Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162615 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oman Zuas
"Sejumlah fotokatalis oksida logam, meliputi xCu2O-yTiO2, xZnO-yTiO2 dan xCu2O-yZnO-zTiO2 telah berhasil di sintesis menggunakan metoda ko-presipitasi, dan digunakan untuk mereduksi CO2 dalam larutan berair. Variasi kandungan Cu2O dan ZnO dalam fotokatis berkisar dari 0,0 sampai 2,0 %-berat. Hasil karakterisasi menggunakan XRD dan TEM memperlihatkan bahwa fotokatalis hasil sintesis memiliki fase anatase, dengan tingkat kristalinitas yang bagus, dan mempunyai ukuran partikel berkisar antara 10 sampai 20 nm. Keberadaan Cu2O dan ZnO dalam sistem fokatalis tidak hanya mengakibatkan terjadinya penurunan harga energi band gap tapi juga meningkatkan luas permukaan spesifik dari fotokatalis. Dari data hasil pengukuran XPS menunjukkan bahwa unsur-unsur Ti, Cu, dan Zn dalam fotokatalis masing-masing berada sebagai Ti(IV), Cu(I), and Zn(II). Hasil evaluasi terhadap kinerja fotokatalis dalam mereduksi CO2 menunjukkan bahwa fotokatalis merupakan bahan yang aktif, dibuktikan dengan terbentuknya beberapa senyawa (yaitu: CO, CH4, C2H4 and CH3OH) sebagai produk hasil reduksi. Pada tingkat penambahan yang sesuai, keberadaan Cu2O dan ZnO mampu meningkatkan kinerja fotokatalis. Dari seluruh fotokatalis yang disintesis, fotokatalis 1.0Cu2O-99.0TiO2, 0.5ZnO-99.5TiO2, and 1.0Cu2O- 0.5ZnO-98.5TiO2 mempunyai aktifitas fotokatalitik tertinggi. Data fotoluminesen memverifikasi bahwa peningkatan kinerja fotokatalis-fotokatalis tersebut kemungkinan disebabkan karena Cu2O dan ZnO mampu bertindak sebagai perangkap elektron dan sebagai pemisah muatan sehingga menghambat kecepatan terjadinya penggabungan kembali electrons dan holes. Sedangkan ukuran partikel, energi band gap, dan luas permukaan spesifik dari fotokatalis bukan merupakan faktor penentu terjadinya peningkatan kinerja dari fotokatalis. Data efisiensi quantum menunjukkan bahwa fotokatalis ber-dopant ganda (1.0Cu2O-0.5ZnO- 98.5TiO2) lebih reaktif dan efektif dibandingkan dengan fotokatalis berdopant tunggal (1.0Cu2O-99.0TiO2 atau 0.5ZnO-99.5TiO2) dalam mereduksi CO2. Evaluasi terhadap kinetika reaksi memperlihatkan bahwa proses reduksi mengikuti model pseudo-first order, dan data yang diperoleh secara teori dan eksperimen menunjukkan adanya hubungan yang baik. Adapun studi tentang penggunaaan fotokatalis secara berulang memperlihatkan bahwa fotokatalis cenderung mengalami penurunan aktifitas, yang kemungkinan disebabkan oleh terjadinya perubahan morfologi permukaan dan muatan bilangan oksidasi dari unsur pembentuk fotokatalis.

Some series of mixed oxide photo-catalysts including xCu2O-yTiO2, xZnO-yTiO2 and xCu2O-yZnO-zTiO2 have been successfully synthesized, using coprecipitation method, and applied for CO2 photocatalytic reduction in pressurized aqueous solution. The amounts of either Cu2O or ZnO in the oxide mixture were varied ranging from 0.0 to 2.0 wt%. The XRD and TEM results confirmed that all photocatalysts were found predominantly in anatase phase having good crystalline nature with particle size ranging from 10 to 20 nm. The presence of Cu2O and ZnO has not only exerted a great influence on the properties of the photocatalysts along with decrease the band gap energy, but also increase the specific surface area. The XPS results indicated that chemical states of the Ti, Cu, and Zn element in the photocatalysts system were found as Ti(IV), Cu(I), and Zn(II), respectively. Evaluation of the photocatalysts performance showed that the photocatalysts were active for CO2 reduction and some compounds (i.e., CO, CH4, C2H4 and CH3OH) were detected as the CO2 photocatalytic reduction products. The presence of either Cu2O or ZnO in suitable amount results in increasing the performance of the photocatalysts. The 1.0Cu2O-99.0TiO2, 0.5ZnO-99.5TiO2, and 1.0Cu2O- 0.5ZnO-98.5TiO2 photocatalyst were observed to have the highest photocatalytic activity among their series. Photoluminescence data verified the activity enhancement of photocatalyst due to the acting ability of Cu2O and ZnO as electron trapper and charge carrier separator, inhibiting the recombination rate of electron-hole pairs. The particle size, band gap energy, and surface area were not found as the major factor related to such activity enhancement. Quantum efficiency data indicated that 1.0Cu2O-0.5ZnO-98.5TiO2 was the most active for the photocatalytic reduction of CO2 than both 1.0Cu2O-99.0TiO2 and 0.5ZnO- 99.5TiO2. Reaction kinetic evaluation indicated that the CO2 photocatalytic reduction follows a pseudo-first order model, giving a good fit between theoretical and experimental data. Reusability testing of photocatalyst indicated that the photocatalyst has a tendency to deactivate. The morphology change and chemical state of the element species can be considered as the reasons for declining the activity of the photocatalyst.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
D1945
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arnetta Revieri
"Gas rumah kaca, yang didominasi oleh gas CO2 dan CH4, telah menjadi fokus intensif dalam upaya global untuk mengatasi perubahan iklim yang cepat. Solusi seperti penggunaan sumber energi terbarukan, pengelolaan limbah yang efisien, dan pengembangan teknologi ramah lingkungan, termasuk metode seperti dry reforming of methane (DRM), menjadi fokus utama dalam upaya global untuk mengurangi emisi CO2 dan CH4. Cadangan gas alam Natuna, yang mengandung 70% CO2 dan 30% CH4, memberikan peluang yang menjanjikan untuk memproduksi gas sintetis (syngas) melalui proses DRM. DRM adalah proses katalitik yang mengubah CH4 dan CO2 menjadi campuran gas sintesis hidrogen (H2) dan karbon monoksida (CO). Proses DRM bersifat katalitik dan memerlukan penggunaan katalis untuk memfasilitasi reaksi. Katalis yang digunakan biasanya adalah katalis berbasis nikel karena katalis ini telah terbukti memiliki kinerja yang tinggi pada proses DRM. Dalam penelitian ini, penentuan parameter kinetika pada reaktor unggun diam ditetapkan sebagai landasan untuk mengembangkan kondisi operasi proses DRM. Pemodelan pada penelitian ini mengikuti mekanisme Langmuir-Hinshelwood dengan reaksi permukaan sebagai Tahap Penentu Laju (TPL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa data simulasi dengan literatur memiliki nilai error di bawah 5% yang menunjukkan bahwa parameter kinetika yang digunakan dalam simulasi valid untuk pemodelan reaktor. Pemodelan kemudian dilakukan dengan menggunakan model ideal 1D homogen semu. Berdasarkan hasil simulasi, komposisi umpan CO2:CH4 = 70:30 akan menghasilkan konversi CH4 yang lebih tinggi dibandingkan dengan komposisi CO2:CH4 = 50:50. Namun, di saat yang sama, konversi CO2 dan rasio H2/CO yang dihasilkan akan lebih rendah. Pada komposisi umpan CO2:CH4 = 50:50 pada 700°C, dihasilkan konversi CH4, konversi CO2, dan rasio H2/CO masing-masing sebesar 79,01%, 85,99%, dan 0,915. Sedangkan pada komposisi umpan CO2:CH4 = 70:30 pada suhu yang sama, dihasilkan konversi CH4, konversi CO2, dan rasio H2/CO masing-masing sebesar 97,10%, 57,40%, dan 0,68. Simulasi proses DRM dengan rasio CO2:CH4 = 70:30 juga dilakukan menggunakan model 1D homogen semu dengan pencampuran aksial. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pada penelitian ini, faktor difusi tidak mempengaruhi konversi reaktan dan rasio produk, tetapi hanya meningkatkan kebutuhan volume reaktor.

Greenhouse gases, dominated by CO2 and CH4 gases, have become an intensive focus in the global effort to address rapid climate change. Solutions such as the use of renewable energy sources, efficient waste management, and the development of environmentally friendly technologies, including methods like dry reforming of methane (DRM), are key in the global effort to reduce CO2 and CH4 emissions. The Natuna natural gas reserve, containing 70% CO2 and 30% CH4, offers a promising opportunity to produce synthetic gas (syngas) through the DRM process. DRM is a catalytic process that converts CH4 and CO2 into a mixture of synthesis gas, hydrogen (H2), and carbon monoxide (CO). The DRM process is catalytic and requires the use of a catalyst to facilitate the reaction. Nickel-based catalysts are commonly used due to their proven high performance in the DRM process. In this study, the determination of kinetic parameters in a fixed bed reactor was established as the foundation for developing operating conditions for the DRM process. The modeling in this research followed the Langmuir-Hinshelwood mechanism with the surface reaction as the rate-determining step (RDS). The results showed that the simulation data had an error value below 5%, indicating that the kinetic parameters used in the simulation are valid for reactor modeling. Modeling was then conducted using a basic 1D pseudohomogeneous model. Based on the simulation results, a feed composition of CO2:CH4 = 70:30 will result in higher CH4 conversion compared to a composition of CO2:CH4 = 50:50. However, at the same time, the CO2 conversion and the H2/CO ratio produced will be lower. With a feed composition of CO2:CH4 = 50:50 at 700°C, CH4 conversion, CO2 conversion, and the H2/CO ratio were 79.01%, 85.99%, and 0.915, respectively. Meanwhile, with a feed composition of CO2:CH4 = 70:30 at the same temperature, CH4 conversion, CO2 conversion, and the H2/CO ratio were 97.10%, 57.40%, and 0.68, respectively. Simulation of the DRM process with CO2:CH4 = 70:30 was also carried out using a 1D pseudohomogeneous model with axial mixing. The simulation results show that in this study, the diffusion factor does not affect reactant conversion and product ratio, but only increases the required reactor volume."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mursal
"Oksida logam tertentu seperti CeO2 temyata dapat menjadi oksidan dalam reaksi parsial oksidasi CH4 menjadi gas sintesis dengan rasio H2/CO yang tinggi. CeO2 yang telah tereduksi oleh CH4 selanjutnya digunakan untuk mereduksi CO; menjadi CO. Siklus seperti ini secara potensial dapat diterapkan untuk memproduksi gas sintesis sekaligus mengubah gas CO2 yang mempunyai kontribusi terhadap pemanasan global menjadi gas yang berguna dalam industri proses. Pembuatan oksida logam CeO2 dari Ce(SO.;);-41-120 (Merck) dilakukan dengan menggunakan rnetode presipitasi dan dikarakterisasi dengan metode adsorpsi isotermal dan spektroskopi inframerah. Butiran Ce02 yang diperoleh bemarna kuning tipis yang memiliki luas pennukaan sebesar 4,171 m2/g.
Oksidasi CH4 dan reduksi CO2 dilangsungkan di dalam reaktor quartz jenis unggun tetap (fixed bed). Sebelum digunakan, CeO; (0,3 g) terlebih dahulu dioksidasi oleh O2 selama 1 jam pada 700°C. Reaksi oksidasi CI-L; dilangsungkan pada temperatur 650-750°C dan laju umpan 40-80 ml/men, sementara reduksi CO2 dilakukan pada 500°C dan laju umpan 80 ml/men. Real-:si oksidasi H2 dan metode perlakuan termal diguuakan sebagai pembanding kemampuan CH4 dalam mereduksi oksigen dari CeO2.
Hasil penelitian menunjukkan oksidasi CH4 dapat terjadi pada temperatur di atas 600°C. Secara Umum, laju pembentukan produk meningkat dengan kenaikan temperatur dan laju umpan. Laju pembentukan tertinggi H2 dan CO masing-masing sebesar 2,54 x 104 dan 1,02 x 104 mol/men diperoleh pada laju umpan CH4 sebesar 80 ml/men dan T = 750°C. Untuk semua kondisi operasi, CO2 dan H20 terbentuk di tahap awal reaksi CeO2 yang telah teleduksi digunakan untuk mereduksi CO2 menjadi CO dengan laju pembentukan CO tertlnggi sebesar 5,2 x 10's moi/men. Kemampuan CH4 mereduksi CeO; jauh lebih bagus daripada metode perlakuan termal. Dibanding keduanya, kinerja H2 dalam mereduksi CeO2 tersebut masih lebih baik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49202
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kuncoro Budy Prayitno
"Aktivasi Ca-bentonit dapat dilakukan dengan cara merendam 5 % Ca-bentonit dalam larutan asam H2S04 10 % kemudian dipanaskan sampai mendidih di atas plat pemanas selama 2 jam dan dikeringkan dalam oven listrik pada temperatur 200 °C selama 1 jam. Ca-bentonit hasil aktivasi tersebut di atas memiliki luas permukaan 103,89 m2/gram dengan kapasitas adsorpsi optimum terhadap gas N2 sebesar 0,48 %, relatif lebih besar dari bentonit yang diaktifkan dengan cara pengeringan pada 200 °C dimana memiliki luas permukaan sebesar 92,50 m2/gram dan kapasitas adsorpsi terhadap gas N2 sebesar 0,21 %. Ca-bentonit aktif (adsorben) dengan kapasitas adsorpsi ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan (padatan) penunjang katalis (catalyst support). basil pengamatan dengan alat spektroskopi infra merah (IR) menunjukkan impregnasi Cu(NO3)2 terhadap Ca-bentonit aktif mampu mengkonversi sampai dengan 8,51 % CO gas buang kendaraan bermotor."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
T5731
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Titi Cahyani
"Peningkatan kadar CO2 dapat menimbulkan berbagai masalah seperti pemanasan global dan masalah ekologi yang memberikan dampak negatif bagi kesehatan manusia. Hal tersebut menarik perhatian para ilmuwan untuk berpartisipasi dalam mengurangi konsentrasi CO2 dengan mengubah CO2 menjadi bahan bakar atau bahan kimia lain yang lebih bermanfaat. Konversi CO2 dengan teknik elektrokimia cukup menjanjikan karena proses elektroreduksi dapat terjadi pada tekanan dan temperatur atmosfer, sehingga ideal untuk implementasi dan integrasi skala besar. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi elektroda busa Cu menggunakan timah (Sn) dengan metode elektrodeposisi untuk aplikasi dalam elektroreduksi CO2. Struktur morfologi busa Cu yang ditutupi oleh lapisan tipis Sn homogen dikonfirmasi menggunakan karakterisasi SEM EDX, FTIR, dan XRD. Karakteristik elektrokimia elektroda dipelajari dengan menggunakan teknik cyclic voltametry (CV) dan linear sweep voltametry (LSV). Selanjutnya dilakukan reduksi elektrokimia CO2 menggunakan sistem flow cell pada kondisi optimum dengan laju alir elektrolit 75 mL/menit dan potensial sebear -0,50 V (vs Ag/AgCl), diperoleh nilai efisiensi Faraday dalam produksi asam format menggunakan elektroda busa Cu sebesar 12,12%, yang meningkat menjadi 65,72% setelah modifikasi busa Cu dengan timah. Elektroda Cu termodifikasi Sn pada sistem flow cell menghasilkan efisiensi Faraday asam format sekitar 2 kali lebih tinggi dari sistem batch yang menghasilkan nilai efisiensi Faraday sebesar 49,86%. Uji keberulangan proses elektroreduksi CO2 pada elektroda Cuf/Sn pada kondisi optimum menghasilkan nilai %RSD sebesar 33,70%.

Increasing levels of CO2 can cause various problems such as global warming and ecological problems that give a negative impact on human health. This issue has attracted the attention of scientists to try to reduce the concentration of CO2 by converting CO2 to fuels or other more useful chemicals. The conversion of CO2 by electrochemical technique is promising because electroreduction process can occur at atmospheric pressure and temperature, making it ideal for large-scale implementation and integration. In this study, modification of the copper foam electrode with tin (Sn) was carried out with electrodeposition method for an application in CO2 electroreduction.  The morphological structure of Cu foam was covered by a homogeneous thin layer of Sn  confirmed using SEM EDX, FTIR, and XRD characterization. The electrochemical characteristics of the electrodes was examined by using cyclic voltammetry (CV) and linear sweep voltammetry (LSV) technique. Furthermore, electrochemical reduction of CO2 was carried out using a flow cell system. At the optimum condition of CO2 flow rate of 75 mL/min and an applied potential of -0.50 V (vs. Ag/AgCl), the Faradaic efficiency in formic acid production using Cu foam electrode was 12.12%, which  increased to 65.72%  after the modification of Cu foam with tin. The Sn-modified Cu electrode in the flow cell system produced faradaic efficiency of formic acid which was around 2 times higher than the batch system which produced a faradaic efficiency value of 49.86%. The repeatability test of the CO2 electroreduction process at the Cuf/Sn electrode at optimum conditions resulted in the %RSD value of 33.70%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfred Albert
"Campuran Oksida Seng/Titanium Dioksida/Oksida Tembaga (ZnO/TiO2/CuO) dengan lima variasi rasio molar CuO disintesis dengan menggunakan metode sol-gel dan dikarakterisasi menggunakan Energy Dispersive X-Ray (EDX), X-Ray Diffraction (XRD), Field Emission Scanning Electron Microscope (FESEM) dan UV-visible Diffuse Reflectance Spectroscopy (UV- DRS). Aktivitas fotokatalitik diamati menggunakan larutan metilen biru (MB) di bawah pemaparan sinar Ultraviolet (UV) dan cahaya tampak dengan metal oksida ZnO/TiO2 sebagai pembanding. Hasil aktivitas fotokatalitik menunjukkan sampel dengan rasio molar CuO sebesar 0.5 dapat mendegradasi lebih baik di bawah paparan sinar UV dan cahaya tampak. Kondisi optimum aktivitas fotokatalitik didapatkan pada kondisi pH 13, dosis fotokatalis 0.2 g/L dan konsentrasi awal MB 20 mg/L baik di bawah paparan sinar UV maupun cahaya tampak.

Zinc Oxide/Titanium Dioxide/Copper Oxide (ZnO/TiO2/CuO) metal oxide mixture with five various CuO molar ratio were synthesized using sol-gel method and were characterized by Energy Dispersive X-Ray (EDX), X-Ray Diffraction (XRD), Field Emission Scanning Electron Microscope (FESEM) and Ultraviolet- visible Diffuse Reflectance Spectroscopy (UV-DRS). Photocatalytic activities were observed by using methylene blue (MB) solution under Ultraviolet (UV) light and visible light irradiation using photocatalytic activity of ZnO/TiO2 metal oxide mixture as comparison. The result shows sample with 0.5 ratio molar of CuO have higher degradation capability on both UV light and visible light irradiation. Photocatalytic activity optimum condition were obtained at pH 13, 0.2 g/L of photocatalyst and 20 mg/L of MB initial concentration."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farhan
"

Lapisan anodik yang ditumbuhkan pada paduan AA7075 dengan metode hard anodizing tidak seragam karena lambatnya reaksi oksidasi pada presipitat. Dalam penelitian ini, pengaruh penambahan Etilen Glikol (EG) sebagai zat aditif pada elektrolit dalam proses hard anodizing pada logam paduan AA7075 diteliti melalui karakterisasi morfologi, sifat mekanik dan sifat korosi lapisan anodizing yang dihasilkan. Uji korosi metode elektrokimia pada larutan 3% NaCl + 1% HCl. Senyawa EG dipilih karena umum digunakan sebagai zat antibeku pada industri logam dan memiliki sifat inhibitor korosi dalam sistem pendingin. Penambahan EG pada elektrolit meningkatkan laju reaksi oksidasi dari presipitat yang terdapat pada substrat, sehingga menghasilkan struktur lapisan yang lebih seragam di sepanjang antarmuka oksida-logam. Namun konsumsi energi pada reaksi oksidasi presipitat menyebabkan berkurangnya oksidasi pada matrix aluminium sehingga lapisan yang dihasilkan menjadi lebih tipis. Selain itu, pelepasan gas oksigen yang terjadi selama proses oksidasi presipitat terjebak dalam lapisan membentuk pori sehingga kekerasan menurun dari 196,2 HV menjadi 117,8; 115,2; dan 107,7 HV masing-masing dengan penambahan 10, 20, dan 30 % EG. Ketahanan korosi lapisan anodik menjadi 30 mV lebih tinggi, nilai potensial korosi menjadi 10 mV lebih positif, arus korosi menjadi 80 µA/cm2 lebih rendah, dan nilai resistansi polarisasi naik 100 Ω lebih tinggi dengan penambahan 10% EG sedangkan pada konsentrasi EG yang lebih tinggi menurunkan ketahanan korosi lapisan. EG yang optimum untuk menghasilkan lapisan dengan sifat mekanik dan ketahanan korosi yang baik adalah 10%. Lapisan anodik yang mengandung EG sensitif terhadap hydrothermal sealing.

 


The anodic layer grown on AA7075 alloy with the hard-anodizing method is not uniform because of the slow oxidation reaction at precipitate. In this study, the effect of adding Ethylene Glycol (EG) as an additive to electrolytes in the process of hard anodizing on alloy metals AA7075 was examined through morphological characterization, mechanical properties and corrosion properties of the anodizing layer produced. Electrochemical method corrosion test on a 3% NaCl + 1% HCl solution. EG compounds are chosen because they are commonly used as antifreeze substances in the metal industry and have corrosion inhibitor properties in the cooling system. The addition of EG to electrolytes increases the rate of oxidation reactions from the precipitates found on the substrate, resulting in a more uniform layer structure along the metal-oxide interface. However, energy consumption in precipitate oxidation reactions leads to reduced oxidation in the aluminum matrix so that the resulting layer becomes thinner. In addition, the release of oxygen gas that occurs during the oxidation process of the precipitate is trapped in the pore-forming layer so that the hardness decreases from 196.2 HV to 117.8; 115.2; and 107.7 HV each with the addition of 10, 20 and 30% EG. The corrosion resistance of the anodic layer is 30 mV higher, the corrosion potential value is 10 mV more positive, the corrosion current is 80 µA/cm2 lower, and the polarization resistance value rises 100 Ω higher with the addition of 10% EG whereas at the higher EG concentration reduce coating corrosion resistance. The optimum EG for producing layers with good mechanical properties and corrosion resistance is 10%. Anodic layer containing EG is sensitive to hydrothermal sealing

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwineta Achsan Effendy
"Air merupakan salah satu sumber daya terpenting yang dipakai dalam kehidupan sehari - hari. Namun, globalisasi memberi pengaruh yang sangat berarti terhadap kondisi air yang memungkinkan untuk terkontaminasi zat - zat berbahaya, salah satunya adalah Phenol. Dalam skripsi ini, metode proses oksidasi lanjutan digunakan untuk melenyapkan Phenol sebagai air limbah. Phenol akan dimusnahkan oleh zat radikal yang berasal dari zat pengoksidasi yang diaktifkan melalui sebuah katalis heterogen organik yang merupakan zat sintesis Graphene, yaitu Graphene Oksida tereduksi yang diperkuat Nitrogen (N - rGO). N - rGO disintesis menggunakan metode Hummer - Offeman yang termodifikasi dan dipijar dengan suhu 600 , 700 , and 800 . Dalam hal ini, didapatkan bahwa N - rGO 700 memiliki kemampuan memuaskan dalam mengaktifkan radikal Sulfat dari Peroxymonosulphate (PMS) sebagai zat pengoksidasi. N - rGO 700 dapat melenyapkan kadar Phenol sebesar 100% dalam waktu 5 menit. Namun, kemampuan adsorpsi N - rGO 700 hanya melenyapkan 5% Phenol dengan konsentrasi sebesar 20 ppm. Tes stabilitas menunjukkan bahwa kinerja N - rGO 700 menjadi sangat memburuk setelah pemakaian pertama. Dalam perhitungan kinetik, didapatkan bahwa proses reaksi pelenyapan Phenol selaras dengan reaksi orde pertama. N - rGO 700 memiliki kinerja terbaik dibandingkan dengan zat turunan Graphene lainnya, yaitu Graphene Oksida tereduksi (r - GO) 700 , dan Graphene Oksida (GO).

Water is one of the most essential resources for human that is used for everyday life. However, the globalization makes significant impact on the water conditions that might contaminate water with hazardous compounds such as Phenol. In this thesis advanced oxidation process method was used to remove the Phenol as wastewater. In this term, the Phenol would be removed by using an organic heterogeneous catalyst that is the synthetic of Graphene, which is a Nitrogen doped - reduced Graphene Oxide (N - rGO). N - rGO was annealed under different temperatures which were 600 , 700 , and 800 . It was found that N - rGO 700 had an intriguing ability in activating Sulfate radicals of Peroxymonosulphate (PMS) as oxidizing agent. The N - rGO 700 could remove 100% 20 ppm Phenol content in 5 minute. Yet, the adsorption ability of N - rGO 700 could reach 5% Phenol removal with 20 ppm concentration. It was revealed that the N - rGO 700 was not reusable. The kinetic studies discovered that the phenol removal reaction fit with the first pseudo order reaction. The N - rGO 700 also stood as the best than the other derived Graphene materials which were reduced Graphene Oxide (r - GO) 700 and Graphene Oxide (GO).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Titanium silicalite (TS-1) is known as an active material catalyst in the epoxidationreaction. In this study tungsten oxides (WO) with various loading amount have been supported on the TS-1 to increase of the catalytic activity of the TS - material...."
IPTEKAB
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mujiati
"Karbondioksida dan metana merupakan dua gas yang sangat mempengaruh proses pemanasan global akibat efek rumah kaca. Salah satu usaha untuk menguranginya adalah dengan mereformasikan CO2 dengan CH4 agar diperoleh gas sintesis (CO+H2) yang berguna untuk keperluan industri.
Reaksi reformasi CO;/CH., ini banyak menggunakan bermacam katalis untuk mempercepat reaksi di antaranya katalis Ni/A1203 yang secara komersil banyak dipakai untuk reaksi reformasi kukus. Tetapi kendala yang muncul adalah timbulnya deposit karbon yang mengakibatkan katalis terdeaktivasi. Untuk mengatasinya yaitu dengan menambahkan oksida logam basa (Na20, K;O, MgO atau CaO) pada saat preparasi katalis Ni/ A1201.
Katalis 10 wt% Ni/Al203 dengan variasi penambahan 1-10% CaO dibuat dengan metode impregnasi basah dan dikarakterisasi luas pennukaannya dengan metode BET. Ternyata luas permukaan katalis berkurang dengan penarnbahan 1-5% Ca0 lalu mengalami kejenuhan sehingga luas permukaan bertambah pada % CaO yang lebih besar.
Katalis dengan tambahan CaO relatif lebih stabil daripada katalis tanpa CaO karena menurumlya kemungkinan terjadi deposit karbon_ Tetapi kemampuan CaO mengurangi deposit karbon ini (dengan cara menurunkan kemampuan chemisolpsi pusat aktif Ni terhadap CO) ada batasnya, yaitu pada 3% CaO_ Karena penambahan selanjutnya memungkinkan reaksi terarah ke pembentukan karbon melalui reaksi reduksi CO. Sehingga reaksi yang terjadi untuk katalis (1-3% CaO) adalah CH4 + CO2 <=> 2CO +2I-I2 CO2 + H2 <=> C0 + H20 Dan reaksi untuk katalis 5-10% CaO adalah CH4+CO2 <=> 2CO +2H2 CO + H2 <=> C + H20"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49186
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>