Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98186 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Located at the delta of Batang Kuantan river in Kuantan Sengingi, Riau, Padang Candi has indicated traces of the past Sriwijaya Hindu-Buddha cultures through a series of researches from 2010 to 2013. A number of researches on Sriwijayan Buddhism theories and concepts, the findings of golden inscription plates with Buddhism mantra along with the discovery location at the site, and other archaelogical findings have strongly suggested the site of being not only Buddha Mahayana sanctuary, but also as a Mandala, a settlement of Priests community.
"
SBA 17 (1-2) 2014 (1)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Ernawan
"Fungsi produk dan fungsi situs bengkel beliung prasejarah berhubungan dengan perdagangan dan perbengkelan. Penelitian yang pernah dilakukan memperlihatkan fungsi produk situs bengkel beliung merupakan sarana perdagangan, dan fungsi situs bengkel sebagai tempat membuat beliung. Penelitian tersebut tidak memperhatikan hubungan produk dan kegiatan bengkel beliung dengan fasilitas sumber daya alam yang terdapat pada situs dan sekitarnya.
Penelitian ini bertujuan mengetahui fungsi produk dan fungsi situs yang berhubungan dengan sumber daya alam situs dan sekitarnya. Penelitian diharapkan memperlihatkan apakah produk bengkel beliung merupakan komoditas dagang atau sarana budi daya tanaman pads situs, apakah produk bengkel merupakan upaya pemukim menempatkan diri dan memanfaatkan sumber daya alam, dan bagaimana bentuk kegiatan pemukiman yang ditentukan daya dukung sumberdaya alam lingkungannya.
Upaya untuk mengetahui fungsi produk dan fungsi situs memakai sampel non probabilitas. Data artefak dan lingkungan fisik memakai hasil survai dan penggalian di situs Ngrijangan, Kendeng Lembu, Ngrijang Sengon, Gunung Gamping. Data di (a) Ngrijang Sengon, Ngrijangan diharapkan mewakili bengkel beliung di sisi barat perbatasan Pegunungan Selatan Jawa Timur bagian barat dan timur, (b) Gunung Gawping diharapkan mewakili bengkel beliung di Pegunungan Selatan Jawa Timur bagian timur berbatasan dataran rendah Lumajang, Cc) Kendeng Lembu diharapkan mewakili bengkel beliung di Pegunungan Solo berbatasan Pegunungan Selatan Jawa Timur. Penelitian didukung percobaan, etnografi akik di Gendaran.
Fungsi bengkel memakai perbandingan ciri fisik produk dan kegiatan bengkel dengan sumber daya alam. Perbandingan kesamaan ciri fisik produk memakai rumus Steinhaus yang diuji beda rumus D/ma. Hasil uji memperlihatkan kedudukan tiap artefak seluruh situs dalam proses pembuatan beliung; sehingga menampakan fungsi situs sebagai penghasil atau pengguna produk bengkel. Hubungan fungsi situs penghasil atau pengguna produk dengan sumber daya alam memperlihatkan fungsi situs sebagai pemukiman dan atau perbengkelan.
Hasil penelitian memperlihatkan perbedaan kesimpulan dengan penelitian terdahulu. P nelitian ini memperlihatkan fungsi situs NgriJang Sengon, Ngrijangan, Gunung Gamping, Kendeng Lembu sebagai penghasil pra-beliung dan beliung yang tidak berlangsung setiap waktu bergantung persediaan air untuk menggosok batuan. Produk bengkel beliung tidak didagangkan di bengkel. Produk bengkel beliung dipakai budi daya tanaman selama memproduksi beliung; sehingga bentuk pemukiman pendukung kegiatan bengkel berhubungan dengan budi daya tanaman tebas bakar yang bervariasi sesuai daya dukung sumber alam di situs Ngrijangan, Ngrijang Sengon, Gunung Gamping dan Kendeng Lembu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
T1737
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A.A. Gede Oka Astawa
Denpasar: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Balai Arkeologi , 2007
930.1 GED a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Halwany Michrob
Jakarta: Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala, 1993
731.76 HAL l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Abimanyu Wihastomo
"Relief Karmmawibhangga memberikan penjelasan teoritis yang diilustrasikan dengan banyak contoh tentang cara kerja Hukum Sebab Akibat atau karma. Dari total 160 panil pada relief Karmmawibhangga didapati sebanyak 85 panil yang menggambarkan bangunan beratap kanopi. Setiap panil tersebut bukan hanya menggambarkan satu bangunan kanopi saja, melainkan juga menggambarkan dua bahkan tiga bangunan kanopi pada satu panil yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran lebih lanjut mengenai representasi sosial dari masyarakat yang digambarkan pada relief Karmmawibhangga berdasarkan perbedaan bentuk atap kanopi. Metode penelitian dilakukan melalui tiga tahapan yaitu pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi. Atap kanopi pada relief Karmmawibhangga digambarkan dengan enam jenis bentuk, yaitu bentuk lonceng, pelana, perisai, datar, lengkung, dan siku. Bangunan kanopi tersebut juga disertai dengan penggambaran tokoh serta adegan yang berada di dalam dan di sekitar bangunan. Keterkaitan antara bentuk-bentuk atap kanopi, penggambaran tokoh, dan penggambaran adegan menghasilkan tentang setiap bentuk atap kanopi yang dapat merepresentasikan kedudukan sosial dari masyarakat yang tergambarkan pada relief Karmmawibangga.

The Karmmawibhangga relief provides a theoretical explanation illustrated with many examples about how the Law of Cause and Effect, or karma, works. Out of the total 160 panels in the Karmmawibhangga relief, 85 panels depict buildings with canopies. Each of these panels not only shows one canopy building but also depicts two or even three canopy buildings on the same panel. This research aims to obtain a further understanding of the social representation of the society depicted in the Karmmawibhangga relief based on the different shapes of canopy roofs. The research method was carried out in three stages: data collection, data analysis, and interpretation. The canopy roofs in the Karmmawibhangga relief are depicted in six types of shapes: bell, saddle, shield, flat, curved, and angular. These canopy buildings are also accompanied by depictions of characters and scenes in and around the buildings. The correlation between the shapes of the canopy roofs, the depiction of figures, and the depiction of scenes suggests that each form of canopy roof can represent the social status of the community depicted in the Karmmawibhangga relief."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Deny Yudo Wahyudi
"Candi Panataran merupakan salah satu peninggalan kebudayaan materi dari masa Hindu-Buddha yang berada di daerah Blitar, Jawa Timur. Candi ini diketahui dibangun dari masa Majapahit berdasarkan temuan beberapa angka tahun yang berada pada berbagai komponen di kompleks percandian. Penemuan Prasasti Palah yang in situ dari jaman Kadiri menjadikan beberapa sarjana menghubungkan candi ini dengan bangunan suci Palah yang telah ada sejak masa Kediri. Berbagai komponen dalam percandian ini menyiratkan pada suatu sifat keagamaan tertentu yang menjadi dasar bagi percandian ini. Upaya rekonstruksi keagamaan dilakukan dengan pendekatan arkeologi sejarah yang didukung aleh sumber data artefaktual berupa komponen percandian dan data tekstual baik primer maupun sekunder. Metode fenomenologi agama dipandang sesuai untuk mengungkap makna berbagai fenomena keagamaan yang muncul di kompleks ini.
Pengungkapan rekonstruksi keagamaan tidak terlepas dari penerapan lima unsur religi yang biasa digunakan untuk mengkaji masalah keagamaan. Tokoh utama yang dipuja merupakan kajian utama untuk dapat merekonstruksi sifat keagamaan candi Pengungkapan tokoh utama yang dipuja ini sebagai penjabaran dari konsep keyakinan yang dianut. Komponen lain yang dikaji adalah tentang ritual keagamaan yang terjadi di kompleks percandian ini dan terkait dengan tata upacara yang dilakukan. Terakhir adalah upaya merekonstruksi fungsi candi ini yang berkaitan dengan umat keagamaan, karana kegiatan umat pendukungnya akan menunjukkan sejauh mana fungsi bangunan suci ini masih terus dapat bertahan.
Candi Panataran merupakan bangunan suci yang memiliki keunikan-keunikan dibandingkan dengan pola percandian yang sejaman dengannya. Keberadaan candi ini juga didukung oleh berbagai pemberitaan dalam sumber tekstual. Keunikan dan kekayaan data tersebut pada akhirnya dapat membantu untuk merekonstruksi berbagai unsur keagamaan yang berhubungan dengannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T15378
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aurora Putri Wibowo
"Konsep yin dan yang merupakan cara berpikir masyarakat tionghoa mengenai dua unsur yang berlawanan, namun menghasilkan keseimbangan. Konsep yin dan yang dapat diimplementasikan dalam segala hal di kehidupan sehari-hari, salah satunya yaitu dalam arsitektur kelenteng. Kelenteng Sin Tek Bio merupakan salah satu kelenteng tertua di Jakarta yang dibangun pada akhir abad ke-17 M dan telah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya. Penelitian ini membahas mengenai implementasi konsep yin dan yang pada tata ruang bangunan Kelenteng Sin Tek Bio. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Metode penelitian arkeologi menurut Sharer dan Ashmore digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Metode tersebut diawali dengan tahap formulasi, kemudian implementasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, interpretasi data, dan terakhir yaitu publikasi penelitian. Analisis dilakukan pada tata ruang bangunan kelenteng. Hasil analisis menunjukkan bahwa penerapan konsep yin dan yang terlihat pada pemetakan ruang publik dan privat bangunan kelenteng, namun tidak terlihat pada tata ruang, hubungan antar ruang, dan organisasi ruang di kelenteng, sehingga tata ruang pada bangunan kelenteng tidak menimbulkan yang positif.

The concept of yin and yang is a way of thinking of Chinese people regarding two opposing elements, but producing balance. The concept of yin and yang can be implemented in everything in everyday life, one of which is in the architecture of the temple. The Sin Tek Bio Temple is one of the oldest temples in Jakarta which was built in the late 17th century AD and has been designated as a Cultural Heritage Building. This study discusses the implementation of the yin and yang concept in the spatial layout of the Sin Tek Bio Temple building. This study uses a descriptive analysis method. The archaeological research method according to Sharer and Ashmore is used to answer the research problem. The method begins with the formulation stage, then implementation, data collection, data processing, data analysis, data interpretation, and finally research publication. The analysis was carried out on the spatial layout of the temple building. The results of the analysis show that the application of the yin and yang concept is seen in the mapping of the public and private spaces of the temple building, but is not seen in the spatial layout, relationships between spaces, and spatial organization in the temple, so that the spatial layout of the temple building does not create positive."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Didiek Samsu W. T.
"Candi sebagai suatu bangunan suci pada dasarnya dicip_takan untuk menghadirkan suasana sakral yang diharapkan dapat menghubungkan dunia bawah (manusia) dengan dunia atas (dewa). Dalam hal ini kehadiran arca perwujudan yang menjadi inti suatu candi. Arca perwujudan merupakan bentuk nyata kehadiran sang dewa di tengah para pemujanya. Candi Tikus di trowulan, kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, merupakan candi yang unik karena pada candi ini tidak ditemukan indikasi adanya arca perwujudan maupun arca lainnya. Di samping itu keletakannya juga agak unik karena nampaknya dibangun di bawah permukaan tanah. Bertitik tolak pada keunikan tersebut kerangka berfikir penulisan skripsi ini berdasar pada usaha untuk me_nanggapi lebih lanjut masalah fungsi yang sebenarnya dari candi Tikus: Kemudian dicoba pula untuk menelaah kronologi / umur bangunan ini dalam rangka menempatkan candi Tikus dalam bentangan sejarah Majapahit. Dengan menempatkan Trowulan sebagai suatu sistem dalam hal ini sistem perkotaan candi Tikus ditinjau seba_gai sub sistem kota Trowulan atau komponen kota Trowulan yang memiliki fungsi tersendiri. Pengamatan secara konjungtif pada bagian-bagian bangunan candi Tikus dengan penekanan terhadap aspek formalnya, diusahakan untuk dapat menghimpun gambaran tentang fungsi candi tersebut. Penjabaran dan perbandingan antara aspek-aspek teknologi dan arsitektur candi Tikus dengan candi-candi lainnya di Trowulan informasi mengenai perkiraan usia candi. Berdasarkan pengamatan terungkap bahwa tujuan penampilan susunan dan struktur bangunan candi Tikus ditekankan pada makna dan kegunaan air pada masyarakatnya. Dengan melihat bahwa unsur-unsur sakral tetap ditampilkan, maka dapat disimpu lkan bahwa candi Tikus merupakan bangunan suci bercorak petirtaan. Tinjauan teknologi arsitektur candi menampakkan adanya 2 tahap pendirian dan modifikasi pada bangunan. Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa modifikasi terjadi antara abad XIV dan abad XV. Pendirian bangunan tahap I tentu sebelum kurun waktu tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11578
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanny Rahardjo Wahyudi
Jakarta: Wedama Widya Sastra, 2012
738.2 WAN t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>