Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149726 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amelia Putri
"Pendahuluan : Nyeri punggung merupakan masalah kesehatan yang sering dikeluhkan di seluruh dunia dengan prevalensi sekitar 12% – 35%. Sekitar 10% berkembang menyebabkan ketidakmampuan kronik akibat nyeri punggung. Berbagai penelitian telah dilakukan selama ini menggunakan pemeriksaan standar baku emas yaitu MRI lumbosakral dalam mendiagnosis HNP, namun modalitas ini mahal dan tidak terdistribusi merata di Indonesia sehingga perlu dicari modalitas pencitraan lain yang lebih murah dan terdistribusi merata sebagai modalitas screening.
Tujuan : Menghitung tingkat akurasi, sensitivitas, dan spesifisitas radiografi lumbosakral proyeksi lateral tegak, lateral fleksi, lateral ekstensi, dan penggabungan seluruh proyeksi dibandingkan modalitas baku emas MRI lumbosakral dalam mendiagnosis tanda-tanda sekunder HNP sebagai modalitas screening.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian uji diagnostik cross sectional dengan menggunakan data-data pasien yang mengalami gejala HNP di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Hasil : Tingkat akurasi, sensitivitas, dan spesifisitas radiografi lumbosakral dalam mendiagnosis tanda-tanda sekunder HNP pada proyeksi lateral posisi tegak 87,3%, 100%, 66,6%, pada proyeksi lateral fleksi 91%, 100%, 76,2%, pada proyeksi lateral ekstensi 92,7% 100%, 80,9% dan penggabungan seluruh proyeksi yaitu sebesar 91%, 100%, 76,2%.
Kesimpulan : Pemeriksaan radiografi lumbosakral dapat digunakan sebagai modalitas screening dalam mendiagnosis tanda-tanda sekunder HNP. Penambahan proyeksi lateral ekstensi selain dari proyeksi lateral tegak yang selama ini umum digunakan meningkatkan tingkat spesifisitas dan akurasi dalam mendiagnosis HNP.

Introduction : Back pain is a common health problem worldwide with prevalence of approximately 12% - 35%. Approximately 10% developing chronic incapacity due cause back pain. Various studies have been conducted to diagnosing HNP using lumbosacral MRI as gold standard examination, but this modality is expensive and not well distributed in Indonesia so we have to find other imaging modality that more inexpensive and well distributed in Indonesia as screening modality.
Objective : To assess the accuracy, sensitivity, and specificity of lumbosacral radiography with erect lateral projection, lateral flexion projection, lateral extension projection, and dynamic lumbar projection compared to MRI as the gold standard examination in patient with herniated nucleus pulposus as a screening modality.
Methods : This study is a diagnostic study by cross sectional design using data from patient with symptoms of herniated nucleus pulposus in Cipto Mangunkusumo National General Hospital Jakarta.
Results : The accuracy, sensitivity, and specificity of lumbosacral radiography in diagnosis patient with secondary sign of herniated nucleus pulposus with lateral erect projection are 87,3%, 100%, 66,6%, with lateral flexion projection are 91%, 100%, 76,2%, with lateral extention projection are 92,7% 100%, 80,9%, and with all projection are 91%, 100%, 76,2%.
Conclusions : Lumbosacral radiographs can be used for screening modality in diagnosis secondary signs of HNP. The addition of a lateral extensions projection apart from the lateral erect upright projection which is commonly used can increasing the level of specificity and accuracy in diagnosing HNP.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59168
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, Muhammad Alvin Shiddieqy
"Low back pain (LBP) seringkali menetap setelah fusi lumbosacral, dan diduga sendi
sakroiliaka merupakan penyebab dari LBP tersebut. Sampai saat ini, belum ada studi
mengenai hubungan antara fusi lumbosakral dan nyeri sendi sakroiliaka di Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeinvestigasi hubungan antara fusi lumbosakral
dan nyeri sendi sakroiliaka. Kami juga menginvestigasi karakteristik dan prevalensi nyeri
sendi sakroiliaka pasca fusi lumbosacaral. Penelitian ini merupakan studi potong lintang
yang dilakukan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Penelitian dilakukan bulan Juni -
September 2019. Subyek adalah semua pasien yang menjalani fusi lumbosakral di
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 2015 hingga 2018. Terdapat 43 subyek
pada penelitian ini. Dua puluh enam (60,5%) subyek adalah perempuan, dengan usia
rerata 57,65 􀁲 9,7 tahun. Pada penelitian ini, didapatkan insidensi per tahun nyeri sendi
sakroiliaka pasca lumbosakral pada tahun 2015, 2016, 2017, 2018, masing-masing adalah
78,6%, 40%, 81,3% dan 87,5%. Median onset nyeri sendi sakroiliaka adalah 8 (4-14)
bulan, dan median skor skala analog visual adalah 4 (2-6). Pada penelitian ini, ditemukan
bahwa jenis kelamin (p = 0,002), indeks massa tubuh (IMT) (p = 0,001), dan level fusi (p
= 0,002) berhubungan signifikan dengan terjadinya nyeri sendi sakroiliaka. Jenis kelamin,
IMT, dan level fusi berhubungan signifikan dengan nyeri sendi sakroiliaka. Insidensi
nyeri sendi sakroiliaka pada pasien yang menjalani fusi lumbosakral di RSUPN Dr. Cipto
Mangukusumo tahun 2015-2018 adalah 76,7%, dengan median onset nyeri 8 (4-14)
bulan.

Low back pain (LBP) often persists after lumbosacral fusion, and sacroiliac joint (SIJ) is
hypothesized to be a source of pain. To date, there are no studies regarding the association
between lumbosacral fusion and SIJ pain in Indonesia. The objective of this study is to
investigate the association between lumbosacral fusion and SIJ pain. We also investigated
the characteristics and prevalence of post-lumbosacral fusion SIJ pain. This was a crosssectional
study. The study was conducted from June to September 2019. Subjects were
patients who underwent lumbosacral fusion at Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta,
Indonesia during the period between January 2015 and December 2018. A total of 43
subjects were recruited for this study. Twenty-six (60.5%) subjects were female, and the
mean age was 57.65 􀁲 9,7years of age. In our study, the annual incidence of postlumbosacral
SIJ pain in 2015, 2016, 2017, 2017 was 78.6%, 40%, 81.3%, and 87.5%,
respectively. The median onset of SIJ pain 8 (4-14) months, and the median visual
analogue scale score was 4 (2-6). Gender, body mass index (BMI), and fusion level were
significantly associated with the development of SIJ pain (p = 0.002, p = 0.001, and p =
0.002, respectively). Gender, BMI, and fusion level were significantly associated with
SIJ pain. The incidence of SIJ pain in patients who underwent lumbosacral fusion at Cipto
Mangukusumo Hospital, Jakarta, Indonesia in 2015 to 2018 was 76.7%, with a median
onset of 8 (4-14) months."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Fithrotunnisa
"Nyeri punggung bawah (NPB) menjadi salah satu reaksi ketidaknyamanan yang sering dirasakan masyarakat, tidak terkecuali pekerja ojek online. NPB dapat disebabkan oleh usia, jenis kelamin, sikap kerja, durasi kerja, dan repetisi. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan antara durasi kerja dan tingkat kejadian NPB pada pekerja ojek online di Kota Depok. Metode penelitian menggunakan desain cross sectional dengan teknik accidental sampling. Penelitian ini melibatkan 111 pekerja ojek online di Kota Depok sebagai sampel. Instrumen yang digunakan adalah Modified Oswestry Disability Index (MODIQ) untuk mengukur risiko kejadian nyeri punggung bawah pekerja ojek online. Hasil penelitian menunjukkan pekerja ojek online mayoritas melakukan pekerjaannya selama >8jam dengan proporsi 95,5%. Hasil penelitian menunjukkan pekerja ojek online mayoritas melakukan pekerjaannya selama >8jam dengan proporsi 95,5%. Hasil uji risiko NPB didapatkan pekerja ojek online di Kota Depok paling banyak berada pada tingkat risiko sedang dengan skor 34 – 66 dengan proporsi 59,5%. Hasil uji Chi Square menunjukkan nilai p= 0,141. Kesimpulan yang didapat adalah tidak adanya hubungan signifikan antara durasi kerja dengan tingkat kejadian nyeri punggung bawah pada pekerja ojek online di Kota Depok. Hasil penelitian ini merekomendasikan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kerja yang berhubungan dengan masalah muskuloskeletal pada pekerja ojek online.

Low back pain (LBP) is one of the reactions of discomfort that is often felt by the community, including online taxi bike drivers. LBP can be caused by age, gender, work pose, duration of work, and repetition. This study was conducted to identify the relationship between work duration and the incidence of LBP among online taxi bike drivers in Depok City. The research method used a cross sectional design with accidental sampling technique. This study involved 111 online taxi bike drivers in Depok City as a sample. The instrument used is the Modified Oswestry Disability Index (MODIQ) to measure the risk of low back pain for online taxi bike drivers. The results of the NPB risk test showed that the most online taxi bike drivers in Depok City were at the moderate risk level with a score of 34-66 with a proportion of 59.5%. The results of the Chi Square correlation test show a p value (significance) = 0.141. The conclusion obtained is that there is no significant relationship between work duration and the incidence of low back pain in online taxi bike drivers in Depok City. The results of this study recommend improving occupational health services related to musculoskeletal problems in online taxi bike drivers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Aprilita Hapsari
"Nyeri punggung bawah adalah salah satu penyakit akibat kerja yang paling umum pada populasi usia kerja. Prevalensi nyeri punggung bawah pada pekerja terus meningkat dari tahun ke tahun namun tidak diimbangi dengan upaya pencegahannya. Kurangnya fokus perhatian pada faktor risiko penyakit ini menjadi penyumbang terjadinya disabilitas jangka pendek dan jangka panjang pada semua kelompok pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan pekerja tentang low back pain dan faktor-faktor yang mempengaruhi low back pain pada staf pengajar Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan terhadap 69 responden melalui teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,6% responden memiliki tingkat pengetahuan rendah, 34,8% responden memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 11,6% responden memiliki tingkat pengetahuan baik. Pengetahuan pekerja tentang nyeri punggung bawah perlu ditingkatkan untuk mengurangi kejadian nyeri punggung bawah. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah mengidentifikasi faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan pekerja tentang nyeri punggung bawah dan mengidentifikasi nyeri punggung bawah melalui tes ergonomi kantor.

Low back pain is one of the most common occupational diseases in the working age population. The prevalence of low back pain in workers continues to increase from year to year but is not matched by efforts to prevent it. Lack of focus of attention on risk factors for this disease contributes to the occurrence of short-term and long-term disabilities in all groups of workers. This study aims to describe the level of knowledge of workers about low back pain and the factors that affect low back pain in the teaching staff of the Faculty of Engineering, University of Indonesia. The research design used was descriptive quantitative with cross sectional approach. This research was conducted on 69 respondents through simple random sampling technique. The results showed that 53.6% of respondents had a low level of knowledge, 34.8% of respondents had a sufficient level of knowledge, and 11.6% of respondents had a good level of knowledge. Workers' knowledge about low back pain needs to be improved to reduce the incidence of low back pain. Suggestions for further research are to identify other factors that can affect the level of knowledge of workers about low back pain and identify low back pain through office ergonomics tests."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Roosdiana Dewi
"LSTV merupakan variasi vertebra yang prevalensinya bervariasi di dunia. Menurut konsep Bertolotti rsquo;s syndrome, LSTV berhubungan dengan nyeri punggung bawah dan sebagian besar nyeri ini disebabkan oleh penyakit degenerasi diskus. Sayangnya, hubungan keduanya masih kontroversial. Pada penelitian ini dilakukan analisis hubungan LSTV dengan penyakit degenerasi diskus lumbosakral berdasarkan gambaran CT scan. Penelitian menggunakan desain potong lintang dengan jumlah sampel 161 pasien. Data sampel diambil dari database sekunder CT scan abdomen di Departemen Radiologi RSUPNCM dengan berbagai indikasi klinis dan dianalisis menggunakan uji statistik chi-square. Hasilnya, sebanyak 25,5 individu yang diidentifikasi memiliki LSTV dan sebanyak 77,0 individu mengalami degenerasi diskus lumbosakral. Meskipun begitu, uji hipotesis menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara LSTV dengan penyakit degenerasi diskus lumbosakral p>0,05.

LSTV is one of vertebra variation which has variation prevalent in the world. Based on Bertolotti rsquo s syndrome concept, LSTV is suggested related to low back pain and most of this pain is come from degeneretaive disc disease. Unfortunately, Bertolotti rsquo s syndrome concept is still debated around the world. This research will analyze the relationship between LSTV and degenerative lumbosacral disc disease based on CT Scan imaging. The research use cross sectional design with 161 samples. The data used were collected from abdominal seconday CT scan database in Radiology Department in RSUPNCM with any clinical indications and analyzed using chi square test. The result shows 25,5 subject has LSTV and 77,0 subject has degenerative lumbosacral disc disease. Although, hypothesis test shows that there is no significant relationship between LSTV and degenerative disc disease p 0,05.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isti Surjandari
"Latar Belakang : Pekerja garmen dapat berisiko mengalami nyeri punggung bawah. Nyeri punggung bawah (NPB) dapat menurunkan produktivitas dan dapat menyebabkan disabilitas jangka panjang. Oleh karena itu deteksi dini sangai penting dalam pengendaiiannya. Model prediksi risiko kejadian NPB akibat kerja yang dikembangkan oleh Effendi merupakan instrumen untuk skrining risiko nyeri punggung bawah. Penelitian ini bertujuan mengetahui risiko nyeri punggung bawah dengan menggunakan model prediksi risiko kejadian NPB dan faktor yang berperan meningkatkan risiko ini. Metode : Penelitian ini menggunakan desain potong linlang dengan jumlah subjek penelitian 384 orang yang didapatkan dengan cara consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan di PT.X yang berada di Jakarta Utara pada bulan Jimi 2011 dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik dan pengamatan kerja dengan model prediksi risiko NPB akibat kerja. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil: Risiko NPB akibat kezja di garmen PT.X didapatkan sebesar 69,7 % . berdasarkan analisis, terdapal perbedaan risiko yang bermakna antara adanya risiko NPB dengan tidak adanya risiko NPB pada kelompok umur lebih dari 28 tahun dan kurang atau sama dengan 28 tahun (p = 0,000). Komponen model prediksi yang paling berperan adalah faktor olahraga tidak teratur dan postur kerja tidak alamiah. Kesimpulan dan Saran : Risiko NPB akibat kemja di gamien PT.X didapatlean sebesar 69,7 %. Faktor risiko umur merupakan faktor yang berperan meningkatkan risiko nyeri punggung bawah. Perlu dilakukan pelatihan ergonomi tentang posmr keaja yang alamiah khususnya pada pekerja yang berisiko dan menerapkan instrumen model prediksi ini untuk skrining risiko nyeri punggung bawah di industri garmen.
Background and Objectives : Garment workers can be at risk of low back pain. Low back pain (LBP) can decrease productivity and cause long-term disability. Therefore, early detection is important for reducing the risk. The risk prediction model of occupational LBP is a screening model developed by Effendi. This study aims to determine the risk of LBP in garment of PT .X using this instrument and to comprehend factors that contribute to increase the risk of LBP. Method : This study used cross sectional design with total subject is 383 garment workers obtained by consecutive sampling. The data was collected in PT.X located in North Jakarta in June 2011 by interview, physical examination and working observation using the risk prediction model of occupational LBP. Data collected was analyzed descriptively. Result : The risk of occupational LBP in garment of PT .X is 69,7 %. There is significant difference between the risk of occupational LBP and no risk of occupational LBP in workers aged over 28 years and less than or equal to 28 years (p=0,000). Irregular exercise and unnatural working posture are the major role of the components of the risk prediction models of occupational LBP to determine the risk of occupational LBP in garment of PT X. Conclusion and Suggestion : The risk of occupational LBP in garment of PT.X is 69,7 %. Age is a risk factor which contributes for increasing the risk of occupational LBP. It is important to conduct ergonomic training emphasizing on natural working posture particularly for workers who are at risk. The risk prediction model of occupational LBP can be applied for screening of occupational LBP in garment industry."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
T32305
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Maretti
"Perawat IGD berisiko terkena Nyeri Pinggang Bawah (NPB). Penelitian ini dilakukan untuk deteksi awal tingkat risiko ergonomi pada aktivitas perawat di IGD RSUD Tarakan Jakarta tahun 2013. Dari 36 perawat, 26 orang mengeluh nyeri pada punggung tengah dan 22 orang nyeri pada punggung bawah sehabis bekerja. Penelitian kualitatif dengan mengamati aktivitas perawat mengukur tekanan darah, memasang infus, memasang kateter, membuang urin, menjahit luka, mengangkat dan memindahkan pasien, teridentifikasi mereka memiliki hazard ergonomi, yaitu saat membungkuk, mengangkat dan jongkok dengan peralatan kerja. Menggunakan metode REBA dan NIOSH lifting equation analysis, hasilnya mendapatkan aktivitas tingkat risiko tinggi adalah membuang urin, mengangkat dan memindahkan pasien. Tingkat risiko dapat diturunkan pada alat kerja yaitu tempat tidur dan kursi adjustable; meja spesimen dari stainless steel,dan pispot leher panjang dilengkapi angka ukur.

Nurse in the Emergency room at risk of Lower Back Pain (LBP). This research aimed at early detection of ergonomic risk level in nurse activities at emergency room Tarakan Hospital Jakarta in 2013. Of the 36 nurses, 26 complained of middle back pain and 22 lower back pain after work. Case study by observing the activity of the nurse measuring blood pressure, putting IV drip, putting a catheter, passing urine, suturing wound, lifting and moving patients who had ergonomic hazard, for example bending, lifting and squatting with working equipment (bed size, brandkard). Using REBA method and the NIOSH lifting equation analysis had the results, high risk level of activities were identified as passing urine, lifting and moving patients. The level of risk could be lowered by using adjustable beds and chairs; specimen table made of stainless steel, and a long neck numbered pot to measure urine."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atet Kurniadi
"Nyeri punggung bawah adalah kasus yang banyak didapatkan pada praktek sehari-hari dan sering menjadi hambatan pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Nyeri punggung bawah merupakan kasus terbanyak di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Hanau yang berjumlah 34% dari seluruh kasus. Dari total seluruh pasien nyeri punggung bawah yang menjalani terapi di instalasi rehabilitasi medik RSUD Hanau, 76% pasien adalah pekerja perkebunan kelapa sawit. Kepatuhan pasien dalam menjalani terapi di instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Hanau masih rendah, yaitu sebesar 37%. Rendahnya kepatuhan ini mempengaruhi keberhasilan terapi pasien dan dapat memberi efek negatif pada biaya pengobatan dan produktifitas pasien. Penelitian ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien berdasar teori Green yang terdiri dari faktor predisposisi, faktor pemungkin dan penguat. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode Cross sectional yang menggunakan data prospektif dan retrospektif dengan jumlah responden sebanyak 90 orang. Responden adalah pasien pekerja kelapa sawit dengan nyeri punggung bawah yang menjalani terapi di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Hanau. Data diambil dari bulan Maret sampai April 2021 di RSUD Hanau dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 43,3% patuh dalam menjalani terapi. Faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan dan kualitas pelayanan menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan kepatuhan dalam menjalani terapi, sedangkan faktor pengetahuan, akses akomodasi, asuransi dan dukungan keluarga menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kepatuhan dalam menjalani terapi. Pengetahuan adalah faktor yang paling dominan dalam memberikan pengaruh kepatuhan pasien pekerja sawit dengan nyeri punggung bawah dalam menjalani terapi di instalasi rehabilitasi medik RSUD Hanau. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi manajemen RSUD Hanau dan rumah sakit dengan karakteristik yang sama untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani terapi di instalasi rehabilitasi medik.

Low back pain is a case that often found in daily practice and often becomes an obstacle for patients in carrying out daily activities. Low back pain is the most common case in the Medical Rehabilitation Installation at the Hanau General Hospital, amounting to 34% of all cases. 76% of patients with back pain undergoing therapy are oil palm plantation workers. Patient compliance in undergoing therapy at the Medical Rehabilitation Installation at the Hanau Hospital is still low, at 37%. This condition affects the success of patient therapy and can have a negative effect on treatment costs and patient productivity. This study discusses the factors that influence patient compliance based on Green's theory which consists of predisposing factors, enabling and reinforcing factors. This research is quantitative research with cross sectional method using prospective and retrospective data with 90 respondents. Respondents were oil palm worker patients with low back pain who underwent therapy at the Medical Rehabilitation Installation at the Hanau Hospital. Data were taken from March to April 2021 at the Hanau Hospital using a questionnaire as a research instrument. The results showed that 43.3% were obedient in undergoing therapy. Factors of age, gender, education level, employment status and service quality showed no significant relationship with adherence to therapy, while factors of knowledge, access to accommodation, insurance and family support showed a significant relationship with adherence to therapy. Knowledge is the most dominant factor in influencing the compliance of oil palm worker patients with low back pain in undergoing therapy at the medical rehabilitation installation of the Hanau Hospital. It is hoped that the results of this study can be input for the management of the Hanau Hospital and hospitals with the same characteristics to improve patient compliance in undergoing therapy in medical rehabilitation installations
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Prevalensi Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah sepanjang hidup adalah antara 60-90% dan di AS sebanyak 30% atlet pernah mengalami LBP akut karena efek latihan yang mereka lakukan. Pada saat ini di Indonesia telah muncul komunitas-komunitas pusat kebugaran yang melakukan berbagai macam latihan untuk membentuk tubuh atau memperbaiki kebugaran mereka. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui demografi nyeri punggung bawah pada komunitas fitness center di Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan pendekatan secara observasi. Populasinya adalah semua anggota komunitas pusat kebugaran baik laki-laki maupun perempuan yang diambil secara acak sejumlah 90 sampel. Berdasarkan umur, sampel dibagi menjadi 3 kelompok umur yaitu 18-30, 31-50, dan >50 tahun. Penelitian dilakukan di 3 tempat yaitu Kartika Dewi Group, Lembah Fitness, dan Bahtera Fitness Center. Setelah diperoleh data yang dibutuhkan, kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan frequency, cross tabulation, dan uji Chi Square. Hasil analisis deskriptif menunjukkan sebanyak 36 dari 90 sampel atau 40% menyatakan pernah mengalami nyeri punggung bawah LBP setelah selama ini melakukan latihan di pusat kebugaran. Hasil uji statistik dengan menggunakan cross tabulation dan Chi square test menunjukkan tidak signifikannya pengaruh umur, jenis kelamin, dilatih oleh instruktur, lama dan frekuensi berlatih dengan timbulnya kejadian LBP dengan nilai p>0.05. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara umur, jenis kelamin, dilatih oleh instruktur, lama berlatih dan frekuensi berlatih dengan timbulnya kejadian LBP pada komunitas pusat kebugaran dan kejadian LBP yang cukup tinggi pada komunitas pusat kebugaran yaitu sebesar 40%."
610 JKY 21:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>