Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134534 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ira Gustina
"Indonesia termasuk ke dalam kategori high burden countries untuk beban tertinggi TB dunia, menempati urutan ketiga setelah India dan Cina. Penanggulangan penyakit ini salah satunya dengan pemodelan kejadian TB Paru dengan faktor-faktor risikonya dengan analisis regresi linear. Namun, belum tentu cocok diterapkan disemua wilayah karena memiliki kondisi geografis yang berbeda, sehingga dapat menyebabkan adanya perbedaan kasus TB Paru antara wilayah satu dengan wilayah yang lainnya. Oleh karena itu, perlu dimasukkan unsur pengaruh geografis dengan pemodelan regresi linear spasial atau Geographically Weighted Regression (GWR), dalam penelitian ini untuk menilai hubungan kejadian TB Paru dengan faktor kondisi lingkungan fisik rumah, kondisi lingkungan rumah tinggal, karakteristik kependudukan, dan memanfaatkan pelayanan kesehatan terhadap kejadian TB Paru. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang (cross sectional) dengan menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Sampel penelitian ini adalah responden dalam Riskesdas 2010 berusia 15 tahun ke atas di Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memanfaatkan pelayanan kesehatan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian TB Paru di tiap Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat kecuali Majalengka dan Pekerjaan juga berhubungan hanya di Kabupaten Bogor.

Indonesia is in the category of high-burden countries for the highest burden of Pulmonary Tuberculosis of the world, the third rank after India and China. The effort to overcome this disease is to do modeling the prevalence of Pulmonary Tuberculosis using linear regression model globally. However, it is not necessarily suitable to be applied in all areas because every area has different geographical condition, so it can lead to differences of TB cases between one region with another region. Therefore, the effect of geographic elements need to be incorporated with linear regression modeling spatial or Geographically Weighted Regression (GWR). This study applied GWR model to assess the association of Pulmonary Tuberculosis prevalence by the physical condition of the home environment, residential environment, demographic characteristics, and health care utilizing factors on the prevalence of Pulmonary Tuberculosis. This study used a cross-sectional study design using Riskesdas Data - 2010. Samples in this study were Riskesdas 2010 respondents aged 15 years and over in West Java. The results showed that utilize of health care is the dominant factor associated with the prevalence of Pulmonary Tuberculosis in each district/city of West Java except Majalengka, also related employement status only in Bogor Regency.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marisa Rayhani
"Kematian akibat tuberkulosis TB secara global sebanyak lebih dari 95 terjadi pada negara berpenghasilan rendah dan menengah. Indonesia ikut menyumbang 60 dari keseluruhan kasus TB global WHO, 2015. Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Banten termasuk ke dalam lima provinsi dengan estimasi prevalensi TB tertinggi di Indonesia Riskesdas, 2007 dan 2013. Perlu dibuat model yang mempertimbangkan kondisi lokal spesifik dengan memperhatikan perbedaan lokasi dari aspek geografis, kependudukan, dan kondisi sosial Eryando, 2007 dan Rahmaniati, 2015.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif analitik dengan desain potong lintang. Kajian faktor risiko kejadian TB sesuai konsep Model Perilaku Kesehatan oleh Green 1980 dan Kerangka Kerja Faktor Risiko TB oleh WHO 2010 dengan metode Geographically Weighted Regression GWR pada 13 kabupaten/kota di Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Banten.
Hasil penelitian memperlihatkan tiga kelompok faktor risiko dapat menjelaskan kontribusi parameter dalam pemodelan kejadian TB di kedua provinsi sebesar 6. Model GWR mampu menggambarkan variasi tiga kelompok faktor risiko kejadian TB di kedua provinsi sebesar 96. Estimasi rata-rata proporsi kejadian TB akan meningkat pada risiko pendidikan rendah, bekerja, dan tersedianya fasilitas kesehatan TB.
Status pendidikan menjadi parameter yang bernilai signifikan pada setiap kabupaten/kota. Setiap kabupaten/kota menghasilkan nilai estimasi berbeda yang menunjukkan besaran koefisien kejadian TB yang dipengaruhi oleh setiap perubahan parameternya. Setiap kabupaten/kota di kedua provinsi melalui Dinas Kesehatan perlu menerapkan kebijakan dan intervensi dengan pertimbangan nilai estimasi parameter pada faktor risiko sesuai pemodelan GWR, terutama peningkatan pendidikan dan promosi kesehatan TB.

Deaths from tuberculosis TB globally by more than 95 occur in low and middle income countries. Indonesia contributes 60 of all global TB cases WHO, 2015. DKI Jakarta Provinces and Banten Provinces are included in the five provinces with the highest estimated prevalence of TB in Indonesia Riskesdas, 2007 and 2013. Its need some model to consider the specific local conditions, which is geographical, demographic, and social aspects for appropriate health system improvement by region Eryando, 2007 and Rahmaniati, 2015.
This research is an analytic quantitative research with cross sectional design. Assessment of risk factors for TB incidence according to the Health Behavior Model by Green 1980 and TB Risk Factors Framework by WHO 2010 using Geographically Weighted Regression GWR method in 13 districts cities in DKI Jakarta Province and Banten Province.
The results showed three groups of risk factors could explain the contribution of parameters in modeling TB incidence in both provinces by 6. The GWR model was able to describe the variation of three groups of TB risk factors in both provinces by 96. The average estimate of the proportion of TB incidence will increase in the risk of low education, work, and the availability of TB health facilities.
Educational status becomes a significant parameter in every district city. Each district city produces a different estimation value indicating the magnitude of TB incidence coefficients that is affected by each parameter change. Each district city in both provinces through the Department of Health needs to implement policies and interventions with consideration of parameter estimation values on risk factors according to GWR modeling, especially improving TB education and promotion.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48455
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leny Wulandari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengukur peran pengetahuan terhadap perilaku pencarian pengobatan penderita suspek TB Paru setelah dikontrol oleh umur, jenis kelamin, status perkawinan, status pekerjaan, tingkat pendidikan, jarak dan waktu tempuh ke Puskesmas dan RS. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang menggunakan data sekunder hasil survei Pengetahuan Sikap Perilaku (PSP-TB) 2010. Sampel penelitian adalah anggota keluarga yang berumur ≥ 15 tahun yang mengalami gejala TB Paru sebanyak 443 responden. Hasil penelitian menemukan bahwa ada hubungan antara peran pengetahuan penderita suspek TB Paru dengan Perilaku Pencarian Pengobatan TB Paru di Indonesia setelah dikontrol pekerjaan (OR=2,3, CI=1,349-3,952). Serta adanya interaksi antara pengetahuan dan pekerjaan.

This study aims to quantify the role of knowledge on treatment seeking behavior of patients with suspected pulmonary TB after controlled by age, gender, marital status, employment status, education level, distance and travel time to health center and hospital. The study was a quantitative study with cross sectional design using secondary data of Knowledge Attitudes Behaviour (PSP-TB) Survey 2010. Research sample is a sample of respondents aged ≥ 15 years with symptoms of pulmonary TB as many as 443 respondents. Based on the results of the study found there is a relationship between the role of knowledge of patients with suspected pulmonary TB with treatment seeking Behavior of Pulmonary TB in Indonesia after controlled by variable of employment status (OR = 2.3, CI = 1.349 to 3.952), and there is interaction between knowledge and employment status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31727
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Budiman
"ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis (MTb). Penyakit infeksi M.Tb ini menyerang semua
negara di dunia. Selain menyebabkan kematian, penderita TB ini juga mengalami
kerugian secara ekonomis dan menghadapi stigma negatif di masyarakat.
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita TB terbanyak ke-5 di
dunia, dan meskipun program DOTS digalakkan, penurunan insidensinya masih
belum berarti.
Penelitian ini merupakan studi ekologi dengan desain cross sectional
bertujuan mengelompokkan prevalensi TB dan faktor risikonya. Dilaksanakan
pada bulan Maret sampai Juni 2013. Data yang dipergunakan merupakan hasil
dari Riskesdas dan Survei kependudukan dari BPS tahun 2007. Penggugusan
dilakukan dengan cluster analysis, sementara untuk melihat faktor penentu yang
paling berperan terhadap prevalensi TB dilakukan dengan multiple regression
analysis.
Hasil akhir pembentukan klaster yang optimal sebanyak 5, dan didapatkan
sebagian besar kabupaten/kota di wilayah Indonesia Bagian Barat dan Tengah
berada dalam satu klaster. Empat kabupaten/kota di Provinsi Papua berada dalam
satu klaster dan merupakan wilayah dengan prevalensi TB terbesar, dengan ratarata
empat faktor risiko lebih tinggi dibandingkan klaster lainnya. Faktor penentu
yang paling berpengaruh terhadap prevalensi TB adalah jumlah prevalensi
Diabetes Mellitus (DM).
Masing-masing klaster menunjukkan permasalahannya sendiri, sehingga
dalam upaya untuk menurunkan prevalensi TB di masyarakat dan dengan
keterbatasan sumber daya yang dimiliki pemerintah, perlu ditentukan prioritas
program yang dilakukan untuk mengatasi faktor risiko TB sesuai dengan
permasalahan di tiap-tiap daerah.

ABSTRACT
Tuberculosis, a communicable disease transmitted by Mycobacterium
tuberculosis, has become a global issue. With its high mortality and morbidity,
this disease become a negative stigma in population Indonesia accounts for
nearly one twentieth of the global burden of TB. Although it has a growing DOTS
programme there has not been a discernible reduction in the incidence of TB in
this country.
A cross-sectional ecological study was conducted to determine TB prevalence and
its risk factors between March and June 2013. Data was taken from Basic Health
Research and Demographic Survey from Center of Statistical Bureau 2007, then
clustered with cluster analysis, while to find the most affecting risk factor on TB
data was analyzed with multiple regression analysis.
Result showed the number of optimal cluster was 5, and most city/town in west
and central Indonesian region were within one cluster. Four city/town in Papua
Province were in one cluster with highestTB prevalence, with four average risk
factor higher than other cluster. The determining factor which was the most
affecting onTB prevalence was DM prevalence.
Since each cluster has its specific problems, Indonesian government has to set
priority on program dealing with TB risk factors based on regional problems,
inspite of minimal sources."
Universitas Indonesia, 2013
T35078
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wendri Herman
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang model kejadian penyakit TB paru berbasisi wilayah di Kabupaten Solok, dimana model teoritis kejadian penyakit TB paru yang terbentuk dilakukan pengujian dengan data TB paru yang ada di Kabupaten Solok. Penelitian ini adalah jenis penelitian analitik kuantitatif dengan desain penelitian crossectional. Hasil penelitian setelah dilakukan analisis structural equation modelling pada model menyatakan bahwa model kejadian penyakit TB paru yang paling cocok dengan data adalah model respesifikasi. Penelitian ini menyarankan agar model respesifikasi kejadian penyakit TB paru ini di jadikan sebagai acuan dalam mengambil langkah kebijakan penanggulangan penyakit TB paru di Kabupaten Solok, model kejadian penyakit TB paru ini juga dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan penelitian lebih lanjut, seperti pendekatan analsis spasial untuk melihat sebaran kasus dengan pengembangan model melalui analisis SEM.

ABSTRAK
This thesis discusses a model-based incidence of pulmonary TB disease in Solok region, where the theoretical model of pulmonary TB disease incidence formed testing with pulmonary TB of data that exist in Solok. This research is a kind of quantitative analytical study with cross-sectional research design. The results of the study after the structural equation modeling analysis on the model states that the model of pulmonary TB disease events that best fits the data is the model respesifikasi. This study suggests that the model respesifikasi incidence of pulmonary TB disease is in use as a reference in taking steps pulmonary TB disease prevention policy in Solok, pulmonary TB disease incidence models can also be used as a basis for the development of further research, such as the analysis of spatial approaches to see distribution of cases with the development of the model through SEM analysis."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42474
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Senewe, Felly Philipus
"Penyakit Tuberkulosis Paru(Tb Paru) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang mana penyakit ini di tahun 1992 menduduki urutan kedua penyebab kematian dan menduduki urutan ketiga di tahun 1995, serta menduduki urutan pertama penyebab kesakitan untuk semua golongan umur. Angka prevalensi secara Nasional yakni 2.4 / 1000 penduduk yang mana angka ini masih cukup tinggi. Di Kotif Depok Jawa Barat angka prevalensi tahun 1996 ialah 0.17%, dengan angka kematian 1.07%. Sampai saat ini belum ada penelitian mengenai keteraturan berobat penderita Tb Paru di wilayah Kotif Depok Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan pada 11 Puskesmas dalam wilayah Kotif Depok Jawa Barat yang dimulai pada bulan Mei sampai dengan Agustus 1997.
Penelitian ini menggunakan metode disain Cross Sectional dengan jumlah sampel sebanyak 215 orang dengan pengambilan sampel secara simple random sampling.
Hasil yang diperoleh yaitu dari 215 responden terdapat 33% yang tidak teratur berobat. Jenis kelamin perempuan 57.2% dan laki-laki 42.8%. Umur rata-rata 36.9 tahun, pendidikan terbanyak Tamat SLTP(28.8%), pekerjaan terbanyak ibu rumah tangga(34.9%), status dalam keluarga yaitu isteri(34.4%), dan tingkat pengetahuan berhubungan dengan keteraturan berobat(nilai p=0,0232). Pada analisis multivariat ada tiga variabel yang berhubungan dengan keteraturan berobat yaitu penyuluhan kesehatan nilai OR=4,35, 95% CI (3,72 ; 4,97) dan nilai p=0,0000, ketersediaan sarana transportasi nilai OR= 3,44, 95% CI (2,39 ; 4,48) dan nilai p=0,0200, dan pekerjaan nilai OR 1,95, 95% CI (1,30 ; 2,61) dengan nilai p=0,0439.
Kesimpulan yang dapat ditarik yaitu faktor penyuluhan kesehatan, ketersediaan sarana transportasi dan pekerjaan yang secara bersama-sama mempunyai hubungan yang bermakna(p<0.05) dengan keteraturan berobat penderita Tb Paru di Puskesmas se Kotif Depok Jawa Barat tahun 1997. Selanjutnya yang dapat disarankan ialah faktor penyuluhan kesehatan dari petugas kesehatan sangat panting untuk keberhasilan pengobatan, juga perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai keteraturan berobat dengan suatu alat ukur/instrumen yang baik.

Lung tuberculosis is still being a public health problem which was the second cause of mortality in 1992 and was the third cause of mortality in 1995. It is also the first cause of morbidity for all age groups. The national prevalence is 2.411000 people which is quite high. In 1996, Kotif Depok West Java has a prevalence of 0.17% with mortality rate 1.07%. Up to now there is not any scientific publication concerning the regularity of taking medicine among the lung tuberculosis patients in the areas of Kotif Depok West Java. This research was done at 11 public health centers in the whole areas of Kotif Depok West Java since May until August 1997.
Cross Sectional design was used in this study with 215 patients as the sample which was taken by simple random sampling method. Among 215 patients there is 33% of respondent that didn't take the medicine regularity. About 57.2% is female and 42.8% is male. The average age is 36.9 years old. The biggest proportion regarding education level is junior high school(28.8%). We found in the study that about 34.9% of respondent are housewife. The biggest proportion regarding status in the family is the wife(34.4%), and the level of knowledge which have relation with the regularity of taking medicine(p value = 0.0232). In multivariate analysis there are three variables which have relation with the regularity of taking medicine, i.e. health promotion [OR = 4.35, 95% CI(3.72 ; 4.97) and p value = 0.00001, the availability of transportation [OR = 3.44, 95% C1(2.39 ; 4.48) and p value = 0.0200], and occupation [OR = 1.95, 95% CI(1.30 ; 2.61) and p value = 0.0439].
The conclusion of this research is that the factors of health promotion, availability of transportation and occupation together have significant associations (p<0.05) with the regularity of taking medicine among the lung tuberculosis patients at public health centers in Kotif Depok West Java in 1997. We suggests that health promotion conducted by the health officer is the most important tool for supporting the success of the treatment. It is also necessary to do an advanced research concerning the regularity of taking medicine using a better indicator or instrument. (Kotif is kota administratif = administrative city).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darwel
"TB paru masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia termasuk di Indonesia sebagai salah satu negara dengan prevalensi TB paru yang tinggi. Menurut hasil Riskesdas 2007 prevalensi TB paru di Indonesia sebesar 400/100.000 penduduk sedangkan hasil Riskesdas 2010 sebesar 725/100.000 penduduk begitupun di Sumatera. Selain adanya sumber penular, kejadian TB paru juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan rumah (ventilasi, pencahayaan, lantai serta kepadatan hunian rumah). Rendahnya persentase rumah sehat diduga ikut memperbesar penularan TB paru di Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hubungan kondisi lingkungan fisik rumah dengan kejadian TB paru di Sumatera berbeda berdasarkan faktor umur, jenis kelamin dan daerah tempat tinggal. Penelitian ini menggunakan disain studi potong lintang dengan sampel penelitian penduduk yang berumur diatas 15 tahun di Sumatera yang berjumlah 38.419 responden. Penderita TB paru didapatkan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan melalui pemeriksaan dahak atau rongten paru.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa faktor lingkungan fisik rumah yang berisiko terhadap kejadian TB paru di Sumatera adalah ventilasi rumah PR 1,314 (90% CI:1,034-1,670), pencahayaan PR 1,564 (90% CI:1,223-2,000) dan kepadatan hunian PR 1,029 (90% CI:0,798-1,327). Dari model akhir didapatkan bahwa hubungan lingkungan fisik rumah dengan kejadian TB paru di Sumatera berbeda signifikan berdasarkan faktor umur dan jenis kelamin.

Pulmonary tuberculosis is still a major health problem in the world, including in Indonesia as a country with a high prevalence of pulmonary tuberculosis. According to the basic medical research in 2007 obtained prevalence of pulmonary tuberculosis in Indonesia for 400/100.000 population while the results in 2010 for 725/100.000 population as did the population in Sumatera. In addition to the transmitting source, the occurence of pulmonary tuberculosis is also influenced by house environmental factors (ventilation, lighting, flooring and density of residential houses). The low percentage of healthy homes contribute to the transmission of suspected pulmonary tuberculosis in Indonesia.
The purpose of this study was to determine whether the association of physical environmental conditions of the house with the occurence of pulmonary tuberculosis different by factors age, sex and area of residence in Sumatera. This study uses a cross-sectional study design with a sample of the study population over the age of 15 years in Sumatera, which amounted to 38,419 respondents. Patients with pulmonary tuberculosis diagnosis obtained by health professionals through the examination of sputum or lung rongten.
From the research found that the factor of the physical environment the home is at risk on the occurence of pulmonary tuberculosis in Sumatera is ventilated house PR 1.314 (90% CI :1.034,1.670), lighting PR 1.564 (90% CI :1.223,2.000) and the density of residential PR 1.029 (90% CI :0.798,1.327). From the final model was found that the relationship of the physical environment house with pulmonary tuberculosis occurence in Sumatera different significantly by age and gender.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2012
T30431
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Silviana
"Latar belakang: Penyakit TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Lebih dari 90% kasus TB Paru ditemukan di negara berkembang. Di Indonesia penyakit TB Paru masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat. Di Kabupaten Muaro Jambi jumlah penderita TB Paru pada tahun 2003 adalah 61.84 per 100.000 meningkat menjadi 106.16 per 100.000 penduduk pada tahun 2004. Peranan faktor lingkungan fisik dalam rumah menentukan penyebaran penyakit TB Paru, sehingga dalam penanggulangan TB Paru yang komprehensif harus melibatkan faktor lingkungan fisik dalam rumah. Pada tahun 2004, cakupan rumah sehat di Kabupaten Muaro Jambi hanya 36.9%, hal ini di duga memperbesar timbulnya penularan TB Paru.
Tujuan: Penelitian ini untuk melihat hubungan lingkungan fisik dalam rumah dengan kejadian TB Paru BTA (+) di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2005.
Metode: Desain studi kasus kontrol dengan 95 kasus yang diambil dari penderita TB Paru BTA (+) dari 18 Puskesmas di wilayah Kabupaten Muaro Jambi dan 95 kontrol yang diambil dari tetangga kasus dengan BTA (-).
Hasil: Analisis multivariat lingkungan fisik dalam rumah yang berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA (+) adalah: kelembaban rumah <40% atau >70% (OR:4,87;95%CI:1,58-15,04),ventilasi kamar <10% (OR:3,83 ; 95%C1:1,23-11,93), pencahayaan rumah <60 Iuks (OR;2,47;95%CI:0,55-11,16), ventilasi dapur <10% (OR:2,21;95% CI:0,8-6,13), ventilasi rumah <10% (OR:2,2;95% CI:0,63-7,81), dan pencahayaan kamar <60 Iuks (OR:1,61;95% CI:0,37-7).
Saran: Kerjasama lintas sektaral dalam penataan desain dan konstruksi rumah sehat bila ada penataan ulang serta penyuluhan mengenai rumah sehat.

Background: Pulmonary TB, is an infective-contagious disease caused by Mycobacterium Tuberculosis. More than 90% of global pulmonary TB cases occur in the developing countries. TB remains an important public health problem in Indonesia. The occurrence of pulmonary TB in Muaro Jambi District in the year of 2003 is 61,84 per 100.000 population and increased to 106,16 per 100.000 population in 2004. Physical Environment condition of the house is one factor that playing important role in Pulmonary TB spreading, especially the coverage of healthy housing in Muaro Jambi District only 36,9% in 2004.
Objectives: to investigate the relation between physical environment of the house with occurrence of pulmonary TB in Muaro Jambi District.
Methods: This case-control study design used 95 cases and 95 controls. Those respondents had been taken from 18 Primary Health Centers in Muaro Jambi District.
Results: Based on multivariate analysis housing conditions that influenced the risk of pulmonary TB are : the level of humidity of the house less than 40% or more than 70% (OR:4,87;95%Cl: 1,58-15,04), bedroom ventilation less than 10% (OR;3,83;95% CI:1,23-11,93), house with low level of light exposure / less than 60 luks (OR:2,47;95%CI:0,55-11,16), kitchen ventilation less than 10% (OR:2,21;95%CI:0,8-6,13), house ventilation less than 10% (OR:2,2;95%C1:0,63-7,81), and bedroom with low level of light exposure/less than 60 luks (OR:1,61;95% CI: 0,37-7).
Suggestion: TB control program in Muaro Jambi District should coordinates with other departments to improve housing designs and give health promotion activities about healthy house.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19113
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sara Fadila
"Tuberkulosis (TB) Paru merupakan salah satu penyakit penyebab utama kesakitan dan kematian di seluruh dunia. Pada tahun 2020 penyakit TB menempati peringkat kedua penyebab utama kematian akibat infeksi agen tunggal. Infeksi TB pada anak masih menjadi salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas sehingga dibutuhkan tindakan preventif dan promotif yang tepat untuk menurunkan angka insiden TB salah satunya dengan mengevaluasi faktor-faktor risiko kejadian TB paru pada anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian TB paru pada anak di Kota Bekasi tahun 2022. Penelitian ini menggunakan studi kasus-kontrol dengan sampel 135 kasus dan 135 kontrol yang diambil berdasarkan data SITB Kota Bekasi. Variabel yang diteliti antara lain usia, jenis kelamin, status gizi, status vaksinasi BCG, riwayat kontak serumah dengan penderita TB, tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, kepadatan hunian, ventilasi rumah, dan sumber pencahayaan. Hasil penelitian berdasarkan analisis multivariat menunjukkan faktor risiko usia 0 - ≤5 tahun (OR 2,27; 95% CI: 1,22-4,22), status vaksinasi BCG negatif (OR 7,96; 95% CI: 2,02-31,40), status gizi kurang (OR 13,24; 95% CI: 5,44-32,22), riwayat kontak TB serumah lebih dari 4 minggu (OR 4,52; 95% CI: 2,41-8,48), dan pencahayaan rumah tidak memenuhi syarat (OR 2,39; 95% CI: 1,17-4,84) memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian TB paru pada anak di Kota Bekasi tahun 2022.

Tuberculosis (TB) is one of the main causes of morbidity and mortality in worldwide. In 2020 TB disease is the second leading cause of death due to single agent infection. TB infection in children is still one of the causes of mortality and morbidity, so appropriate preventive and promotive measures are needed to reduce the incidence of TB, one of which is by evaluating the risk factors for pulmonary TB in children. The purpose of this study was to determine the risk factors associated with the incidence of pulmonary TB in children in Bekasi City in 2022. This study used a case-control study with a sample of 135 cases and 135 controls taken based on SITB from Bekasi City. The variables studied included age, gender, nutritional status, BCG immunization status, history of household contact with TB, parents' education level, parents' occupation, occupancy density, house ventilation, and lighting sources. The results of the study based on multivariate analysis showed that the risk factors were age 0 - ≤5 years (OR 2,27; 95% CI: 1,22-4,22), negative BCG immunization status (OR 7,96; 95% CI: 2,02-31,40), malnutrition status (OR 13,24; 95% CI: 5,44-32,22), history of contact with TB in the household for more than 4 weeks (OR 4,52; 95% CI: 2,41-8,48), and house lighting not requirements (OR 2,39; 95% CI: 1,17-4,84) has a significant relationship with the incidence of pulmonary TB in children in Bekasi City in 2022."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wenny Wiharsini
"Proposi kasus TB anak mencapai 10.45% (Kemkes, 2011). Presentase kunjungan untuk kasus TB pada balita meningkat dari tahun 2009 sebesar 28,9% menjadi 34% pada tahun 2010 dari semua kunjungan kasus TB.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor kontak, karakteristik balita dan orang tua dengan kejadian TB paru pada balita di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso pada tahun 2012.
Desain studi kasus kontrol, kasus adalah pasien usia 6-59 bulan yang berkunjung ke RSPI Prof. Dr. Sulianti Sarorso dan telah didiagnosa menderita TB paru. Kontrol adalah balita yang datang berobat dan tidak didiagnosa menderita TB paru.
Faktor risiko antara lain, kontak penderita, karakteristik balita: jenis kelamin, status gizi, riwayat berat badan lahir, pemberian ASI eksklusif, status imunisasi BCG, usia saat imunisasi BCG, dan karakteristik orang tua: pendidikan dan pekerjaan ibu, penghasilan orang tua, pengetahuan, faktor kebiasaan merokok antara lain: keberadaan perokok dan tempat merokok.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa 4 variabel faktor risiko yaitu, kontak penderita OR = 3,23 (95% CI: 1,29-8,10), status gizi OR= 2,38 (95% CI: 1,13-5,01), status imunisasi (keberadaan scar) OR=5,57 (95% CI: 2,48-12,54) dan pekerjaan ibu OR=0,279 (95% CI: 0,10-0,78) menunjukkan adanya hubungan bermakna, sedangkan variabel lainnya seperti jenis kelamin, status gizi, riwayat berat badan lahir, pemberian ASI eksklusif, status imunisasi BCG, usia saat imunisasi BCG, pekerjaan dan pendidikan ibu, penghasilan orang tua, pengetahuan, faktor kebiasaan merokok: keberadaan perokok dan tempat merokok menunjukkan hubungan yang tidak bermakna.
Dari hasil penelitian ini maka disarankan perlu adanya penyuluhan mengenai penyakit TB seperti cara penularannya dan bagaimana sebaiknya orang tua mencegah agar anaknya tidak tertular TB paru.

Proportion of TB cases child reaches 10.45% (MOH, 2011). The percentage of visits to cases of TB in infants increased from 28.9% in 2009 to 34% in 2010 of all visits TB.Penelitian cases aims to determine the relationship of contact factors, the characteristics of toddlers and parents with the incidence of pulmonary tuberculosis in infants RSPI Prof Dr Sulianti Saroso in 2012.
Design case-control study, cases were patients aged 6-59 months who visited RSPI Prof. Dr. Sulianti Sarorso and had been diagnosed with pulmonary tuberculosis. Controls were children who came for treatment and was diagnosed with pulmonary tuberculosis.
Among other risk factors, patient contacts, toddler characteristics: gender, nutritional status, history of birth weight, exclusive breastfeeding, BCG immunization status, age at BCG, and parental characteristics: mother's education and occupation, parental income, knowledge factors, smoking habits, among others: the presence of smokers and smoking areas.
The results of the bivariate analysis showed that four variables are risk factors, patient contact OR = 3.23 (95% CI: 1.29 to 8.10), the nutritional status OR = 2.38 (95% CI: 1.13 to 5, 01), immunization status (presence of scar) OR = 5.57 (95% CI: 2.48 to 12.54) and maternal employment OR = 0.279 (95% CI: 0.10 to 0.78) showed a significant correlation , while other variables such as gender, nutritional status, history of birth weight, exclusive breastfeeding, BCG immunization status, age at BCG, occupation and maternal education, parental income, knowledge, habit factors: the presence of smokers and the smoke show relationships were not significant.
From these results it is recommended that there is need for education about TB disease such as the mode of transmission and how parents should prevent their children not infected with pulmonary TB.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45646
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>