Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137483 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Papua provinci has a potential biodiversity including local food sources. Local food in Papua that has been used as main sources of carbohydrate for the local people are sago, millet and root crops (sweet potato, taro and yam). Root crops are mostly cultivated and consumed by local people in the lowland to highland area, while the people staying at beach area generally consume sago as a primary food..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The area of sago palm in Indonesia occupies1.40 million ha and most of the (+1 million ha) located in Moluccas and Papua. The actual sago area in Moluccas is 31,360 ha and it can be developed to be about 649,938 ha...."
JUPEPEP
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"South Sorong Regency has the potential of sago (Metroxylon sp). However, its are remains unclear. The utilization of sago starch has been limited as a staple food of certain communities. This study aims to determine the potential and utilization ..."
PANGAN 24:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Sago which is produced from sago palm tree, is one popular farm product in Simeulu Island, Aceh. Farmers harvest the sago palm for domestic comsumpstion, and for selling it to the local market in Simeulu. Since there are many methods to produce sago, it generates different rate of income for the farmers. The goal of this research is the producer of wet sago and dry sago at malasin, Sinar Bahagia, and Lamamek Village at west Simeulu Subdistrict, the district of Simeulu. Based on research finding, the west sago producers are able to produce 10.286 kg sago which generate revenue Rp.41.285.714,-. In another hand the dry sago producers are able to produce 7700 kg sago which generate revenue Rp. 50.087.538,-. The income of the dry sago producers in every kilogram is Rp.1.079 and the income of wet sago in every kilogram is Rp.405. Therefore the income of dry sago producers is higher than wet sago producers in every kilogram is Rp.674,-. "
EKOBIS 1:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Santoso Paulus
"Laporan tugas akhir ini membahas mengenai proses penciptaan mesin yang dapat digunakan untuk mengolah batang sagu menjadi aci sagu (proses ekstrasi) dan membuat produk makanan olahan berbahan dasar aci sagu. Sagu yang memiliki potensi yang besar belumlah diolah dan dimanfaatkan secara maksimal sebagai sumber karbohidrat maupun sebagai penunjang industri olahan Sagu masih banyak diolah secara tradisional dengan kapasitas prod uksi dan produktiiitas yang rendah., penanganannya pun kurang memperhatikan aspek kesehatan, keamanan, penjaminan kualitas dan nilai organoteptik(cipta rasa, aroma, penampilan dan wama). Sedangkan sagu yang diolah secara mekanis, saat ini masih memerlukan biaya penanaman modal yang tinggi dan pemanfaatannya belum optimal. Keberhasilan pemanfaatan sagu yang semakin kompetitif akan berdampak terhadap penunman tingkat ketergantungan akan gandum dan beras scbagai sumber karbohidrag dan juga dapat memicu kegiatan usaha kecil-menengah dalam menghasilkan produk olahan yang memiliki nilai jual Iebih. Pemakaian mesin pengolah sagu yang tepat guna merupakan saiah satu j alan keluar (selain inovasi baru akan benih dan usaha pemberdayaan petani) untuk dapat mengatasi masalah yang ada. Pengurangan jumlah proses, kapasitas produksi yang besar, produktititas yang baik, penangan operasi yang minimal, penggunaan sumber daya yang rendah akan menurunkan biaya produksi. Penggunaan mesin yang memiliki banyak fungsi (j7e.xibIe), umur kelja mesin yang lama dan penggunaan teknologi pemerosesan yang tepat akan mengurangi biaya akibat penanarnan modal. Sedangkan pemakaian mesin yang andal dan perlindungan dari mesin akan dapat menjaga kualitas, kesehatan, keamanan dan organoteptik produk keluaran Untuk memperoleh desain mesin sagu yang tepat guna, dimulai dengan mengumpulkan informasi akan kebutuhan dari pengguna, dan informasi pembanding (benchmarking) akan proses/mesin yang telah ada melalui pengamatan dan studi Iiteratur. Informasi yang ada selanjutnya dikembangkan, diolah, disaring dan di evaluasi. Dengan mcmperhatikan metoda perancangan, mempertimbangkan berbagai aspek yang timbul dalam kegiatan pemncangan dan mclakukan analisa kekuatan material , akhimya dibuatlah desain mesin sagu yan diharapkan beserta spesifikasinya. Sehingga dengan mengikuti proses penciptaan produk dengan disertai pengemhuan akan sistem kenja, pcmikiran kreatiil metoda ilmiah, pertimbangan yang mendalam dan pengambilan keputusan yang tepat dapat dihasilkan sebuah desain mesin sagu yang diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan nilai pemakaian sagu sebagai bahan makanan pokok maupun produk olahannya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S37304
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tamam Mas`Adi
"Tesis ini membahas tentang strategi pengembangan pangan lokal berbasis ubi kayu dalam mendukung ketahanan pangan di Kabupaten Batang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pengembangan pangan lokal ubi kayu dan mencari alternatif strategi pengembangan pangan lokal ubi kayu dalam mendukung ketahanan pangan di Kabupaten Batang. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Treaths). Analisis deskriptif dilakukan dengan memaparkan potensi pengembangan ubi kayu dalam mendukung ketahanan pangan di Kabupaten Batang. Sementara Analisis SWOT dilakukan untuk mencari alternatif strategi pengembangan pangan lokal berbasis ubi kayu dalam mendukung ketahanan pangan di Kabupaten Batang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan ubi kayu di Kabupaten Batang selama tahun 2008-2012 mengalami tingkat penurunan luas panen sebesar -9,21% dan produksi sebesar -18,31%, tetapi potensi pengembangan ubi kayu masih mampu untuk dikembangkan lebih baik lagi. Berdasarkan analisis SWOT menunjukkan bahwa faktor kekuatan bernilai 2,20 dan faktor peluang bernilai 1,95, sehingga Grand Strategy berada di Kuadran I. Kuadran I berarti strategi SO (Strategi Agresif), yaitu strategi menggunakan seluruh kekuatan dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Selanjutnya urutan prioritas strategi terpilih adalah: (1) pengembangan kapasitas produksi ubi kayu, (2) pengembangan mutu dan keragaman pangan ubi kayu, (3) peningkatan citra pangan tradisional ubi kayu, (4) peningkatan keberdayaan dan partisipasi masyarakat.

This thesis discusses the development strategic for local food based on cassava to support of food security in Batang District. This studies aim to determine for development potential and seek development strategies alternative of local food based on cassava in support of food security in Batang. The method was used quantitative descriptive, approached by SWOT (Strengths Weakness Opportunities Treaths) analysis. Descriptive analysis describe development potential of cassava to support of food security in Batang District. While the SWOT analysis was used to find alternative strategies local food based on cassava to support of food security in Batang District.
The results showed that the development of cassava in Batang District during 2008-2012 has decreased harvested area was -9.21% and production was - 18.31%, but potential for cassava development is still able to be developed better. Based on the SWOT analysis shows that the Strengths factor was 2.20 and Opportunities factor was 1.95, so the Grand Strategy was in Quadrant I. Quadrant I means SO strategy (Aggressive Strategy), its strategy uses all the Strenghts and take Opportunities as large possible. Furthermore, the order of priority for selected strategies are: (1) development of cassava production capacity, (2) development of food quality and diversity of cassava, (3) image enhancing of cassava traditional food, (4) increasing the empowerment and participation.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Anggraeni
"Penelitian ini bertujuan mempelajari perubahan sifat fisikokimia dan fungsional sagu alami yang dimodifikasi menggunakan Na2HPO4-NaH2PO4 yang digunakan untuk memperbaiki kualitas produk mie sagu. Modifikasi sagu dibuat dengan variasi komposisi reagen Na2HPO4-NaH2PO4 yaitu 2:1 hingga 4:3 (v/v) dan variasi suhu reaksi dari suhu ruang (30°C) hingga suhu awal gelatinisasi (65°C). Sifat fisik sagu alami dan sagu termodifikasi dilihat dari hasil penentuan Spektroskopi FT-IR, Scanning Electron Microscopy (SEM) untuk melihat perubahan pada granula, difraktometri sinar-X dan derajat putih. Sedangkan sifat kimianya dilihat dengan pengukuran kadar fosfor (P), kadar air, dan kadar amilosa. Sifat fungsional sagu alami dan sagu termodifikasi dilakukan dengan penentuan karakteristik pasta yaitu suhu dan waktu gelatinisasi, viskositas puncak, waktu dan suhu pada titik puncak, viskositas pada suhu 95°C, viskositas dingin dan viskositas balik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara spektrum FT-IR pada 994,32 cm-1 (C-O-P); 1150,56 cm-1 (C-O); 1206,49 cm-1 (P=O); 2358,98 cm-1 (diester fosfat) sesuai dengan Wanrosli (2011) pada spektrum 2362 cm-1; serta ayunan C-H (1340,55 cm-1). Hasil gambar SEM menunjukkan bahwa granula sagu berbentuk bulat, oval, mencekung, dan terpacung pada salah satu sisinya. Derajat putih sagu ikat silang fosfat meningkat dari 92,97% (sagu alami) menjadi 94,87% (sagu termodifikasi). Sedangkan secara degree of substitution (DSp) nilai tertinggi pada perlakuan kombinasi Na2HPO4-NaH2PO4 3:2 dengan suhu reaksi 47,5°C (0,19%) dibandingkan sagu alami (0,01%). Kemudian sagu alami dan sagu termodifikasi diaplikasikan sebagai bahan baku mie sagu dan analisa produk yang dilakukan meliputi cooking properties (cooking time dan cooking loss), dan uji organoleptik mie, sebagai acuan digunakan mie yang terbuat dari terigu yang ada dipasaran.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa mie sagu dengan sagu termodifikasi ikat silang fosfat (100%) dapat menurunkan cooking loss mie sagu dari 14,38% menjadi 9,01%; dan hasil uji organoleptik untuk kesukaan mie sagu yang diterima panelis adalah mie dengan perlakuan komposisi reagen Na2HPO4-NaH2PO4 2:1 dan suhu reaksi 30°C dengan skor 5,2 (agak suka), mendekati skor mie terigu yang ada dipasaran yaitu 5,28 (agak suka).

This research aims to study the changes in physicochemical and functional properties of starch through modified by Na2HPO4-NaH2PO4 to improve product quality sago noodle. Modified starch is made reagent Na2HPO4-NaH2PO4 with composition variations is 2:1 to 4:3 (v/v), and the reaction temperature from room temperature (30°C) until the beginning of gelatinization temperature (65°C). The physical properties of natural and modified sago views of the results of FT-IR spectroscopy determination, Scanning Electron Microscopy (SEM) to look at granules, difraktometri X-rays and whiteness. While the chemical properties seen with measurements of phosphorus (P), moisture content, and amylose content. Functional properties of natural and modified sago by determining the characteristics of pasta and a gelatinization temperature, peak viscosity, time and temperature maximal, the viscosity at 95°C temperature, viscosity cold and behind.
The results the FT-IR spectra at 994.32 cm-1 (COP), 1150.56 cm-1 (CO); 1206.49 cm-1 (P=O), 2358.98 cm-1 (diester phosphate) in accordance with Wanrosli (2011) in the spectrum of 2362 cm-1, as well as swing CH (1340.55 cm-1). The results of SEM showed that the granules is round, oval, concave, and cut on one side. The degree white of sago crosslinked phosphate increased from 92.97% (natural sago) to 94.87% (modified sago). While the degree of substitution phosphate (DSP) highest value in combination treatment Na2HPO4-NaH2PO4 3:2 v/v with reaction temperature 47.5°C (0.19%) compared to the natural sago (0.01%). Then the natural and modified sago is applied as raw material sago noodles and analysis product was conducted on the cooking properties (cooking time and cooking loss), and organoleptic, noodles reference used as wheat flour noodle in the market.
The results showed that sago noodles with modified crosslinked phosphate (100%) can reduce the cooking loss of sago noodles from 14.38% to 9.01% and results test organoleptic for sago noodles favorite panelists are treatment composition reagents Na2HPO4-NaH2PO4 2:1 v/v and reaction temperature 30°C with a score of 5.2 (rather like), approached the score wheat flour noodles in the market is 5.28 (rather like)."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T33005
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadlliyah
"Tesis ini membahas analisis efektifitas penerapan gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP) di wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, dimana wilayahnya memiliki karakteristik yang berbeda dengan wilayah lain. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan metode wawancara, studi kepustakaan dan observasi serta survei untuk mengetahui penerapan gerakan P2KP, kendala-kendala dan efektivitas dari gerakan P2KP dalam mendukung ketahanan pangan wilayah. Unit analisis penelitian ini adalah anggota kelompok P2KP dengan jumlah 124 orang.
Hasil analisis didapatkan bahwa penerapan gerakan P2KP belum efektif di terapkan di wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu karena secara keseluruhan belum dapat meningkatkan jumlah partisipasi wanita dalam penyediaan pangan keluarga yang B2SA, belum meningkatnya motivasi, partisipasi, dan aktivitas masyarakat dalam gerakan P2KP, dan rendahnya skor PPH yang dimiliki wilayah tersebut yakni sebesar 62,8 pada tahun 2013. Hal ini dikarenakan banyaknya kendala yang ditemui yaitu tidak adanya air tawar, kondisi tanah yang berpasir dan cuaca yang ekstrim serta kurangnya pemahaman masyarakat tentang cara bercocok tanam dan pola pangan yang B2SA.

This thesis discussed about the analysis of the effectiveness of acceleration movement of food consumption diversity (P2KP) implementation in administrative region of Kepulauan Seribu where the region has different specialty from other regions. This research was conducted by using descriptive analytic through interview method, literature study, observation and survey to comprehend the implementation of acceleration movement of food consumption diversity (P2KP), problems and effectiveness of this P2KP movement to support regional food resilience. The unit analysis in this study is the number of group members P2KP 124 people.
The result of the study showed that the implementation of P2KP movement is ineffective to be implemented in administrative region of Kepulauan Seribu Municipal because generally, it could not increase the number of women participation in supplying diverse, balanced nutritious and safe (B2SA) family food, no motivational improvement, participation and society?s activity in P2KP movement and low scores PPH owned the area which is up to 62.8 in 2013. This is due to the many obstacles encountered is the lack of fresh water, sandy soil conditions and extreme weather and lack of public understanding about how to grow crops and food patterns B2SA
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>