Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123690 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Anastari
"Mengacu pada UU Pokok No. 9 Tahun 1960, mengenai arti SEHAT, dinyatakan bahwa wanita muda usia belumlah layak untuk menanggung suatu keluarga, karena belum memilikj persiapan yang matang dalam hal mental dan fisik untuk menghadapi berbagai hal yang menyangkut keluarga. Kemudian Pula ada pemikiran bahwa, makin muda seorang wanita memasuki perkawinan, makin panjang masa reproduksinya, sehingga jumlah anak yang akan dilahirkan akan semakin banyak. Untuk itulah BKKBN membatasi usia yang paling ideal untuk menikah adalah diatas 20 tahun. Sehingga dapat diharapkan sasaran perkawinan yang sehat dan bahagja dapat tercapai dan jumlah kelahiran dapat ditekan. Kabupaten Karawang sebagai daerah pertanian, hingga saat ini masih banyak ditemui perkawinan usia muda, dan hal ini ditegaskan sendiri oleh Bupati Karawang (Kompas, 20 Nov. 1990).
Adapun sebagai daerah penelitiannya diambil Kecamatan Karawang yang merupakan ibukota kabupaten, yang memiliki persentase usia kawin muda wanita cukup tinggi sekitar 52,38%. Selain itu Pula kecamatan ini dapat jelas dibedakan karakteristik wilayahnya. Masalah Bagaimana distribusi banyaknya wanita kawin muda di pedesäan, peralihan dan perkotaan dan dari faktor tingkat pendidikan, status pekerjaan dan mata pencaharian orang tua, faktor manakah yang paling berpengaruh ?
Hipotesa Banyaknya wanita kawiri muda di Kecamatan Karawang di daerah pedesaan persentasenya tinggi, di daerah peralihan persentasenya sedang dan di daerah perkotaan persentasenya rendah dan distribusinyà sangat di pengaruhi oleh faktor tingkat pendidikan, status pekerjaan dan mata pencaharian orang tua"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Novitasia Elsera
"Pernikahan di usia dini atau yang disebut dengan early marriage merupakan suatu bentuk pelanggaran hak-hak anak dan hak-hak manusia. Indonesia merupakan negara yang memiliki angka pernikahan dini cukup tinggi, dimana menempati posisi ke-37 dunia dan ke-2 ASEAN setelah Negara Kamboja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana tren dan dampak yang ditimbulkan dari pernikahan usia dini di Indonesia dengan analisis data SDKI 2012. Pada penelitian ini menggunakan menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 yang meliputi analisis, univariat dan bivariat dengan desain potong lintang. Penelitian ini memakai sampel Wanita Usia Subur (WUS) 35-49 tahun yang pernah kawin. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tren dari pernikahan usia dini menurun menjadi 30,5% pada tahun 2012, yang sebelumnya 48,1% pada tahun 2007. Dampak yang berhubungan dengan pernikahan usia dini adalah fertilitas dan status kawin. Dampak yang paling berhubungan adalah fertilitas.

Marriage at an early age, or the so-called early marriage is a form of violation of children's rights and human rights. Indonesia is a country that has a fairly high rate of early marriage, which occupies the 37th position of the world and the 2nd ASEAN after the State of Cambodia. The aim of the study is to describe how about the trends and the impact of early marriage in Indonesia with secondary data analysis of IDHS 2012. In this study using the data of the Indonesia Demographic Health Survey (IDHS) which includes univariate and bivariate analysis were used the design of cross-sectional study. The sample of this study using Eligible Women 35-49 years who ever married. The result showed that the trend of early marriage decreased to 30,5% in 2012, which previously 48,1% in 2007. Early marriage associated with fertility and marital staus. The most associated impact with early marriage is fertility.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55140
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Eka Putri
"Pernikahan dini dapat menimbulkan beberapa dampak bagi tahap perkembangan remaja, termasuk dampak secara psikologis dan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengetahuan remaja perempuan terkait dampak tersebut. Desain penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif ini dilakukan kepada 101 responden yang merupakan siswi kelas VII, VIII, dan IX. Peneliti melakukan analisis secara univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejumlah 56.44% responden memiliki pengetahuan yang kurang terkait dampak psikologis pernikahan dini. Selain itu, sejumlah 51.49% responden juga memiliki pengetahuan yang kurang terkait dampak sosial pernikahan dini. Sosialisasi melalui intervensi keperawatan perlu dikembangkan dan dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan tersebut, sebagai salah satu upaya pencegahan pernikahan dini pada remaja, khususnya remaja perempuan.

Early marriage gives some impacts related to the developmental stage of adolescent, included psychological and social impacts. The objective of this research is to describe the knowledge of female adolescents regarding that impacts. This quantitative and descriptive research is conducted towards 101 respondents, who are the students from VII, VIII, and IX grades. This research uses univariate analysis. The result shows that 56.44% respondents have less level of knowledge regarding the psychological impacts. Besides that, 51.49% respondents also have less level of knowledge regarding the social impacts. Socialization using nursing intervention has to be developed and applied to increase that knowledge, as one of the efforts to prevent early marriage among adolescents, especially female adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55797
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Ela
"Nationally, the rate of child marriage in Indonesia a decline, the trend for marriages decreased from 33.49% children who had been married before the age of 18 in 2000, fell to 27.36% in 2008, yet it still happens disparity, where child marriage is more common in rural than in urban areas (UNICEF, 2011). Pringkasap village is one of the highest Village that the number of marriages in the District Pabuaran in 2011, the number of marriage age <20 years is 28%, with 42% of them are mating with the level of primary and secondary school education.
This study was conducted to understand the dynamics of early marriage on dropout in the Village Pringkasap 2014. Study was a qualitative study with indepth interviews, the results of this study indicate an intention to perform an early marriage is influenced by, the attitude of the parents, influence of peers, teen jobs, teen attitudes, patterns of dating and unwanted pregnancy. The impact of early marriage is the limited teenage promiscuity, lack of family economy, the obligation to take care of the household, and LBW (Low Birth Weight). The barriers program maturation Age of Marriag is not yet done BKR and PIK program in the village, it is necessary for the formation of a society PIK existing organizations such as youth clubs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55975
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Masyarakt Bali memiliki banyak budaya yang khas, perlu diperkenalkan kepada daerah lain sebagai bahan pengetahuan untuk lebih banyak mengenal kebudayaan Indonesia."
902 JPSNT 21(1-2) 2014
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dewi Parasmitha
"Penelitian ini melihat makna perkawinan dan alasan yang melatarbelakangi perempuan keturunan Arab golongan Non-Sayid memutuskan untuk menikah di usia muda dalam perspektif interaksionisme simbolik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan melakukan pengumpulan data melalui wawancara mendalam pada tiga perempuan keturunan Arab golongan Non-Sayid yang menikah di usia muda beserta ibu dari ketiga perempuan tersebut. Temuan penelitian ini adalah perkawinan dimaknai sebagai tiga hal yang berbeda, yaitu saluran reproduksi, kontrol sosial dan saluran afeksi. Keputusan menikah di usia muda pada perempuan Arab golongan Non-Sayid sangat kuat didasari oleh dorongan eksternal informan sebagai Me. Hal ini tidak lepas kaitannya dengan nilai perkawinan yang disosialisasikan dalam keluarga.

This research see the marriage and the reason underlying the Arab non-Sayid girls decide to get married in a young age in a symbolic interactionism perspective. The method using in this research is qualitative approach through in-depth interview toward three non-sayid Arab girls that got married in a young age and their mother. This research find that marriage is understood as three different things reproduction, social control, and affection channels. The marriage decision in a young age for non-sayid Arab girls strongly influence by external factor as a ME. This is caused by family value that been socialized in the family.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S56901
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Zalyunia
"Anak dari perkawinan yang tidak dicatatkan berakibat anaknya tidak mempunyai hubungan perdata terhadap ayah biologisnya. Keberadaan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 mengubah hubungan keperdataan anak luar kawin terhadap ayah biologisnya. Dimata KHI dan UU 1/1974 terdapat perbedaan pengaturan mengenai anak luar kawin, sehingga dalam penerapannya pun berbeda. Tesis ini membahas mengenai efektifitas putusan Mahkamah Konstitusi terhadap KHI dan UU 1/1974, serta akibat dari putusan itu dalam hal terjadinya pewarisan khususnya anak luar kawin terhadap ayah biologisnya. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif yang diuraikan secara deskriptif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa putusan Mahkamah Konstitusi tersebut menyimpang dari ketentuan mengenai anak luar kawin dalam KHI dan UU 1/1974, sehingga akibatnya dalam hal pewarisan, putusan tersebut tidak wajib diikuti selama bertentangan dengan ajaran agama.

The children who are born on unregistered marriage do not have a civil relationship with their biological father. The existence of Constitutional Court Decision Number 46/PUU-VIII/2010 has changed the civil relationship of children who born out of wedlock with their biological father. There are differences between the compilation of Islamic Law and Marriage Law Number 1 of 1974 on regulatory and enforcement regarding children born out of wedlock. The thesis discussed about the effectiveness of Constitutional Court Decision Number 46/PUU-VIII/2010 against the compilation of Islamic Law and Marriage Law Number 1 of 1974, including the consequences of the decision toward the right of children born out of wedlock to inherit from their father. The thesis concluded that Constitutional Court Decision Number 46/PUU-VIII/2010 has deviated from the compilation of Islamic Law and Marriage Law Number 1 of 1974 on children born out of wedlock regulation thus the decision is not compulsory to be adhered as long as it is contrary to the religion.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012
T31126
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Latifah
"Penelitian ini berasal dari ketertarikan peneliti melihat fenomena yang terjadi di dalam masyarakat yaitu persahabatan lawan jenis yang terjadi pada individu yang sudah menikah. Untuk itu, masalah yang diangkat peneliti adalah bagaimana fungsi persahabatan dan dampak dari persahabatan lawan jenis terhadap kepuasan pemikahan, khususnya pada individu yang berada pada masa dewasa muda dan dewasa madya.
Penelitian dilakukan melalui metode wawancara terhadap 4 orang subjek. Dua orang subjek yang semuanya wanita berada pada masa dewasa muda dan dua orang subjek satu orang wanita dan satu orang pria berada pada masa dewasa madya.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa keempat subjek di dalam penelitian ini merasakan kepuasan di dalam kehidupan pemikahan mereka. Pada umumnya mereka dapat menerima perubahan, mampu hidup dengan hal-hal yang tidak dapat mereka rubah, mampu menerima ketidaksempurnaan pasangan dan pernikahan, saling percaya, saling membutuhkan, dan menikmati ketersamaan.
Faktor-faktor yang mendukung subjek dapat merasakan kepuasan di dalam pernikahannya hampir semua memiliki kesamaan, seperti faktor-faktor yang mereka rasakan sebelum pernikahan misalnya pernikahan orangtua yang bahagia, kebahagiaan di masa kanak-kanak, disiplin, pendidikan seks, lamanya berpacaran, pendidikan, dan keyakinan untuk menikah. Perbedaan yang ada pada faktor ini adalah pada subjek AS yang tidak pemah mendapatkan disiplin langsung dari orangtuanya karena harus hidup berjauhan. Untuk pendidikan seks, pada umumnya subjek tidak mendapatkan langsung dari orangtuanya.
Sementara faktor-faktor yang mendukung kepuasan pemikahan mereka selama berjalannya pernikahan adalah komunikasi yang terbuka, ekspresi perasaan secara terbuka, saling percaya, tidak adanya dominasi pasangan, hubungan seksual yang memuaskan, kehidupan sosial, tempat tinggal, penghasilan yang cukup, anak, keyakinan beragama, dan hubungan dengan mertua/ipar. Perbedaan yang ada pada faktor selama pemikahan adalah pada subjek dewasa muda dan dewasa madya. Subjek dewasa madya tidak pernah mengekspresikan perasaannya secara terbuka sementara subjek dewasa muda melakukannya. Perbedaan lain yang ada pada subjek dewasa muda dan subjek dewasa madya adalah bahwa subjek dewasa muda pernah merasakan menurunnya kepuasan pemikahan ketika mereka memiliki anak di usia bayi sementara subjek dewasa madya tidak.
Hubungan persahabatan subjek dan sahabat lawan jenis pada umumnya sudah berlangsung lama dan persahabatan di antara mereka terbentuk sebelum mereka menikah, kecuali pada subjek M yang baru menjalani kehidupan persahabatan selama 3 tahun dan persahabatan itu terbentuk setelah M menikah.
Di dalam menjalani kehidupan persahabatan pada umumnya subjek mendapatkan semua fungsi persahabatan, kecuali pada subjek AS yang tidak mendapatkan fungsi social comparison dari persahabatannya. Dampak positif yang dirasakan oleh subjek pada umumnya sama, sementara dampak negatif dari bentuk persahabatan ini tidak dirasakan oleh subjek B.
Dari sejumlah fungsi persahabatan fungsi stimulation nampaknya menjadi faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan pemikahan subjek, kecuali pada subjek AS. Subjek AS merasakan fungsi physical support terhadap kepuasan pernikahannya. Sementara dampak positif dari persahabatan lawan jenis yaitu lebih mendekatkan individu dengan pasangannya nampaknya yang berpengaruh terhadap kepuasan pemikahan subjek.
Mengenai kepuasan pemikahan subjek yang dirasakan dari persahabatannya dengan lawan jenis dapat diketahui bahwa dengan persahabatan lawan jenis, subjek dewasa muda bisa merasakan meningkatnya kepuasan pernikahan mereka, sementara subjek dewasa madya bisa tetap merasakan kepuasan pemikahannya dari bentuk persahabatan ini."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>