Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106323 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amir Luthfi
"Latar belakang penelitian: Polisi lalu lintas merupakan profesi yang mempunyai risiko sangat besar untuk terpajan zat-zat polutan yang berasal dari asap kendaraan bermotor. Jenis polutan utama pada polusi udara di luar ruangan yaitu karbon monoksida, karbon dioksida, sulfur oksida, nitrogen oksida, volatile organic compounds (VOC) seperti hidrokarbon, particulate matter dan ozon yang akan memberikan efek berupa penurunan fungsi paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi faal paru polisi lalu lintas yang bekerja di wilayah Jakarta Timur.
Metode penelitian : Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian besar Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (JABODETABEK). Penelitian dilakukan di wilayah Jakarta Timur bulan Oktober-Nopember 2012 dengan desain uji potong lintang. Pengambilan sampel menggunakan total sampling melalui kuesioner Pneumobile Project Indonesia, pemeriksaan spirometri, foto toraks PA dan pengukuran kadar CO ekspirasi dan semua subyek akan diminta untuk melakukan demonstrasi penggunaan alat pelindung diri.
Hasil : Seratus tujuh puluh subjek ikut dalam penelitian ini, menunjukkan 83 orang (48,2%) berumur 41 ? 50 tahun dengan status gizi berat badan lebih 90 orang (52,9 %) , perokok aktif 91 orang (53,5 %) dan IB ringan 53 orang (31,2%). Dari Seratus tujuh puluh subjek, dengan masa tugas lebih dari 10 tahun tercatat sebanyak 132 orang (77,5%) dan 111 orang (65,3%) mempunyai kebiasaan pemakaian masker buruk, dengan photo torax normal sebanyak 163 orang (95,9%). Hasil statistk menunjukkan, penurunan nilai faal paru meliputi restriksi ringan sebesar 9,45% atau 16 orang dan obstruksi ringan sebanyak 8 orang (4,7%), serta campuran tercatat 2 orang (1,2%). Selain itu, dari keseseluruhan data yang didapat, 7 orang yang berumur 51-60 tahun dan 7 orang dengan status gizi berat lebih memiliki restriksi ringan. Dari hasil penelitian, didapatkan 11 orang dengan pemakaian masker buruk dan 12 orang subjek yang memiliki masa kerja lebih dari 10 tahun juga memiliki restriksi ringan, secara statistik ditemukan hubungan yang bermakna antara umur, indeks brikman terhadap faal paru (p<0.05). tapi tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara status gizi, masa tugas, lama tugas, foto thoraks dan kebiasaan merokok serta pemakaian APD terhadap faal paru polisi lalu lintas (p>0.05).
Kesimpulan : Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faal paru dengan seluruh faktor yang diteliti.

Background: Air pollution due to road traffic is a serious health hazard and thus the traffic policemen who are continuously exposed to pollutant, may be at an increased risk. Types of main pollutants in the outdoor air pollution will significantly influence lung function. This study determined the factors that affect pulmonary function of traffic policemen working in the area of East Jakarta.
Method: This study is a part of the major research in the areas of Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi (JABODETABEK). A cross sectional study was conducted among traffic policemen of East Jakarta Region in the period of October-November 2012. This study has assessed respiratory clinical symptoms using questionnaires of Pneumobile Project Indonesia, examined spirometry lung function, chest x-ray, and expiratory CO measurement.
Results: A total of 170 subjects were included in this study. Most of them aged 41 to 50 years (48.2%), were over weight (52.9%), active smokers (53.5%), had low Brinkman Index (31.2%), have worked more than 10 years (77.5%), did not use masker (65.3%), and had normal chest x ray (95.9%). Results of Spirometry examination showed mild restriction in 16 subjects (9.4%), mild obstruction in 8 subjects (4.7%) and mixed problems in 2 subjects (1.2%). This study showed that 11 policemen who did not use masker and 12 policemen with history of work more than 10 year had mild lung restriction. There are significant association between age, Brinkman Index with lung function (p<0.05), but no significant association was found between nutritional status, smoking history, working history, chest x-ray, use a masker with pulmonary function of traffic policemen (p>0.05).
Conclusion: This study showed that age and Brinkman Index significantly affected lung function, but there was no significant association found between lung function with nutritional status, history of smoking, working history, chest x-ray abnormalities, and use of masker among traffic policemen.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Suci Ramadhany
"Latar belakang: Stasiun pengisian bahan bakar umum SPBU semakin banyak didirikan untuk memenuhi kebutuhan bensin kendaraan bermotor yang semakin meningkat. Petugas SPBU merupakan profesi yang memiliki risiko tinggi terpajan oleh polutan berbahaya yang berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor dan uap bensin terutama saat melakukan pengisian bensin. Kombinasi pajanan gas buang kendaraan dan uap bensin ini diduga berperan terhadap penurunan faal paru.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan di SPBU wilayah Jakarta Pusat dan Utara pada bulan Agustus 2017-Februari 2018. Sebanyak 97 petugas SPBU diambil pada penelitian ini menggunakan teknik consecutive sampling. Subjek penelitian tersebut mengikuti wawancara dengan kuisioner, pemeriksaan spirometri dan foto toraks. Pengukuran kadar sulfur dioksida SO2 , nitrogen dioksida NO2 , karbonmonoksida CO , ozon O3 , particulate matter 2,5 PM 2,5 dan uap bensin benzene dilakukan di lokasi penelitian.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan hasil spirometri normal pada 56,7 subjek, kelainan berupa restriksi sebanyak 42,3 subjek, obstruksi pada 1 subjek dan tidak ada yang mengalami kelainan campuran restriksi dan obstruksi. Sebagian besar subjek 84,6 tidak mengalami keluhan respirasi, sebanyak 10,3 subjek mengalami batuk kering dan 5,1 subjek mengeluh batuk berdahak. Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara arus puncak ekspirasi APE dengan masa kerja dengan nilai p 0,011 namun tidak didapatkan hubungan yang bermakna dengan parameter kapasitas vital paksa KVP , KVP, volume ekspirasi paksa pada detik pertama VEP1 , VEP1 dan rasio VEP1/KVP.
Kesimpulan: Prevalens kelainan faal paru petugas SPBU pada penelitian ini sebesar 43,3 dan keluhan respirasi pada 15,4 subjek. Diperlukan penelitian lebih lanjut secara kohort mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi faal paru pada petugas SPBU.

Background: To satisfy growing needs of petrol consumption in big city many new petrol stations has been built. Petrol station attendant is considered to have high risk exposure to dangerous pollutant from motor vehicle emission and petrol fumes, especially while filling up petrol tanks. Combination of those exhaust and petrol fumes is suspected to cause the reduction of lung function.
Methods: This research is a cross sectional study done in petrol station in Central Jakarta and North Jakarta region between August 2017 and February 2018. A total of 97 petrol station attendants were taken in this research using consecutive sampling technique. The subjects were interviewed with questionnaires, spirometry and chest radiograph. Measurements of sulfur dioxide SO2 , nitrogen dioxide NO2 , carbon monoxide CO , ozone O3 , particulate matter 2,5 PM 2,5 and steam gasoline benzene concentrations were performed at the study sites.
Results: In this study, normal spirometry results in 56.7 of subjects, abnormalities in the form of restriction in 42.3 of subjects, obstruction in 1 of subjects and none of which experienced mixed disorders of restriction and obstruction. Most subjects 84.6 did not experience respiratory complaints, as many as 10.3 of subjects had a dry cough and 5.1 of subjects complained of cough with phlegm. There was a statistically significant association between peak expiratory flow and duration of work with a p value of 0.011 but no significant association with other parameters such as forced vital capacity FVC , FVC, forced expiratory volume in the first second FEV1 , FEV1 and the ratio of FEV1/FVC.
Conclusion: Prevalence of lung function abnormalities of petrol station attendant in this research is 43,3 and respiratory symptoms at 15,4 subject. Further cohort studies are needed on factors affecting lung function in gas station personnel.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58597
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Indah Indriani
"Latar Belakang: Petani sawit seringkali terpajan dengan berbagai macam polusi berupa debu dari pupuk dan pajanan pestisida.Pestisida yang paling sering digunakan adalah organofosfat (OP) dan insektisida karbamat (34%). Tingkat kejadian penyakit pernapasan yang berhubungan dengan pestisida di tempat kerja sebesar 1,17 per 100.000 penuh waktu pekerja setara (FTEs).
Tujuan: Menilai faalparu dan kadar kolinesterse serum padapetani sawit di Kuantan Singingi, Propinsi Riau.
Metode: Penelitian cross sectional pada petani sawit di Kuantan Singingi, Propinsi Riau  bulan Agustus 2018. Sampel diambil dengan teknik cluster sampling. Variabel yang dinilai adalah karakteristik sosiodemografik, klinis, spirometri dan serum kolinesterase. Analisis data menggunakan program SPSS 20.0 dengan hasil dinyatakan berbeda bermakna bila p<0,05.
Hasil: Didapatkan 116 subjek penelitian dengan rerata usia 34,5±8 tahun, berjenis kelamin perempuan (87,1%), tingkat pendidikan terakhir SD (59,5%), tidak merokok (89,7%), dan masa kerja >2 tahun (84,5%). Indeks Massa Tubuh median 24,5 Kg/m2 (16,85 – 44,44 Kg/m2) dan rerata kolinesterase serum 8,1±1,5 kU/L. Hasil spirometri menunjukkan kelainan restrikif pada 21,6% dan obstruktif pada 0,9% subjek penelitian. Hasil analisis menunjukkan terdapat  hubungan antara lama pajanan (p=0,035) dengan kelainan faal paru. Analisis korelatif antara lama masa kerja dengan KVP (rs=-0,205; p=0,027), VEP1 (rs=-0,235; p=0,011) dan VEP1/KVP (rs=-0,234; p=0,011).
Kesimpulan: Rerata kolinesterase serum petani sawit di Kabupaten Singingi, Propinsi Riau sebesar 8,1±1,5 kU/L dan terdapat hubungan antara lama pajanan pestisida dengan kelainan faal paru.

Background: Palm oil farmers are in risk to be exposed to various kinds of pollution, pesticide and fertilizer. Organophosphate (OP) and carbamate 34% insecticidesare the common pesticides used in palm oil farms. The incidence rate of pesticide-related respiratory diseases at work is 1.17 per 100.000 full-time equivalent workers (FTEs).This studyaims to characterize lung function and serum cholinesterase levels of palm oil farmers in Kuantan Singingi Regency, Riau, Indonesia.
Methods: This cross-sectional study involved oil palm farmers in the study location on August 2018 by cluster sampling design. Sociodemographic, clinical, spirometry and serum cholinesterase level characteristics were observed and statistically analyzed.
Results: The study involved 116 subjects with mean age of 34.5±8 y.owhich predominated by females (87.1%), elementary school degrees (59.5%), non-smokers (89.7%) and workers with working period >2 years (84.5%). Mean body mass index was 24.5kg/m2 (16.85–44.44 Kg/m2) and mean serum cholinesterase was 8.1±1.5kU/L. Spirometric examination showed restrictive (21.6%) and obstructive (0.9%) lung function. There was a significant correlation between length of working period and FVC (r=-0.205; p=0.027), VEP1 (r=-0.235; p=0.011) and VEP1/FVC (r=-0.234; p=0.011). There was no significant difference of serum cholinesterase level between abnormal lung function groups (p> 0.05).
Conclusions: The mean serum cholinesterase of palm oil farmers was 8.1±1.5kU/L. The study showed there wascorrelation between the duration of exposure to pesticides and lung function abnormalities."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maryko Awang Herdian
"Pendahuluan : Pekerja industri gula memiliki risiko terkena gangguan fungsi paru akibat pajanan debu, khususnya debu bagasse ( tebu ). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kejadian gangguan fungsi paru pada pekerja pabrik gula di Kabupaten Lampung Tengah, serta hubungannya dengan faktor - faktor karakteristik pekerja dan pekerjaan.
Metode : Desain penelitian adalah comparative cross sectional melibatkan 144 pekerja pabrik gula : 72 pekerja bagian factory dan 72 pekerja bagian plantation. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pengamatan dan pemeriksaan meliputi pengukuran kadar debu lingkungan dan pemeriksaan spirometri pada pekerja. Variabel yang diteliti meliputi usia, kebiasaan merokok, status gizi, penggunaan alat pelindung diri (APD) masker, masa kerja, jam kerja per minggu dan lokasi pekerjaan. Analisis data menggunakan uji chi square.
Hasil dan Kesimpulan : Kadar debu total di lingkungan bagian factory 0,0586 mg/m3 lebih rendah dibandingkan bagian plantation 0,0843 mg/m3. Kedua nilai tersebut jauh dibawah nilai ambang batas. Prevalensi gangguan fungsi paru 8,33 %. Di bagian factory 5,56 % dan di bagian plantation 11,1 %. Gangguan fungsi paru terbanyak ditemukan adalah gangguan fungsi paru obstruktif. Variabel yang berhubungan dengan gangguan fungsi paru adalah penggunaan APD (masker) (ORadj = 12,15; 95% CI: 1,14 - 102,62) dan status perokok (ORadj = 9,73; 95% CI: 1,14 - 82,75).
Saran : Perlu dilakukan evaluasi fungsi paru berkala, konseling bagi pekerja agar berhenti merokok dan selalu menggunakan alat pelindung diri. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menilai kadar debu respirabel, komposisi debu, dan pengaruhnya terhadap fungsi paru pekerja.

Introduction : Workers in sugar factory are at risk to suffer from lung functon disorder due to exposure to dust, especially bagasse dust. The objective of this study is to identify the prevalence of lung function disorder among workers in a sugar factory in Central Lampung district and associated individual- and work- related factors.
Method : The study design used a comparative cross sectional method, involving 144 sugar factory workers 72 among them were from factory department and 72 other workers from plantation. Data collection used interview, observation, measuring of dust in work environment and lung function measurement using spirometry. The variables which studied were age, smoking habbit, nutritional status, use of personal protective equipment (PPE) mask, time of work, working hours in week, and job location. Data was analyzed with chi square test.
Result and Conclusion : Total dust level in the factory department was 0.0586 mg/m3, lower compared to the level in plantation department which was 0.0843 mg/m3. Both level were below the TLV. The prevalence of lung function disorders was 8.33 %. in the factory department 5.56 % and in the plantation 11.1 %. the most lung function disorder cases found among workers was obstructive lung function disorder. Variables associated to lung function disorders found were use of PPE (mask) (ORadj = 12.15; 95% CI: 1.44 - 102.62) and smoking status (ORadj = 9.73; 95% CI: 1.14 - 82.75).
Recommendation : Periodic lung function evaluation, workers counseling to stop smoking and use of PPE. Another study should be conducted to on respirable dust, dust composition and it's effect on workers lung function.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Martinus
"ABSTRAK
Pendahuluan: Polusi udara akibat kepadatan kendaraan merupakan bahaya serius bagi kesehatan sehingga orang yang terpajan polutan terus menerus mengalami peningkatan risiko terjadinya penurunan faal paru. Polisi lalulintas merupakan subjek yang terus menerus terpajan dengan emisi gas buang kendaraan sebagai risiko dari pekerjaannya.Gas buang kendaraan terdiri dari nitrogen oksida, karbon monoksida, bahan partikel dan lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan bronkiolus terminal dan menurunnya kompains serta kapasitas vital paru. Penelitian ini bertujuan menilai status faal paru polisi lalulintas Jakarta Pusat dan apakah terdapat hubungan antara pajanan terhadap polusi gas buang kendaraan dengan penurunan faal paru. Disamping itu juga dilakukan analisis hubungan antara penurunan faal paru dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Metode: Penelitian potong lintang ini melibatkan 170 polisi lalulintas di polres Jakarta Pusat, usia 20-55 tahun, masa kerja minimal 2 tahun. Data kesehatan secara keseluruhan diamati menggunakan Kuesioner Proyek Pneumomobile Indonesia dan pemeriksaan fisis dan status kesehatan paru secara khusus diamati menggunakan foto toraks dan spirometri. Kadar CO-ekshalasi juga dianalisis. Analisis statistik dikerjakan menggunakan SPSS versi 17.
Hasil: Dalam penelitian ini didapatkan sampel total adalah 130 subjek tetapi 9 subjek dropout karena tidak menyelesaikan pemeriksaan secara lengkap dan benar. Data subjek yang dilakukan analisis adalah sebanyak 121 dengan karakteristik 33,9% memiliki usia antara 41-50 tahun dengan rerata usia 37,0 tahun (SD 8,8); 57,9% memiliki berat badan lebih; 55,4% merupakan perokok aktif; 64,5% menggunakan alat pelindung diri secara buruk; 47,9% memiliki masa kerja >10 tahun; 100% bekerja 56 jam seminggu.Rerata kadar CO-ekshalasi adalah 8,7 (SD 5,0). 9,9% subjects memiliki foto toraks normal,hanya 16,7% yang merupakan kelainan paru dan 83,3% merupakan kelainan nonparu. 19% subjek memiliki kelainan faal paru yaitu 60,9% kelainan restriksi ringan dan 39,1% kelainan obstruksi ringan dan sedang. Tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik antara variabel independen usia, status nutrisi, riwayat merokok, penggunaan alat pelindung diri, durasi kerja terhadap variabel dependen pemeriksaan spirometri.Hanya variabel masa kerja subjek yang semakin lama memiliki hubungan bermakna secara statistik terhadap penurunan hasil pemeriksaan spirometri dengan p=0,0014.
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan lamanya masa kerja polisi lalulintas berhubungan bermakna secara statistik dengan penurunan faal paru.

ABSTRACT
Introduction: Air pollution due to road traffic is a serious health hazard and thus the persons who are continuously pollutant exposed, may be at an increased risk. In this respect, traffic policemen are at a risk, since they are continuously exposed to emissions from vehicles, due to the nature of their job. Automobile exhaust consists of oxides of nitrogen, carbon monoxide, particulate matter, and others, which cause injury to the terminal bronchioles and a decrease in the pulmonary compliance and vital capacity. The present study was aimed at assessing the pulmonary function status in traffic policemen in Central Jakarta whether prolonged exposure to vehicular exhausts had any detrimental effect on their lung functions. The relationship between decrements of lung function and various influencing factors also analyzed.
Methods: Across-sectional study was conducted in 170 traffic policemen in Central Jakarta, age 20-55 years, working periods at least 2 years. The data of overall health status was observed using Indonesia Pneumomobile Project Questioner and physical examinations and lung health status was observed using thorax X-ray and spirometry. Level of CO-exhalation was also analyzed. The statistical analysis was carried out with SPSS PC software version 17.
Results: Total samples included in this study were 130 subjects, 9 subjects were dropped out because uncompleted study’s tests. Analyzed subjects were 121 whose characteristics were 33,9% were in age classifications 41-50 years and mean age was 37,0 (SD 8,8); 57,9% overweight; 55,4% active smokers; 64,5% bad masker application; 47,9% in working periods >10 years; 100% had 56 working hours in a week. Mean CO-exhalation level was 8,7 (SD 5,0). 9,9% subjects had abnormal thorax X-ray that16,7% were lung abnormality and 83,3% were nonlung abnormality. 19% subjects recorded lung function decreased included 60,9% mild restriction and 39,1% mild and moderate obstruction. There were no statistical significant between age, nutrition’s classifications, smoking history, protective mask applications, working duration as independent variables and spirometry parameters as dependent variables. Longer working periods were the only dependent variable had statistical significant with decreasing spirometry results with p=0,0014.
Conclusion: This study showed that working periods had statistical significant with lung function decrement."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada populasi penduduk, komposisi kelompok pekerja merupakan salah satu yang terbesar. Gangguan kesehatan pada kelompok pekerja akan menurunkan produktivitasnya. Penyakit pada kelompok kerja tidak hanya terkait dengan penyakit akibat kecelakaan kerja akan tetapi juga oleh penyakit umum, seperti penurunan fungsi paru. Pekerja tambang merupakan salah satu pekerjaan yang menuntut fungsi paru yang baik, oleh karena hal inilah penilaian akan kondisi fungsi paru dan pengetahuan akan faktor determinan penurunan fungsi paru diperlukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor determinan penurunan fungsi paru. Sampel diambil dari data pemeriksaan kesehatan berkala salah satu perusahaan tambang. Penelitian ini menggunakan design penelitian kasus-kontrol. Untuk penentuan kelompok kasus dilihat dari fungsi paru yang dikelompokkan berdasarkan kriteria pemeriksaan spirometri Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) dengan parameter pemeriksaan %FEV1/FVC < 70% untuk gangguan obstruksi dan %FVC < 80% untuk gangguan resktriksi, sementara kelompok kontrol diambil dengan cara simple random sampling yang disesuaikan dengan jumlah sampel kelompok kasus. Variabel yang dianalisa untuk melihat hubungannya dengan fungsi paru pada penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, lingkar pinggang, obesitas, dan jenis pekerjaan. Tidak terdapat perbedaan risiko terjadinya penurunan fungsi paru berdasarkan kelompok variabel jenis kelamin dan jenis pekerjaan (p > 0,05). Akan tetapi setelah dilakukan analisis multivariat didapatkan bahwa jenis kelamin (Adjusted OR [CI 95%]= 2,241 [1,021-4,918]), usia (Adjusted OR [CI 95%]= 1,579 [1,263-1,974]), dan lingkar pinggang (Adjusted OR [CI 95%]= 1,682 [1,309-2,162]) merupakan faktor determinan penurunan fungsi paru.

In general population, workers are one of the major group. Illness can reduce productivities of the workers. Disease of the workers consisted not only occupational disease, but also common ones, such as lung function impairment. Mine worker is one occupation that demands a good lung function. Therefore, any assessments of lung function and knowledge of determinating factor for lung function are needed. The goal of this research is to know the determinating factors of lung function impairment. This research use case-control as research design. The samples were taken from periodic health examination data from one mine company. From 5.463 periodic health examination data, we used 1.433 samples which comprised of 733 case group samples and 733 control group samples. To determine the case group is by assessing lung function based on spirometry examination criteria of Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) with examination parameter %FEV1/FVC < 70% for obstruction disorder and %FVC < 80% for restriction disorder. Meanwhile, the control group was taken by simple random sampling which was made suitable with the number of case group. Variables analyzed in order to determine the relation with lung function were gender, age, waist circumference, obesity, and type of job. There was no risk difference of lung function decreasing based on sex and type of job group (p > 0,05). However, after analyzed multivariately, it seemed that female gender (Adjusted OR [CI 95%]= 2,24 [1,02-4,92]), age ≥ 30 years old (p= 0,000 Adjusted OR [CI 95%]= 1,58 [1,26-1,97]), and waist circumference > 90 cm for male and for female ((p= 0,000 Adjusted OR [CI 95%]= 1,68 [1,31-2,16]) were determination factor of lung function impairment."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deddy Herman
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T59000
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Astuty Ningsih
"Latar Belakang dan Tujuan: Penerbang bekerja di lingkungan ketinggian yang terpajan gaya G dan seiring peningkatan gaya Gz akan berbanding lurus dengan penurunan curah jantung dan oksigenasi otak hal ini akibat perubahan pertukaran gas di paru dalam kondisi hipergravitasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas difusi paru pada penerbang pesawat tempur serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Metode: Penelitian potong lintang yang dilaksanakan bulan Februari 2019 di Madiun dilakukan pada subjek laki-laki di instansi X Madiun. Jumlah sampel sebanyak 44 orang dipilih secara total sampling. Wawancara dilakukan untuk mengisi kuesioner data dasar, jam terbang dan lama berolahraga. Dilakukan pengukuran spirometri dan DLCO dengan menggunakan alat penggukur spirometri dan DLCO portable (Easyone TM Pro Lab).
Hasil: Penelitian ini mendapatkan hasil sebagian besar peserta (93,2%) memiliki nilai spirometri yang normal hanya 3 peserta (6,8%) mengalami kelainan obstruksi dan tidak didapatkan kelainan restriksi sama sekali dengan nilai rerata VEP1 prediksi 103,3±10,60 % dan nilai median VEP1/KVP 84,5% dengan nilai minimum 63,5% dan nilai maksimum 92,5%. Pada nilai uji DLCO diperoleh hasil sebagian besar peserta (93,2%) memiliki nilai yang normal dan terdapat nilai DLCO mengalami penurunan ringan pada 3 peserta (6,8%) pada kelompok perokok.
Kesimpulan: Nilai kapasitas difusi paru dan pemeriksaan spirometri pada penerbang secara umum normal terdapat sebagian kecil yang mengalami penurunan ringan namun tidak mempunyai hubungan yang bermakna antara parameter DLCO dengan usia, IMT, jam terbang tempur, total jam terbang, menit olahraga dalam sepekan serta indeks Brinkman dan nilai parameter spirometri.

Background: Pilot works in the high environment that exposed by G force. Increasing G force led to linear decreases in cardiac output and blood oxygenation of the brain. Thus, likely due to decreased lung gas exchange capacity in hypergravity. This study aims to investigate the pulmonary diffusing capacity test among Fighter pilots in Madiun.
Methods: This study used cross sectional method conducted on February 2019 in Madiun. The total subjects consist of 44 Fighter pilots based on total sampling. Interview was done to fill out question about sociodemografic and smoking habit, flight hour data and physical fitness. Lung function measurement was done using portable spirometry and DLCO equipment (Easyone TM Pro Lab).
Result: Spirometri result was found in the standard normal range in 41 subjects (93,2%) only 3 subject (6,8%) get obstruction abnormalities and none of them get restriction result. Average VEP1 prediction was 103,3±10,60 % and median range for VEP1/KVP was 84,5(63,5-92,5) %. Lung diffusion capacity measurement was found to be normal in 41 subject (93,2%) and to be deficient in 3 subject (6,8%) in smoker.
Conclusion: This study demosntrated that diffusion capacity and spirometry test in Fighter pilots generally in normal range. Lung diffusion capacity has no association with age, BMI, flight hour, physical fitness, Brinkman index and spirometry parameters.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57655
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukas Iwan Djajaputra
"Latar belakang. Kegiatan penyelaman memerlukan kesiapan fisik dan mental yang tinggi karena lingkungan bawah air bukan merupakan lingkungan normal bagi manusia. Pengetahuan dan prosedur serta pelatihan penyelaman yang memadai merupakan kebutuhan mutlak yang dibutuhkan setiap peselam, Penelitian ini dilaksanakan di Seselam Kodikal Surabaya, untuk mengevaluasi faal paru (KV, KVP, VEP, dan VVM) siswa dikbrevet TNI AL.
Metodologi. Dilakukan studi eksperi mental pra dan post test tanpa kontrol pada 31 orang siswa pendidikan brevet di sekolah penyelaman TNI AL, yang telah melalui seleksi, dengan umur antara 20 - 30 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkaran dada inspirasi, lingkaran dada ekspirasi dan status gizi serta pengukuran feat paru sebelum dan setelah pelatihan. Siswa menjalani pelatihan selam selama rentang waktu 12 minggu.
Hasil. Pada penelitian ini terlihat bahwa seluruh siswa pendidikan dalam kondisi sehat setelah pelatihan. Temuan penelitian adalah sebagai berikut.
1. Pengukuran TB, BB dan S.gizi sebelum dan setelah pelatihan didapatkan peningkatan yang sangat bermakna (p < 0,01), dan sesuai dengan hasil perhitungan deltanya.
2. Didapatkan penurunan LDE yang sangat bermakna (p < 0,01), dan didukung dengan hasil perhitungan deltanya.
3. Didapatkan penurunan rasio VEP,fKVP, tetapi masih di atas nilai normal (> 80%).
4. Didapatkan peningkatan VVM yang sangat bermakna (p < 0,01), tetapi tidak ditunjang dengan perhitungan CI 95%.
5. Analisis multivariat antara K.V setelah pelatihan dengan KVP (p < 0,05) sebelum pelatihan ternyata mempunyai hubungan yang positif bermakna.
6. Analisis multivariat antara KVP setelah pelatihan dengan KVP (p < 0,05) sebelum pelatihan ternyata mempunyai hubungan yang positif bermakna.
7. Analisis multivariat antara VVM setelah pelatihan dengan KV (p < 0,05), KVP (p 0,05) dan VVM (p < 0,01) sebelum pelatihan ternyata mempunyai hubungan yang positif bermakna.

Background . Diving requires a high degree of physical and mental fitness, as the underwater world is not the natural habitat of human beings. Adequate knowledge of diving and diving procedures as well as driving training are an absolute must for every diver. This research was carried out at the Kodikal Diving School in Surabaya in order to evaluate the pulmonary physiology (VC, FVC, FEV1 and MVV) of students at the diving school which issues diving certificates (Dikbrevet) of the Indonesian Navy.
Methodology . An experimental study of pre-tests and post-tests without control was performed on 31 students at the diving school (Dikbrevet) of the Indonesian Navy, aged between 20 and 30, who had previously passed a selection. The data were collected by measuring body height, weight, girth of the chest on inspiration and expiration as well as the nutritional state, and by measuring the pulmonary physiology before and after the training. . Students underwent a diving training during a period of 12 weeks.
Results . In this study it appeared that all students were in a healthy condition after the training. The findings of the study are as follows:
1. There was a quite significant increase in body height, weight and the nutritional state after the training ( p < 0.01 ) compared to the body height, weight and the nutritional state before the training, and this was in accordance with the delta calculation.
2. There was a quite significant reduction of the chest measurement on expiration ( p 0.01 ), which was supported by the results of the delta calculation.
3. There was a reduction in the FEV11 FVC ratio, which, however, was still above the normal value (> 80 % ).
4. There was a quite significant increase of the MVV ( p < 0.01 ), however this was not supported by the Cl calculation 95 %.
5. A multivariate analysis showed that there was a significant positive correlation between the VC after the training and the FVC ( p < 0.05 ) before the training.
6. A multivariate analysis showed that there was a significant positive correlation between the FVC (p < 0.05 ) before the training.
7. A multivariate analysis showed that there was a significant positive correlation between the MVV after the traing with the VC (p < 0.05 ), FVC (p < 0.05) and the MVV ( p < 0.01 ) before the training."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anis Fitriyani
"ABSTRAK
Adanya pembakaran batu kapur yang berjumlah 85 buah, yang tersebar
diseluruh desa Tamansari, yang senantiasa menimbulkan asap yang mengganggu
jarak pandang .dan adanya penyakit gangguan fungsi paru di Puskesmas
Pangkalan sampai dengan bulan Desember 2012 adalah Asma 445 orang,
Bronkhitis 980 orang, Pneumonia 61 orang dan TBC, dengan BTA (+) dan BTA
(-) adalah 27 orang, sedangkan jumlah penduduk wilayah puskesmas Pangkalan
adalah 35.585.
Tujuan penelitian ini adalah diketahui pengaruh pajanan PM2,5 terhadap
kejadian gangguan fungsi paru ibu rumah tangga sekitar pembakaran batu kapur
di desa Tamansari Kecamatan Pangkalan Kabupaten Karawang tahun 2013.
Penilitian ini menggunakan disain potong lintang atau cross sectional
dengan sampel penelitian ibu rumah tangga yang berumur antara 20 tahun sampai
dengan 60 tahun di Desa Tamansari, dengan jumlah 310 responden. Penderita
gangguan fungsi paru didapatkan dari pengukuran spirometri, sedangkan
konsentrasi partikel PM2,5 didapatkan dengan pengukuran menggunakan Huzt
Dust.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa PM2,5 berhubungan secara
signifikan (p=0,000) dengan terjadinya gangguan fungsi paru. Tempat tinggal
dengan PM2,5 yang tidak memenuhi syarat akan beresiko sebesar 73,5 kali
menderita gangguan fungsi paru. Dari model akhir didapatkan hubungan PM2,5
dengan gangguan fungsi paru di Desa Tamansari berbeda signifikant berdasarkan
faktor lama tinggal, adanya penghuni rumah yang merokok, dan pemakaian obat
nyamuk bakar

ABSTRACT
Taman Sari village burning limestone there are 85 pieces, which are
scattered throughout the village of Castle, which always causes smoke interfere
with visibility., And their lung function disorders in base until December 2012 is
Asthma 445 people, 980 people Bronchitis, Pneumonia 61 people and
tuberculosis, smear (+) and smear (-) is 27 people, while the population of the
region is 35.585 Base clinic.
The purpose of this study is known to influence exposure to PM 2,5 on the
incidence of lung function impairment housewives around burning limestone in
the village of Taman Sari Sub Base Karawang regency in 2013.
This research uses cross-sectional design or cross-sectional study with a
sample of housewives aged between 20 years to 60 years in the village of Castle,
with the number of 310 respondents. People with impaired pulmonary function
measurements obtained from spirometry, whereas the concentration of particles
PM2, 5 measurements obtained by using Huzt Dust.
From the results of the study found that the PM2,5 were significantly
associated (p = 0.000) with the occurrence of pulmonary function impairment.
Residence with PM2,5 is not going to qualify for 73.5 times the risk of suffering
from lung problems. Relations obtained from the final model PM2,5 with impaired
lung function in the Castle Village significant by factors different length of stay,
the residents of the house were smoking, and the use of mosquito coils."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T38430
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>