Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133532 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lubis, Endriana Svieta
"Latar Belakang : Departemen Tenaga Kerja RI menyatakan 90% penyakit kulit akibat kerja di Indonesia adalah Dermatitis Kontak Iritan dan Dermatitis Kontak Alergi. Dermatitis Kontak Iritan menempati urutan teratas, yaitu 80%. Penelitian di Iran, tahun 2006 menyatakan bahwa 22 % dari 150 pekerja semen terkena dermatitis kontak. Juga penelitian di Jakarta, tahun 2008 bahwa proporsi kepositifan uji tempel terhadap kromium heksavalen pada pekerja pabrik semen sebesar 17,14%.
Tujuan : Menentukan apakah khromat dalam kandungan semen merupakan penyebab tersering terjadinya dermatitis kontak pada pekerja bangunan terpajan semen.
Metode : Penelusuran literatur dilakukan melalui PubMed dan Google Scholar. Seleksi pertama dilakukan dengan menelusuri artikel sesuai kata kunci. Dari Pubmed didapatkan 22 artikel dan melalui Google Scholar didapatkan 26 artikel. Berikutnya dilakukan skrining berdasarkan judul dan abstrak, kriteria inklusi dan eksklusi, kemudian dilakukan dengan melihat teks penuh dan didapatkan 3 artikel yang relevan dan paling sesuai mendekati PICO dan menjawab pertanyaan klinis, yaitu penelitian Bour-Jr , et al; Wong SS, et al dan Uter, et al.
Hasil : Setelah dilakukan penelusuran dari tiga artikel, yang paling relevan dan cukup valid diperoleh hanya dua artikel. Berdasarkan penelitian Wong SS, et al di Singapura didapatkan OR 1,87 dan p < 0.0001, dan penelitian Uter, et al.di Jerman didapatkan OR 39,1, 95% CI 21,1-79,6. Dari segi validitas, studi ini cukup valid. Studi berupa cross sectional. Pada studi ini tidak ada follow up, tetapi data complete dan long enough. Number needed to harm (NNH) pada penelitian Wong SS, et al 13.7 dan Uter, et al adalah 6.17
Kesimpulan : Pada pasien ini, khromat dalam kandungan semen dapat menimbulkan terjadinya dermatitis kontak alergika, namun masih kurang bukti untuk menjawab pertanyaan klinis karena hanya dua studi yang dianggap relevan dan cukup valid. Desain cross-sectional bukan desain terbaik untuk membuktikan suatu hubungan sebab akibat. Untuk penelitian etiologic yang terbaik adalah case control atau cohort.

Background: The Ministry of Manpower Indonesia said that 90% of occupational skin disease in Indonesia is Contact Dermatitis Irritant and Allergic Contact Dermatitis. Irritant Contact Dermatitis tops, namely 80%. Research in Iran, in 2006 stated that 22% of 150 workers exposed to cement contact dermatitis. Also research in Jakarta, in 2008 that the proportion of patch test positivity to hexavalent chromium in cement factory workers was 17.14%
Objective: To determine whether chromate in cement content is the most common cause of contact dermatitis in construction workers exposed to semen.
Methods : The literature search conducted through PubMed and Google Scholar. The first selection is done by tracing the corresponding article keywords. Pubmed obtained from 22 articles through Google Scholar obtained 26 articles. Next screened based on titles and abstracts, inclusion and exclusion criteria, then done by looking at the full text and relevant articles obtained 3 and the most appropriate approach and answer the PICO clinical question, the research Bour-Jr, et al; Wong SS, et al and uter, et al.
Results: After a search of three articles, the most relevant and valid enough obtained only two articles. Based on the research of SS Wong, et al in Singapore earned OR 1.87 and p <0.0001, and research Uter, et al.in Germany obtained OR 39.1, 95% CI 21.1 to 79.6. In terms of validity, this study is quite valid. These design studies are cross sectional studies. In this study there was no follow-up, but the data complete and long enough. Number needed to harm (NNH) to study SS Wong, et al is 13.7 and Uter, et al is 6.17.
Conclusions: In this patient, chromate in cement content can cause allergic contact dermatitis, but still lack the evidence to answer the clinical question because only two studies were considered relevant and reasonably valid. Cross-sectional design is not the best design to prove a causal relationship. For etiologic research the best design is case control or cohort.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dhita Octriani
"ABSTRAK
Latar Belakang. Dermatitis pada tangan akibat kerja DTAK bersifat kronis, memiliki prognosis buruk, dan berdampak signifikan terhadap aspek psikososial dan pekerjaan. Prevalensi dermatitis kontak pada tenaga kerja bongkar muat TKBM Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta adalah sebesar 24,3 , dengan lesi di tangan 47,1 . Penggunaan alat pelindungdiri APD masih belum cukup untuk mengatasi masalah ini, sehingga dibutuhkan intervensi lain. Penggunaan pelembap untuk memperbaiki sawar kulit dipertimbangkan efektif untuk mencegah keparahan DTAK.Metode. Penelitian ini adalah kuasi eksperimental satu kelompok. Intervensi dilakukan dengan menggunakan gliserin 10 dalam vaselin album sekali sehari setelah bekerja selama 14 hari.Hasil. Rerata nilai transepidermal water loss TEWL setelah intervensi 11,4 3,8 g/m2/jam lebih rendah dibandingkan rerata nilai TEWL awal 14,2 4 g/m2/jam , dengan perbedaan rerata nilai TEWL sebesar 2,8 2,9 g/m2/jam p= 0,000 95 CI 1,5-4,1 . Median nilai hand eczema severity index HECSI setelah intervensi 9,5 3-34 lebih rendah dibandingkan median skor HECSI awal 29,5 6-80 , dengan perbedaaan rerata skor HECSI sebesar 19,5 -2-46 p= 0,000 . Korelasi antara perubahan nilai TEWL dan perubahan skor HECSI tidak bemakna p= 0,476 dengan kekuatan korelasi sangat lemah r= 0,160 . Variabel exposure rating tahunan debu semen berhubungan dengan perubahan skor HECSI p= 0,002 . Setelah intervensi seluruh lesi di jari-jari, telapak tangan, punggung tangan dan pergelangan tangan mengalami perbaikan yang bermakna.

ABSTRACT
Background. Occupational hand dermatitis OHD is chronic, has a poor prognosis, and significantly affects psychosocial and occupational aspects. The prevalence of contact dermatitis of loading dockworkers at Port Sunda Kelapa Jakarta was 24,3 and 47,1 lesion was on the hands. The use of personal protective equipment PPE is deemed inadequate to solve this problem, thus requiring other intervention. Using moisturizer for improvement of skin barrier is considered to be effective for preventing severity of occupational hand dermatitis.Method. The study design was quasi experimental one group pre and post test design. The 14 days intervention was performed on the loading dockworkers by instructing them to apply 10 glycerin in vaseline album on their hands once daily after working.Result. The mean value of transepidermal water loss TEWL after intervention 11.4 3.8 g m2 hour was lower than the mean value of TEWL before the intervention 14.2 4 g m2 hour . The TEWL mean difference was 2.8 2.9 g m2 hour p 0.000 95 CI 1.53 4.1 . The median value of hand eczema severity index HECSI after intervention 9.5 3 34 was lower than the median value of HECSI before the intervention 29,50 6 80 . The HECSI mean difference was 19.5 2 46 p 0,000 . The correlation between TEWL changes and HECSI changes was not significant p 0.476 and the correlation strength was very weak r 0.160 . Annual exposure rating of cement dust associated with the HECSI changes p 0,002 . After intervention, all lesions on the fingers, palms, back of hand and wrist were significantly improved p 0,05 , except for the finger tips. Additional analysis showed that the commonly found morphology of the lesion was infiltrate papule, scaling and erythema. After intervention, the severity score of the morphology lesions was also significantly decreased p 0,05 .Conclusion. Once daily application of 10 glycerin in vaseline album for 14 days could improved skin barrier function and the severity of OHD, thus can be advised for loading dockworkers with high annual exposure rating of cement dust.
"
2018
T58848
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allysa Maulidyah Nur
"Kesadaran mengenai manajemen risiko kesehatan dan keselamatan kerja yang kurang sering kali menjadi penyebab utama permasalahan K3 di Usaha Kecil Menengah sehingga dibutuhkan langkah identifikasi risiko untuk dapat menemukan manajemen risiko yang tepat dibutuhkan oleh Usaha Kecil Menengah. Penelitian ini merupakan penilaian risiko pada proses produksi kerupuk ikan yang bertempat di dua lokasi pabrik kerupuk yang ada di Jakarta Pusat dan Depok pada tahun 2017. Penilaian risiko berupa identifikasi dan analisis risiko yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat risiko kesehatan dan keselamatan kerja yang ada pada proses pembuatan kerupuk ikan. Metode penelitian mengacu pada metode semikuantitatif sesuai dengan kriteria W.T. Fine. Prosedur pelaksanaan analisis risiko menggunakan langkah panduan dari AS/NZS ISO 31000:2009 tentang Manajemen Risiko di Usaha Kecil Menengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa level risiko yang ada di tiap langkah kerja adalah tingkat Very high yaitu pada bahaya Kimia, Priority 1 pada bahaya listrik , tingkat Substantial pada bahaya ergonomi, tingkat Priority 3 pada bahaya fisik dan Acceptable pada bahaya mekanik.

The lack of awareness of Occupational Health and Safety in Small Medium size industries oftenly being the main cause of occupational problem in Small Medium Enterprises. This research is used to assess occupational health and safety risks in two crackers factories located in Depok and Central Jakarta. The occupational health and safet assessment has to be done in order to rise the awareness of risk management. Implementation of risk assessment was doneby using semi quantitative risk level analysis and scoring the levels of Consequence, Exposure, and Likelihood by W. T. Fine. Procedure was conducted by using AS NZS ISO 31000 2009 of risk management in Small Medium Enterprise. The results from residual risk table showed that the risk of chemical hazard Liquid Petroleum Gas is at the highest risk levels, followed by electrical risk which categorized at Priority 1 levels, ergonomic hazard at Substantial levels, physical hazard at Priority 3 level, and mechanical hazard at Acceptable level."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67607
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma Lestari
"PT Inti Pantja Press Industri (IPPI) sebagai perusahaan yang bergerak dibidang otomotif khususnya pressing body dan chasis mobil, menggunakan bahan kimia iritan yang berpotensi menimbulkan gangguan pada kulit pekerja. Selain bahan kimia yang digunakan, berbagai penyebab tidak langsung (indirect causes) yang terdapat dalam diri pekerja juga memiliki potensi untuk memperparah penyakit dermatitis kontak. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak. Disain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan pendekatan kuantitatif yang kemudian dideskripsikan untuk menggambarkan hubungan faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak pada pekerja. Objek penelitian ini adalah populasi pekerja yang menggunakan bahan kimia. Populasi tersebut berjumlah 80 orang yang berasal dari empat bagian kerja yaitu pekerja di bagian produksi (handwork), maintenance (plant service dan die shop), quality control, dan inventory finish part (pemberian anti rust). Sampel yang diteliti meliputi seluruh pekerja dari keempat bagian kerja tsb, sehingga tidak dilakukan pemilihan sampel. Metode untuk pengumpulan data adalah kuesioner dimana responden diminta untuk mengisi sendiri kuesioner yang dibagikan (self-completion questionnaire). Pekerja di PT IPPI yang mengalami dermatitis kontak berjumlah 39 orang (48,8%). Sebanyak empat dari tujuh faktor yang diteliti dengan uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95% memiliki hubungan yang bermakna dengan dermatitis kontak. Empat faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan dermatitis kontak yaitu jenis pekerjaan dengan p value 0,02 dan odds ratio 3,4 (1,305-8.641), usia dengan p value 0,042 dan odds ratio 2,8 (1,136-7,019), lama bekerja dengan p value 0,014 dan odds ratio 3,5 (1,383-9,008), riwayat dermatitis akibat pekerjaan sebelumnya dengan p value 0,042 dan odds ratio 5,9 (1,176-29,103). Sedangkan tiga faktor lainnya yaitu riwayat alergi, personal hygiene, dan penggunaan APD tidak menunjukan adanya hubungan yang bermakna.

Factors Related to Contact Dermatitis on Workers at PT Inti Pantja Press Industri. PT Inti Pantja Press Industri (IPPI) is an automotive manufacturing industry for car pressing body and car chassis. In the manufacturing process, its uses a variety of chemicals which may cause contact dermatitis for workers. There are other factors which may cause the contact dermatitis to workers worsen including indirect causes. The objective of this research is to investigate factors related to contact dermatitis in workers at PT IPPI. Research is conducted using a cross sectional design with quantitative approach which describe factors affecting the development of workers contact dermatitis. Research subjects are all the worker who uses chemicals during the work process (80 workers) consists from 4 (four) different sections: production (handwork), maintenance (plant service and die shop), quality control, and inventory finish part. Methodology used for data collection was using a questionnaire in which respondents were asked to fullfill a self-completion questionnaire. Results suggested that workers at PT IPPI experienced contact dermatitis are 39 workers (48,8%). There are 4 (four) factors were investigated using chi-square test (95% level of confidence) which are significantly related to contact dermatitis, including: type of work {p value 0,02, odds ratio 3,4 (1,305-8,641)}; age {p value 0,042, odds ratio 2,8 (1,136-7,019)}; working period {p value 0,014, odds ratio 3,5 (1,383-9,008)}; history of dermatitis at previous workplace {p value 0,042, odds ratio 5,9 (1,176-29,103)}. Factors which are not related to contact dermatitis are history of allergy, personal hygiene, and the use of PPE (Personal Protective Equipment)."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Julia Afni
"Penyakit kulit saat ini masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, menurut Riskesdas (2007) prevalensi penyakit kulit di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 67,8 %. Di Provinsi DKI Jakarta, prevalensi dermatitis cukup tinggi yaitu sebesar 99,9 %. Di Jakarta Utara penyakit kulit termasuk ke dalam sepuluh penyakit terbanyak dengan prevalensi sebesar 6% (33.025) orang. Di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Cilincing II penyakit kulit termasuk dalam 10 penyakit terbesar dan berada pada urutan ketiga. Jumlah penderita penyakit kulit pada tahun 2010 sebanyak 1354 orang. Resiko terjadinya penyakit kulit dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah air bersih, faktor lingkungan dan hygiene perorangan.
Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan antara kondisi sarana air bersih, kuantitas dan kualitas air bersih secara fisik, faktor lingkungan dan hygiene perorangan dengan kejadian penyakit kulit pada masyarakat di wilayah kerja puskesmas kelurahan Cilincing II Jakarta Utara Tahun 2011.
Metode penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol perbandingan 1:1 dengan 46 kasus menderita penyakit kulit infeksi dan 46 kontrol tidak menderita penyakit kulit infeksi. Kasus dan kontrol diperoleh dari Puskesmas Kelurahan Cilincing II.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kuantitas dan kualitas air bersih secara fisik, faktor lingkungan dan hygiene perorangan dengan kejadian penyakit kulit infeksi dengan nilai p>0,05.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara kuantitas dan kualitas air bersih secara fisik, faktor lingkungan dan hygiene perorangan dengan kejadian penyakit kulit infeksi.

Dermatitis still becomes a health problem in Indonesia. According to Riskesdas (2007), the prevalence of the disease in Indonesia is quite high that is 67,8 %. In DKI Jakarta province, the prevalence is 99,9 %. In North Jakarta, the disease is one of the most ten diseases with prevalence 6 % (33.025) infected people. In the work area of community health center in Cilincing II district, the disease is the third of ten 10 biggest diseases. The number of victims in 2010 is 1354. The risk of the skin disease occurance can be caused by the lackness of fresh water, environmental factors and individual hygiene.
The aim of this study is to find out the relationship between fresh water facility condition, phisical quantity and quality of fresh water, environmental factors and individual hygiene and dermatitis occurances in society of community health center work area in Cilincing II district, North Jakarta, in 2011.
The method used is a control 1:1 comparison case study design with 46 dermatitis victim cases and 46 control of uninfected people. The control case is obtained from Cilincing II community health center.
The result of bivariat analysis indicates that there isn't any relationship between the physical fresh water quality and quantity, environmental factors and individual hygiene and the disease occurances with p>0,05.
The conclusion drawn is that there isn't any relationship between the physical fresh water quality and quantity, environmental factors and individual hygiene and the dermatitis occurances.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Agustini
"Potensi bahaya merupakan hal yang umum ditemukan dalam kegiatan sehari-hari, begitu juga dengan kegiatan praktikum. Studi ini mengenai analisis risiko pada praktikum jasa boga di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Depok Tahun 2015. Tujuannya untuk melakukan identifikasi bahaya dan mengetahui tingkat risiko di laboratorium jasa boga. Identifikasi bahaya dilakukan dengan menggunakan Job Hazard Analysis (JHA) dan analisis risiko dilakukan dengan menentukan besaran nilai risiko menggunakan formula semikuantitatif W.T. Fine. Pada aktivitas praktikum ditemukan 4 jenis bahaya (fisik, kimia, biologi dan ergonomi) dengan jumlah 41 bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dan bahaya yang paling banyak ditemukan adalah bahaya fisik. Hasil analisis risiko dibedakan menjadi basic risk, existing risk dan predictive risk. Pengelolaan risiko yang disarankan berupa pengendalian administratif seperti pembuatan Standar Operational Procedure (SOP) beserta penerapannya di setiap kegiatan praktikum jasa boga.

Potential hazard is commonly found in every daily activities, as well as practicum activities. The focus on this study is risk analysis in culinary service practicum in Vocational High School 2 Depok in 2015. This aim to identify the hazards and determine level of risk in the culinary service laboratory. Hazard identification method using the Job Hazard Analysis (JHA) and risk were calculated by semi-quantitative W.T. Fine's formula. In the practicum activity was found four types of hazards (physical, chemical, biological, and ergonomics) and 41 occupational health and safety hazard with the most common hazard is a physical hazard. The results of risk analysis can be divided into basic risk, existing risk and predictive risk. The recommendation to risk control in the form of administrative control such as Standard Operational Procedure (SOP) and its implementasion in each culinary service practicum."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S61550
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Marthin Julianto
"Penelitian ini membahas tentang analisis risiko K3 pada aktivitas proses wahana PT. X pada bulan Mei-Juni 2018. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan AS/NZS 4360:2004 sebagai standar untuk proses penilaian risiko K3. Metode yang digunakan dalam penilaian risiko adalah semi-kuantitatif formula matematika W. T Fine. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat risiko K3 pada aktivitas proses wahana PT. X. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 6 risiko terbesar pada tahapan aktivitas kerja dengan level risiko yang belum acceptable, yaitu very high, dan priority 1. Oleh karena itu, diberikan rekomendasi untuk pengendalian dari 6 risiko terbesar tersebut dari masing-masing proses yang bersifat engineering control, dan administrative control.

This research discusses about the risk analysis of occupational health and safety in activity of ride process at PT. X in May June 2018. This research used descriptive research design with AS NZS 4360 2004 as the standard for the OHS risk assessment process. The method used in risk assessment is a semi quantitative mathematical formula W. T Fine. The purpose of this study is to determine the level of OHS risk in the ride process activity of PT. X. The results showed that found the 6 biggest risks at the stage of work activity with the level of risk that has not acceptable, that is very high, and priority 1. Therefore, given the recommendation for the control of the six major risks of each process that is engineering control, and administrative control."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cita Fitria Putri
"Partikel halus berukuran ≤ 2,5 µm (PM2,5) diketahui menimbulkan risiko kesehatan terbesar bagi manusia karena kemampuannya untuk masuk jauh ke dalam paru-paru dan bahkan aliran darah. Pekerja di industri pengasapan ikan terus terpapar oleh konsentrasi tinggi PM2,5 yang terkandung dalam asap hasil pembakaran. Asap diketahui mengandung berbagai zat radikal bebas yang dapat memicu stres oksidatif pada organ dan jaringan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan konsentrasi PM2,5 di lingkungan kerja dengan kadar MDA yang merupakan salah satu biomarker stres oksidatif. Desain studi yang digunakan adalah Cross-sectional. Subyek penelitian adalah pekerja di pengasapan ikan Bandarharjo Semarang sejumlah 104 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran konsentrasi PM2,5 di udara, pengambilan sampel darah untuk uji kadar MDA, dan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kadar MDA dengan konsentrasi PM2,5 (p=0,007), konsumsi alkohol (p=0,022) dan masa kerja (p=0,019). Konsentrasi PM2,5 di rumah pengasapan skala kecil lebih tinggi dibanding rumah skala sedang dan besar. Sedangkan rata-rata kadar MDA pekerja adalah sebesar 0,996 µg/mL (95% CI 0,869-1,145). Adapun dari hasil Regresi Logistik Ganda diperoleh bahwa pekerja yang terpapar PM2,5 konsentrasi tinggi berisiko 4,433 kali untuk memiliki kadar MDA di atas rata-rata setelah dikontrol oleh variabel IMT, konsumsi alkohol, masa kerja, dan lama kerja. Temuan ini perlu ditindaklanjuti dengan meningkatkan pembinaan kepada pekerja, melakukan perbaikan sirkulasi udara di ruang pengasapan, dan pengaturan jam kerja pekerja, sehingga risiko kesehatan dapat diminimalisasi.

Fine particles with diameter ≤ 2.5 µm (PM2.5) are known to pose the greatest health risk to humans because of their ability to enter deeply into the lungs and even the bloodstream. Workers in the fish smoking industry continue to be exposed to high concentrations of PM2.5 contained in combustion fumes. Smoke is known to contain various free radical substances that can trigger oxidative stress in the organs and tissues of the body. This study aims to analyze the relationship of PM2.5 concentration in the work environment with MDA levels which is one of the biomarkers of oxidative stress. The study design used was Cross-sectional. The research subjects were 104 workers in Bandarharjo fish smoking industry in Semarang. Data collection was carried out through measurements of PM2.5 concentrations in the air, blood sampling for MDA levels, and questionnaires. The results showed a significant relationship between MDA levels and PM2.5 concentrations (p=0.007), alcohol consumption (p=0.022) and years of work (p=0.019). PM2.5 concentrations in small-scale smoke houses were higher than medium and large scale houses. While the average MDA level of workers is 0.996 µg/mL (95% CI 0.869-1.145). As for the results of the Multiple Logistic Regression, it was found that workers exposed to high concentrations of PM2.5 risk 4,433 times to have MDA levels above the average after being controlled by BMI variables, alcohol consumption, years of work, and duration of work. This finding needs to be followed up by increasing coaching to workers, improving air circulation in the smoking room, and regulating workers' working hours, so that health risks can be minimized."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denta Aditya Episana
"Latar belakang Penyakit kulit atau kelainan kulit terjadi pada lebih dari 35% dari semua kelainan akibat kerja. Dermatitis kontak adalah penyakit akibat kerja yang paling dikenal di banyak negara (dengan dermatitis kontak iritan terhitung 80% dari kasus), namun kasus-kasus ini sering tidak dilaporkan. Salah satu penyebab dermatitis kontak iritan adalah cyclohexanone, bahan kimia yang dikenal sebagai oksidator yang dapat mengiritasi kulit. Laporan Kasus Berbasis Bukti ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi/bukti tentang pengaruh pajanan cyclohexanone terhadap kejadian dermatitis kontak iritan. Metode Kasus dalam studi ini adalah tentang seorang wanita berusia 37 tahun yang bekerja sebagai operator pencetakan logo di sebuah perusahaan manufaktur sepatu yang terpajan cyclohexanone dan didiagnosis dengan dermatitis kontak iritan. Pencarian literatur dilakukan melalui PubMed, Scopus, dan ProQuest dan dilakukan dengan metode hand searching. Kriteria inklusi meliputi studi tinjauan sistematis, studi kohort, studi kasus- kontrol, studi potong lintang, dermatitis kontak iritan, cyclohexanone, dan pekerjaan. Kemudian, dinilai secara kritis menggunakan kriteria yang relevan dari Oxford Centre for Evidence-Based Medicine.
Hasil Tiga studi potong lintang yang relevan ditemukan melalui pencarian literatur dan dinilai secara kritis. Besarnya perkiraan dan presisi mengenai hubungan antara pajanan dan hasil dalam studi pertama tidak dapat dinilai; penelitian ini hanya menyatakan tidak ada nilai p yang signifikan secara statistik dalam prevalensi dermatitis akibat kerja antar departemen dan pemeriksaan antar departemen. Studi kedua menunjukkan bahwa pekerja dengan pajanan campuran bahan kimia pelarut, termasuk cyclohexane, berkorelasi dengan gejala kulit, kulit kering atau gatal pada tangan atau lengan, POR 1,46 (95% CI 1,06-2,01), dan kemerahan pada tangan atau lengan, POR 1,50 (95% CI 1,09-2,70). Sebagai perbandingan, penelitian ketiga menunjukkan bahwa pekerja dengan pajanan tunggal cyclohexane yang tinggi pada kulit memiliki risiko lebih tinggi untuk kejadian dermatitis tangan dengan nilai OR 2,15 (95% CI 0,59-7,95) tanpa signifikansi statistik. Kesimpulan Bukti yang tersedia dari studi potong lintang tidak membuktikan hubungan antara papajan cyclohexanone dan dermatitis kontak iritan pada pekerja; hanya satu studi yang menunjukkan hubungan yang signifikan secara statistik. Namun, disarankan untuk menyediakan peralatan kerja untuk mencegah kontak langsung dengan bahan kimia; pekerja juga harus mengenakan sarung tangan pelindung yang sesuai untuk menghindari dermatitis kontak iritan akibat kerja. Sebuah desain studi yang lebih baik seperti kohort atau kasus-kontrol diperlukan untuk memberikan bukti substansial bahwa papajan cyclohexanone dapat menyebabkan dermatitis kontak iritan pada pekerja.

Background Skin disorders or abnormalities occurred in more than 35% of all occupational disorders. Contact dermatitis is the most recognized occupational disease in many countries and the cases are often not reported. Irritant contact dermatitis occurs in 80% of cases This evidence-based case report aims to get evidence about the effect of cyclohexanone exposure on the incidence of irritant contact dermatitis. Method The case is about a 37-year-old woman who worked as an operator at logo screen printing in a shoe manufacturing company, exposed to cyclohexanone, and was diagnosed with irritant contact dermatitis. A literature search was conducted through PubMed, Scopus, and ProQuest and also performed with the hand searching method. The inclusion criteria were cohort study, case-control study, cross-sectional study, irritant contact dermatitis, cyclohexanone, and occupational. Then, critically appraised using relevant criteria by the Oxford Center for Evidence-Based Medicine. Result Three relevant cross-sectional studies were found through literature searching and after being critically appraised, it can be concluded that all the articles were valid. The magnitude and the precision of the estimate of the association between the exposure and outcome in the first study cannot be assessed, only stated no statistically significant p- value in occupational skin dermatitis prevalence between departments and the examination between departments. The second study showed that workers with solvent chemical mixture exposure including cyclohexane have a relationship in skin symptoms, dry or itchy skin on the hands or arms, POR 1.46 (95% CI 1.06-2.01), and redness on hands or arms, POR 1.50 (95% CI 1.09-2.70). While the third study showed that workers with a high dermal single exposure to cyclohexane have a higher risk for the incidence of major hand dermatitis, OR 2.15 (95% CI 0.59-7.95) but was not significant statistically.
Conclusion The available evidence from cross-sectional studies did not sufficient to prove an association between cyclohexanone exposure and irritant contact dermatitis in workers and only one study shows a significant association statistically. However, it is recommended to provide tools for working to prevent the workers from direct contact with the chemical and they should wear appropriate protective gloves while working to avoid the incidence of occupational irritant contact dermatitis. A better study design such as cohort or case-control is needed to provide stronger evidence that cyclohexanone exposure can cause irritant contact dermatitis in workers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sagala, Frans Andreas
"Operator hauling adalah salah satu pekerjaan yang berisiko tinggi untuk mengalami kelelahan kerja fatigue yang disebabkan karena jam kerja yang panjang, shift kerja, irama sirkadian dan sleep hyegene, dan berbagai faktor lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan fatigue pada operator hauling. Desain studi cross-sectional digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan kuisioner Industrial Fatigue Research Committee IFRC diantara 72 responden laki-laki yang bekerja sebagai operator hauling. Istirahat kerja yang tidak memadai memiliki korelasi yang signifikan dengan keluhan kelelahan OR = 7,429, p = 0,031 dibandingkan dengan faktor risiko lainnya. Selain itu, 75 dari operator hauling mengalami kelelahan ringan, dan hanya 25 dari operator mengalami kelelahan sedang. Kesimpulannya, istirahat kerja yang tidak memadai merupakan faktor utama kelelahan pada operator hauling di PT Harmoni Panca Utama Indonesia.

Hauling operator is one of the high risk occupations in experiencing fatigue caused by the long working hours, shift work, circadian rhythms, sleep hygiene, and the other factors. The objective of this study was to determine the factors associated with complaints of fatigue on the hauling operator. A cross sectional study was conducted using questionnaires Industrial Fatigue Research Committee IFRC among 72 male respondents who worked as a hauling operator. Inadequate rest of work has a significant correlation with fatigue complaint OR 7.429, p 0.031 compared to other risk factors. In addition, 75 of hauling operators were experiencing mild fatigue, and only 25 of the operators were experiencing medium fatigue. In conclusion, inadequate rest of work were the main factors of fatigue on the hauling operator at PT Harmoni Panca Utama Indonesia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68968
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>