Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105126 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi R.I., 2015
307.2 TRA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Alwi Shihab
Bandung: Mizan, 2001
297.09 ALW i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Alwi Shihab
Bandung: Mizan, 2001
297.09 ALW i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan Sadeli
"Vlootwet ialah Rancangan Undang-undang Armada (RUU Armada) yang mulai diperkenalkan kepada publik Belanda pada tahun 1923 dan kemudian ke Hindia Belanda pada tahun 1924. Vlootwet muncul dilatarbelakangi oleh kekhawatiran Belanda atas ancaman Jepang di Asia-Pasifik. Dalam rancangan yang dibuat oleh Komisi Vlootwet, armada perang yang diperuntukan dalam melindungi Hindia terdiri atas Kapal Selam, Kapal Perusak, Kapal Penyapu Ranjau, dan Kapal Penjelajah. Biaya yang dibutuhkan untuk merealisasikan ini sebesar 150-300 juta Gulden. Pada tahun 1923 sampai tahun 1924, baik di Belanda maupun di Hindia Belanda sedang terjadi krisis keuangan. Selain dari pada itu, ingatan masyarakat Belanda tentang mengerikannya peristiwa Perang Dunia I membuat gerakan anti-perang meluas. Segala hal yang bersifat militeristik ditolak meskipun dengan tujuan melindungi Hindia Belanda sebagai penopang utama kesejahteraan Belanda sebagai negeri induk. Dua alasan tersebut membuat Vlootwet mendapat penolakan di Belanda dan kemudian mendapatkan respon yang sama di Hindia Belanda yang diwakili oleh Volksraad dan Pers pada tahun 1924. Adanya tanggapan dari Volksraad dan Pers di Hindia Belanda telah memperlihatkan suatu sikap kritis terhadap suatu upaya kebijakan pemerintah sebagaimana yang terjadi di Belanda. Dalam penelitian ini, penulis melakukan pendekatan dengan menggunakan metode historis. Pengumpulan sumber dilakukan oleh penulis ke berbagai tempat. Penulis mengumpulkan berbagai sumber primer seperti dokumen/Arsip dan surat kabar sezaman (khususnya tahun 1924). Surat kabar tersebut diantaranya ada yang berbahasa Melayu, bahasa daerah seperti Sunda, dan bahasa Belanda. Setidaknya terdapat 12 Surat Kabar yang berhasil penulis himpun sebagai sumber utama. Sementara sumber pendukung penulis menggunakan buku-buku baik buku babon yang menjadi rujukan utama penulis maupun buku-buku yang relevan lainnya. Berdasarkan pada hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Vlootwet merupakan suatu upaya politik pertahanan Belanda dalam melindungi Hindia dari ancaman musuh dalam hal ini Jepang. Sementara Volksraad dan Pers berpendapat lain dengan banyak menyuarakan penolakan terhadap Vlootwet yang tidak lain merupakan upaya mempertahankan kolonialisme Belanda atas Hindia. Dari sinilah kemudian terjadi suatu pertentangan antara kehendak pemerintah menghadapi Volksraad dan Pers di Hindia Belanda yang menolak terhadap Vlootwet.

Vlootwet is the Fleet Draft which was introduced to the Dutch public in 1923 and then to the Dutch East Indies in 1924. Vlootwet emerged on the backdrop of Dutch concern over Japan's threat in Asia-Pacific. In a draft by the Vlootwet Commission, A fleetof warfare intended to protect the Indies consisted of Submarines, Destroyers, Minesweepers, and Cruisers. The cost required to realize this amounts to 150-300 million guilders. From 1923 to 1924, both in the Netherlands and the Indies were in financial crisis. In addition, Dutch public memory of the terrible events of World War I made the anti-war movement widespread. All militaristic things were rejected even with the aim of protecting the Dutch East Indies as the main support of Dutch welfare as the colonial country. These two reasons made Vlootwet rejected in the Netherlands and then received the same response in the Indies represented by the Volksraad and the Press in 1924. The response of the Volksraad and the Press in the Dutch East Indies has shown a critical attitude towards a government policy effort as it did in the Netherlands. In this research, writer approach by using historical method. Resource collection is done by the author to various places. The author collects primary sources such as contemporary documents / archives and newspapers (especially in 1924). The newspapers include those in Malay, regional languages such as Sundanese, and Dutch. There are at least 12 successful Newspaper authors collect as the main source. While the source of support authors use books both which became the main reference of the author and other relevant books. Based on the results of the study it can be concluded that Vlootwet is a Dutch defense political effort in protecting the Indies from enemy threats in this case Japan. While the Volksraad and the Press argue differently by voicing a lot of rejection of Vlootwet which is nothing but an attempt to defend Dutch colonialism over the Indies. From here then there was a clash between the will of the government against the Volksraadand the Press in the Indies who rejected Vlootwet."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
N. Haidy Ahmad Pasay
Jakarta: Lembaga Demografi FE-UI, 1990
910.2 Pas a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: UI-Press, 2016
328 PAR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
KAJ 12(1-4) 2007
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Margaret J.A. Malik
"Sesuai dengan judulnya, Perbedaan Pemakaian ala Lampau Simpel dan Aspek Perfektum Kini untuk Menunjukkan Waktu Lampau dalam Bahasa Inggris Inggris, dalam skripsi ini dibedakan antara bentuk Lampau Simpel (Simple Past) - yang merupakan sebuah kala - dan Perfektum Kini (Present Perfect) - yang merupakan sebuah aspek. Namun sebelum penulis menyinggung kedua bentuk ini terutama perbedaannya - di Bab I dimasukkan pula jenis-jenis verba sesuai dengan fungsinya, yaitu verba utama dan verba bantu. Setelah menyinggung verba, maka dibahas pula kombinasi verba utama dan verba bantu dalam membentuk frasa verba. Hal ini penting mengingat bentuk perfektum kini merupakan frasa verba yang bersifat kompleks, sedangkan bentuk lampau simpel, sesuai namanya, bersifat simpel. Selanjutnya, kita masuk ke salah satu dasar dari pokok bahasan utama, yaitu kala. Untuk ini penulis memilih pembagian dari Jespersen (1958) yang berjumlah tujuh buah, dengan tiga titik waktu utama (lampau, kini, mendatang) sebagai pusat dan empat lainnya sebagai sub-ordinat (sebelum-lampau,sesudah lampau, sebelum-mendatang, sesudah-mendatang). Kemudian barulah kala lampau itu sendiri dibahas. Jumlahnya ada lima, yaitu titik khusus di waktu lampau, sebuah kurun waktu di waktu lampau yang masih berlangsung hingga kini, sebuah kurun waktu di waktu lampau yang telah selesai, sebuah kurun waktu diwaktu lampau yang belum selesai, sebuah kurun waktu di waktu lampau dengan titik relevan di waktu lampau pula.Setelah membahas kala, barulah dibahas aspek. Dalam bahasa Inggris ada dua oposisi aspektual, yaitu antara Progresif dan Non-Progresif, serta Perfektum dan Non-perfektum. Selain itu, ada pula aspek khusus untuk menunjukkan kebiasaan di waktu Lampau. Untuk aspek Perfektum dan Non-perfektum hanya dibahas sekilas sebagai perkenalan karena maknanya yang lebih mendetil dibahas secara khusus di bab berikutnya.
Selanjutnya di Bab II, sebelum menyinggung perbedaan pemakaian kedua bentuk ini, terlebih dahulu dibahas kelas-kelas verba ditinjau dari maknanya. Kelas verba ini ada dua: verba peristiwa dan verba keadaan. Kemudian pemakaian kala lampau simpel diperinci menjadi empat kategori: untuk waktu yang takrif di waktu lampau lampau, untuk kurun waktu di waktu lampau yang tak ada hubungannya dengan waktu kini, untuk kebiasaan di waktu lampau, dan untuk mengacu ke waktu kini dan mendatang. Pemakaian aspek perfektum kini, di lain pihak, membicarakan hal-hal di waktu lampau yang masih berlangsung hingga kini, atau menunjukkan telah selesainya suatu kejadian namun akibatnya masih ada atau terasa. Selain itu, ia dipakai pula dengan bentuk-bentuk khusus dan untuk memulai sebuah percakapan atau wacana.
Di Bab III kedua bentuk ini dicari perbedaan pemakaiannya.Ternyata ada tiga, yaitu waktu yang takrif di waktu lampau untuk kala lampau simpel dan waktu yang tak takrif untuk perfektum kini, kelanjutan ke waktu kini untuk perfektum kini dan tak adanya kelanjutan itu untuk kala lampau, serta akibat di waktu kini untuk perfektum kini dan tidak adanya akibat itu untuk kala lampau simpel. Kedua bentuk ini, walau tidak ada persamaannya, namun ada pula pemakaiannya yang tumpang tindih. Berarti ada kemungkinan menggunakan salah satu untuk keduanya dalam beberapa hal khusus, misalnya dalam konstruksi non-finit.Sebagai penutup, disinggung pula pemakaian adverbia waktu untuk keduanya. Ternyata ada kelompok adverbia yang telah tetap pemisahan pemakaiannya, namun ada pula yang mungkin dipakai keduanya, asalkan jelas tolak ukurnya, dengan mengingat perbedaan utama keduanya yang sudah dibahas di bab-bab sebelumnya.Demikianlah abstrak skripsi yang bertema central gramatika ini. Kiranya akan ada manfaatnya bagi yang berminat akan hal ini atau dapat menjadi sebagian bahan acuan bagi yang membutuhkannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S14140
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: ITB Press, 2004
621.3 MET
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>