Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91068 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dadang Sudiadi
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2015
364 DAD p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Sudiadi
"Masalah pencegahan kejahatan adalah masalah yang sangat penting untuk dikaji. Hal ini selain karena merupakan salah satu perwujudan dari adanya reaksi sosial terhadap kejahatan juga karena pencegahan kejahatan ini adalah salah satu upaya untuk mencegah agar kejahatan tidak terjadi, sehingga apabila suatu kejahatan tidak terjadi, maka aktifitas sosial, ekonomi politik dan budaya akan dapat terlaksana sebagaimana mestinya. Singkatnya individu dalam masyarakat dapat beraktifitas dan berekspresi untuk melakukan peranannya masing-masing.
Pemikiran awal dari penyusunan tesis ini adalah karena banyaknya penelitian dalam bidang Kriminologi di Indonesia yang menggunakan teori hanya untuk menjelaskan fenomena kejahatan. Padahal menurut pemahaman penulis teori tersebut dapat dikaji dan dipahami, sehingga berdasarkan pemahaman tersebut dapat dirumuskan suatu strategi untuk melakukan pencegahan kejahatan. Banyak teori, seperti Differential Association, Social Structure and Anomie, Differential Identification, The Conflict of Conduct Norm dan lain-lain tidak hanya dapat digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena kejahatan tetapi juga dapat dikaji dan digunakan untuk menentukan strategi pencegahan kejahatan. Namun akhirnya penulis hanya mempunyai kemampuan untuk menerapkan salah satu model pencegahan kejahatan, yang merupakan hasil kajian dari penelitian-penelitian yang dilakukan oleh pars pakar yang tergabung dalam The Chicago School, yaitu konsep Defensible Space dari Newman, yang mengajukan empat indikator, yaitu Territoriality, Natural Surveillance, Image and Melieu dan Safe Area.
Konsep Newman ini penting untuk dapat diterapkan dalam suatu lingkungan pemukiman, karena konsep ini mengakui pentingnya penggunaan barrier secara fisik, berupa penghalang-penghalang fisik maupun barrier sosial seperti tingginya tingkat kohesi sosial. Namun temyata kompleks-komplek perumahan yang dibangun, banyak yang kurang memperhatikan konsep ini, bahkan mungkin belum pemah mengenal konsep ini. Oleh karena itu penulis berupaya untuk meneliti apakah suatu kompleks perumahan telah mencerminkan konsep Penelitian yang dilakukan menggunakan metode kualitatif, dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, observasi dan test case. Wawancara mendalam dilakukan terhadap Ketua RW 022 (Komplek Perumahan Pesona Depok I), Sekretaris RW 022, Koordinator Keamanan RW 022, Komandan Satpam, Anggota Satpam, penghuni kompleks, seorang warga Kampung Mangga, seorang penjaga rumah yang tidak tinggal di dalam kompleks perumahan tersebut, seorang pengurus masjid, dan seorang pembantu rumah tangga.
Observasi dilakukan untuk melihat barrier-barrier fisik serta penerangan dan tata letak rumah dan jalan serta untuk melakukan mapping dan untuk melihat kohesi sosial yang terjalin di antara penghuni, observasi dilakukan pada siang hari dan juga pada malam hari. Sedangkan test case dilakukan untuk melihat sensitifitas penghuni dan anggota Satpam terhadap orang luar serta untuk menguji mekanisme kerja dari anggota Satpam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara fisik indikator-indikator defensible space telah tercermin di kompleks ini, seperti adanya portal yang terpasang di pintu gerbang, polisi tidur, pos-pos jaga yang terlihat jelas, adanya benteng dan tebing tinggi yang memisahkan kompleks perumahan dengan dua kampung di sekitarnya, serta pagar hidup berupa tanaman bambu yang ditanam rapat disepanjang sungai yang memisahkan kompleks ini dengan Perumahan Depok II Tengah dan Pesona Depok II. Keberadaan barrier-barrier tersebut menunjukkan bahwa indikator territoriality, secara fisik, telah diterapkan.
Begitu juga dengan Natural Surveillance dan Image and Melieu, secara fisik relatif telah diterapkan, walaupun belum diterapkan dengan baik, seperti masih banyaknya pos-pos jaga yang terlihat kosong dan banyaknya lampu penerangan jalan yang sudah tidak berfungsi lagi. Selain dari itu di kompleks ini tidak ada pengaturan anus lalu-lintas, sehingga setiap orang babas menggunakan lajur jalan. Kondisi ini kurang baik bila dikaitkan dengan upaya pencegahan kejahatan, khususnya dalam rangka terselenggaranya Natural Surveillance. Namun secara sosial, indikator-indikator defensible space tersebut belum tercermin dengan baik, Hal ini terjadi karena penghuni kompleks perumahan ini sangat heterogen dengan tingkat mobilitas yang tinggi dan kebanyakan di antara mereka tidak terlalu perduli dengan lingkungan sosialnya, hal ini karena individualitas diantara mereka cukup tinggi. Sebagai bukti dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan sosial dan keagaman yang hanya diikuti oleh beberapa orang saja, bahkan pengajian ibu-ibu, hanya diikuti oleh sekitar 6-12 orang saja. Bukti lainya adalah adanya pola penyampaian informasi dan anjuran partisipasi bagi penghuni dengan melalui surat edaran Padahal kekuatan dari konsep defensible space ini, secara sosiologis-kriminologis terletak pada diterapkannya indikator-indikator defensible space secara sosial. Namun karena mayoritas penghuni perumahan Pesona Depoki I dapat dikekatagorikan sebagai memiliki karakteristik kehidupan perkotaan, menurut Clinard dan Meier., hal ini sulit untuk dilakukan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7943
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiharto
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S6405
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lihawa, Ronny
"Latar belakang pemikiran dalam tesis ini adalah kondisi dan kualitas hidup masyarakat yang semakin menurun akibat urbanisasi, pengangguran, lemahnya penegakan hukum, dan berbagai perilaku tidak tertib yang tidak ditangani. Kondisi seperti ini apabila dibiarkan sangat berpotensi menimbulkan terjadinya kejahatan. Untuk mengatasi agar tidak terjadi kejahatan maka strategi yang tepat adalah penerapan Pemolisian Masyarakat. Sejak lama dilingkungan Polri telah dibentuk Babinkamtibmas yang ditempatkan pada setiap Desa dan Kelurahan untuk melakukan Pembinaan Kamtibmas dengan bentuk kegiatan pertama, membina kesadaran hukum masyarakat dan kedua membina kesadaran Kamtibmas masyarakat dan ketiga membina partisipasi masyarakat dalam rangka pembinaan Kamtibmas secara swadaya.Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya adalah pencegahan kejahatan yang merupakan juga bagian dari kegiatan Pemolisian Masyarakat.
Tesis ini menjelaskan tentang Kegiatan Babinkamtibmas dalam pencegahan kejahatan di Kebayoran Lama Utara. Kebayoran Lama Utara merupakan salah satu Kelurahan dari Kecamatan Kebayoran Lama yang merupakan wilayah Polsek Kebayoran Lama. Permasalahan tesis ini difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan Babinkamtibmas dalam pencegahan kejahatan.
Permasalahan dalam penelitian ini difokuskan pada pertama, pencegahan kejahatan yang dilakukan Babinkamtibmas, kedua, permasalahan yang dihadapi Babinkamtibmas dalam pelaksanaan tugasnya dan ketiga, penerapan kebijakan Pemolisian Masyarakat oleh Babinkamtibmas.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dengan metode pengumpulan data terdiri dari; studi dokumen, angket, wawancara yang diiakukan secara mendalam, berkelompok maupun perorangan, dan pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan Babinkamtibmas Kelurahan Kebayoran Lama Utara.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain teori Broken Windows yang dikemukakan oleh Kelling dan Wilson. Teori ini menggunakan perumpamaan kejahatan dengan jendela rusak, yaitu apabila sebuah jendela rusak dibiarkan maka jendela-jendela lainnya akan menyusul dirusak. Oleh sebab itu Polisi bersama masyarakat harus segera melakukan penanganan terhadap berbagai perilaku tidak tertib sebelum hal itu menjadi kejahatan yang lebih besar.
Teori lainnya yang penting adalah yang dikemukakan oleh Bayley, bahwa kegiatan pencegahan kejahatan adalah pada dasarnya sama dengan kegiatan Pemolisian Masyarakat yaitu konsultasi, adaptasi, mobilisasi, dan pemecahan masalah. Organisasi kepolisian yang menerapkan Pemolisian Masyarakat akan melakukan kegiatan-kegiatan tersebut sebagai upaya pencegahan kejahatan.
Pedoman pelaksanaan tugas Babinkamtibmas yang utama adalah Buku Petunjuk Lapangan tentang Babinkamtibmas tahun 1997, Undang-undang No 212002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Kebijakan dan Strategi Polri 2002-2004. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa naskah-naskah tersebut tidak dipahami dengan baik oleh Babinkamtibmas disebabkan mereka secara resmi tidak pernah menerimanya, mereka tidak pernah secara khusus mempelajari dan para atasannya tidak pernah memberikan petunjuk tentang ketentuan-ketentuan tersebut.
Dari penelitian ini, diperoleh hasil yang menggambarkan; Pertama, Kegiatan pencegahan kejahatan yang dilakukan Babinkamtibmas dapat dikelompokan pada konsultasi, koordinasi, penyuluhan, pelatihan, pembinaan Pam Swakarsa, dan pemecahan masalah. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan tanpa perencanaan yang baik tetapi semata- mata berdasar perintah harian Kapolsek atau karena kebiasaan yang sudah berjalan selama ini. Akibatnya kegiatan tersebut tidak efektif dalam mencegah kejahatan yang terbukti dari peningkatan angka kriminalitas yang cukup signifikan.
Kedua, permasalahan yang dihadapi Babinkamtibmas dalam pelaksanaan tugasnya adalah antara lain berbagai petunjuk peiaksanaan tugas yang tidak dijabarkan oleh kesatuan Paid secara berjenjang, bahkan pedoman yang diterbitkan pada masa Polri masih bagian dari ABRI belum diganti. Penghapusan Kanit Bimmas Polsek menyebabkan fungsi supervisor tidak berjalan dengan baik. Para Babinkamtibmas bertanggung jawab langsung kepada Kapolsek yang dalam prakteknya sangat sibuk sehingga kegiatannya berjalan tanpa bimbingan dan pengawasan yang cukup. Babinkamtibmas, jumlah anggota Babinkamtibmas sangat kurang untuk melayani Kelurahan yang padat, dukungan pelaksanaan tugas sangat minim seperti kendaraan angkutan yang sudah sangat tua, ketiadaan alat komunikasi yang memadai, anggaran operasional yang jauh dari cukup, dan permasalahan yang dihadapi sangat kompleks, kemampuan Babinkamtibmas yang rendah akibat pendidikan yang kurang, dan citra Polri yang kurang mendukung pelaksanaan tugas Babinkamtibmas.
Ketiga, penerapan konsep Pemolisian Masyarakat masih jauh dari harapan disebabkan antara lain belum samanya persepsi dikalangan anggota Polri tentang konsep tersebut, forum kemitraan Polisi-masyarakat pada berbagai tingkat organisasi Paid belum terbentuk dan berfungsi sebagaimana mestinya, kemampuan pemecahan masalah yang sangat penting dalam Pemolisian Masyarakat seperti identifikasi masalah, analisa masalah, menyusun rencana penanggulangan dan evaluasi kegiatan tidak dipunyai Babinkamtibmas, dan sistim rekrutmen, pendidikan, dan penugasan yang kurang baik. Penerapan Pemolisian Masyarakat dengan baik akan meningkatkan efektifitas pencegahan kejahatan,untuk itu Pemolisian Masyarakat harus dijadikan strategi organisasi Poiri.Babinkamtibmas sebagai petugas utama Pemolisian Masyarakat harus dibekali dengan berbagai ketrampilan untuk mendukung pelaksanaan tugasnya. Manajemen kegiatan Babinkamtibmas harus mendapat prioritas untuk dilakukan pembenahan agar dapat efektif melaksanakan tugasnya."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T13407
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Kemal Dermawan
Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994
364.4 MOh s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Antonius K. K. Darsono
"Seiring dengan terjadinya perubahan paradigma dalam diri Polri dari pemolisian tradisional menjadi pemolisian modern yang berbasiskan kepada pendekatan kemasyarakatan yang oleh Polri disebut melalui program Perpolisian Masyarakat (Polmas), hal ini tentunya perlu untuk segera diketahui oleh seluruh personil anggota Polri dan perlu mendapat dukungan dari seluruh bagian-bagian yang ada dari Polri itu sendiri. Polmas saat ini dianggap sebagai suatu cara atau metode yang efektif dalam rangka mengajak peran serta aktif masyarakat dalam menghadapi permasalahan-permasalahan sosial yang mungkin timbul ditengah-tengah masyarakat. Polmas yang diangkat dalam tulisan tesis ini oleh peneliti adalah Polmas Cibatu Cikarang Bekasi, karena peneliti melihat peran dari Polmas Cibatu dalam membangun suatu komunitas yang mampu untuk survive terhadap adanya bentuk-bentuk kejahatan dalam satu lingkungan komunitas dianggap cukup berhasil. Komunitas yang dimaksudkan disini adalah komunitas perumahan Taman Cibiru Cikarang Bekasi. Dimana perumahan Taman Cibiru ini awal mulanya ketika belum adanya kehadiran dari petugas Polmas Cibatu merupakan suatu lokasi perumahan yang kerap terjadi kejahatan, ketidak tertiban dan permasalahan-permasalahan sosial lainnya. Permasalahan-permasalahan sosial yang dapat berkembang menjadi kejahatan di perumahan Taman Cibiru dikarenakan di sekitar lokasi perumahan tersebut dekat dengan pusat-pusat hiburan dan pusat-pusat keramaian publik sehingga dimungkinkan terjadinya kejahatan dan permasalahan sosial di lingkungan perumahan Taman Cibiru tersebut. Disamping itu penyebab lainnya tidak adanya kepedulian atau terjadinya pembiaran oleh warga perumahan Taman Cibiru dan petugas Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) yang bertugas dalam lingkup areal tersebut untuk mau peduli dalam rangka meminimalisir dan mencegah kejahatan dan permasalahan sosial yang timbul. Memang cakupan wilayah seorang Babinkamtibmas demikian luas dan kompleks, areal lokasi yang menjadi tanggung jawab wilayah tugasnya tidak hanya lingkungan perumahan-perumahan saja namun juga meliputi areal publik seperti pasar, terminal, dan lain sebagainya. Memang terjadi perbedaan yang sangat signifikan sekali dalam hal cakupan wilyah antara Babinkamtibmas dengan Polmas yang ada saat ini. Dimana Polmas Cibatu memiliki cakupan wilayah cenderung lebih kecil dan pada komunitas masyarakat yang lebih teratur dan tertib. Hal tersebut diatas yang mendasari pemikiran penulis bahwa petugas Polri dalam hal ini Polmas Cibatu cenderung lebih berhasil karena cakupan wilayah yang tidak seberapa luas dan pada komunitas masyarakat yang cenderung teratur serta petugas Polmas tersebut tinggal menetap di lokasi tersebut beserta dengan keluarganya. Peran yang terbina antara petugas Polmas Cibatu dan warga perumahan Taman Cibiru disadari maupun tidak disadari, sengaja maupun tidak sengaja menjadikan lingkungan perumahan Taman Cibiru tersebut menerapkan desain lingkungan melalui pengamanan fisik dan kegiatan sosial yang ada menjadi suatu bentuk strategi pencegahan kejahatan yang mampu untuk meminimalisir bahkan mencegah kejahatan yang selama ini terjadi di wilayah tersebut. Bentuk-bentuk pengamanan fisik yang ada dilingkungan perumahan Taman Cibiru diantaranya adanya lampu penerang disetiap tempat sehingga tidak ada satupun bagian di areal perumahan tersebut yang gelap pada malam hari, pemagaran keliling perumahan Taman Cibiru yang membatasi lingkungan dalam dan lingkungan luar, portal sebagai sarana penghalang bagi orang dan kendaraan yang akan masuk serta keluar perumahan Taman Cibiru dan lain sebaginya bentuk-bentuk pengamanan fisik yang ada di lokasi tersebut. Sedangkan kegiatan sosial kemasyarakatan yang muncul dilingkungan perumahan Taman Cibiru diantaranya arisan bulanan antara warga perumahan Taman Cibiru dan Polmas Cibatu dimana dalam pertemuan tersebut tidak sebatas arisan saja tetapi merupakan ajang pertemuan dalam rangka proses Bottom Up. Keluhan, masukan dan saran yang datangnya dari warga kepada pihak Polmas Cibatu, serta kegiatan pengaktifan sarana komunikasi dengan menggunakan pesawat RIG/HT guna mempercepat proses penyampaian informasi yang berkaitan dengan situasi keamanan di wilayah perumahan tersebut. Peran Polmas Cibatu dan warga perumahan Taman Cibiru sekali lagi disadari atau tidak disadari telah menunjukkan kemampuannya untuk melakukan survive dalam rangka menghadapi permasalahan-permasalahan sosial dan kejahatan-kejahatan yang timbul. Namun demikian, perlu diingat bahwa masih banyak harapan-harapan dari masyarakat terhadap program Polmas yang ada saat ini diantaranya masyarakat berharap program Polmas ini tetap terus berkesinambungan dan mendapat perhatian serius dari pimpinan Polri khususnya dalam hal masalah penyediaan anggaran guna kepentingan operasional dari Polmas tersebut. Peneliti juga menaruh harapan yang sangat besar terhadap program Polmas ini diantaranya dalam hal penempatan petugas Polmas jangan terlalu luas cakupan wilayahnya, petugas Polmas harus benar-benar dipilih secara selektif berdasarkan kemampuan dan hal-hal lainnya yang terkait dengan keberhasilan Polmas kedepan nantinya.

In accordance with the change in the paradigm of Indonesian Police from traditional Police to modern police with the basis on people approach which is called People Police (Polmas) program. Every police office must be aware of this new paradigm and every part of Indonesian Police (Polri) should give the pre-eminent support. Polmas is considered to be one of the effective methods to bring the active participation of the people in solving the social problems that may rise in the society. The Polmas presented in this thesis is Polmas in Cibatu Cikarang Bekasi, because the author believes the Cibatu Polmas has a successful role in creating a community is able to survive in facing criminal?s acts. The community mentioned here is Cibiru Cikarang Bekasi Par Resident. This community used to faces a high criminal rate, and social problems in the neighborhood before the presence of Cibatu polmas officers. The social problems that can lead to criminal acts in this community is caused by the location of the residence that is near entertainment centre and public places. The other reasons are the ignorance and lenience by the resident of Cibiru Park and the officers from Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babibkamtibmas) in this area. The area scope of this Babinkamtibmas is quite ample and complex; they are responsible not only for the residential area but also the public places such as markets, terminals, etc. they are a significant difference in the area scope between Babinkamtibmas and Polmas, which Polmas has a much smaller area and in a more relatively controlled society. This fact becomes the basis for this thesis, the author believes that police officer in this case, and Cibatu polmas has become more successful due to the relatively smaller area of scope and operated in a much ordered society. The fact the Polmas officer also lived in the same area also contributed to the success. This role that is created between the Cibatu Polmas and the Cibiru Park Resident considered the implementation of physical security and the social activities as a part of criminal prevention strategy that capable of diluting criminal action in the area. Some forms of physical security is the lights in every places in the area, so that the residence does not have a dark corner, the construction of fences around the area of residence which border the outside and inside area, the establishment of portal as a way of barricade the flow of vehicles in and out of the residential area are forms of physical security. Meanwhile, the social activities that arise from the Cibiru Park Residential area are monthly meetings (arisan) between the residents of Cibiru and Cibatu Polmas where these meetings do not serve the purpose of only arisan but also a means for bottom up process. Not only can they deliver their complains and inputs, but also with the activation of communication using RIG/HT devices, they can increase the speed of communication concerting the security condition in the neighborhood. The role of Cibatu Polmas and the Cibiru Park residence have show their ability to survive in order to face the criminal acts and social problems. But, we need to remember that the people still hope for the Polmas program remain sustainable and gain serious attention from Polri, specially in the budget allocation area. The author also give enormous expectation towards the Polmas program, so that the area of scope of the Polmas officers are not too wide-ranging, the Polmas officers should be selectively picked based on their competency, and also other matters that contributed to the success of the Polmas program in the future."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T24553
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ventya Gema Kustriaty
"ABSTRAK
Manusia hidup dalam sebuah lingkungan buatan yang diciptakan dengan media arsitektur. Salah satu fungsi dari penciptaan lingkungan buatan ini ialah sebagai tempat berlindung dari segala sesuatu yang dapat mengganggu kenyamanan hidup manusia yang ada di daiamnya, baik dari gangguan alam maupun dari gangguan manusia Iainnya. Kriminalitas merupakan salah satu bentuk gangguan yang dapat ditimbulkan oleh manusia kepada manusia lainnya. Gangguan ini akan semakin mendatangkan keresahan apabila terjadi di lingkungan perumahan yang merupakan lingkungan buatan tempat bagi manusia untuk berteduh, berlindung dan menetap.
Karena sifalnya yang merupakan perlu dilakukan suatu upaya penoegahan terjadinya kriminalitas pada daerah perumahan. Dengan pengkajian teori mengenai upaya pencegahan kriminafitas dari sudut pandang ilmu kriminologi dan arsitektur serta dari pengamatan lapangan, dapatiah diketahui bahwa arsitektur sebagai media pembentuk lingkungan buatan punya peran dalam melakukan upaya tersebut.

"
2001
S48272
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Ramosta S.
"Perkembangan teknologi yang meliputi semua aspek kehidupan sekarang ini memiliki peranan yang vital dimasyarakat. Akses informasi dapat dipenuhi dengan kehadiran teknologi komputer dibidang informasi yang disebut sebagai internet. Perkembangan dunia usaha penyediaan jasa internet tidak lepas dari kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan informasi terkini lebih cepat dan bisa dilakukan dimana saja.
Warnet menjadi satu dari sekian banyak cara dan tujuan dalam mengakses informasi dari waktu ke waktu, sehingga persaingan untuk mendapatkan pelanggan menjadi suatu tantangan bagi para pengelolanya. Fasilitas yang mementingkan aspek kenyamanan dan kepuasan dari pelanggan menjadi kriteria utama yang harus dimiliki warnet.
Ketidak-seimbangan antara upaya yang dilakukan untuk mengamankan dengan upaya yang dilakukan untuk memberikan fasilitas menjadi faktor X atas masalah kejahatan yang menimpa usaha warnet. Penggunaan teori Strategi Pencegahan Kejahatan dari Ronald V Clarke dengan teknik pengurangan kesempatan diharapkan dapat menganalisa kekurangan apa saja yang terdapat didalam upaya pengamanan terhadap ancaman kejahatan yang telah dilakukan, dan terdapat beberapa saran yang lebih bertujuan untuk memperbaiki atau menambahkan nilai dari pengamanan terhadap usaha.

The technology development which include all aspect of life nowadays having more vital role in the society. Information access fulfilled with the present of computer technology in the field of information called the Internet. The development of internet café business also connected to the needs of getting the latest information and could be done anywhere.
Internet café becoming one of many ways to access information from time to time, a condition that create competition in having more customer and becoming challenges to it?s owner. The facility that fulfill the needs of comfort and privacy is one of the criteria that an internet café must have.
The imbalance between what must be done to secure with the efforts to give more facility is becoming the X factor of criminal problems that occurs in the internet cafe business. The use of Situational Crime Prevention by Ronald V Clarke with his opportunity reducing techniques, to be expected could analyze what has not been done in the terms of security efforts to overcome criminal event, and also included suggestion to improve or adding more value to secure the business.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Fadilah Astutik
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S6322
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>