Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149521 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Imamul Aziz Albar
"Nyeri punggung pada anak merupakan gejala yang sering terjadi terkait dengan permasalahan pada sistem muskuloskeletal. Pengetahuan akan nyeri punggung pada anak sangat penting karena diketahui nyeri punggung pada anak akan memburuk seiring waktu dan merupakan faktor risiko utama terjadinya nyeri punggung saat dewasa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan prevalensi dari nyeri punggung pada anak serta menentukan faktor-faktor risiko yang berhubungan dengannya.Dilakukan pengambilan data dengan menggunakan kuesioner pada anak sekolah usia 10-15 tahun di DKI Jakarta. Didapati hasil sebanyak 68,96% menderita nyeri punggung, dimana 62,79% dari jumlah tersebut adalah wanita. Lama menonton televisi dan lama berolahraga merupakan faktor risiko yang paling berpengaruh dalam kejadian nyeri punggung pada anak.

Back pain in children is a frequent symptom associated with musculoskeletal system problems. Awareness of back pain in children is very important, because we know that it will be worsened with time and it is the main risk factor of back pain in adults. The aim of this research is determining the prevalence of back pain in children and the risk factors correlated with it. Samples were collected using a questionnaire for school students within 10-15 years old in Jakarta. 68,96% of the respondent have ever experienced any back pain, which 62,79% of them are females. Duration of watching television and exercise are the most significant risk factors in contributing back pain problems in children."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
Sp-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Desti Rahmayani
"Nyeri punggung bawah cukup banyak terjadi pada penjahit konveksi. Hal ini menyebabkan ketidaknyamanan saat bekerja sehingga dapat menurunkan produktivitas kerja penjahit konveksi. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional untuk menganalisis bagaimana faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri punggung bawah pada penjahit konveksi di Sumatera Barat. Berdasarkan hasil analisis bivariat ini ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan (p=0,048), lama bekerja (p=0,048), jam kerja (p=0,044), risiko ergonomi (p=0,009), lingkungan kerja (p=0,048), dan aktivitas fisik (p=0,034) dengan kejadian nyeri punggung bawah pada penjahit konveksi di Sumatera Barat. Analisis multivariat menunjukkan faktor dominan yang mempengaruhi kejadian nyeri punggung bawah pada penjahit konveksi adalah lingkungan kerja (OR=3,634), pendidikan (OR=3,220), risiko ergonomi (OR=1,594) dan lama bekerja (OR=0,917). Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian nyeri punggung bawah pada penjahit konveksi di Sumatera Barat, di antaranya pendidikan, lama bekerja, jam kerja, risiko ergonomi, lingkungan kerja, dan aktivitas fisik dengan faktor dominannya adalah lingkungan kerja. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan program keperawatan kesehatan kerja dalam pencegahan nyeri punggung bawah pada penjahit konveksi.

Low back pain or lower back pain is quite common among the tailors convection. This causes discomfort during work, leading to a decrease in the productivity of these tailors. This research adopts a cross-sectional design to analyze factors related to lower back pain among the tailors convection in West Sumatra, Indonesia. Based on the bivariate analysis, significant correlations were found between education (p=0.048), length of employment (p=0.048), working hours (p=0.044), ergonomic risk (p=0.009), work environment (p=0.048), physical activity (p=0.034), and the occurrence of lower back pain among the tailors convection in West Sumatra. Multivariate analysis revealed that the dominant factors influencing the occurrence of lower back pain among the tailors convection were the work environment (OR=3.634), education (OR=3.220), ergonomic risk (OR=1.594), and length of employment (OR=0.917). This research concludes that several factors influence the occurrence of lower back pain among the tailors convection in West Sumatra, including education, length of employment, working hours, ergonomic risk, work environment, and physical activity, with the work environment being the dominant factor. The findings of this study are expected to be considered in the development of occupational health nursing programs to prevent lower back pain among the tailors convection."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Khairi Lufti
"Nyeri punggung bawah merupakan gangguan otot tulang dan rangka yang paling sering dialami dokter gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko keluhan nyeri punggung bawah pada mahasiswa profesi kedokteran gigi saat melakukan pembersihan karang gigi. Penelitian bersifat cross-sectional, berlokasi di Klinik Integrasi 1 RSKGM X pada bulan Januari 2016 dengan objek penelitian adalah kursi operator, kursi pasien dan postur. Data dikumpulkan melalui kuesioner, pemeriksaan fisik, dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain kuri operator dan kursi pasien berdampak pada timbulnya postur janggal. Edukasi posisi ideal, prosedur pemeliharaan sarana kerja, aktivitas fisik diharapkan dapat mengurangi keluhan nyeri punggung bawah.

Lower back pain is the most common muskulosceletal problem in dentistry. This study aims to describe the risk factors of low back pain of dentistry students who perform scaling. The study design was cross-secctional descriptive analytic, located at Klinik Integrasi 1 RSKGM X with dental stool, dental chair and work posture as the object. Data collected from questionnaires, physical examination and observation. The results showed that design of dental stool and dental chair affected awkward posture of the operator. Training of ideal position, inspection and maintenance procedures of facilities, training of physical activity are expected to reduce low back pain."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46719
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardi Artanto
"Adanya perbedaan jumlah penderita Nyeri Punggung Bawah NPB diantara operator di sebuah perusahaan migas on shore di Sumatera Selatan berdasarkan lokasi kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kejadian NPB kronik non spesifik, hubungan antara beban kerja mental kuantitatif dan kualitatif berlebih serta faktor risiko lainnya terhadap kejadian NPB kronik nonspesifik pada operator tersebut.
Desain penelitian potong lintang, besar sampel 96 orang yang diambil secara purposive sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2016. Pengumpulan data dengan pengisian kuesioner dan pemeriksaan fisik. Didapatkan prevalensi NPB kronik nonspesifik sebesar 32,3.
Dari analisis multivariat didapatkan bahwa beban kerja mental kualitatif berlebih sedang-berat OR 5,14 IK95 1,49-17,78, overweight OR 9,02 IK95 2,46-33,08 , perokok sedang-berat OR 4,28 IK95 1,29-14,26, dan duduk lama OR 3,61 IK95 1,13-11,52 meningkatkan risiko terhadap kejadian NPB kronik nonspesifik.
Disimpulkan bahwa beban kerja mental kuantitatif dan kualitatif berlebih serta stresor kerja lainnya, profil individu, kebiasaan individu, masa kerja, dan lama duduk saat bekerja memiliki hubungan dengan kejadian NPB nonspesifik. Faktor paling dominan terhadap kejadian NPB kronik nonspesifik pada operator di sebuah perusahaan migas on shore adalah overweight.

Different distribution of Low Back Pain LBP existed among operators of an on shore oil and gas company in South Sumatera based on work location. This study aimed to identify prevalence of nonspecific chronic LBP, the relationship between quantitative and qualitative mental workload and other risk factors with nonspecific chronic LBP among operators in that company.
The design of this study was cross sectional with 96 samples taken by purposive sampling. This study was held on October December 2016. The data were obtained by questionnaire and physical examination. The prevalence of nonspecific chronic LBP was 32,3.
From multivariate analysis, moderate heavy qualitative mental workload OR 5,14 95 CI 1,49 17,78 , overweight OR 9,02 95 CI 2,46 33,08 , moderate heavy smoker OR 4,28 95 CI 1,29 14,26 , and long periods of sitting 4 hours OR 3,61 95 CI 1,13 11,52 had increased risk toward nonspecific chronic LBP.
In conclusion, moderate heavy qualitative mental workload, overweight, moderate heavy smoker, and long periods of sitting 4 hours were related to nonspecific chronic LBP among operators. The dominant factor toward nonspecific chronic LBP among operators was overweight.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fia Wahyuni
"Perawat memiliki insidensi tertinggi untuk mengalami low back pain (LBP) dibanding dengan pekerja profesional lainnya yang bekerja di rumah sakit. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi faktor risiko yang mempengaruhi keluhan low back pain pada perawat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel dalam penelitian ini dipilih secara consecutive sampling pada perawat pelaksana di ruang rawat inap bedah, penyakit dalam, neurologi, intensif dan IGD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 104 orang (78.8%) responden memiliki keluhan LBP. Faktor risiko yang berpengaruh terhadap keluhan LBP faktor IMT, riwayat LBP, aktivitas fisik/ olahraga, jumlah jam kerja dan aktivitas saat bekerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keluhan LBP pada perawat (p value < 0,05), dengan faktor yang paling berpengaruh adalah obesitas. Penanganan terhadap faktor-faktor risiko (IMT, riwayat LBP, aktivitas fisik/ olahraga, jumlah jam kerja dan aktivitas saat bekerja) yang mempengaruhi keluhan LBP pada perawat dapat direkomendasikan untuk mencegah timbulnya keluhan LBP, sehingga tidak mengurangi kemampuan untuk melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien.

Nurses have the highest incidence of experiencing low back pain (LBP) compared with other professional workers in hospitals. The purpose of this study is to identify the risk factors affecting the nurses complaints of low back pain. The study design used is cross sectional. Respondents in this study were selected by consecutive sampling. The sample in this study was nurses in inpatient surgery ward, internal medicine ward , neurology ward, intensive care unit and emergency unit.
The results showed 78.8% nurses had LBP complaint and the factors BMI, history of LBP, physical activity / exercise, hours of work and activity at work has a significant effect on complaint LBP in nurses (p value <0.05), with the most influential factor is obesity. Treatment of risk factors that affect LBP complaint to the nurse can be recommended to prevent the onset of LBP complaint, so it will not reduce the ability to implement nursing care to patients
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T45916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Ingewaty Wijaya
"Berdasarkan data kunjungan pengemudi taksi ke klinik pool Cinere PT. X didapatkan 50% keluhan nyeri dan pegal-pegal di badan, salah satunya daerah punggung bawah. Keluhan gangguan muskuloskeletal menempati urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak di klinik pool Cinere PT. X.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sudut punggung-tungkai atas dan faktorfaktor lain dengan peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut pada pengemudi taksi PT. X.
Desain penelitian ini adalah potong lintang. Terdapat 158 responden yang dipilih secara proportional random sampling. Variabel terikat adalah peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut dan variabel bebas adalah umur, tinggi badan, indeks massa tubuh, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, lama mengemudi per hari, shift kerja, sudut punggung-tungkai atas, sudut fleksi lutut.
Pengumpulan data dengan wawancara, pengisian log sheet, pengisian kuesioner Visual Analogue Scale sebelum dan sesudah bekerja, pemeriksaan fisik dan pengambilan foto pengemudi yang sudah diberikan reflective tape serta diminta untuk duduk senyaman mungkin sama seperti mengemudi sehari-hari.
Dari 158 responden, didapatkan 78 orang (49,4%) mengalami nyeri punggung bawah akut pasca bekerja dan diantaranya terdapat 40 orang (25,3%) yang mengalami peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut. Pada analisis multivariat, didapatkan faktor dominan terjadinya peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut adalah sudut punggung-tungkai atas ≤ 103⁰ (RO = 17,14; IK 95% = 5,03-58,44) dan sudut fleksi lutut < 65⁰ (RO = 9,06; IK 95% = 2,75-29,81). Didapatkan tinggi badan ≥ 165 cm mengurangi risiko peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut (RO = 0,31, IK 95% = 0,13-0,72). Pekerjaan mengemudi taksi dengan sudut punggung-tungkai atas ≤ 103⁰ merupakan faktor dominan peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut.
Disarankan pengemudi melakukan relaksasi otot punggung dan menjaga sudut punggung-tungkai atas melebihi 103⁰ dengan memundurkan sandaran kursi sebanyak 5 kali.

According to the data of taxi drivers? visit to the clinic of Cinere Pool of PT. X, it was suggested that 50% of the visit were caused by the complaints of body ache and stiffness. One of them was in the lower back region. Musculoskeletal disorder occupied the first position of the top 10 diseases in the Clinic of Cinere Pool of PT. X.
The objective of this study is to know the association between lumbarthigh angle and other factors with increased intensity of acute low back pain among taxi drivers at PT.X.
The design of this study is cross-sectional. There were 158 respondents selected by proportional random sampling. The dependent variable was the increased intensity of acute low back pain and the independent variables were age, height, body mass index, exercising habit, smoking habit, length of driving per day, work shift, lumbar-thigh angle, and knee flexion angle. Data collection was conducted by interview, log sheets, questionnaire Visual Analogue Scale (before and after work), physical examination, and image captures of the drivers whom had been marked with reflective tape and asked to sit as comfortable as possible, the same as daily driving.
Of 158 respondents, there were 78 respondents (49.4%) experiencing acute low back pain after work and there were 40 respondents (25.3%) experiencing increased intensity of acute low back pain. The analysis of multivariate suggested that the dominant factor of increased intensity of acute low back pain were lumbar-thigh angle ≤ 1030 (OR = 17.14; CI 95% = 5.03 ? 58.44) and knee flexion angle < 65⁰ (OR = 9.06; CI 95% = 2.75 ? 29.81). It was also suggested that height ≥ 165 cm reduced the risk of increased intensity of acute low back pain (OR = 0.31, CI 95% = 0.13 ? 0.72).
Driving taxi with lumbar-thigh angle ≤ 103⁰ is the dominant factor of increased intensity of acute low back pain. It is recommended for the drivers to relax the back muscles and maintain the lumbar-thigh angle over 1030 by withdrawing backward the backrest 5 times."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Krisyanti Husin
"Low back pain (LBP) sering dialami oleh manusia, tidak terkecuali pada populasi pekerja. Salah satu faktor yang mempengaruhi low back pain (LBP) pada pekerja adalah postur kerja. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi postur kerja pada operator Bottom Case di PT. Showa Indonesia Manufacturing pada bulan Maret tahun 2013. Alat ukur yang digunakan adalah REBA.
Hasil REBA yang didapat pada operator Bottom Case pada proses buffing, cleaning dan mendorong kereta termasuk dalam kategori sedang dan memerlukan tindakan lebih lanjut seperti stretching dilakukan pada seluruh shift kerja, refresh training dan modifikasi pada mesin.

Low back pain (LBP) often experienced by human, no exception in the worker population. One of the factor that influence low back pain (LBP) in worker is working posture. The research done by observing the working posture on the operator Bottom Case at PT. Showa Indonesia Manufacturing on March 2013. Measuring instrument used is REBA.
The results of REBA obtained on the operator Bottom Case on the process of buffing, cleaning and drive train are included in the category medium and require further action as stretching is done on the entire work shift, refresh training and modifications to the engine.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47377
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutam, Between
"Latar belakang : Dari penelusuran kepustakaan diketahui belum banyak studi yang membahas mengenai nyeri punggung akibat kerja. Gangguan muskuloskeletal ini banyak dihubungkan dengan posisi kerja yang disebabkan regangan otot saraf. Banyak faktor lain berhubungan dengan nyeri punggung yang dikaitkan dengan terjadinya inflamasi sebagai mekanisme terjadinya nyeri punggung termasuk faktor pejamu, penyebab, dan lingkungan, Oleh karena itu perlu dilakukan kajian nyeri punggung dengan faktor faktor yang berhubungan tersebut.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan pendekatan diagnosis nyeri punggung dan faktor yang berhubungan. Subjek penelitian dipilih secara random dari para pekerja bagian penjahitan di pabrik garmen PT X Gunung Putri Bogor. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner untuk mencari variabel-variabel yang berhubungan dengan nyeri punggung, pengukuran antropometri untuk mendapatkan ukuran tinggi siku duduk, serta anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menetapkan diagnosis nyeri punggung.
Hasil : Dari 150 subjek penelitian, didapatkan 80 orang (53,3%) dididagnosis nyeri punggung. Dari analisis didapatkan bahwa faktor-faktor determinan yang berhubungan dengan timbulnya nyeri punggung adalah tinggi siku duduk, lama kerja, dan status perkawinan. Lama kerja > 5 tahun mempunyai resiko 7,3 kali lebih besar (OR=7,32;95%CI-3,19-16,52), tinggi siku duduk 3,60 kali (OR=3,60; 95%CI=1,54-8,40), menikah 4,12 kali (OR=4,12; 95% CI= 1,50-11,27) mempunyai risiko nyeri punggung. Walaupun status gizi mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik pada uji bivariat, tetapi tidak termasuk pada faktor determinan untuk terjadinya nyeri punggung. Umur, status pendidikan, ketersediaan SOP, dan kepernahan mengikuti pelatihan, tidak mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan nyeri punggung.
Kesimpulan : Prevalensi nyeri punggung pada pekerja wanita penjahit pakaian di PT X adalah 53,3%. Terjadinya nyeri punggung ini dikaitkan dengan posisi kerja lebih menunduk yang pada penelitian ini terlibat dari risiko untuk mendapatkan nyeri punggung pada pekerja dengan tinggi siku > 69 cm adalah 3,6 kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang mempunyai tinggi siku duduk 69 cm. Oleh karena itu perlu penyesuaian tempat kerja dengan antropemetri pekerja, mutasi kerja bagi pekerja yang lama kerja > 5 tahun, perlu waktu relaksasi pada interval waktu kerja setiap 2 jam selama 5-10 menit.

Background: Literature search show that the study about occupational related back pain is limited. This musculoskeletal disorder commonly linked to the work position that causes static muscle strain. There are many other back pain related factors including host, agent, and environment that are referred to the inflammation as a mechanism of back pain. Therefore, it is necessary to look at back pain and such related factors at the workplace.
Methods : This study used cross-sectional design to look at back pain and its related factors. The study subjects were randomly chosen from female workers in sewing department of garment factory X, Gunung Putri, Bogor. The collections of data were done by using questionnaire to obtain back pain related variables, anthropometrics measurement to obtain the height of elbow in silting position, and anamnesis and physical examinations to determine the diagnosis of back pain.
Results : Of 150 study subjects, 80 workers (53.3%) were diagnosed back pain. The analysis found that the back pain related determinant factors are service length, the height of elbow in sitting position, and marital status. The female workers who have the length of service more than 5 years, 7.3 times more likely to get back pain than those who have the length of service up to 5 years (OR=7.32; 95%CI=3.19-16.52), For those who have the height of elbow in sitting position more than 69 cm, tend to have 3.60 times more risk to get back pain than those who have it 69 cm or less (OR=3.60; 95%C1=1.54 - 8.40). In addition, married female workers have 4.12 times more risk to get back pain than those who were unmarried (OR =4.12: 95%CI=1.50-11.27).
Conclusion : The prevalence of back pain among the female workers in the sewing department of garment factory X, Bogor is 53.3%. The mechanism of back pain is probably linked to the bent-down of workers neck during doing their work It is proved that the female workers who have the height of elbow in sitting position more than 69 cm got 3.6 more back pain risk than those who have it 69cm or less. Therefore, it is recommended to adjust the work position to the workers anthropometrics, to do mutation of work for those who have been worked more than 5 years, and to give workers time to take a rest for 5 to 10 minutes every 2-work hours.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulvana Rachel
"Latar belakang : Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan masalah kesehatan kerja yang tinggi pembiayaannya. Nyeri punggung bawah merupakan penyebab tersering keterbatasan aktifitas pada mereka yang berusia kurang dari 45 tahun dan penyebab kedua tersering kunjungan ke dokter. Setiap tahun 2% populasi pekerja tidak masuk kerja akibat NPB, dan waktu yang hilang akibat NPB berkisar 4 jam setiap pekerja per tahun. Pada pekerjaan perawatan lapangan golf di PT. X, gangguan muskuloskeletal (termasuk gangguan NPB) menyebabkan bertambahnya kerugian perusahaan akibat bertambahnya biaya pengobatan yang harus dikeluarkan dan juga bertambahnya hari kerja yang hilang. Berdasarkan hal ini, sangatlah menguntungkan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri punggung bawah pada pekerja perawatan lapangan golf.
Metode : Disain penelitian adalah studi kros seksional. Jumlah responden 111 orang dipilih secara stratified random sampling dari kelompok pekerja perawatan lapangan golf. Pengumpulan data berdasarkan wawancara, pemeriksaan fisik dari pengamatan baik posisi tubuh waktu bekerja (BRIEF Survey) maupun adanya pajanan getaran seluruh tubuh, yang dilaksanakan bulan Mei-Agustus 2005.
Hasil : Prevalensi NPB pada penelitian ini 56,75 %. Faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan NPB adalah kebiasaan olahraga (OR suaian : 4,829 ; 95 % CI : 1,927 - 12,050), berikutnya pelatihan kerja (OR suaian: 0,172; 95% CI: 0,051-0,584) dan jenis pekerjaan (OR suaian: 2,358 ; 95 % Cl ; 1,095 - 5,078). Hasil pengamatan waktu kerja menunjukkan bahwa kegiatan kerja pada bagian perawatan lapangan golf merupakan kegiatan yang dinamis dan bervariasi. Para pekerja tidak harus terus menerus dalam posisi membungkuk, demikian juga pekerja dengan peralatan mesin yang menyebabkan getaran seluruh tubuh, tidak terus menerus terpajan getaran karena dapat beristirahat.
Kesimpulan dan Saran : Ada hubungan bermakna antara kebiasaan berolahraga, pelatihan kerja dan jenis pekerjaan dengan terjadinya nyeri punggung bawah. Kegiatan-kegiatan olahraga bagi para pekerja perawatan lapangan golf perlu dilanjutkan untuk meningkatkan pencegahan terjadinya NPB. Disamping itu perlu diupayakan pelatihan kerja yang terkait dengan upaya K3.

Background: Low back pain is an occupational health problem, which is most costly. Low back pain is most frequent cause of activity limitation in people younger than 45 years of age, and the second most frequent reason for physician visits. Every year, about 2% of employed population loses time from work because of low back pain and that lost time averages 4 hours per worker per year. Among the employees of golf course maintenance in P.T. X, the musculoskeletal disorders (which involve low back pain) cause to decrease the profit of the company by increasing the total expenses for the cost of employee?s health care and the time away from work. Based on this problem, it is so benefit to know sonic factor, which found among (he job of golf course maintenance that can be the related factor to low back pain.
Method: The design of this research is cross sectional study. Hundred eleven respondent were selected from 265 of total golf course maintenance?s workers. Data was collected through conducting interview, filling out questionnaire, performing physical examination, and observation of working posture (BRIEF Survey) or whole body vibration in working time duration, that took time from May until August 2005.
Result: Prevalence of low back pain in this study was 56,75% (63 persons of 111 respondents). The physical exercise behavior relates to low back pain significantly (adjusted OR: 4.829; 95% CI: 1.927-12.050), also the job training (OR:0. 172; 95% CI 0.051-0.584) and the occupation (OR: 2.358; 95% CI: 1.095-5.078). Observation in working time duration showed that the job of golf course maintenance were dynamic and varied. The workers had not to be always in flexi position, neither to be always exposed to whole body vibration; they could take a rest any time.
Conclusion and suggestion: This study revealed that the factor that related to low back pain is physical exercise behavior, job training and the occupation. The program of physical exercise should be continued to decrease the prevalence of low back pain among worker of golf course maintenance. It is also necessary to modify the content of the work method in job training in accordance with the aspect of occupational safety and health.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16210
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Khrisnapandit
"Latar belakang: Nyeri pinggang bawah (NPB) sering dialami oleh pramugari yang dapat membatasi tugas dan tanggung jawab pramugari. Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan NPB pada pramugari sipil penerbangan jarak dekat dan menengah di Indonesia.
Metode: Studi potong lintang dengan sampling purposif dilakukan di antara pramugari sipil penerbangan jarak dekat dan menengah yang melakukan pemeriksaan kesehatan berkala di Balai Kesehatan Penerbangan tanggal 5-26 Mei 2014. Data demografi, pekerjaan dan NPB dikumpulkan menggunakan kuesioner. Definisi NPB ialah nyeri anamnesis yang pernah atau masih dirasakan pada pinggang bawah 1 bulan terakhir, non-neural, tidak terkait cedera akut yang tidak berhubungan pekerjaan. Analisis regresi Cox digunakan untuk mengidentifikasi faktor risiko yang berhubungan NPB.
Hasil: Di antara 333 pramugari yang melaksanakan pengujian kesehatan, 292 orang bersedia berpartisipasi, dan 292 orang yang bersedia mengikuti penelitian, dan 245 di antaranya memenuhi kriteria inklusi. Sebanyak 37,6% pramugari menderita NPB. Faktor dominan yang mempertinggi risiko NPB ialah jam terbang dan jumlah sektor 24 jam terakhir. Pramugari dengan jam terbang 9 jam atau lebih dibandingkan dengan yang kurang dari 9 jam berisiko 84% lebih tinggi mengalami NPB [risiko relatif suaian (RRa = 1,84; p = 0,000]. Ditinjau dari jumlah sektor dalam 24 jam terakhir, pramugari dengan 4 sektor atau lebih dibandingkan yang kurang dari 4 sektor berisiko 49% lebih tinggi mengalami NPB (RRa = 1,49; p = 0,047).
Simpulan: Jam terbang 24 jam terakhir selama 9 jam atau lebih dan jumlah sektor 24 jam terakhir sebanyak 4 sektor atau lebih meningkatkan risiko nyeri pinggang bawah.

Background: Low back pain (LBP) often experienced by flight attendants could limit their duties and responsibilities. Aim of this study was to determine the correlation between flight time and other factors with LBP among short and medium haul commercial female flight attendants in Indonesia.
Methods: Cross-sectional study with purposive sampling among short and medium haul commercial female flight attendants who conducting medical examination on May 5-26th 2014 at Civil Aviation Medical Center. Demographic, job and LBP data collected using questionnaire and physical examination. Definition of LBP was historically pain that ever or still felt in lower back in the last month, non-neural, and no non-working related acute injury. Cox regression analysis used to identify risk factor associated LBP.
Results: Among 333 female flight attendants who were conducting medical examination, 292 attendants willing to participate, and 245 meet inclusion criteria. There were 37.6% flight attendants experienced LBP. The dominant factors increasing LBP risk were flight time and number of sectors in the last 24 consecutive hours. Female flight attendant with 9 hours or more flight time compared with less have 84% higher LBP risk [adjusted relative risk (RRa) = 1.84; p = 0.000]. Review from number of sectors in the last 24 consecutive hours, female flight attendant with 4 sectors or more compared with less have 49% higher LBP risk (RRa = 1.49; p = 0.047).
Conclusion: Nine hours or more flight time and 4 sectors or more in the last 24 consecutive hours have higher risk of LBP.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>