Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167650 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Evi Marni Nasril
"Guna membuktikan, apakah terjadi efisiensi dalam pembiayaan kesehatan, maka dilakukan analisa terhadap hubungan sistem pembayaran dengan besaran klaim pada pasien Rawai Inap kasus Demam Berdarah Dengue dan Apendiktomi di 4 (empat) RSUD di DKI Jakarta. Penelitian ini, berupa penelitian evaluasi, dengan membandingkan hasil statistik besaran klaim kasus DBD dan Apendiktomi Program KJS dan Program JPK Gakin. Penelitian menggunakan 928 sampel, terdiri dari 329 sampel Program JPK Gakin, dan sisanya sebanyak 599 sampel. Total kasus Apendiktomi sebanyak 454 sampel, terbagi menjadi sistem PPE sebanyak 201, dan sistem INA CBG's sebanyak 253 sampel. Sedangkan pada kasus Demam Berdarah Dengue sebanyak 474 sampel, yang terdiri dari 128 sampel menggunakan sistem PPE, dan sisanya sebanyak 346 sampel menggunakan sistem INA CBG's.
Penelitian dilakukan di UP Jamkesda dengan menggunakan data sekunder, berupa rekapan klaim Rawat Inap kasus DBD dan Apendiktomi yang diajukan oleh 4 (empat) Rumah Sakit Umum Daerah. Adapun nama - nama 4 (empat) RSUD tersebut yaitu RSUD Budhi Asih, RSUD Koja, RSUD Cengkareng, dan RSUD Tarakan.
Dari hasil analisa bivariat didapatkan terjadi penurunan rata - rata besaran klaim kasus Apendiktomi pada sistem INA CBG's, hasil uji T Independen menyatakan ada perbedaan signifikan rata - rata besaran klaim antara sistem PPE dan INA CBG's. Sedangkan pada kasus Demam Berdarah Dengue, dari hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,692, berarti pada alpha 5 % terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan antara sistem PPE dan INA CBG's. Berarti pada kasus DBD, sistem INA CBG's tidak lebih efektif dibandingkan dengan sistem PPE.

To prove the efficiency in health financing, then analyzed the relation of payment system, with the amount claims in patients of hospitalization of DHF case and Apendiktomi at four hospitals in Jakarta. This research is a study to compare the results of statistical evaluation of the amount claims of DHF case and Apendictomy between KJS Programme and JPK Gakin program. This study used 928 samples, which are 329 samples of JPK Gakin program, and leftover 599 samples. Total cases of Apendictomy are 454 samples, wich are 201 of PPE system, 253 samples of INA CBG's. Meanwhile, in cases of Dengue Haemorragic Fever are 474 samples, wich are 128 samples of PPE system, and 346 samples of the INA CBG's.
The study was conducted in UP Jamkesda used secondary data, such as recap of inpatient claims and Apendiktomi dengue cases filed by four Regional Public Hospital. The Regional General Hospitals are Budhi Asih Hospital, Koja Hospital, Cengkareng Hospital and Tarakan Hospital.
From the analysis results of bivariate statistical, founded the decline in average amount of claims in the Apendictomy case of the INA CBG's system, but the result of the Independent T test revealed, there are significant difference in the average amount of claims between the PPE system and the INA CBG's. Meanwhile in the case of DHF Fever based on the results of statistical test, pvalue = 0.692. It means that at 5% alpha there are no significant difference between the PPE system and the INA CBG's. Therefore, in the case of dengue High fever, the INA CBG's is not more effective than PPE system.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41490
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Eka Nuryanto A.
"Penelitian ini bermaksud untuk melakukan analisa biaya untuk memperoleh harga pokok jasa pelayanan kesehatan cuci darah di Unit Hemodialisa Rumah Sakit "X". Tujuan akhir yang hendak dicapai dari analisa biaya yang dilakukan adalah untuk membantu penetapan tarif jasa pelayanan kesehatan cuci darah di Unit Hemodialisa Rumah Sakit "X" sehingga penetapan tarif jasa pelayanan kesehatan cuci darah dapat dilakukan dengan lebih baik. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi langsung di lapangan. Yang menjadi objek penelitian dari penulisan ini adalah Unit Hemodialisa di Rumah Sakit "X". Tarif jasa pelayanan kesehatan cuci darah di Unit Hemodialisa selama ini ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Penulis melakukan analisa biaya volume laba atas jasa pelayanan kesehatan yang diberikan untuk membantu penetapan tarif yang lebih baik. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, penulis menyimpulkan bahwa penetapan tarif jasa pelayanan kesehatan cuci darah di Unit Hemodialisa selama ini kurang mencerminkan keadaan yang sesungguhnya, dimana penetapan tarif tersebut kurang memperhatikan biaya untuk menghasilkan jasa tersebut. Penulis menyarankan agar pihak manajemen dalam mengusulkan penetapan tarif jasa pelayan cuci darah memperhatikan dengan baik besarnya biaya operasi Unit Hemodialisa sehingga tidak mengalami kerugian dalam operasinya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S19115
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Roselyne E.H.L.
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang biaya pelayanan kesehatan rawat inap dan mengetahui faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap besarnya klaim biaya rawat inap kasus Demam Berdarah Dengue pasien JPK Gakin dan SKTM di lima RSUD Provinsi DKI Jakarta tahun 2011. Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa total biaya rawat inap untuk kasus DBD JPK Gakin dan SKTM adalah. Rp3,315,061,202, dengan jumlah kasus 1.937, dan rerata biaya rawat inap berkisar dari Rp1,297,887 sampai Rp2,035,296. Dari biaya rawat inap yang diklaim oleh Rumah Sakit komponen obat dan pemeriksaan penunjang merupakan komponen terbesar pertama dan kedua di empat rumah sakit dari lima RSUD yang diteliti. Dan faktor yang mempengaruhi besarnya tagihan biaya rawat inap kasus DBD pasien JPK Gakin dan SKTM adalah lama hari rawat, rumah sakit, adanya diagnosis penyerta/penyulit/komplikasi dan jenis kepesertaan jaminan.

This study aims to find out information about the inpatient claims cost and determine the factors that might influence the inpatient claims cost of DHF cases of JPK Gakin & SKTM patients in five District General Hospital in the Jakarta province in 2011. The study results obtained information that the total inpatient claims cost for DHF cases of JPK Gakin and SKTM patients is Rp3,315,061,202, with 1.937 cases. The average of the inpatient claim cost ranged from Rp1,297,887 up to Rp2,035,296. Medicine and laboratory examination is the first and the second largest component of hospitalization expenses claimed in four hospitals of five District General Hospital which is investigated area,. And the factors that affect the amount of inpatient claims cost is Length of stay, the hospital, the diagnosis of comorbid/complication and the type of insurance membership."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allosomba, Torrodatu
"Di propinsi DKI Jakarta, penyakit demam berdarah merupakan salah satu prioritas masalah di bidang kesehatan. Kasus demam berdarah setiap tahunnya terus meningkat bahkan terjadi KLB. Tingginya kasus demam berdarah mengakibatkan pengeluaran biaya yang cukup besar haik dari pemerintah maupun dari pasien/keluarga.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran biaya - biaya yang ditimbulkan oleh penyakit demam berdarah, yang menjalani perawatan rawat inap di RSUD Tarakan.Tujuan khusus penelitian ini hanya cost of illness dari pasien dan tidak mencakup biaya yang dikeluarkan pemerintah.
Desain penelitian adalah survei, yang dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2004 di RSUD Tarakan, dengan rumus, jumlah sampel 82 responden. Data dikumpulkan dengan wawancara langsung kepada responden yang sedang menjalani perawatan rawat inap. Selanjutnya data diolah dan dianalisa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik responder yaitu jenis kelamin responden yang terbanyak menjalani rawat inap adalah laki-laki. umur rata-rata responden adalah 22.8 tahun.Tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA. Sebelum menjalani rawat inap di RSUD Tarakan, responden terlebih dulu mencari pengobatan dengan membeli obat sendiri dan ke tempat sarana kesehatan lainnya. Besarnya biaya sebelum berobat ke rumah sakit rata-rata Rp 38.054, terendah Rp 1.000 dan termahal Rp 704.845, terdiri dari biaya: obat, jasa, laboratorium dan pemeriksaan lainnya dan transportasi.
Responden dirawat di rumah sakit rata-rata 4 hari, dengan variasi antara 1 sampai 10 hari . Kelas perawatan yang digunakan responden semuanya kelas III. Responden ke rumah sakit untuk berobat setelah sakit rata-rata 3 hari. Biaya yang dikeluarkan selama menjalani perawatan rawat inap rata-rata sebesar Rp 369.799.
Total hari sakit responden adalah antara 4 sampai 15 hari dengan rata-rata 7 hari sakit. Pendapatan responden yang berkurang/ hilang selama sakit rata-rata sebanyak Rp 145.000 dan pendapatan yang berkurang / hilang dari keluarga yang menunggui rata-rata sebanyak, Rp 202.969.
Janis biaya yang dikeluarkan selama sakit demam berdarah terdiri dari 12 jenis biaya dengan total biaya rata-rata sebanyak Rp 892.067. Biaya tersebut dikelompokkan menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung. Besarnya biaya langsung Rp 423.690, komponen biaya langsung yang terbesar adalah biaya obat ( 48.8% ) dari total biaya langsung . Besarnya biaya tidak langsung sebanyak Rp 468.377. dimana komponen biaya yang terbesar pada biaya tidak langsung adalah opportunity cost ( 74.5%) dari total biaya tidak langsung.
Hasil analisis bivariat antara karakteristik responden dengan biaya menunjukkan bahwa total biaya sakit lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan pada wanita. pendidikannya SMA keatas biaya sakitnya lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang pendidikan s/d SMP , pada kelompok yang pekerjaannnya pegawai biaya sakitnya lebih tinggi dibandingkan dengn kelompok yang pekerjaanya bukan pegawai, pada responden yang lama sakitnya lama, biaya sakitnya lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok responden yang lama sakitnya singkat sedangkan pada kelompok responden yang lama hari rawatnya lama dan singkat biaya yang dikeluarkan pasien hampir sama.
Penelitian ini hanya dilaksanakan di salah satu RSUD di Propinsi DKI Jakarta dan waktu penelitian bersamaan dengan terjadinya KLB demam berdarah maka hasil penelitian ini belum menggambarkan cost of illness pada semua golongan yang ada di Propinsi DKI Jakarta dan hanya merupakan gambaran biaya yang dikeluarkan oleh golongan yang tidak mampu . Karena itu perlu penelitian lagi yang menggambarkan semua golongan dengan melaksanakan penelitian di beberapa rumah sakit vertikal dan rumah sakit swasta yang merawat pasien demam berdarah di Propinsi DKI Jakarta.
Daftar Pustaka : 30 ( 1986 - 2004 )

In the special province of district Jakarta, dengue hemorrhagic fever is in a high priority in of public health program. A case of dengue hemorrhagic fever has been increasing annually. The DHF case incared high cost to government and the patients.
The general objective of this research is to obtain information about total cost of DHF disease to those who have been hospitalized at the Tarakan RSUD.The specific objectives of this research is to find out the out the pocket cost of illness being borne by the patient.
This study Surveyed patients being treated at the Tarakan RSUD from April through May 2004 with total sample of 82 respondents . Data were collected by interviewing directly the 82 patient/ family stay in the hospital. The data was then processed and analyzed.
The result indicates that most of (he patient are male, with average age of 22.8 years old. Their educational background are mostly Senior High School graduates. Before being hospitalized at the Tarakan hospital, they fought medicines or went medical facilities. The average cost of priored medicine was Rp 38.054 consist : medicines, services, laboratory, other medical and transportation.
On average, patients need to be hospitalized for 4 days varying 1 to 10 days. All wards used are found out to be the third class. Respondent to go to hospital for make medicine after they are sick 3 days ago. The average cost for to care health in hospitals was Rp 369.700.
Totally, it took them to recover from the illness for 4 to 15 days averaging 7 days. The income average of respondent to decrease during sick as Rp 145.000 and income average of they family to decrease was Rp 202.969
The total expenditure breaks for 12 kind of cost amounting to Rp 892.067 on average. The expenditure is categorized into direct cost and indirect cost. The direct cost amounting Rp 421690 which medicine cost ( 48.4%) is the biggest cost of total direct cost component. The indirect cost amounting Rp 468.377 which opportunity cost (74,5%) is the biggest cost of total indirect cost component.
The result of bivariat indicate cost of illness of the men more expensive than women, senior high school education background cost of illness than secondary school, official group than not official, sufferers an illness has had along time and short time the cost are almost same.
The research that carried out in once of Regional Public Hospital ( RSUD) in the province of Jakarta and at the time has out break dengue hemorrhagic fever moment with the result that research not yet describe of cost of illness from the all group in DKI Jakarta province , and only to find cost of illness by destitute category. It is need to make a future study in the several vertical hospitals and private hospitals that is dengue hemorrhagic fever patients in DKI Jakarta province.
References: 30 ( 1945 - 2004)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13136
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Maryani
"Rumah sakit Tangerang telah menjadi unit swadana tahun 1996, sebingga pembiayaan operational dari penghasilan fungsionalnya sendiri, tetapi fungsi social dari rumah sakit tersebut tetap masih dilaksanakan terbukti dengan menangani pasien tidak mampu dilaksanakan sebagaimana mestinya serta sebagai pusat pelayanan dan rujukan Terlihat dengan penanganan pelayanan dasar pada ibu bersalin terjadi pertumbuhan 14,9 % dari tahun 2001 - 2002. Dari pertumbuhan pelayanan persalinan tersebut ,penanganan persalinan normal pertumbuhannya adalah 23,4 % dan diikuti persalinan dengan tindakan sebesar 13,6 %. Bila dilihat dari sisi kenaikan pendapatan pada kamar bersalin terdapat pertumbuhan sangat signifikan yaitu sebesar 99,6%, Bila dibandingkan antara pertumbuhan pelayanan persalinan dengan pedapatan di kamar bersalin, indikasi adanya kenaikan biaya yang sangat berarti. Salah satu upaya untuk mendukung peningkatan cakupan layanan kepada ibu bersalin diperlukan informasi mengenai struktur biaya satuan tindakan persalinan normal dan persalinan dengan ekstraksi vakum di kamar bersalin.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi biaya satuan persalinan normal dan persalinan dengan ekstraksi vakum di kamar bersalin RSUD Tangerang khususnya teridentifikasinya besaran & elemen total biaya di kamar bersalin dan teridentifikasinya besaran biaya satuan layanan tindakan persalinan normal dan persalinan dengan ekstraksi vakum di kamar bersalin RSUD Tangerang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik secara operational research , dengan analisis biaya menggunakan metode Activity Based Costing.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa biaya satuan persalinan normal adalah Rp 146.828,-(semua komponen biaya dihitung), apabila mengabaikan perhitungan biaya investasi dan gaji PNS maka besarnya adalah Rp 36.940; , Pada persalinan dengan eksiraksr vakum menghasilkan biaya satuan sebesar Rp 198.048,-(semua komponen biaya dihitung), apabila mengabaikan biaya investasi dan gaji PNS maka besamya adalah Rp 59.255,- . RSUD Tangerang adalah rumah sakit umum pemerintah maka peneliti melakukan perhitungan dengan mengabaikan biaya investasi dan biaya gaji PNS. Sehingga terlihat ada efisiensi biaya satuan sebesar 79 %pada persalinan normal dan persalinan ekstruksr vakum sebesar 78 %.

Tangerang Hospital has been included in self funding hospital program by the Government therefore they have to maintain their social function as hospital in general. It is proven by caring poor patients and been appointed to be service center and reference hospital for Tanggerang district. In implementing such function during year 2002 Tangerang Hospital has served and cared mothers delivering babies almost 15% higher compare to previous year. Normal childbirth itself has grown up by 23% while Childbirth with Vacuum Treatment has grown by almost 14%. Meanwhile when we take a look at revenue growth at Delivery Unit for 2002 compare to 2001 it was a tremendous growth of almost 100%, it was interesting case to be analyzed that in terms of revenue it was significant growth compare to 23% growth of number of services then our rough assumption is it was higher price/tariff and basic assumption of higher price/tariff is higher coast. Coast efficiency and effectiveness can produce lower price/tariff so that can serve more patients, especially poor patients. One way to increase the quality of service to the pregnant is to get information of unit cost structure for Normal Childbirth with Vacuum Treatment in Delivery Room.
The objective of this research is to get information on information of unit coast structure for Normal Childbirth and childbirth with Vacuum Treatment at Delivery Room in Tangerang Hospital, especially identifying cost components and total cost in delivery room and unit cost for Normal Childbirth service and Childbirth with Vacuum Treatment service as weel. This research is a descriptive and analytical operation research, with cost analysis using Activity Based Costing as An approach.
From the research it is concluded that unit cost for normal Childbirth is 146.828,- this calculation charged all cost components while if investment cost and civil servants (PNS) salary was not included the unit cost was only Rp. 36.940,- For Childbirth with Vacuum Treatment service the unit cost was 198.048,- for all cost components included in the calculation but if investment cost and PNS salary is not included then the unit cost become Rp. 59.255,-. The reason for this kind of cost calculation is Tangerang Hospital is Public hospital where all facilities and salaries for civil servants is government subsidy so there is a potential cost efficiency for normal childbirth is about 79 and 78 for childbirth with vacuum treatment. With this potential cost efficiencies in both Normal Childbirth and Childbirth with Vacuum Treatment services then more patients can be served and more services can public as social functionality of Tangerang Hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12980
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya penyelenggaraan pelayanan kebersihan di Suku Dinas (Sudin) Kebersihan Jakarta Timur. Secara khusus hal-hal yang diidentifikasi adalah struktur dan alokasi biaya penyelenggaraan pelayanan kebersihan, besarnya biaya satuan, dan tingkat kemampuan pelayananSudin Kebersihan, serta gambaran mengenai kinerja (efisiensi) pusat biaya produksi (yang menjadi penyelenggara pelayanan kebersihan) di Sudin Kebersihan Jakarta Timur. Sebagai bahan masukan untuk pengambil keputusan untuk menuju efisiensi dan efektifitas pembiayaan.
Penelitian ini merupakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitik. Pengamatan lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi kesiapan Sudin Kebersihan sehubungan dengan dilakukannya analisa biaya, disamping itu dilakukan pula wawancara dengan pegawai yang berhubungan langsung dengan pusat produksi (penyapuan, pengangkutan, dan penanganan air kotor) untuk mendapatkan rata-rata waktu pelayanan sebagai dasar bagi perhitungan kapasitas output Sudin Kebersihan.
Data biaya menggunakan data historis dari pengeluaran selama Januari-Desember 2001. Analisa biaya yang dilakukan disesuaikan dengan kondisi Sudin Kebersihan Jakarta Timur, terutama dalam hal ketersediaan informasi yang dibutuhkan. Distribusi biaya dari pusat biaya penunjang, ke pusat biaya prorduksi menggunakan step down method.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kondisi sistem pencatatan di Sudin Kebersihan belum dipersiapkan untuk dilakukan analisa biaya. Struktur biaya menunjukkan, bahwa 24.56% total biaya digunakan untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan, dan dari jumlan tersebut biaya pegawai menyerap 17,56% (terdiri dari gaji : 15,02%, dan insentif : 2,54%) . Alokasi biaya menggambarkan, bahwa pusat biaya penunjang memperoleh alokasi 56,25%, dan pusat biaya produksi 43,75%. Biaya satuan yang didapatkan tanpa investasi untuk pusat biaya penyapuan sebesar Rp 11.983.656,00 per output; untuk pengangkutan sampah sebesar Rp 11.954,00 per; output; dan Penanganan Air Kotor (PAK) sebesar Rp 192.321,00 per output.
Komponen biaya yang dominan dalam membentuk biaya satuan ini pada umumnya adalah biaya pegawai (terutama gaji). Kinerja pusat pada produksi berdasarkan pencapaian kapasitas output, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut bahwa untuk pusat biaya penyapuan efisien, pusat biaya pegangkutan sampah sudah cukup efisien, sedangkan Penanganan Air Kotor (PAK) cenderung masih belum efisien.
Dengan basil tersebut, maka saran yang dapat diajukan untuk Sudin Kebersihan adalah : Sudin Kebersihan harus mulai memperbaiki sistem pencatatan yang ada untuk mendukung proses analisa biaya; mempertahankan keberadaan pusat-pusat biaya yang sudah ada, dengan rnengupayakan meningkatkan efisiensi dengan cara meningkatkan utilitas atau memanfaatkan sumber Jaya yang telah ada, salah satunya adalah dengan mengoptimalkan pengoperasikan penggunaan kendaraan pengangkut sampah dengan menambah jumlah pegawai supaya tidak ada lagi sampah yang tidak terangkut.
Saran yang dapat diajukan ke Dinas Kebersihan adalah agar menyiapkan suatu sistem informasi yang real di Sudin Kcbersihan untuk mendukung dilakukannya analisa biaya; menyiapkan standar pelayanan kebersihan yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan biaya satuan normatif."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T1819
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asiah Suroto Gunari
"Pengelolaan Keuangan Rumah Sakit Pemerintah yang tidak benar sering menyebabkan kerugian terns menerus dari rumah sakit tersebut. Dengan melakukan analisa biaya maka dapat ditentukan perencanaan maupun pelaksanaan penentuan tarif yang tepat sehingga menghindari kerugian tersebut diatas. Dengan analisa biaya juga Direktur bisa melakukan intervensi-intervensi yang diperlukan untuk mengatasi ketidakseimbangan keuangan di rumah sakit.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi biaya satuan dan hubungannya dengan cost recovery dan optimalisasi tarif di Rumah sakit. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif dengan jalan wawancara kepada pasien yang datang berobat dan pengumpulan data yang telah ada ditiap unit rumah sakit. Dengan metoda analisa biaya double distribution dan Sumedang dalam keadaan defisit.
Dengan jalan melakukan analisa antara unit cost, kesediaan membayar (WTP), kemampuan masyarakat dengan tarif didapatkan bahwa kemampuam dan kesediaan membayar pasien masih dibawah tarif maupun unit cost, sehingga merupakan hal yang sangat dilematis untuk menetapkan tarif dalam rangka meningkatkan pendapatan rumah sakit.
Tetapi walaupun demikian ada suatu hal yang menguntungkan rumah sakit yaitu adanya cross subsidiari tiap unit pelayanan yang menyebabkan rumah sakit menjadi profit. Defisit yang dialami disini juga akibat cross subsidi pasien umum kepasien Perum Husada Bakti yang ternyata mempunyai income perkapita yang lebih tinggi daripada pasien umum.
Disarankan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk membayar pelayanan rumah sakit dengan jalan asuransi kesehatan untuk masyarakat. Untuk mendapatkan premi yang memadai dengan tarif rumah sakit perlu penelitian lebih lanjut akan kemampuan seluruh masyarakat Sumedang."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
T1947
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Mardhiah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya penyelenggaraan pelayanan pengujian laboratorium di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta. Secara khusus hal-hal yang didentifikasi adalah struktur dan alokasi biaya penyelenggaraan pelayanan pengujian laboratorium, besarnya biaya satuan dan gambaran mengenai kinerja (efisiensi) pusat biaya produksi (yang menjadi penyelenggara pelayanan pengujian) di Laboratorium Kesmavet sebagai bahan masukan untuk pengambil keputusan untuk menuju efisiensi dan efektifitas pembiayaan.
Penelitian ini merupakan merupakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitik. Pengamatan lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi kesiapan Laboratorium Kesmavet sehubungan dengan dilakukannya analisa biaya. Di samping itu dilakukan pula wawancara dengan pegawai yang berhubungan langsung dengan pusat produksi (pengujian fisik kimiawi, pengujian mikrobiologi dan pengujian residu) untuk mendapatkan rata-rata waktu pelayanan sebagai dasar bagi perhitungan kapasitas output Laboratorium Kesmavet. Data biaya menggunakan data historis dari pengeluaran selama Januari-Desember 2003. Analisa biaya yang dilakukan disesuaikan dengan kondisi Laboratorium Kesmavet terutama dalam hal ketersediaan informasi yang dibutuhkan. Distribusi biaya dari pusat biaya penunjang ke pusat biaya produksi menggunakan Step Down Method.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kondisi sistem pencatatan di Laboratorium Kesmavet belum dipersiapkan untuk dilakukan analisa biaya. Struktur biaya menunjukkan, bawa 77,49% total biaya digunakan untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan, dan dari jumlah tersebut biaya pegawai menyerap 31,83% (terdiri dan gaji 24,50% dan insentif 7,33%). Alokasi biaya menggambarkan, bahwa pusat biaya penunjang memperoleh alokasi 54,88% dan biaya produksi 45,12%. Biaya satuan yang didapatkan tanpa biaya investasi untuk pusat biaya pengujian fisik kimiawi sebesar Rp. 175.438 per sampel; untuk pengujian mikrobiologi sebesar Rp. 412.364 per sampel; dan pengujian residu sebesar Rp. 676.801 per sampel. Komponen biaya yang dominan dalam membentuk biaya satuan ini pada umumnya adalah biaya pegawai (terutama gaji). Kinerja pusat biaya produksi berdasarkan pencapaian kapasitas output, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut bahwa untuk pusat biaya pengujian mikrobiologi cukup efisien, sedangkan pusat biaya pengujian fisik kimiawi dan pengujian residu masih beium efisien.
Dengan hasil tersebut, maka rekomendasi yang dapat diberikan untuk Laboratorium Kesmavet adalah: Laboratorium Kesmavet harus mulai memperbaiki sistem pencatatan yang ada untuk mendukung proses analisa biaya; mempertahankan keberadaan pusat pusat biaya yang sudah ada dengan mengupayakan meningkatkan efisiensi dengan cara meningkatkan demand (permintaan) pelayanan dan masyarakat agar dapat memanfaatkan semua sumber daya yang ada."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20422
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>