Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106989 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Now, traces of free trade in the archipelago can not be separated from the past maritime trade activities, especially trade relations with Chinese people. Past trading activity on the east coast of North Sumatera can be traced through the rest of the remains of material culture objects, particularly objects of material culture with respect to trading activities. This can be traced through the remains of material cultural objects found of the site of Kota Cina dan Kompei Island located in the east of North Sumatera."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wiratma
"Di Negara Kita Indonesia yang termasuk negara berkembang, kerajinan merupakan usaha produktif di'sektor non pertanian, baik merupakan mata pencaharian utama maupun sampingan. Lebih dari 4000 sentra kerajinan yang menghasilkan berbagai je nis terdapat di Indonesia. Mulai dari usaha keluarga, sampai ke bentuk koperasi dalam skala sedang dan besar berkembang.. Berbagai produk kerajinan yang paling sederhana hingga indah yang bernilai artistik berkembang, sehingga menyerrap tenaga kerja yang makin hari semakin besar jumlahnya. Na mun sebagaimana yang terjadi di negara-negara yang lebih maju, pembangunan industri yang menghasilkan barang secara mas sal (skala besar) karena dukungan teknologi maju dalam system produksinya, maka produk-produk kerajinan yang mengandalkan keterampilan tangan dan wawasan seni, mulai surut dan digusur. Hal itu tercermin pada beberapa sentra kerajinan yang menunjukkan keadaan yang cukup memprihatinkan. Keadaan seper ti itu tidak dialami oleh Sentra Kerajinan Keramik di Klampok Banjarnegara Jawa Tengah. Sentra ini telah berdiri sejak tahun 1957 dan sampai sekarang masih dapat bertahan bahkan mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Pertanyaan penelitian yang muncul adalah bagaimana para pengusaha/perajin bisa bertahan? Pengkajian ini akan menjawab pertanyaan tersebut dengan mengungkapkan cara-cara pengu saha kecil mempertahankan usahanya, dengan meningkatnya peng usaha besar yang berproduksi secara massal. Fokus pengkajian ini diarahkan pada pokok-pokok masalah tentang pengusaha meng arahkan, mengelola usahanya; pola hubungan kerja para pelaku yang terkait; peremajaan tenaga terampil yang diperlukan sis tem pewarisan keahlian dalam pembuatan produk-produk kerajinan keramik di daerah tersebut, dan tentang distribusi pemasaran nya.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekat an etnografis. Data dan informasi yang diperlukan dikumpulkan melalui observasi dan wawancara secara mendalam dengan infor man yang ditentukan sesuai dengan pengetahuan dan sifat data yang ingin diperoleh. Untuk melengkapi dokumen yang bersifat visual telah digunakan pemotretan untuk obyek dalam proses pembuatan dan produk-produk kerajinan keramik. Kemudian secara rinci, untuk memperoleh garnbaran yang menyeluruh, obyek-obyek visual ( dalam hal ini terutama denah penyaringan bahan baku untuk pembuatan keramik, seperti tanah liat) juga digambar dengan denah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengusaha/perajin ke ramik di Klampok, Banjarnegara masih tetap dapat bertahan sampai saat ini karena adanya berbagai faktor yang mendukung. Faktor pertama, karena Sentra Seni Kerajinan Keramik di Klampok menghasilkan barang-barang yang tidak mungkin diproduksi secara massal, hanya dapat dibuat dengan keterampilan pera jin/manual. Faktor yang ke dua, proses pembuatan Seni Kera jinan Keramik di Klampok dapat membentuk keterampilan, maka sumber daya manusia tingkat terampil yang dibutuhkan terse - dia. Ke tiga, meningkatnya kesejahteraan penduduk pada umumnya, maka meningkat pula kebutuhan yang dikehendaki, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan primer tetapi juga kebutuhan non primer, seperti: souvenir antik, spesifik, dan kekhususan antara lain dari barang-barang keramik. Faktor yang terakhir Sentra Kerajinan Keramik di Klampok menghasilkan produk-produk yang spesifik."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penulis mengambiljudul skripsi ini ialah karena sampai sekarang data keramik di Indonesia belum dikumpulkan dan diolah berdasakan metode dasar arkeologi, serta belum digunakan semaksimal mungkin seuai dengan tujuan dan teori arkeologi. Padahal menurut keyakinan kami, keramik dapat digunakan untuk membantu memecahkan berbagai masalah arkeologi, misalnya dalam hal: menggali situs, menggali strata, menggali temuan serta, menerangkan fungsi himpunan, memberikan petunjuk tentang status sosial, melukiskan pola persebaran keramik dalam wilayah ertentu dan menggambarkan beberapa hal mengenai perekonomian masa lalu..."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1978
S11873
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widiati
"Keramik kuno merupakan salah satu jenis benda yang diproduksi oleh manusia masa lalu untuk memenuhi berbagai kebutuhan mereka di dalam hidupnya. Pada prinsipnya pengertian keramik adalah setiap benda yang dibuat dari tanah liat, dan yang kemudian dibakar untuk memenuhi fungsinya. Pengertian dari istilah tersebut mancakup tiga macam benda yang dalam kepustakaan arkeologi dikenal sebagai: (1) "porselin" (porcelain), (2) "bahan-batuan" (stoneware), dan (3) "tembikar" (earthenware) (Ayat rohaedi et al. 1978:83; McKinnon et al. 1991). Porselin dan bahan-batuan dapat dibedakan secara tegas dengan tembikar karena kedua jenis benda keramik yang disebut terdahulu pada umumnya mempunyai beberapa ciri utama yaitu: benda tersebut dibuat dari bahan dasar tanah liat berwarna relatif putih yang dicampur dengan bahan-batuan tertentu (petuntze); permukaannya dilapisi dengan lapisan glasir; dan dibakar dengan suhu tinggi antara 1150° hingga 1350° C. Sementara tembikar memiliki beberapa ciri utama yang berbeda yaitu: benda dibuat dari bahan dasar tanah liat (biasa) yang dicampur dengan pasir, atau pecahan kerang, atau sekam pada permukaannya tidak dilapisi dengan lapisan glasir, dan dibakar dengan suhu rendah sekitar 900° C.
Oleh sebagian orang di Indonesia keramik berglasir sering disebut sebagai "keramik asing" (Ridho 1977, 1980, 1984; Hadimuljono 1980, 1985), sebaliknya tembikar disebut sebagai "keramik lokal". Kedua istilah tersebut untuk pertama kalinya muncul dalam penelitian yang dipimpin oleh Teguh Asmar dan B. Bronson di Rembang (Asmar et al. 1975). Dalam rangka kegiatan penelitian situs-kota oleh Indonesian Field School of Archaeology (IFSA) di Trowulan yang dipimpin oleh Mundardjito dan J. Miksic diputuskan bahwa istilah keramik mencakup pengertian dari ketiga macam benda seperti tersebut di atas (Mundardjito et al. 1992). Bagi para peneliti masa prasejarah Indonesia, istilah keramik lokal sering disebut sebagai "gerabah" (Soegondho 1993, 1995) atau juga sering disebut "kereweng" jika ditemukan dalam bentuk pecahan seperti dalam penelitian di Ratubaka (Asmar dan Bronson 1973). Namun beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa tidak semua benda tembikar atau gerabah adalah keramik lokal yang dibuat di Indonesia. Ada di antara himpunan benda tembikar itu merupakan barang impor atau yang dibuat di luar Indonesia (Miksic dan Tack 1988, 1992). Pengertian keramik dalam tesis ini mencakupi "keramik berglasir" dan "keramik tidak berglasir" yang keduanya dapat dipastikan berasal dari luar Indonesia dan merupakan barang impor.
Berdasarkan ciri-ciri fisik yang tampak pada keramik-keramik tersebut dapat diindentifikasi asal daerah pembuatannnya dan pertarikhannya. Keramik-keramik impor yang ditemukan di Indonesia berasal dari berbagai negara seperti: Cina, Asia Tenggara (antara lain Thailand, Vietnam, dan Khmer), Timur Tengah, Jepang, dan Eropa (seperti Belanda, dan Jarman). Di antara negara-negara penghasil keramik tersebut, keramik dari Cina merupakan temuan yang paling banyak (de Flines 1969; Ridho 1993/94:20). Sementara itu cara memberi pertarikhan (dating) atas benda keramik ditemukan oleh masa pemerintahan dinasti-dinasti Cina, yang tahun awal dan akhir kekuasaannya dapat diketahui. Tarikh tertua dari keramik yang pernah ditemukan di Indonesia diketahui dari masa dinasti Han yang berkuasa di Cina tahun 202 SM hingga 202 M (Ridho 1977). Namun yang banyak ditemukan di Indonesia terutama keramik-keramik yang dibuat dari masa sesudahnya, yaitu dari masa dinasti Tang (abad VII-X), Lima dinasti (abad X), dinasti Song (abad X-XIII), dinasti Yuan (abad XIII-XIV), dinasti Ming (abad XIV-XVII), dan terakhir dinasti Ching."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T12558
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Theresia Naniek Harkantiningsih
"Buku yang berjudul "Seni hias tempel keramik di Cirebon" ini ditulis oleh Naniek Harkantiningsih Wibisono. Buku ini membahas tentang seni hias keramik, dilengkapi dengan gambar-gambar."
Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2005
R 738 WIB s
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Lim, Aurora Roxas
Bangkok: Institute of Asian Studies, 1987
738 LIM e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Theresia Naniek Harkantiningsih
"Maksud tulisan ini ialah untuk menyajiran hasil penelitian keramik di Banten tahun 1978. Penelitian tentang keramik Banten pernah dilakukan pada tahun 1976 dan meng_hasilkan karya berjudul Keramik di Situs Arkeologi Banten: Suatu Pembahasan Data Ekskavasi 1976 (Ongkodharma 1978). Penelitian tahun 1976 dititikberatkan pada peranan keramik dalam arkeologi, terutama tentang pertarikhan yaitu menarikhi situs, himpunantemuan, dan lapisan tanah , dan kesimpulannya ialah memperkuat berita tertulis penitimangsaan Banten Lama. Penelitian kali ini menggunakan data keramik yang ditemukan dalam penelitian tahun 1978, yaitu di situs Pabean Banten. Keramik masa lampau adalah salah satu peninggalan Purbakala yang merupakan data penting ditinjau dari sudut penelitian arkeologi, dan merupakan artefak yang tidak cepat hancur dinakan usia, walaupun beratus-ratus tahun lamanya tersimpan di dalam tanah. Sifat tahan lama inilah yang amat menguntungkan para peneliti arkeologi. Selain itu, dibandingkan dengan gerabah, mempunyai cirri-_ciri yang dapat di pergunakan untuk mengetahui jaman pem_buatannya dan negara asal keramik tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1980
S11792
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Arman
"Abstrak
Naskah ini membahas tentang perdagangan lada Jambi yang meliputi wilayah produksi, produksi, transportasi, pemasaran dari hulu ke hilir dan aktor-aktor yang terlibat dari keseluruhan perdagangan. Jalur perdagangan dibagi dua, Pertama, dari daerah produksi di hulu dibawa ke hilir (Pelabuhan Jambi). Kedua, dari hulu melalui jalur alternatif ke Muaro Tebo menuju Selat Malaka melalui Indragiri dan Kuala Tungkal. Adapun pelaku perdagangan melibatkan produsen utama lada di Jambi. Produsen lada, petani Minangkabau yang tinggal di sepanjang Sungai Batanghari, dan pedagang adalah Portugis, Cina, Belanda, dan Inggris, maupun sultan dan bangsawan Jambi. Masa kejayaan perdagangan lada Jambi tidak bertahan lama karena petani lada beralih menanam komoditas lain, seperti padi dan kapas terlebih ketika harga lada anjlok di pasaran dunia.
"
Kalimantan Barat: Balai Besar dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta, 2018
900 HAN 1:2 (2018) (1)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Ellen Natalia
"
ABSTRAK
Penelitian dilakukan pada temuan keramik Eropa dari Situs Pasar Ikan Jakarta yang berjumlah 1762 pecahan, dan merupakan koleksi Museum Sejarah Jakarta serta Museum Bahari. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui keragaman bentuk, hiasan dan teknik pembuatan serta tempat asal dan kronelogi keramik Eropa yang ditemukan di Pasar lkan, sehinga mampu memberikan gambaran yang lebih mendalam mengenai keramik Eropa dari Situs Pasar Ikan Jakarta, mengetahui negara asal serta mengetahui masa pembuatan keramik tersebut.
Untuk mencapai hasil penelitian, dilakukan tahap-tahap penelitian yaitu: 1) pengumpulan data, berupa data kepustakaan serta data dari pengamatan langsung pada temuan keramik Eropa, 2) pengolahan data dengan cara menganalisis bahan dasar, bentuk, hiasan dan teknik pembuatan serta 3) penafsiran data untuk menentukan negara asal pembuat dan masa pembuatan keramik Eropa.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa keramik Eropa dari Pasar Ikan Jakarta terdiri dari piring, cangkir, mangkuk, kan, albarello, botol, pipa tembakau, tegel serta patung, yang didominasi oleh pipa tembakau (69,18 %). Tetuan keramik ini diperkirakan berasal dari tiga negara Eropa, yaitu Jerman, Belanda dan Inggris dan diproduksi pada abed 16 - 19 M. Keramik dari Jerman berupa botol dengan berbagai bentuk dan ukuran, keramik dari Belanda berupa pipa tembakau, piring, albarello, kan, tegel serta patung, dan keramik dari Inggris berupa piring, mangkuk, cangkir dan piring alasnya serta patung.
Dari bentuk-bentuk keramik Eropa yang ditemukan dalam penelitian ini, tampak bahwa benda keramik dari Eropa yang sampai ke Indonesia merupakan peralatan yang digunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti pipa tembakau, piring, cangkir, mangkuk, kan, botol serta albarello. Melalui temuan keramik Eropa ini juga terlihat bahwa benda-benda dari Eropa yang sampai ke Indonesia bukan hanya berupa peralatan sehari-hari saja, melainkan juga merupakan bahan-bahan cair seperti minuman keras dan air mineral yang disimpan dalam botol keramik berbagai bentuk serta benda-benda hiasan berupa patung dan tegel yang digunakan sebagai hiasan dinding.
Berdasarkan perbandingan antara bentuk-bentuk keramik Eropa ini dengan keramik Asia dari masa yang sama, terlihat bahwa pada abad 16 -19 M peralatan keramik yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di Indonesia tidak hanya didatangkan dari berbagai wilayah di Asia raja, tetapi juga didatangkan dari wilayah Eropa. Jadi meskipun penghasil keramik di berbagai wilayah Asia telah membuat bentuk-bentuk seperti piring, rnangkuk, cangkir, botol serta tegel dan hasil produksinya ini banyak yang didatangkan ke Indonesia, tampaknya benda-benda serupa tetap didatangkan dari Eropa walau dalam jumlah yang lebih kecil. Berdasarkan jumlah yang lebih kecil ini, terlihat bahwa keramik Eropa bukan merupakan barang yang diperdagangkan secara massal dalam jumlah besar atau barang dagangan yang diandalkan. Keramik Eropa kemungkinan di bawa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Eropa atau masyarakat lainnya yang menggunakan keramik Eropa sarta untuk memenuhi pesanan. Selain itu, ada benda keramik untuk kebutuhan sehari-hari yang tidak diproduksi oleh penghasil keramik di Asia yaitu pipa tembakau, sehingga pipa tembakau harus didatangkan dan Eropa.
"
1997
S11995
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>