Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172568 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Bennadi Adiandrian
"Latar Belakang: Obesitas merupakan suatu keadaan terdapatnya jaringan lemak dalam tubuh yang berlebihan. Kondisi ini berhubungan dengan penyakit kardiovaskular, salah satunya adalah aterosklerosis. Aterosklerosis pada sistem pembuluh darah karotis hingga saat ini merupakan penyebab terbesar stroke iskemik di dunia dengan jumlah kasus terbanyak pada rentang usia 45-64 tahun. Dengan menggunakan teknik single slice CT-scan dapat dihitung komposisi lemak viseral (VAT) maupun lemak subkutan (SAT) tubuh dengan baik. Sedangkan USG merupakan modalitas radiologi yang baik untuk skrining aterosklerosis pada arteri karotis komunis dengan mengukur ­Intima-Media Thickness (IMT).
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan komposisi lemak yang berhubungan terhadap aterosklerosis karotis komunis dan lingkar pinggang.
Metode: Sebanyak 32 subjek penelitian yang melakukan pemeriksaan CT-scan regio abdomen, dilakukan penghitungan luas penampang VAT, SAT dan rasio VAT/SAT dengan menggunakan software volumetri SyngoTM, pengukuran IMT arteri karotis komunis kanan dan kiri menggunakan USG yang dilengkapi dengan software auto-IMT, dan pengukuran lingkar pinggang. Kemudian dilakukan analisa korelasi antara VAT, SAT, dan rasio VAT/SAT terhadap IMT karotis serta lingkar pinggang (WC).
Hasil: Terdapat korelasi lemah antara luas penampang VAT terhadap IMT karotis komunis (ρ = 0,21 ; p = 0,248), antara luas penampang SAT terhadap IMT karotis komunis (ρ = 0,37 ; p = 0,036) dan korelasi negatif lemah antara rasio VAT/SAT terhadap IMT karotis komunis (ρ = -0,24 ; p = 0,193). Selain itu didapatkan korelasi kuat antara VAT terhadap lingkar pinggang (ρ = 0,73 ; p < 0,05), korelasi positif sangat kuat antara SAT terhadap lingkar pinggang (ρ = 0,87 ; p < 0,05), dan korelasi negatif lemah antara rasio VAT/SAT terhadap lingkar pinggang (ρ = -0,37 ; p = 0,038).
Kesimpulan: Luas penampang VAT dan SAT berkorelasi lemah terhadap IMT karotis komunis. Luas penampang VAT berkorelasi kuat terhadap lingkar pinggang, luas penampang SAT berkorelasi sangat kuat terhadap lingkar pinggang. Rasio VAT/SAT memiliki korelasi negatif lemah terhadap IMT karotis komunis dan lingkar pinggang. Pengukuran lingkar pinggang dapat digunakan unuk memprediksi volume VAT dan SAT.

Backgorund: Obesity is a condition with high level of fat deposition in the body. This condition is related to cardiovacular diseases including atherosclerosis. Carotid athersclerosis until now is known as the main cause of ischemic stroke in the world with the most cases ranged between 45-64 years old. With single slice CT-scan technique, we can estimate the composition of visceral adipose tissue (VAT) and subcutaneous adipose tissue (SAT) very well. USG is the best modality for carotid atherosclerosis screnning by measuring ­Intima-Media Thickness (IMT) of the common carotid artery.
Purpose: of this study is to determine which one of these fat is correlated to carotid atherosclerosis and waist circumference (WC).
Methods: Thirty two subjects that underwent an abdominal CT-scanning were calculated for their area of VAT, SAT, dan VAT/SAT ratio using SyngoTM volumetric software. Measurement of the IMT was done by using auto-IMT software in USG. Their waist circumference were also measured. Correlational analysis were done between VAT, SAT, VAT/SAT ratio with carotid IMT and waist circumference (WC).
Result: There was a low correlation between VAT and common carotid IMT (ρ = 0,21 ; p = 0,248), SAT and common carotid IMT (ρ = 0,37 ; p = 0,036). Low negative correlation was shown between VAT/SAT ratio and carotid IMT (ρ = -0,24 ; p = 0,193). This study also showed a strong correlation between VAT and waist circumference (ρ = 0,73 ; p < 0,05), very strong correlation between SAT and waist circumference (ρ = 0,87 ; p < 0,05), also low negative correlation between VAT/SAT ratio and waist circumference (ρ = -0,37 ; p = 0,038).
Conclusion: There are low correlation between VAT and SAT and common carotid IMT. There is strong correlation between VAT and waist circufmerence, very strong correlation between SAT and waist circumference. There is low inverse correlation between VAT/SAT ratio and waist circumference. Therefore the measurement of waist circumference can be used to predict VAT and SAT volume.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syaufi Zahrah
"Prevalensi obesitas di Indonesia menunjukkan peningkatan yang bermakna dari tahun ke tahun, termasuk di dalamnya prevalensi obesitas sentral yang dapat diukur melalui lingkar pinggang. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain potong lintang yang bertujuan untuk melihat korelasi antara asupan energi total, asupan lemak, dan lingkar pinggang dengan kadar HbA1c pada obesitas. Penelitian dilakukan di kantor Balai Kota DKI Jakarta dari akhir bulan November sampai Desember 2013. Pengambilan subyek dilakukan dengan cara consecutive sampling, didapatkan 47 subyek yang memenuhi kriteria penelitian. Karakteristik subyek yang diambil adalah usia, jenis kelamin dan indeks massa tubuh (IMT). Variabel data yang diteliti adalah asupan energi total, asupan lemak, lingkar pinggang, dan kadar HbA1c.
Hasil penelitian didapatkan subyek terbanyak berusia antara 36-50 tahun (93,6%), sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 27 subyek (57,4%), dan sebanyak 35 subyek (74,5%) termasuk kategori obes I, karena sebagian besar subyek berada pada rentang usia 36 sampai 50 tahun, maka selanjutnya analisis data dan pembahasan dilakukan pada 44 subyek dengan rentang usia tersebut. Asupan energi total 32 subyek (72,7%) dibawah AKG (˂ 70% AKG). Median (min-maks) asupan energi total adalah sebesar 1225,8(766,0-4680) kkal. Sebagian besar subyek penelitian mengonsumsi lemak lebih dari persentase KET yang dianjurkan yaitu sebanyak 42 orang subyek (95,5%). Seluruh subyek laki-laki dan sebagian besar subyek perempuan (84%) memiliki LP lebih. Rerata kadar HbA1c pada subyek laki-laki adalah 6,3±0,2% dan perempuan 6,3±0,3%, dan hampir sebagian besar (68,2%) memiliki kadar HbA1c berisiko tinggi. Terdapat korelasi negatif tidak bermakna antara asupan energi total dengan kadar HbA1c pada subyek laki-laki (r=-0,15, p=0,536) dan korelasi positif tidak bermakna pada subyek perempuan (r=0,28, p=0,898). Korelasi negatif tidak bermakna dijumpai antara asupan lemak dengan kadar HbA1c pada seluruh subyek (r=-0,06, p=0,687). Korelasi positif tidak bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar HbA1c terdapat pada seluruh subyek (r=0,18, p=0,236).

The prevalence of obesity in Indonesia is increasing and also the prevalence of central obesity which can be measured by waist circumference. The aim of this cross sectional study was to find the correlation between total energy intake, fat intake, and waist circumference with HbA1c levels in obes subject. Data collection was conducted during November to December 2013 in the institution of Balaikota DKI Jakarta. The subjects was obtained by consecutive sampling, and 47 subjects who meet study criteria were enrolled in this study. The data collection were characteristics of the subjects including age, gender and body mass index (BMI), as well as total energy intake, fat intake, waist circumference, and HbA1c levels.
The results showed the highest age between 36-50 years (93.6%), majority of the subjects were female (57.4%), and catagorized as obese I (74.5%). Because most of the subjects were in the range of age 36 to 50 years, the data analysis and discussion conducted on 44 subjects. Most of the subject had total energy intake under RDI requirements, i.e., 13 people (68.4 %) of male and 19 subjects (76%) of female subjects. Most of the subjects (42 subjects, 95.5%) had fat intake over recommended percentage of total energy requirement. All of the male and most of female subjects (84%) have waist circumference greater than the normal criteria. Mean of HbA1c levels were 6.3±0.2%, for male subjects and almost the same levels for female subjects, while 68.2% of the subjects were categorized as high risk. The were no significant negative correlation between total energy intake and HbA1c levels in male subjects (r =-0.15, p=0,536) and no significant in female subjects (r=0.28, p=0.898). There were no significant negative correlation between fat intake and HbA1c levels in all subjects (r=-0.06, p=0.687), while non significant positive correlation between waist circumference and HbA1c levels were found in all subjects (r=0.18, p=0.236).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Obesitas telah menjadi masalah pandemik global di seluruh dunia, WHO mengatakan sebagai masalah kesehatan kronis terbesar pada orang dewasa. Data Riskedas 2007 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas nasional berdasarkan IMT pada kelompuk umur lebih kurang 15 tahun sebesar 10,3%. Tujuan: Penelitian ini untuk mengkaji faktor determinan PJK dengan yaitu faktor sosiodemografi, faktor risiko perilaku, dan hasil pemeriksaan darah. Metode: Cross sectional dengan melakukan analisis lanjut dari subses hasil evaluasi data penelitian “Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular” di kelurahan Kebon Kelapa Kecamatan Bogor Tengah, Kota Sampel sebanyak 1079 responden Penderita PJK dengan obesitas. PJK ditentukan berdasarkan pemeriksaan EKG (tahun 2013) dan mengalami obesitas (IMT > 25 cm atau LP > 80 cm pada perempuan dan 90 cm pada laki-laki). Analisis uji Chi-square dan regresi logistik. Hasil: Penelitian menunjukkan hipertensi memberikan risiko 1,8 kali dibandingkan yang tidak hipertensi pada responden PJKyang obesitas dengan 95% CI 1,31-2,53; LDL akan memberikan risiko 1,6 kali dibandingkan responden dengan LDL tidak berisiko pada kelompok PJK yang obesitas dengan 95% CI 1,18-2,32; HDL akan memberikan risiko 1,66 kali pada responden dengan HDL berisiko pada kelompok PJK yang obesitas dengan 95% CI 1,07-2,22. Kesimpulan: Bahwa pada kelompok masyarakat yang berumur tua, berjenis kelamin perempuan, status perkawinan cerai, pekerjaan ibu rumah tangga, berpendidikan tinggi dan sosial ekonomi tinggi akan mempunyai risiko PJK. Saran: Diperlukan kajian lebih lanjut tentang PJK dengan obesitas dengan kualitas asupan makanan khususnya lemak pada minyak yang digunakan untuk menggoreng agar dapat diketahui lebih rinci jenis-jenis asam lemak jenuh yang dapat mempengaruhi memburuknya profil lipid darah."
BULHSR 17:4 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Vika Ardianto Laksono
"Latar Belakang: Obesitas merupakan beban berat terhadap kesehatan di seluruh dunia. Salah satu cara menangani obesitas adalah dengan latihan fisik. Namun untuk beberapa populasi khusus seperti osteoartritis, keefektifan latihan fisik perlu dipertanyakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terapi latihan fisik selama enam minggu efektif dalam menurunkan lingkar pinggang pada pasien obesitas dengan osteoartritis lutut.
Subyek: Subyek dari penilitian ini adalah pasien wanita dengan osteoartritis lutut dan obesitas yang mengunjungi Klinik Obesitas di Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo. Studi ini menggunakan data sekunder yang diambil dari status pasien lewat rekam medis. Sebanyak 35 pasien digunakan dalam studi ini.
Metode: Studi ini merupakan studi deskriptif dengan satu kelompok dan membandingkan karakteristik sebelum dan sesudah intervensi. Data yang diambil dari rekam medis berupa lingkar pinggang, umur, metode pembayaran, berat badan, tinggi badan dan indeks masa tubuh. Data yang diambil merupakan data sebelum dan sesudah terapi latihan.
Hasil dan Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukan penrurunan signifikan di lingkar pinggang setelah enam minggu terapi p<0.05 (p=0.001) biarpun tidak ada korelasi positif antara lingkar pinggang awal dan penurunan lingkar pinggang p<0.05 (p=0.54). Penelitian ini membuktikan terapi latihan enam minggu efektif dalam menurunkan lingkar pinggang.

Background: Obesity had become a major burden all over the world. One approach of managing obesity is done by physical exercise. However, for certain population such as osteoarthritis, physical exercise efficaciousness is questionable. This study is devised to examine how effective a therapeutic exercise which is held for six weeks in reducing the waist circumference of obese patient with knee osteoarthritis.
Subjects: All of the subjects are female patients who visited Obesity Clinic in Cipto Mangun Kusumo Hospital and diagnosed with knee osteoarthritis along with obesity. This study uses secondary data obtained from the patients’ status from the medical record. Total of 35 subjects are included in this study.
Methods: This is a descriptive study which has one group with pre-test and post-test design. Subject’s baseline characteristics including waist circumference, age, body weight, body height and payment method are collected along with the data after the program had been completed.
Results and Conclusion: Result shows significant changes in waist circumference after the six weeks therapeutic exercise p<0.05 (p=0.001) however there is no positive correlation between initial waist circumference with the total loss of waist circumference p<0.05 (p=0.54). This study shows that six weeks therapeutic exercise is effective in reducing the waist circumference of the patient.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fenny Amaliya
"Latar belakang : Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya sindroma metabolik. Skipping breakfast adalah salah satu kebiasaan makan yang berhubungan dengan obesitas dan sindroma metabolik. Penelitian pada populasi obes yang melihat hubungan antara kadar trigliserida dan lingkar pinggang dengan skipping breakfast belum ditemukan.
Tujuan : Diketahuinya hubungan antara kadar trigliserida dan lingkar pinggang penyandang obes dengan kebiasaan skipping breakfast.
Metode : Desain potong lintang pada laki-laki dan perempuan usia 20?50 tahun, IMT ≥ 25 kg/m2. Pengambilan subyek dengan consecutive sampling. Pengumpulan data dengan wawancara, pemberian catatan kebiasaan makan selama 1 minggu, pengukuran antropometri dan pemeriksaan laboratorium.
Hasil : Rerata usia subyek 36,76 ± 7,68 tahun, 38% memiliki kebiasaan skipping breakfast, dan 59% subyek adalah perempuan. Asupan energi total harian, karbohidrat, lipid dan protein kelompok skipping breakfast dan sarapan tidak berbeda bermakna. Median kadar trigliserida 104 (37?383)mg/dL dan rerata lingkar pinggang (100,16±7,74cm) pada skipping breakfast lebih rendah dibandingkan sarapan (115,50 (50?764)mg/dL dan 102,72±8,87cm), namun tidak signifikan secara stastistik. Tidak terdapat hubungan bermakna antara skipping breakfast dengan kadar trigliserida dan lingkar pinggang.
Kesimpulan : Kebiasaan skipping breakfast tidak berhubungan dengan kadar trigliserida dan lingkar pinggang pada penyandang obes.

Background: Obesity is a risk factor for metabolic syndrome. Skipping breakfast is one of eating pattern that related to obesity and metabolic syndrome. The study in obese to determine the association between tryglyceride and waist circumferance with skipping breakfast has not been found.
Objective: To determine the relationship between tryglyceride and waist circumference in obese with skipping breakfast.
Methods: A cross-sectional design in men and women aged 20-50 years, BMI ≥ 25 kg/m2. Consecutive sampling, data collecting with interview, 1 week dietary record, anthropometry and laboratory.
Results: The mean age of subjects 36.76 ± 7.68 years, 38% had skipping breakfast, and 59% of the subjects were women. Daily intake of energy, carbohydrate, lipid and protein between breakfast and breakfast skipping group did not differ significantly. The median of triglyceride in skipping breakfast group were 104 (37-383) mg / dL and mean waist circumference 100.16 ± 7.74 cm, lower than breakfast group (115.50 (50-764) mg / dL and 102.72 ± 8.87 cm), but not significant. There was no significant association between skipping breakfast with triglyceride and waist circumference.
Conclusion: Skipping breakfast is not associated with triglyceride and waist circumference in obese subject.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risca Febriyana Nurviati
"ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengetahui beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan lingkar pinggang sebagai indikator obesitas sentral. Desain penelitian yang digunakan cross-sectional dengan sistem random sampling pada 121 responden pegawai kantor pusat PT Wijaya Karya, Jakarta Timur di bulan April-Mei 2012. Data yang dikumpulkan meliputi lingkar pinggang, riwayat genetik, usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT), persen lemak tubuh (PLT), pengeluaran per bulan, aktivitas fisik, dan asupan gizi (asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, dan serat). Data dikumpulkan melalui pengukuran lingkar pinggang, persen lemak tubuh, antropometri, kuesioner, dan wawancara FFQ-semiquantirarive. Usia, IMT, PLT, pengeluaran per bulan, asupan energi, lemak, dan karbohidrat berkorelasi signifikan dengan lingkar pinggang (p < 0,05). Perbedaan signifikan juga ditunjukkan antara jenis kelamin dengan lingkar pinggang (p < 0,05). Semakin tinggi usia, IMT, PLT, asupan energi maka semakin besar ukuran lingkar pinggang.

ABSTRACT
The objective of this study was to determine the association of some risk factors in waist circtunference as an abdominal obesity indicator. A cross sectional comprised 121 respondent by random sampling among employee in head office PT Wijaya Karya, Jakarta Timur on April - May 2012. Data collected included genetic history, age, sex, BMI, body fat percentage (BFP), household outcome, physical activity, and dietaly intake (energy, protein, fat, carbohydrate, and fiber). Data were collected through waist measurement, percentage of body fat, anthropometry, questiomlaires, and FFQ-semiquantitative interviews. Age, BMI, BFP, household outcome, intake of energy, fat and carbohydrate were sig11ificantly correlated with waist circumference (p < 0,0S). Also indicated significant differences between the sexes with waist circumference. An increase in age, BMI, BFP, and intake of energy were correlated with a statistically significant in waist circumference gain."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nathanael Dwi Putranto
"Bakteri Escherichia coli banyak ditemukan mengkontaminasi makanan jajanan anak sekolah dasar yang dapat meningkatkan risiko untuk terkena penyakit diare. Makanan jajanan berisiko tinggi terkontaminasi bakteri E.coli karena diolah dan disajikan dalam keadaan tidak higiene. Kelurahan Sempur di Kota Bogor adalah daerah tertinggi angka kejadian diarenya pada tahun 2016 dan berdasarkan penelitian yang dilakukan Aqmarina (2014), sebanyak 64,3% sampel makanan jajanan di salah satu Kelurahan Kota Bogor terkontaminasi bakteri E.coli.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara E.coli pada makanan jajanan dengan diare akut pada anak SD di Kelurahan Sempur Kota Bogor Tahun 2019. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan metode kuesioner, observasi, serta pengambilan sampel makanan jajanan kemudian dilakukan dengan analisis bivariat. Proses pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei 2019 dengan 132 responden dan 30 sampel makanan jajanan.
Berdasarkan analisis statistik, hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keberadaan bakteri E.coli dalam makanan jajanan dengan kejadian diare akut pada anak SD (p = 0,016 ; OR = 2 ,522). Jenis makanan jajanan juga berhubungan signifikan dengan kejadian diare akut (p = 0,048 ; OR = 2,124). Kebiasaan cuci tangan juga berhubungan signifikan dengan kejadian diare akut (p = 0,031 ; OR = 2,304). Sedangkan frekuensi jajan dan sarana tempat sampah tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan kejadian diare akut.

Many Escherichia colibacteria are found to contaminate elementary school snack foods that can increase the risk for diarrhea. High-risk snack foods contaminated with E. coli bacteria because they are processed and served in unhygienic conditions. Sempur in Bogor City was the highest area of diarrhea incidence in 2016 and based on research conducted by Aqmarina (2014), as many as 64.3% of snacks in one of the Bogor City Sub-District were contaminated with E.coli bacteria.
This study aimed to test association of Eschericia coli in snacks with elementary schools students acute diarrhea in Sempur Bogor Sub-District in 2019.This study used a cross sectional study design with questionnaire, observation, and food sampling and then carried out by bivariate analysis. The process of data collection was conducted in May 2019 with 132 respondents and 30 samples of snacks.
Based on statistical analysis, the results of this study indicate that there is a significant relationship between the presence of E. colibacteria in snack foods with the incidence of acute diarrhea in elementary schools children (p = 0.016 ; OR = 2.522). The type of snack food was also significantly associated with the incidence of acute diarrhea (p = 0.048 ; OR = 2.124). Hand washing behavior are also significantly associated with the incidence of acute diarrhea (p = 0.031 ; OR = 2.304). While the frequency snacking and rubish dishposal have not association with elementary schools students acute diarrhea.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henie Soesanto
"ABSTRAK
Tujuan : Untuk mengetahui nilai pembatas indikator kelebihan lemak tubuh pada lansia.
Tempat : Puskesmas Kecamatan Kotamadya Semarang yang mempunyai program lansia binaan.
Bahan dan cara : Studi cross-sectional pada lansia 60 tahun ke atas(69 pria dan 173 wanita), subyek penelitian dipilih secara acak sederhana pada tingkat Puskesmas. Data yang dikumpulkan meliputi : data non nutrisi, data nutrisi, antropometri, kadar lipid serum data gula darah puasa .Penetapan nilai pembatas indikator kelebihan lemak tubuh (IMT, Lpe, rasioLPe/Lpa ,ML) ditetapkan pada nilai median. Sedangkan nilai indikator metabolik sebagai faktor risiko PJK ditetapkan pada batas diwaspadai (berdasarkan Konsensus Nasional Dislipidemia Indonesia, 1993).
Hasil : Profil kol. total dan kol. HDL serum subyek wanita lebih tinggi daripada subyek pria (p = 0,001). Prevalensi faktor risiko PJK seperti dislipidemia pada subyek wanita lebih tinggi dibandingkan subyek pria (p < 0.05). Nilai-nilai pembatas indikator kelebihan lemak tubuh yang diperoleh pada penelitian ini yaitu IMT (pria 21 kg/m2; wanita 23 kg/m2 ), LPe (pria 79 cm; wanita> 80 cm), rasio LPe-LPa (pria) 0,91; wanita > 0,85), massa lemak tubuh (pria > 22 %; wanita > 35 %). Sensitifitasnya dikaitkan dengan profit lipid sebagai faktor risiko PJK yaitu 40 - 60 %, sedangkan spesifisitasnya 70 - 80 %. Terdapat perbedaan determinan komposisi tubuh terhadap gangguan metabolik pada subyek pria dan wanita. Pada subyek pria nilai pembatas indikator kelebihan lemak tubuh berkorelasi dengan TG dan GDP, sedangkan pada subyek wanita berkorelasi dengan kol. HDL, kol. total, kol. LDL dan TO.
Kesimpulan : Nilai-nilai pembatas indikator kelebihan lemak tubuh yang didapat pada penelitian ini cenderung memberi spesifisitas yang lebih tinggi dibanding dengan sensitifitasnya (dikaitkan dengan dislipidemia). Pada subyek pria indikator kelebihan lemak tubuh lebih terkait pada TG den GDP. Sedangkan pada subyek wanita indikator kelebihan lemak tubuh lebih terkait pada dislipidemia.

ABSTRACT
The Cut Off Point Determination Of Overfatness In Relation to Selected CHD Risks In Elderly In Semarang
Objective :
To determine cut off points of overfatness in the elderly using CHD risks factors as the end points.
Place :
Seven public health centers with elderly clubs in Semarang municipal.
Materials and Methods :
This cross-sectional study involved 242 elderly individuals (69 males & 173 females), aged 60 years and over. Simple random sampling was applied at the PHC level. Structured questionnaires were used to collect information on sosiodemography, life styles, food habits and practices Anthropometric assessments were done to estimate body compositional status. Serum lipids and fasting blood glucose were measured to identify metabolic disorders. High body mass index, high abdominal circumference, high abdominal hip ratio and high fat mass values were used as overfatness indicators. The Indonesian National Consensus on Dyslipidemia was used to identify dyslipidemic cut off values.
Results :
Mean serum total cholesterol and high density lipoprotein (HDL) cholesterol in females were higher than those in males (220.99 ± 46.66 vs 199.31 ± 35.71, p = 0.001 and 51.17 ± 11.58 vs 45.22 ± 12.52, p = 0.001, respectively). The prevalence of CHD risks (dyslipidemic profiles) in females were also higher than that in males (p < 0.05). With respect to CHD risks, cut-off points for overfatness using BM1 values were > 21 kglr2 and ) 23 kglm2 for males and females respectively. Cut off points for other overfatness indicators were AC) 79 cm and ) 80 cm; AHR > 0.91 and ) 0.85 and percent body fat 3 22% and ) 35% for males and females, respectively. Using these cut off values, the sensitivity ranged from 40 -- 60% and the specificity ranged from 70 -- 80%. There were gender differences in the determinants of metabolic disorders. In males, overfatness was more related to TG and fasting blood glucose values. On the other hand, in females, overfatness was more related to total cholesterol, HDL cholesterol, LDL cholesterol and TG.
Conclusion :
This study supports the findings reported by other investigators that cut off values for overfatness, in relation to metabolic disorders, are more specific than sensitive. Gender differences in the determinants of metabolic disorders indicate that interpretation on body compositional disorders in the elderly should be taken cautiously.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afip Permana
"Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi bagian dari masalah kesehatan masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia. Hipertensi dikenal sebagai the silent killer yang berdampak pada tingginya angka kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi primer meliputi kurang lebih 90-95% dari semua kasus hi pertensi. Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai kelebihan berat badan mempunyai risiko yang lebih besar terkena hipertensi. Rasio lingkar pinggang panggul (RLPP) merupakan pengukuran antopometri yang lebih tepat untuk menditeksi faktor risiko penyakit kardiovaskuler.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan obesitas sentral (rasio lingkar pinggal panggul) dengan kejadian hipertensi primer pada jemaah calon haji (JCH) Kabupaten Sumedang tahun 2012. Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional analitik dengan menggunakan data hasil pemeriksaan kesehatan jemaah haji Kabupaten Sumedang tahun 2012. Analisis multivariat menggunakan cox regression. Hasil analisis data diperoleh proporsi hipertensi primer pada JCH Kabupaten Sumedang Tahun 2012 sebesar 22,2 % dan RLPP berisiko pada JCH sebesar 36,5%.
Hasil multivariat menunjukan bahwa obesitas sentral pada JCH ( RLPP > 0,90 pada laki -laki dan > 0,85 pada perempuan) berisiko sebesar 1,9 kali (PR=1,879 ;95% CI 1,378 ? 2,561) untuk menderita hipertensi primer bila dibandingkan JCH yang tidak obesitas sentral ( RLPP ≤ 0,90 pada lakilaki dan ≤ 0,85 pada perempuan) setelah dikontrol variabel umur, pendidikan dan riwayat hipertensi dalam keluarga. Perubahan gaya hidup, peningkatan aktivitas fisik dengan berolah raga secara teratur dapat mengurangi dan mencegah terjadinya obesitas sentral sehingga menurunkan angka hipertensi primer.

Hypertension is one of the non-communicable diseases which became part of the public health problem in the world and in Indonesia. Hypertension is known as the silent killer that contributes to the high mortality rate due to heart and vascular disease. Primary hypertension covers approximately 90 -95% of all cases of hypertension. Several studies have shown that a person who is overweight have a greater risk of developing hypertension. Waist to hip ratio (WtHR) is a more precise measurement antopometri to detect risk factors for cardiovascular disease.
This study aims to determine the Association between abdominal obesity (waist to hip ratio) and incident primary hypertension among hajj pilgrims in Sumedang District, 2012. The study was conducted with a cross-sectional design using data results of medical examinations hajj pilgrims in Sumedang District, 2012. Multivariate analysis using Cox regression. Results of data analysis, the proportio n of primary hypertension in pilgrims hajj Sumedang District in 2012 is 22.2% and the central obesity is 36.5%.
Multivariate results showed that abdominal obesity in pilgrims hajj (WtHR > 0.90 in men and > 0.85 in women) had 1,9 risk (PR = 1.879, 95% CI 1.378 to 2.561) to get primary hypertension when compared with who did not ( WtHR ≤ 0.90 in men and 0.85 in women ≤) after controlled variables age, education and a family history of hypertension. Healthy lifestyle, increased physical activity with regular exercise can reduce and prevent abdominal obesity and it is expected to reduce the prevalence of primary hypertension.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>