.
Results: The expression of mRNA H,K-ATPase changed from the first to seventh day of observation. Change of expression was significant (Kruskal-Wallis, p=0,003). The expression of mRNA H,K-ATPase increased in the first day, and drastically decreased from the third to the seventh day. The highest of expression on the first day. Specific activity of H,K-ATPase was also changed from the first to the seventh day, but not significant (ANOVA, p=0,126). Specific activity of enzyme increased in the first day, decreased in the third and the fifth day, and increased again in the seventh day. The highest of activity on the seventh day. The expression of mRNA CA 9 changed from the first to the seventh day, but not significant (Kruskal-Wallis, p=0,06). The expression of mRNA CA 9 was lower than control, and the lowest on the seventh day. Specific activity of total CA changed from first to seventh day. Change of activity was significant (ANOVA, p=0,003). Specific activity of enzyme decreased in the first and the third day, and increased in the fifth to the seventh day. The highest of activity on the seventh day.
Conclusion: Hypoxia condition caused alteration of gastric?s enzyme expression and activity. The expression of mRNA H,K-ATPase and CA 9 were decreased, whereas, specific activity of H,K-ATPase and total CA were increased.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siska Alicia Farma
"ABSTRAK
Latar Belakang: Keadaan hipoksia akan menimbulkan respons adaptasi untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Perubahan fisiologis (peningkatan denyut jantung, nadi, dan frekuensi pernafasan) terjadi untuk menjamin penyediaan oksigen terutama untuk otak. Faktor transkripsi HIF-1 yang penting untuk mengatasi hipoksia, terdiri atas dua subunit yaitu HIF-1α dan HIF-1β yang dalam keadaan hipoksia membentuk heterodimer dan mengatur ekspresi sejumlah gen target untuk mengatasi hipoksia. Hipoksia akan menyebabkan produksi H+ oleh sel meningkat. Paru akan mengurangi keadaan melalui eksresi CO2 dan H2O. Proses ini membutuhkan enzim anhidrase karbonat (CA). Peran EKA yang disintesis di paru diperlukan untuk menaikan tekanan darah.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons HIF-1α, CA dan EKA pada paru tikus yang mengalami hipoksia sistemik kronik.
Metode: 25 ekor tikus jantan Sprague-Dawley dibagi secara acak dalam 5 kelompok dan 4 kelompok diinduksi hipoksia normobarik sistemik selama 1, 3. 5, dan 7 hari. Dilakukan pengukuran protein HIF-1α (ELISA), ekspresi relatif mRNA HIF-1α, CA9 dan Ace1 (real time RT-PCR satu langkah). Aktivitas enzim CA total dan aktivitas EKA total (metode spektrofotometri).
Hasil: Ekspresi mRNA HIF-1α meningkat pada hari ke 5 induksi hipoksia (ANOVA, p=0,006), protein HIF-1α mengalami peningkatan hingga hari ke 7 hipoksia (ANOVA, p=0,038), dan keduanya berkorelasi sedang dan bermakna (Pearson, R=0,426). Ekspresi mRNA CA9 dan aktivitas CA total meningkat pada hipoksia (p>0,05), dan berkorelasi sedang. Ekspresi mRNA Ace1 meningkat seiring dengan lamanya induksi (p>0,05), sedangkan aktivitas EKA total meningkat pada hari ke 3 hipoksia, dan berkorelasi sangat lemah. Hasil uji korelasi juga menunjukkan hubungan yang kuat antara protein HIF-1α dengan ekspresi mRNA Ace1, namun sangat lemah dengan ekspresi mRNA CA9.
Kesimpulan: Terjadi peningkatan HIF-1α, CA dan EKA selama induksi hipoksia pada paru tikus. Protein HIF-1α meregulasi ekspresi CA9 dan Ace1.

ABSTRACT
Background: Hypoxia will cause adaptation response to maintain the body homeostasis. Physiological changes (increased heart rate, pulse, and respiratory rates) occur to supply oxygen especially brain. The transcription factor HIF-1 is important to overcome hypoxia condition, which composed of two subunits: HIF-1α and HIF-1β to form a heterodimer, and then regulate the expression of a target gene. Hypoxia causes increase H+ production in the cells. Lungs will decrease this condition through CO2 and H2O excretion. This process requires the enzyme carbonic anhydrase (CA). The blood pressure increases during hypoxia and ACE which is synthesized in the lung required increasing the blood pressure through renin angiotensin system (RAS).
Aims: To analyze response of HIF-1α, carbonic anhydrase, and angiotensin converting enzyme in the chronically hypoxia.
Methods: The lung tissues of 25 young male Sprague-Dawley rats were exposed to chronic systemic hypoxia (O2 10%: N290%) for 1, 3, 5, and 7 days. mRNA expression of HIF-1α, CA9, and Ace1 (one step real time RT-PCR). HIF-1α protein was determined with ELISA. The activities of CA and ACE were measured spectrophotometrically.
Results: mRNA expression of HIF-1α increased in 5 days after induction (ANOVA, p=0,006), and protein HIF-1α was found to be the highest at 7 days after induction (ANOVA, p=0,038), and both of them was correlated significant. The highest expression of CA9 and specific activities of total CA were measured in 5 days after induction (p<0,05). Expression of Ace1 increased during induction, but not the specific activities of ACE total. A Strong correlation was found between HIF-1α protein with Ace1 mRNA expression, but not with CA9 mRNA expression.
Conclusions: During chronic hypoxia, an increase HIF-1α, CA and ACE. HIF-1α protein can regulate CA9, and Ace1 expression.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syazili Mustofa
"Penghambatan proliferasi sel diaplikasikan dalam berbagai bidang kedokteran. Banyak di antara penghambatan proliferasi dilakukan dengan cara menghambat sintesis DNA, yaitu mengintervensi pembentukan basa nukleotida purin atau pirimidin. Dalam sintesis purin de novo terdapat peran enzim anhidrase karbonat yang merupakan pemasok CO2 dalam proses karboksilasi. Penghambatan enzim anhidrase karbonat diduga kuat dapat menghambat proliferasi. Pada penelitian ini model proliferasi sel adalah SMDT yang distimulasi dengan PHA, IL-2, serta PHA dan IL-2. Penghambat enzim anhdirase karbonat yang digunakan adalah asetazolamid. Dilakukan analisis efek pemberian asetazolamid pada saat puncak sintesis DNA sel, puncak viabilitas sel, serta analisis terhadap siklus sel. Hasil penelitian ini, asetozolamid menghambat sintesis DNA serta menurunkan viabilitas SMDT yang distimulasi PHA dan IL-2. Terjadi hambatan masuknya progresi SMDT dari fase G0/G1 ke fase S. Penelitian ini menunjukkan bahwa penghambatan enzim anhidrase karbonat dapat menyebabkan hambatan proliferasi sel.

Inhibition of cells proliferation are widely used in various medical fields. Most of cell proliferation inhibition can be done by inhibiting the DNA synthesis, notably by intervening the formation of purine or pyrimidine. In purine de novo synthesis, it was assumed that CO2 plays a role as a source of carbon in carboxylation reaction, one of the pivotal steps in the purine de novo pathways. The aim of this study was to see the acetazolamide potency to inhibit carboxylation reaction. Peripheral blood mononuclear cell (PBMC) was cultured in RPMI-1640 medium and stimulated by phytohemagglutinin (PHA) and interleukin-2 (IL-2), with or without acetazolamide. The effect of acetazolamide addition was observed at the peak of cell proliferation, cells viability, and cell cycle. Statistical analysis was done by one-way ANOVA. Acetazolamide inhibited cell proliferation and viability in PBMC culture stimulated by PHA and IL-2. Cell cycle analysis showed that acetazolamide arrested the progression of PBMC in G0/G1 phase. Inhibition of CO2 production by acetazolamide inhibitory effect to carbonic anhydrase can halt cell proliferation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58759
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Paramita Widiastuti
"Berbagai cara pendekatan telah dilakukan untuk mengurangi kadar karbondioksida di atmostir, baik secara fisika, kimia, ataupun biologis. Salah satu metode biologis yang dapat digunakan untuk mereduksi karbondioksida adalah pemanfaatan proses fotosintetik oleh mikroorganisme fotosintetik. Mikroorganisme yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah mikroalga dari jenis Chlorella vulgaris Buitenzorg. Penelitian ini menjadi suatu hal yang menarik karena Chlorella sp, selain dapat mereduksi karbondioksida, ia juga mempunyai beberapa keistimewaan diri yang dapat dimanfaatkan, seperti kandungan klorofilnya, beta karoten, protein, dan sebagainya.
Penelitian ini merupakan kesinambungan dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan di TGP dengan tujuan yang berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara mengoptimalkan fiksasi karbondioksida oleh mikroalga Chlorella vulgaris Buitenzorg di dalam suatu fotobioreaktor kolom gelembung. Salah satu tujuan lain dari penelitian ini, adalah melihat pertumbuhan Chlorella vulgaris Buitenzorg pada saat kemampuan fiksasi karbondioksidanya dioptimalkan.
Mengacu pada hasil penelitian sebelumya, maka pada penelitian kali ini dilakukan perlakuan alterasi pencahayaan, yaitu perubahan intensitas pencahayaan untuk mendapatkan fiksasi karbondioksida paling maksimum (IqCO2max,opt) secara simultan sesuai dengan pertambahan sel (N)/biomassa (X) selama masa kultivasi. Pada fotobioreaktor tersebut Chlorella vulgaris Buitenzorg akan dikultivasi dalam medium Beneck sebagai sumber nutrisi pada temperatur 29°C, tekanan operasi 1 atm dengan sumber cahaya lampu Phillip Halogen 20W/12V/50Hz serta dialiri udara yang mengandung CO2 sebesar 10% sebagai carbon source-nya volume reaktor 1 dm3, dan rentang intensitas cahaya yang dipakai adalah 4.5-35 klux.
Penelitian ini juga membandingkan dengan penelitian sebelumnya, yaitu alterasi pencahayaan dengan memakai intensitas cahaya yang maksimum untuk penumbuhan (IuCO2max,opt). Perlakuan alterasi pencahayaan dengan kurva basis fiksasi karbondioksida pada kultivasi Chlorella vulgaris Buitenzorg berhasil meningkatkan fiksasi karbondioksida sampai dua kali lipat bila dibandingkan dengan fiksasi karbondioksida pada saat alterasi pencahayaan dengan kurva basis pertumbuhan. Nilai QCo2 rata-rata pada penelitian ini adalah 12.775 h-1, sedangkan pada penelitian sebelumnya adalah 6.679 h-1. Produksi biomassa (X) yang dihasilkan adalah 5.78 gr/dme3, lebih kecil daripada nilai X dari penelitian sebelumnya, yaitu 16 gr/dm3. Nilai energi cahaya yang dimanfaatkan (Ex) pada penelitian ini adalah 55.5 J/g, sedangkan penelitian sebelumnya lebih kecil yaitu 44.3 J/g. Nilai efisiensi konversi energi cahaya untuk pembentukan biomassa (nbp) pada penelitian ini 0.13%, ini berarti lebih besar dari penelitian sebelumnya, yaitu 0.11%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49513
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Noor Kholidha S.
"ABSTRACT
Kondisi hipoksia menyebabkan stabilisasi HIF-1α, yang mengatur ekspresi beberapa gen seperti Carbonic Anhydrase 9 (CA9). CA9 merupakan enzim yang memediasi homeostasis pH melalui reaksi reversibel CO2 dan H2O menjadi HCO3 - and H+.
Aktivitas enzim CA pada sel tubulus ginjal yang meningkat seiring dengan kondisi hipoksia menyebabkan peningkatan ion H+ dalam urin. Pada kondisi tersebut, sel tubulus ginjal akan mensekresikan NH3 (amonia) ke dalam cairan tubulus sebagai penyangga sehingga sekresi H+ dari sel tubulus dapat terus berlangsung. NH3 akan bereaksi dengan H+ membentuk NH4 + (amonium). NH3 dihasilkan dari deaminasi glutamin oleh enzim glutaminase yang disintesis di dalam sel tubulus. 25 tikus jantan Sprague Dawley (Rattus norvegicus L.) dibagi menjadi 5 kelompok. Sebanyak 20 tikus diinduksi dengan hipoksia (O2 10%) sebagai pemicu stabilisasi HIF-1α dan diobservasi selama 1, 3, 5, dan 7 hari pasca induksi. Kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan induksi hipoksia. Semua tikus kemudian didekapitasi. Dari sampel ginjal, dilakukan pemeriksaan ekspresi mRNA HIF-1α, CA9, dan Gls1 (dengan real time RT-PCR), protein HIF-1α (dengan ELISA) serta aktivitas enzim CA total dan glutaminase. Ekspresi tertinggi mRNA HIF-1α, dan Gls1 dicapai pada hari ke-5 sedangkan ekspresi tertinggi mRNA CA9, dicapai pada 7 hari pasca induksi hipoksia. Konsentrasi protein HIF-1α sendiri tidak berbeda bermakna untuk semua kelompok. Aktivitas tertinggi enzim CA dan glutaminase dicapai pada kelompok 5 hari. Peningkatan mRNA dan aktivitas CA9 dan Gls1 pada kondisi hipoksia menunjukkan peran penting keduanya dalam menjaga homeostasis pH pada ginjal. Peningkatan mRNA CA9 dan Gls1 juga seiring dengan peningkatan mRNA HIF-1α yang menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara HIF-1α dengan kedua gen tersebut.

ABSTRACT
Hypoxia can stabilize HIF-1α, a protein that regulates many of genes involved in angiogenesis, erythropoiesis, glycolysis, iron metabolism, and cell survival. One of these genes is Carbonic Anhydrase IX (CA IX). CA IX is an enzyme which maintains pH homeostasis by converting CO2 and H2O into HCO3 - and H+ ions.
The activity of Carbonic Anhydrase in renal tubulus cell can cause an increase of H+ ion in urine. H+ ion must be buffered to prevent its gradient increase that can obstruct H+ secretion. In kidney, NH3 and H+ play an important role to form NH4 +, so secretion of H+ will be continued for pH homeostasis. Glutaminase function in conversion of glutamine into glutamate and NH3 was observed in this study. The samples were obtained from kidney tissues of rat exposed to chronic systemic hypoxia (O2 10% : N2 90%) for 1, 3, 5 and 7 days. Expression of HIF-1α, CA9, and Gls1 mRNA were examined by real time RT-PCR. HIF-1α protein was measured using Cusabio® ELISA, as with the specific activity of CA and glutaminase were measured by spectrophotometer. The maximum levels of HIF-1α and Gls1 mRNA, were achieved in 5 days after hypoxia induction, meanwhile CA9 mRNA expression was found to be the highest at 7 days after induction. HIF-1α protein did not differ significantly among the groups. The maximum CA and glutaminase specific activity was measured at 5 days group. The increase of mRNA and specific activity of both CA and Gls1 in hypoxia shows that both of these protein have an important role for encountering the changing of pH in kidney, especially in the first 5 days. The significant increase of CA9 and Gls1 mRNA is also in line with the increase of HIF-1α mRNA. It can be concluded that expression of CA9 and Gls1 gene is regulated by HIF-1α, although the HIF-1α protein have no difference among the groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uly Alfi Nikmah
"Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari perubahan ekspresi dan aktivitas spesifik karbamoil fosfat sintetase 1 (Carbamoyl Phosphate Synthetase 1/CPS 1) dan protein HIF-1α (hypoxia-inducible factor) pada hati tikus (Rattus norvegicus) selama hipoksia sistemik kronik.
Disain: Disain penelitian ini adalah eksperimen in vivo dengan menggunakan tikus sebagai hewan coba.
Metode: Ada lima perlakukan tikus; tikus kontrol, hipoksia 1 hari, hipoksia 3 hari, hipoksia 5 hari dan hipoksia 7 hari. Ekspresi gen karbamoil fosfat sintetase 1 (CPS1) diukur menggunakan real time RT-PCR dan menggunakan 18s rRNA sebagai gen referensi. Aktivitas spesifik CPS1 diukur menggunakan hidroksiurea sebagai larutan standar. Metode ELISA digunakan untuk mengukur protein HIF-1α.
Hasil : Ekspresi gen karbamoil Fosfat Sintetase 1 meningkat secara signifikan dan menunjukkan ekspresi tertinggi daripada perlakuan lain pada satu hari hipoksia dibandingkan dengan kelompok control. Pada hipoksia hari berikutnya, ekspresi CPS1 menurun secara signifikan dibandingkan kelompok control (ANOVA, p<0,05). Aktivitas spesifik CPS1 meningkat secara signifikan pada satu hari dan tiga hari hipoksia dibanding kelompok control (ANOVA, p<0,05). Protein HIF-1α juga dipengaruhi oleh induksi hipoksia (ANOVA, p<0,05). Hubungan antara ekspresi dan aktivitas CPS1 menunjukkan hubungan positif kuat dan hubungan protein HIF-1α dan ekspresi CPS1 menunjukkan hubungan positif sedang (Pearson, p<0,05). Sedangkan hubungan antara protein HIF-1α dan aktifitas spesifik menunjukkan tidak ada hubungan secara statistik.
Kesimpulan: Kondisi hipoksia berperan penting dalam pengaturan ekspresi gen dan aktivitas spesifik CPS1 serta protein HIF-1α. Regulasi ekspresi gen CPS1 oleh HIF-1α belum diketahui.

Background: The aim of this research is to study the changeover of expression and specific activity of Carbamoyl Phosphate Synthetase 1 (CPS 1) and HIF-1α protein of rat (Rattus norvegicus) liver during systemic chronic hypoxia.
Design: Design of this research is an in vivo experimental study using rat as laboratory animal.
Method: There are five treatment of rats; control, 1 day of hypoxia, 3 days of hypoxia, 5 days of hypoxia and 7 days of hypoxia. Carbamoyl phosphate synthetase 1 gene expression was measured using real time RT-PCR and using 18s RNA gene as housekeeping gene. The specific activity of CPS1 was measured using hydroxyurea as standard solution. ELISA was performing in order to measure HIF-1α protein.
Result: Carbamoyl phosphate synthetase 1 gene expression was increased significantly and shows the highest expression than other treatment in one day of systemic chronic hypoxia treatment of rat liver compared with control group. And the following days of hypoxia CPS1 gene expression were decreased significantly than control group (ANOVA, p<0,05). The specific activity of CPS1 was increased significantly in one day and three days of systemic chronic hypoxia than control group (ANOVA, p<0,05). The HIF-1α protein was decreased in one day and increased in three days of systemic chronic hypoxia than control group (ANOVA, p<0,05). The correlation between expression and specific activity of CPS1 shows strong positive correlation and between HIF-1α protein and CPS1 expression shows moderate positive correlation (Pearson, p<0,05). The HIF-1α protein and specific activity of CPS1 shows no correlation statistically.
Conclusion: Hypoxic condition plays an important role in the regulation of gene expression and specific activity of CPS1 and HIF-1α protein. Regulation of CPS1 gene expression by HIF-1α is not known yet.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The second most abundant transition element in living organisms, zinc spans all areas of metabolism, with zinc-containing proteins offering both established and potential drug targets. Drug design of zinc-enzyme inhibitors brings together functional and structural information relevant to these zinc-containing targets. With up-to-date overviews of the latest developments field, this unique and comprehensive text enables readers to understand zinc enzymes and evaluate them in a drug design context.
With contributions from the leaders of today's research, Drug design of zinc-enzyme inhibitors covers such key topics as, major drug targets like carbonic anhydrases, matrix metalloproteinases, bacterial proteases, angiotensin-converting enzyme, histone deacetylase, and APOBEC3G, roles of recently discovered zinc-containing isozymes in cancer, obesity, epilepsy, pain management, malaria, and other conditions, cross reactivity of zinc-enzyme inhibitors and activators, the extensive use of X-ray crystallography and QSAR studies for understanding zinc-containing proteins, and clinical applications."
Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, 2009
e20410882
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifah Dewi
"Tujuan: Menganalisis ekspresi gen manganese superoxide dismutase (MnSOD) pada jaringan jantung, otak dan darah tikus yang diinduksi hipoksia sistemik.
Desain: penelitian eksperimental in vivo dengan menggunakan hewan coba.
Metode: Sampe! penelitizm ini adalah 25 ekor tikus jantan strain Sprague Dawley (Rarms novergicus L), yang dibagi menjadi 5 kelompok: kelompok I tikus tanpa perlakuan hipoksia sebagai kontrol, kelompok II, III, IV dan V adalah kelompok tikus dengan perlakuan hipoksia 10% O2 selama 1, 7, 14 dan 21 hari. Setelah perlakuan tikus dimaiikan, kemudian darah, otak dan jantung tikus diambil untuk diperiksa tingkat ekspresi mRNA dengan menggunakan real time RT PCR dengan pewamaan SYBR green, serta diukur aktivitas spesifik MnSOD dengan menggunakan kit RanSOD® dengan ditambahkan NaCN untuk menghambat aktivitas CuZn SOD.
Hasil: Pada hipoksia awa] (1 hari) ekspresi relatif mRNA MnSOD dan aktivitas spesifik MnSOD menunjukkan penurunan di darah dan jantung, sedangkan pada otak tidak te1jadi penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam keadaan hipoksia sistemik perlindungan antioksidan pada otak terjadi lebih awal dibandingkan jantung dan darah. Pada hipoksia awal di jantung dan darah, mulai terjadi peningkatan ROS sehingga aktivitas spesink MnSOD menurun, namun belum dapat menstimulasi peningkatan eksprsi mRNA-nya_ Pada hipoksia I-I4 hari baik ekspresi mRNA maupun aktivitas spesiiik MnSOD pada ketiga jaringan tersebut mengalami peningkatan sejalan dengan lamanya hipoksia. Pada hipoksia lanjut (21 hari) terjadi korelasi negatif antara ekspresi relatif mRNA dngan aktivitas spesiiik MnSOD di jantung dan darah. Hal ini mnmgkin disebabkan karena produksi ROS yang sangat masif, sehingga ekspresi MRNA terus ditingkatkan namun stres oksidatif belum dapat diatasi, sedangkan pada otak fenomena tersebut tidak terjadi. Hal ini diduga karena peningkatan ROS pada hipoksia lanjut masih dapat diatasi dengan aktivitas enzim MnSOD yang tersedia tanpa harus meningkatkan ekspresi mRNA-nya. Hasil ini menunjukkan bahwa otak cenderung lebih dilindungi dalam keadaan hipoksia sistemik dibandingkan janrung dan darah. Hasil analisis uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa perubahan ekspresi relatif MRNA dan aktivitas spesifik MnSOD pada induksi hipoksia sistemik pada darah sejalan dengan perubahannya pada jantung dan otak.
Kesimpulan: Setiap jaringan mempunyai pola ekspresi gen MnSOD dan aktivitas MnSOD yang berbeda-beda pada kondisi hipoksia. Terdapat perbedaan regulasi ekspresi gen MnSOD antara hipoksia sistemik awal dan lanjut. Pengukuran ekspresi MnSOD (mRNA dan aktivitas spesifik) pada darah dapat sekaligus menggambarkan ekspresi tersebut pada jantung dan otak.

Background: The aim of this study is to determine the gene expression of manganese supenoxide dismutase (MnSOD) in rat?s heart, brain and blood induced by systemic hypoxia.
Design: This study is an in vivo experimental study.
Method: This study was conducted on 25 male Sprague Dawley rats (Rattus no1°e:~_gicn.s~ L) which were divided into 5 groups and subjected to systemic hypoxia by placing them in hypoxic chamber supplied by 10% O3 for O, l, 7. I4, 2.1 days. respectively. Rats were sacrified after treatment, and the blood. heart and brain were used for measurement of relative mRNA level ofMnSOD with real time RT PCR and measurement of spesitic activity of MnSOD enzyme using RanSOD® kit.
Result: Determination of gene expression of MnSOD (relative mRNA expression and specific activity) in rat blood and heart cells under early hypoxic induction (1 day) resulted in the lower levels compared to the level in control group. After l day of hypoxic induction the gene expression level was then increased and again decreased under very late hypoxic condition (21 days) compared to the control. This suggests that the blood and heart cells at early hypoxia have not enough time to provide more MnSOD enzyme through gene expression to eliminate the sudden accumulation of ROS. In contrast to the results in heart and blood cells. the gene expression of MnSOD in brain cells were demonstrated to be increased since early systemic hypoxia (day I) up to day l4_ and tends to decrease under late hypoxic condition (day 21) although the level still slightly higher compared to the level in control group. Under late hypoxic condition (21 days). the capacity of1VlnSOD to eliminate the accumulated ROS has been saturated as found in brain cells, or even reduced to the lower level than in normal condition as found in blood and heart cells. This study could demonstrate that brain cells have different pattern of gene expression of MnSOD compared to blood and heart cells during several time points of hypoxic induction, particularly at early stage. It should also be considered that the levels of gene expression of MnSOD in each tissue were distinct although measured under the same condition. Analysis of Pearson correlation test shows that pattern of gene expression ot`MnSOD in blood cells is appropriate with the pattern in heart and brain cells under hypoxic condition.
Conclusion: Every tissue has the different pattern of gene expression of MnSOD (relative mRNA expression and specific activity) under hypoxic condition There is different regulation of MnSOD gene expression at early and late hypoxia Analysis gene expression of MnSOD in blood cells could represent the analysis of gene expression of MnSOD in heart and brain cells under hypoxia condition.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T32890
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Superti Daruningrum
"ABSTRAK
Ginjal merupakan organ yang dalam keadaan normoksia sekalipun rentan terhadap keadaan hipoksia. Salah satu mekanisme adaptasi terhadap keadaan hipoksia sistemik kronik adalah dengan mengekspresikan Cygb. Cygb berperan untuk mensuplai O2 ke mitokondria. Penyedian O2 dilakukan untuk reaksi hidroksilasi prolin pada sintesis kolagen dan asparagin pada HIF-1. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ekspresi relatif mRNA dan protein Cygb pada jaringan ginjal tikus yang diinduksi hipoksia sistemik kronik. Penelitian eksperimental ini menggunakan 25 tikus Sprague-Dawley yang dibagi menjadi 5 kelompok, yakni: kontrol (normoksia: 20% oksigen/80% nitrogen), 1, 3, 7 dan 14 hari hipoksia (10% oksigen/90% nitrogen). Organ ginjal diambil setelah tikus dibedah. Parameter yang diukur adalah ekspresi relatif mRNA dan protein Cygb. Pengukuran mRNA dilakukan dengan menggunakan iScript One-Step SYBR Green (BioRad, NY). Protein Cygb diukur dengan menggukan Enzyme-Linked Immunosorbet Assay Kit (USCN). Ekspresi relatif mRNA dan protein Cygb mengalami titik puncak pada hipoksia 3 hari. Keduanya memiliki korelasi sangat kuat (r2 = 0.96, p<0.05). Ekspresi mRNA dan Protein Cygb meningkat pada jaringan tikus yang diinduksi hipoksia sistemik kronik.

ABSTRACT
Kidney is the organ in a state of normoxia though susceptible to hypoxia. One of the mechanisms of adaptation to chronic systemic hypoxia is to express Cygb. The function of Cygb is to supply O2 to the mitochondria. Supply O2 is needed for the reaction of proline hydroxylation in collagen synthesis and asparagine in HIF-1α. The aim of this study is to analyze the relative expression of Cygb mRNA and protein in chronic ischemia of kidney tissue in the rat. This experimental study used 25 Sprague-Dawley rats divided into 5 group: control (normoxia: 20% oxygen/80% nitrogen), 1, 3, 7 and 14 day hypoxia (10% oxygen/90% nitrogen). Kidney organ were collected after the rats were sacrificed. Parameters measured were: the relative expression of Cygb mRNA and protein. Measurement of Cygb mRNA was done using iScript One-Step SYBR Green (BioRad, NY). Cygb protein was measured using Enzyme-Linked Immunosorbet Assay Kit for (USCN). The peak of relative expression of Cygb mRNA and protein occurred at day 3 of hypoxia. Both parameters were strongly correlated (r2 = 0.96, p <0.05). The relative expression of Cygb mRNA and protein were increased in rat kidney tissue which has been subjected to chronic systemic hypoxia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>