Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130358 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Perbandingan densitas pelet UO2 hasil peletisasi menggunakan serbuk dan mikrospir. Telah dilakukan pengembangan proses peletisasi menggunakan mikrospir UO2sebagai pengganti serbuk UO2. Mikrospir bersifat speris, free flowing, porus dengan kekerasan tertentu (soft particle). Keunggulan penggunaan mikrospir pada proses peletisasi adalah tidak menimbulkan debu saat kompaksi dan lebih efektif dalam pengepakan sehingga tidak membutuhkan proses granulasi dan pelumas padat. Dihipotesakan bahwa penggunaan mikrospir UO2 dalam proses peletisasi akan memberikan densitas pelet sinter yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan serbuk UO2 pada parameter proses peletisasi yang sama. Mikrospir UO2yang digunakan pada peletisasi ini berukuran 900 µm dan crushing strength 2,0 N/partikel , sedangkan serbuk UO2 yang digunakan berukuran antara 150-850 µm. Proses peletisasi mikrospir UO2 dan serbuk UO2 dilakukan dengan memvariasikan tekanan kompaksi antara 200 Mpa hingga 500 MPa dan disinter pada temperatur 1100 °C selama 6 jam dalam suasana campuran gas hidrogen dan nitrogen. Karakterisasi dilakukan pada pelet mentah dan pelet sinter mikrospir UO2 dan serbuk UO2 yang meliputi pengukuran dimensi, penimbangan berat dan pengukuran densitas. Pada variasi tekanan kompaksi diperoleh pelet mentah dan pelet sinter mikrospir UO2 dengan densitas lebih tinggi dibandingkan hasil peletisasi serbuk UO2. Diperoleh hasil bahwa densitas pelet mentah baik hasil kompaksi serbuk UO2 maupun mikrospir UO2meningkat dengan bertambahnya tekanan kompaksi. Densitas pelet mentah mikrospir UO2berkisar antara 82,1 - 84,2 %TD. Pada kondisi penyinteran yang sama, baik kompakan serbuk UO2 maupun kompakan mikrospir UO2 memperlihatkan densitas meningkat dengan semakin besar tekanan proses kompaksi. Dari penelitian ini belum diperoleh pelet sinter UO2 dengan densitas sesuai persyaratan reaktor pengguna sehingga diperlukan penelitian lanjutan terkait parameter proses peletisasi dan spesifikasi mikrospir UO2yang efektif dalam memberikan pelet sinter UO2 dengan densitas sesuai persyaratan."
URANIA 22:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mashuri
"Untuk mengetahui pengaruh agen ikat silang terhadap sifat kuat tarik dan titik leleh polietilen densitas tinggi (HDPE-High Density Polyethylene) dibuat sampel XPE (Crosslinked Polyethylene) dengan variasi prosentase berat (0,50 sampai 1,50 bwt) agen ikat silang DCP (Dicumyl Peroxyde). Selanjutnya dilakukan pengukuran dan pengujian seperti fraksi rantai ikat silang.. FTIR, densitas, XRD. titik leleh, temperatur dekomposisi dan sifat kuat tarik.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa DCP merangsang meningkatkan terbentuknya rental ikat silang dalem HDPE, tetapi mulai 1.50% DCP cenderung menuju keadaan jenuh. XPE dengan kendungan DCP kurang dari 1,50' terbentuk fasa kristalin ( bidang kristal (010) ) namun secara bulk XPE lebih berfasa amorfphous. Hal ini ditandai dengan penurunan nilai derajat kristalinitas dan densitas. Fenomena ini menyebabkan titik leleh dan dekomposisi meningkat, modulus Young menurun, elongasi meningkat dan UPS meningkat walau relatif kecil.Sehingga XPE merupakan polietilen yang bersifat kuat tarik lebih baik dan lebih stabil pada pemakaian temperatur operasi tinggi."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Characterization of pellet mixture of oxyde uranium and oxyde zirconium that is sintering process product. Characterization of nixture pellet UO2 and ZrO2 result of sintering process has been done as a mean to knows hardness character , microstructure, grain size and pellet density...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yusia Mega Relita
"Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan merupakan penyakit endemis di daerah tropis termasuk Indonesia. Semakin banyaknya strain Plasmodium yang resisten terhadap obat antimalaria membutuhkan penemuan obat baru yang lebih poten untuk mengatasi permasalahan ini. Delonix regia mengandung zat kimia alkaloid dan terpenoid yang memiliki potensi sebagai antiplasmodium. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa ekstrak kulit buah dan daun Delonix regia mampu menurunkan densitas Plasmodium berghei. Kelompok perlakuan mendapatkan ekstrak kulit buah dan daun yang diberikan dengan tiga dosis, yaitu 2,8 mg/20g mencit, 8,4 mg/20g mencit, dan 14 mg/20g mencit selama tiga hari berturut-turut dimulai tujuh hari setelah inokulasi parasit pada Mencit Swiss-webster. Pemeriksaan parasitemia dilakukan pada hari ke-0 sebelum perlakuan dan hari ke-3 setelah perlakuan dengan cara dibuat sediaan apusan darah tipis yang diwarnai dengan Giemsa.
Hasil analisis statistik menunjukkan pada dosis ekstrak kulit buah Delonix regia dosis 2,8 mg/20g mencit dan dosis 8,4 mg/20g mencit menunjukkan perbedaan jumlah parasit yang signifikan terhadap jumlah parasit kelompok kontrol negatif, sedangkan pada ekstrak kulit buah Delonix regia dosis 14 mg/20g mencit menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kelompok kontrol negatif. Hasil analisis statistik pada ekstrak daun Delonix regia dosis 2,8 mg/20g mencit, 8,4 mg/20g mencit dan 14 mg/20g mencit menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kelompok kontrol negatif. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak kulit buah Delonix regia dosis 2,8 mg/20g mencit paling baik dalam menurunkan densitas Plasmodium berghei.

Malaria remains a public health problem and endemic in tropical country, including Indonesia. Increasing number of strains of drug-resistant Plasmodium malaria needs to find a new, more potent drugs to overcome this problem. Delonix regia contains alkaloid and terpenoid chemicals that have potential as antiplasmodium. The purpose of this study is to prove that the rind and leaf extracts of Delonix regia can reduce the density of Plasmodium berghei in Swiss-webster mice. The treatment group get rind and leaf extracts given in three doses, ie 2,8 mg/20g mice, 8,4 mg/20g mice, and 14 mg/20g mice for three consecutive days starting seven days after inoculation of parasites. Parasitemia examination performed on H0 before and day 3 after treatment made by blood smear preparations stained with Giemsa thin.
The results of the statistical analysis showed a dose Delonix regia rind extract dose 2,8 mg/20g mice and 8,4 mg/20g mice showed a significant difference in the number of parasites on the number of parasites negative control group, while in the rind extracts Delonix regia dose 14 mg/20g mice showed no significant difference to the negative control group. The results of statistical analysis on Delonix regia leaf extracts dose 2,8 mg/20g mice, 8,4 mg/20g mice and 14 mg/20g mice no significant difference to the negative control group. Based on these results it can be concluded that administration of Delonix regia rind extract at a dose of 2,8 mg/20g mice body weight is the best dose which can reduce the density of Plasmodium.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rasydha Wahyu Budi
"Paduan aluminium seperti 2024 aluminium alloy banyak digunakan pada industri pesawat sebagai bahan penguat struktur dan lapisan sayap pesawat. Tetapi paduan aluminium tersebut rentan terhadap korosi pada aging state tertentu, sehingga aluminium perlu diplating. Nikel merupakan salah satu logam yang sering digunakan sebagai material pelapis karena memiliki sifat ketahanan korosi yang baik, kekerasan dan juga dapat meningkatkan tampilan dari logam yang dilapisi. Dalam penelitian ini, dilakukan proses pelapisan Nikel pada lempeng Aluminium melalui metode electroplating dengan variasi rapat arus sebesar 3 mA/cm2, 10 mA/cm2, dan 25 mA/cm2. Karakterisasi XRD dan SEM dilakukan untuk melihat struktur kristal dan mikrostruktur lapisan nikel. Uji kekerasan dilakukan dengan metode Vickers. Uji sifat korosi dilakukan dengan metode LSV (Linear Sweep Voltamettry). Pola difraksi sinar-X menunjukkan peningkatan intensitas bidang (111) dan bidang (002) seiring meningkatnya rapat arus, sedangkan intensitas bidang (022) mengalami penurunan. Pengolahan data LSV menunjukkan sampel dengan arus 25 mA cm-2 memiliki daya tahan korosi yang paling baik yaitu sebesar 0,157 mm/tahun, tetapi memiliki tingkat kekerasan yang paling rendah sebesar 416,6 VH. Perubahan rapat arus ditemukan dapat mempengaruhi struktur kristal, morfologi permukaan dan sifat elektrokimia lapisan nikel yang terdeposisi.

Aluminium alloys such as 2024 aluminium alloys are widely used in aircraft industry as structural sthrength and skin for wings. However, those alloys are susceptible to corrosion at certain aging state, hence plating is necessary. Nickel is one of metal that widely used as coating material due to their high corrosion resistance property, hardness and enhancing the metal’s surfaces. In the current study, Nickel was successfully deposited on the Aluminium surface by electroplating method with various current density which are 3 mA/cm2, 10 mA/cm2, and 25 mA/cm2. XRD and SEM was performed to see the crystal structure and microstructure of the plated nickel coating. Hardness test was performed using Vikers method. The corrosion property was tested by LSV (Linear Sweep Voltamettry) method. The XRD patterns show increasing intentisy of (111) and (002) plane along the increase of current density, while the (022) intensity decreasing. The LSV shows that the sample with 25 mA cm-2 current density has the highest corrosion resistance with value of 0.157 mm/year, but it has the lowest hardness value at 416.6 VH. It was found that the variation of current density can affect crystal structure, surface morphology and electrochemical property of the deposited nickel coating."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pengaruh proses sintering terhadap perubahan densitas, kekerasan dan mikrostruktur pelet U-ZrHx. Pada sintering pelet bahan bakar U-ZrHx dilakukan untuk memperoleh densitas yang lebih tinggi dari pelet sebelum disinter. Mula-mula dibuat pelet U-ZrHx dari kandungan Zr berturut-turut sebesar 35%, 45% dan 55% berat. Proses sintering dilakukan selama 1 jam pada temperatur yang bervariasi 1100 °C, 1200 °C dan 1300 °C dengan laju kenaikan temperaur 2 °C/menit, kemudian diturunkan temperaturnya dengan laju penurunan temperatur 10 °C/menit hingga temperatur kamar. Pelet U-ZrHx yang telah disinter selanjutnya dikenai berbagai pengujian, antara lain dimensi, densitas, kekerasan, dan mikrostruktur. Pada pengujian densitas terlihat bahwa pada komposisi Zr yang sama tetapi temperatur sintering yang semakin tinggi maka terjadi kenaikan nilai densitas. Apabila dilihat pada temperatur sintering yang sama dan kandungan Zr yang semakin tinggi maka densitas yang diperoleh semakin rendah. Hasil pengujian kekerasan mikro menunjukkan bahwa pada komposisi tetap Zr sebesar 35% dan 55% yang disinter pada temperatur sintering yang semakin tinggi maka semakin tinggi kekerasannya, kemudian menurun bila temperatur sintering naik. Apabila dilihat hasil pengujian pada temperatur sintering tetap tetapi kandungan Zr berbeda maka terlihat dari kandungan Zr 35% (U-35ZrHx) menjadi 45% (U-45ZrHx) terjadi kenaikan kekerasan, dan akan menurun pada kenaikan kandungan Zr menjadi 55% (U-55ZrHx). Sementara itu, dari hasil pemeriksaan mikrostruktur menunjukkan bahwa pada kompsisi Zr tetap tetapi temperatur sintering semakin tinggi, maka jarak antar serbuk semakin rapat. Apabila dilihat dari temperatur sintering tetap tetapi komposisi Zr yang semakin tinggi, maka terlihat bahwa semakin tinggi komposisi Zr semakin berkurang kerapatan jarak antar serbuk di dalam pelet. Dapat disimpulkan bahwa proses sintering pelet akan menaikkan densitas, kekerasan, dan kerapatan jarak antar serbuk. Kondisi optimum dicapai pada proses sintering pelet dengan komposisi Zr 45% (U-45ZrHx) yang disinter pada temperatur 1200 °C. Pada kondisi tersebut pelet sinter mempunyai densitas sebesar 8,673g/cm3, kekerasan sebesar 661 HVN tanpa mengalami keretakan."
URANIA 22:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suharno
"ABSTRAK
Pada pengecoran aluminium dihasilkan limbah dross yang merupakan hasil oksidasi logam-logam yang berbentuk serbuk Dari hasil pengujian komposisi, ternyata dross ini memiliki kandungan alumina yang tinggi, yaitu 61,67 %. Dengan kandungan alumina yang tinggi ini make diusahakan pemanfaatan dross limbah ini sebagai refraktori alumina kadar tinggi, dengan melakukan penelitian terhadap sifat-sifat refraktorinya.
Penelitian dilakukan dengan menambahkan silika sebesar 5%; 7,5% dan 10% serta 5 % air dan 5% bentonit sebagai pengikat. Pada tahap awal dilakukan proses persiapan dross, yang meliputi penyaringan kasar, pengeringan, pengklasifikasian serta pemfotoan struktur serbuk dross. Tahap kedua adalah pembuatan sampel pengujian, yang meliputi pencampuran dross dengan air, bentonit dan silika tambahan; kompaksi dengan beban 400 kg/cm2; pengeringan dengan temperatur 400°C selama 1 jam dan pembakaran pada temperatur 1350°C selama 24 jam. Tahap terakhir adalah pengujian ekspansi termal, ketahanan kejut temperatur dan pengamatan struktur.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terjadi penurunan koefisien ekspansi termal, yaitu berturut-turut untuk penambahan silika 5 % (9,04.10^-6 °c^-1); 7,5 % (8, 18.10^-6 °C^-1) dan 10 % (7,13.10^-6 °c^-1). Sementara hasil pengujian ketahanan kejut temperatur tidak memperlihatkan kecenderungan, yang kemungkinan disebabkan pada saat proses pengujian, maupun dari material dasarnya. Siklus untuk masing-masing penambahan silika 5 %; 7 ,5 % ; dan 10 % adalah lebih dari 30 siklus, 19 siklus dan 22 siklus. Untuk pengamatan struktur mengalami kesulitan karena fokus yang tidak tepat, akibat dari tidak meratanya permukaan sampel. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa limbah dross pengecoran aluminium dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan refraktori, karena sifat-sifat refraktorinya masih berada dalam batas-batas material refraktori. Refraktori dari dross limbah pengecoran ini dapat dimanfaatkan pada kondisi dengan beban yang tak berlebih, yaitu pada bagian atap dapur pengecoran.

ABSTRAK
The casting of aluminum yields the dross as the powder result of metal oxidation. Based on the composition testing, it's observed that this dross has high alumina content, i. e 61,6 7 %. In order to benefit its high alumina content, a research of dross on its characteristic as high alumina has been done.
The research is done by varying silica (5%; 7.5% and 10 %) added into the dross, mixed with 5 % water and 5% bentonite as the binders. The first step is the preparing of the dross by coarse screening, drying, sizing and dross structure photographing. The next step is making testing sample, through the mixing and blending dross with added silica, water and bentonite; compacting the sample under load of 400 kg/cm^2; drying in 400°C for an hour and firing in 13 50°C for 24 hours. The last step is testing the sample, i.e. thermal expansion testing, thermal shock resistance testing and structure observing.
Based on thermal expansion testing, thermal expansion coefficient decreased as the percentage of added silica is increased. The coefficient is 9.04 x 10^-6 °C^-1 in the adding 5 % silica; 8.18 x 10^-6 °c^-1 in 7.5% and 7.13 x 10^-6°C^-1 in 10%. The results of thermal shock resistance testing do not show any trend, which can be caused by condition of testing and the complexity of raw material. It is difficult to observe the structure because of the unflatness of the sample surface. It is concluded from this research, that the dross from aluminum casting can be used for the material of refractory bricks production, because its characteristics are in the range of requirement. This brick can be used where the condition is not overloaded, such as the roof of the furnaces. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>