Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90006 dokumen yang sesuai dengan query
cover
JIPP 1:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
JIPP 1:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rusyanti
"Tesis ini mengkaji tentang konstruksi dinamika habitus sebagai praktik sosial yang teramati di Pecinan Lemah wungkuk, Plered dan Jamblang pada abad ke-19 mdash;21 M, dari sudut pandang Paradigma Arkeologi Postprosesual. Habitus merupakan teori yang dipopulerkan oleh Sosiolog sekaligus filsuf Pierre Bourdieu. Habitus adalah suatu sistem disposisi atau struktur mental kognitif sekaligus juga sebagai strategi yang digunakan secara sadar oleh manusia sebagai agen dalam menghadapi situasi yang dihadapi atau struktur. Habitus terlihat dalam bentuk tindakan dan representasi sosial dan terekam dalam jejak arkeologis. Penelitian terhadap artefak arkeologi di Pecinan Cirebon memperlihatkan habitus yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang dihadapi dan berkaitan dengan pengorganisasian kapital dalam suatu arena. Habitus di Pecinan Lemah Wungkuk memperlihatkan ketahanan dalam menghadapi situasi yang dialami sehingga membentuk Pecinan yang bercirikan reproduksi dari kebudayaan Cina. Habitus di Pecinan Plered memperlihatkan kelemahan sehingga berdampak pada penguasaan Pecinan yang memudar dan bertransformasi menjadi kawasan komersil perdagangan batik, dan habitus di Pecinan Jamblang memperlihatkan praktik inovasi sebagai strategi untuk tetap bisa mempertahankan arenanya. Dinamika habitus yang teramati melalui artefak arkeologi di ketiga Pecinan tersebut merupakan cerminan dari adanya praktik konstruktivisme, yaitu bahwa semua aktivitas manusia adalah praktik sosial kontingen yang maknanya dikonstruksi dalam pasang-surut interaksi sosial.

This thesis discusses the construction of habitus dynamics as social practice observed in Pecinan Lemah Wungkuk, Plered and Jamblang in the 19 mdash 21th Century, from the perspective of the paradigm of Archaeology Postprosesual. Habitus is a theory popularized by Sociologist and philosopher, Pierre Bourdieu. Habitus is cognitive a system of mental structures or disposition, as well as a strategy, used consciously by human beings as agents in dealing with the situation at hand as a structure. Habitus looks in the form of actions and social representation, and both could lies in the archaeological records. Research on archaeological artifacts in Pecinan Cirebon shows different habitus corresponding to the conditions encountered as well as related to its resilience in maintaining their capital resources and arenas. Habitus in Pecinan Lemah Wungkuk showed resilience facing the situation so encourage the development of Pecinan as well as represent the reproduction as the settlement of ethnic Chinese. Habitus in Pecinan Plered showed weakness so that the impact on the mastery of Chinatown fades and transformed it become commercial batik trading area, and habitus in Pecinan Jamblang keep strugggling by making innovations in order to maintain their arena. The dynamics of habitus observed through archaeological artifacts in the third Pecinan reflects the practice of constructivism, that all human activity is social practice contingent which its meaning construct by tidal social interaction.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T47024
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ossie Alvionita
"Praktik kekerasan simbolik di Sekolah Tinggi Kelautan terpelihara dengan begitu baik hingga melahirkan habitus kekerasan. Dampaknya, kekerasan menjadi perilaku yang dianggap wajar dan penting dalam kehidupan keseharian baik di dalam maupun di luar kampus. Kekerasan simbolik dalam relasi antara senior dan junior di Sekolah Tinggi Ilmu Kelautan menyebabkan timbulnya penderitaan psikis dan fisik yang tidak jarang berujung pada kematian. Untuk mengurai permasalahan ini, digunakan teori patronase dari yang berisi hubungan antara pihak patron (senior) dan pihak klien (junior). Dalam memahami adanya dominasi kelas serta kekerasan simbolik di Sekolah Tinggi Ilmu Kelautan, maka digunakanlah teori kekerasan simbolik dan habitus dari Pierre Bourdieu yang mengatakan bahwa Kekerasan simbolik menyembunyikan kekerasannya sehingga tidak dikenali dan tidak dirasakan kekerasannya oleh pihak yang menjadi sasaran kekerasan. Sedangkan habitus merupakan gaya hidup, nilai-nilai, watak, dan harapan kelompok sosial tertentu. Kekerasan simbolik di STIK merupakan cara untuk menjaga sebuah habitus kekerasan dan praktik kekerasan simbolik didalam institusi ini. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus terhadap dua taruna Sekolah Tinggi Ilmu Kelautan, dengan informan satu orang taruna senior yang berada di tingkat 4, dan satu orang lainnya adalah taruna junior tingkat 1 yang baru menyelesaikan masa orientasi kampus. Dengan demikian dapat diketahui bagaimana relasi antara senior dan junior dan pengalaman-pengalaman mereka selama menjalani kehidupan di dalam kampus. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa relasi patronase yang menempatkan senior sebagai patron dan junior sebagai klien, telah menciptakan suatu habitus yang memelihara praktik kekerasan simbolik yang dampaknya tidak berhenti hanya di dalam institusi, maupun sudah sampai pada lapangan kerja.

Symbolic violence practices have been preserved well enough to create the habitus of violence. This results in the naturalisation of violence, in which violence is considered necessary in the daily life inside or outside campuses. Symbolic violence, within the context of relations between freshmen, sophomores and seniors in Sekolah Tinggi Ilmu Kelautan, results on physical as well as psychological distress. In some cases, it even leads to death. In order to analyze this problem, this study utilizes Patronage Theory which explain relations between patron (dominating class) and client (dominated class). In order to understand the presence of dominating class and also the symbolic violence in Sekolah Tinggi Ilmu Kelautan, this study utilizes Symbolic Violence Theory by Pierre Bourdieu which states that symbolic violence is always hidden beneath the actual conducts of relations, hence the violence itself is not recognized by the dominated class. This study also utilizes theory on habitus, encompassing the explanation of how symbolic violence can be preserved and becomes habitus in sekolah kedinasan. This study employs case study method of two taruna (students) in Sekolah Tinggi Ilmu kelautan, with one fourth-year senior as informant and one first-year student who just completed his orientation programs. Through this study, the nature of relations between seniors and juniors and also the experiences they get during study are revealed. This study concludes that patronage relations which place senior as patron or dominating class, and junior as client or dominated class, creates an habitus which preserves practices of symbolic violence transmitted through generations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S55844
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damara Hamonangan Akbar
"Pendidikan berfungsi sebagai tempat untuk mentransmisikan nilai, norma, dan ilmu pengetahuan dari sebuah masyarakat kepada generasi muda. Menurut Pierre Bordieu (2014), dalam pendidikan, Habitus sering ditemui dalam sebuah kelompok sosial tersendiri, juga dari sebuah institusi. Habitus juga membutuhkan sebuah alat dalam meregenerasi dirinya untuk melanggengkan nilai dan norma dari sebuah kelompok tertentu. Dalam proses pendidikannya, Jepang mempunyai pedoman yang disebut dengan 生徒指導提要 ((Seito Shidou Teiyou) (Pedoman Bimbingan Siswa)). Masalah penelitian yang diangkat dalam Tugas Akhir ini adalah Habitus dalam Seito Shidou Teiyou. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan penggunaan Seito Shidou Teiyou sebagai alat penyampai habitus pendidikan Jepang melalui teori habitus oleh Pierre Bordieu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis konten dengan pembahasan menggunakan metode deskriptif. Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek pedoman dari Seito Shidou Teiyou disimpulkan bahwa pedoman yang diberikan adalah habitus yang ditanamkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains dan Teknologi melalui Buku Pedoman Bimbingan Siswa tersebut.

Education works as a place to transmit values, norms, and knowledge from society to the younger generation. According to Pierre Bordieu (2014), in education, Habitus is often found in a special social group, or from an institution. Habitus also needs a tool to generate it values ​​and norms for the target group of people in society. In the process of education, Japan has a guideline called 生 徒 指導 提要 (Seito Shidou Teiyou) (Guide for Student Guidance). The research problem raised in this Final Project is Habitus in Seito Shidou Teiyou. The purpose of this study is to explain the use of Seito Shidou Teiyou as a means of conveying Japanese educational habitus through the theory of habitus by Pierre Bordieu. The method used in this research is content analysis with a discussion using descriptive methods. Based on the analysis results from guidance given by Seito Shidou Teiyou, Habitus was implanted on the by the Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology through the Student Guidebook."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Amani Isminanda
"Film Isi dan Ossi karya Oliver Kienle menceritakan perjalanan dua orang remaja yang sedang memperjuangkan mimpinya, dengan sumber kepemilikan kapital serta habitus yang berbeda. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan habitus serta kapital yang dimiliki oleh kedua tokoh dengan menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan semiotika film guna menganalisis bentuk habitus dan kapital yang tercermin melalui adegan-adegan yang ada di dalam film. Hasil menunjukkan habitus yang dimiliki oleh toko Isi yaitu pantang menyerah, ambisius dan suka memasak dengan kapital yang berbentuk kekayaan materil, jaringan sosial dan kemampuan berbahasa asing, sementara itu tokoh Ossi memiliki habitus yang penyayang, pantang menyerah, serta pemarah dengan kapital yang dimiliki Ossi hanya berupa koneksi pertemanan untuk membantunya meningkatkan kepemilikan kapital ekonominya.

The film Isi and Ossi by Oliver Kienle tells the journey of two teenagers who are fighting for their dreams, with different sources of capital and habitus. This article aims to describe the habitus and capital owned by the two characters by using descriptive analysis method with film semiotic approach in order to analyze the habitus and capital forms which are reflected through the scenes in the film. The results show that Isi’s character has a habitus that is persistent, ambitious and likes to cook with capital in the form of material wealth, social networks and foreign language skills, meanwhile Ossi's character has a loving, persistent, and hotheaded habitus. With only social networks as his only capital, but it helps him increase his economic capital."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Objectives of this study are to find out how the Islamic party and the Islamic-Based party in Tasikmalaya understands and gives his perception on the implementation of the Islamic Shari'a in Tasikmalaya. Data collection is done by in-depth interviews, went into the field and direct observation with a sampling method is done deliberately (purposive sampling), while the approach to be used in this study is the symbolic interaction approach by trying to understand the meaning of human behavior in life, motives, insight, and internalization of values. Based on this research, it can be concluded that in addressing, understanding and perception of the application gives the Islamic Shari'a in Tasikmalaya, tend to be careful. This began when the Islamic party and how Islamic besed on the district understand the "religious/Islamic" as stipulated in the vision-mission Tasikmalaya regency. So far, these parties do not make sense and understand the vision and mission as the juridical basis or a gate to then apply the concept of Islamic law which was adopted by the government. This is because the parties are aware there is no legal basis which provides higher greater authority to the region to implement Islamic law as a whole."
ALJUPOP
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dendi Andrian
"Penelitian ini menjadikan Desa Biting di Jawa Tengah, Indonesia, sebagai studi kasus untuk mengeksplorasi makna dan praktik kesuksesan dari perspektif pemuda. Desa Biting dikenal dengan praktik gotong royong, nilai guyub rukun, pertanian tembakau, tingkat urbanisasi tinggi, dan partisipasi rendah dalam pendidikan formal. Dengan latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya ini, pemuda Biting menjadi subjek yang menarik untuk memahami kesuksesan pemuda rural di Indonesia. Menggunakan kerangka teori praktik Bourdieu, saya menganalisis praktik kesuksesan pemuda yang berkaitan dengan kapital dan habitus dalam konteks Biting sebagai field. Penelitian ini mengungkap bagaimana habitus keluarga dan masyarakat (doxa) berperan dalam praktik kesuksesan pemuda Biting. Kesuksesan mereka meliputi praktik ekonomi (memiliki pekerjaan, mencapai kemandirian, serta stabilitas ekonomi), tanggung jawab keluarga (berbakti kepada keluarga, khususnya orang tua), dan tanggung jawab sosial serta keagamaan (menjaga hubungan baik, saling membantu, dan hubungan resiprositas di antara anggota masyarakat). Data dikumpulkan melalui penelitian lapangan etnografi selama satu bulan dengan melibatkan dua belas pemuda dan sembilan tokoh Desa, menggunakan metode auto-driven photo-elicitation, wawancara semi-terstruktur, dan observasi partisipan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagi pemuda Biting, kesuksesan diukur tidak hanya dari pencapaian ekonomi atau status individu, tetapi juga dari kesuksesan kolektif yang mencakup tanggung jawab keluarga dan sosial. Praktik kesuksesan mereka didasarkan pada akumulasi kapital sosial yang diperoleh dari kontribusi dan keaktifan di masyarakat, yang tertanam dalam nilai guyub rukun dan praktik gotong royong. Kapital sosial memiliki nilai simbolik yang paling dominan bagi kesuksesan di masyarakat Biting. Studi ini mengungkap bahwa kesuksesan di Biting dipahami sebagai doxa, yaitu habitus kolektif berupa disposisi, nilai, atau kepercayaan yang mengaitkan kesuksesan individu pemuda dengan kesuksesan kolektif masyarakat Biting.

This research focuses on the village of Biting in Central Java, Indonesia, as a case study to explore the meaning of success from the perspective of rural youth, with a specific focus on how the local context of Biting shapes their understanding of success. Biting is known for its practices of mutual cooperation (gotong royong), the value of social harmony (guyub rukun), tobacco farming, a high level of urbanization, and low participation in formal education. Given its social, economic, and cultural background, the youth of Biting are an intriguing subject for understanding rural youth success in Indonesia. In this study, Bourdieu's theory of practice serves as the framework to analyze the practices of success among youth, involving capital and habitus, within the Biting context as a field. The research reveals how family and community habitus (doxa) play a role and integrate into the practices of success among Biting's youth. This is represented through their concepts of success, including economic success (having a job and achieving economic independence and stability), family responsibilities (filial piety, particularly towards parents), and social and religious responsibilities (maintaining good relationships, mutual assistance, and reciprocal relationships among community members). Data was collected through a month-long ethnographic field study involving twelve youth and fourteen village leaders, utilizing methods such as auto-driven photo-elicitation, semi-structured interviews, and participant observation. The study shows that for Biting's youth, success is measured not only by economic achievements or individual status but also by collective success involving social and familial responsibilities. Their success practices are based on accumulating social capital through community contributions and active participation, rooted in values of social harmony and cooperation. In Biting, strong social relationships, reciprocity, mutual assistance, and a sense of belonging hold the most symbolic value for success. This study concludes that success in Biting is understood as doxa, a collective habitus of dispositions, values, or beliefs that link individual youth success to the collective success of the Biting community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Badzlina Amalia
"Penelitian Karakteristik Habitat dan Tingkat Simpanan Karbon Pada Hutan Dataran Rendah Dipterocarpaceae di Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan telah dilakukan pada bulan Juni 2013. Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakter habitat yang mempengaruhi pertumbuhan Dipterocarpaceae, mengetahui habitus pertumbuhan semai hingga pohon dan pengaruhnya terhadap tingkat simpanan karbon Dipterocarpaceae, serta peran Dipterocarpaceae dalam menentukan besaran nilai simpanan karbon seluruh vegetasi pada hutan dataran rendah Dipterocarpaceae di TNBBS. Pengamatan Karakter habitat dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap faktor lingkungan tumbuh Dipterocarpaceae pada hutan tidak terbakar dan pasca terbakar. Pengamatan Simpanan karbon dilakukan dengan mengukur diameter pohon setinggi dada. Hasil penelitian menunjukkan intensitas cahaya yang lebih banyak, serasah yang tebal, dan liana yang sedikit, merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan Dipterocarpaceae. Faktor-faktor tersebut mendukung lingkungan tumbuh bagi habitus semai, pancang, tiang, dan pohon Dipterocarpaceae. Habitus pohon Dipterocarpaceae yang pada umumnya memiliki DBH besar mampu meningkatkan nilai simpanan karbon hutan Dipterocarpaceae Di Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung

Habitat characteristics and the level of Carbon stocks in Lowland Dipterocarp forest in The Way Canguk, Bukit Barisan Selatan National Park was conducted in June 2013. The study aims to determine the habitat characteristics that affect growth Dipterocarpaceae, knowing habitus up a tree seedling growth and its effect on the level of carbon savings dipterocarp and dipterocarp role in determining the amount of the value of carbon storage in forest vegetation throughout lowland dipterocarp in TNBBS. Character habitat observations made by direct observation of environmental factors on the growth dipterocarp not burn and burned forests. Observations of carbon Deposits made by measuring the diameter at breast height of trees. The results showed that more of the light intensity, litter is thick, and a minimum of liana, are factors that influence the growth Dipterocarpaceae. These factors support the habitus growing environment for seedlings, saplings, poles, and Dipterocarpaceae trees. Habitus dipterocarp trees , which generally have a large DBH able to increase carbon storage in Dipterocarp forest Way Canguk, Bukit Barisan Selatan National Park, Lampung."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53915
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Budianto
"Skripsi ini menganalisis hubungan antara pelaksanaan latihan menghadapi bencana dengan pembentukan kesiapsiagaan masyarakat Jepang terhadap bencana gempa bumi. Teori yang digunakan dalam skripsi ini adalah teori integrasi struktur dan agen yang dikemukakan Bourdieu mengenai konsep habitus dan praktik. Skripsi ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil penelitian menemukan bahwa pelaksanaan latihan menghadapi bencana di Jepang dilihat sebagai struktur dalam pembentukan habitus dan praktik kesiapsiagaan masyarakat Jepang terhadap bencana gempa bumi. Dengan demikian, kesiapsiagaan masyarakat Jepang terhadap bencana gempa bumi merupakan habitus dan praktik yang mengintegrasikan struktur dan agen dalam pelaksanaan manajemen bencana di Jepang.

The focus of this work is to analize the relationship between implementation of disaster drills and exercises and the making of Japanese disaster preparedness. This work was compiled using Bourdieu‟s theory of habitus and practice. This work was a qualitative research. This work found that implementation of disaster drills and exercises is seen as structure in the making of Japanese disaster preparedness habitus and practice. Therefore, Japanese disaster preparedness is habitus and practice that integrate agent and structure in the implementation of disaster management in Japan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S54566
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>