Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80551 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Rifka Maulidya
"Austenit sisa bersifat metastabil pada suhu ruang sehingga dapat bertransformasi menjadi martensit sehingga menyebabkan delayed crack, yang terjadi setelah beberapa lama proses produksi, pada bucket tooth excavator dengan material baja HSLA. Penelitian ini berfokus pada proses perlakuan panas yang dilakukan, yaitu pada tahapan austenisasi. Austenisasi dilakukan pada temperature 926°C dengan variable waktu tahan 28 menit, 43 menit, 58 menit, dan 73 menit. Sampel pengujian awalnya berupa keel block hasil normalisasi temper, yang kemudian dipotong menjadi balok dengan dimensi 4x1x4 cm. Karakterisasi dilakukan pada sampel as-QTT dan setelah ditempering, dimulai dari pengamatan struktur mikro menggunakan mikroskop optic dan Scanning Electron Microscope (SEM), serta pengujian kekerasan mikro (microvickers) dan kekerasan makro (Rockwell C). Setelah diamati, diperoleh bahwa sampel baja as-QTT memiliki struktur mikro yang didominasi oleh tempered martensit, namun ditemukan juga keberadaan lower bainite dan sejumlah kecil austenite sisa. Semua variabel temperatur tempering menghasilkan bentuk struktur mikro yang sama, namun memiliki presentase austenite sisa yang berbeda-beda. Seiring bertambahnya waktu tahan austenisasi, ukuran butir dan martensite menjadi semakin kasar. Kekerasan baja mengalami peningkatan seiring bertambahnya waktu austenisasi yaitu dari 486 HV menjadi 522 HV pada waktu tahan 58 menit, lalu menurun menjadi 450 pada waktu tahan 73 menit.

ABSTRACT
Retained Austenite is metastable at room temperature so that it can be transformed into martensite, causing delayed cracks, which occur after a long time of the production process, on bucket tooth excavators with HSLA steel material. This research focus on the heat treatment process carried out, especially in the austenitizing stage. Austenitizing was carried out at a temperature of 926°C with a variable holding time of 28 minutes, 43 minutes, 58 minutes, and 73 minutes. Initially the test sample was a tempered normalized keel block, which was then cut into blocks with dimensions of 4x1x4 cm. Characterization is carried out on as-QTT samples and after tempering, starting from observing microstructure using optical microscopy and Scanning Electron Microscope (SEM), as well as testing micro hardness (microvickers) and macro hardness (Rockwell C). After observing, it was found that the as-QTT steel sample had a micro structure dominated by tempered martensite, but the presence of lower bainite and a small amount of remaining austenite was also found. All tempering temperature variables produce the same microstructure, but have different residual austenite percentages. As the austenisation holding time increases, grain size and martensite become increasingly coarse. The hardness of steel has increased with increasing austenisation time from 486 HV to 522 HV at 58 minutes holding time, then decreased to 450 at 73 minutes holding time.
"
2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Micro alloying in High Strength Low Alloy (HSM) steel is very important role to improve the quality
of those steel formation of precipitation of carbonitride such as Nb(CN) in those niobium containing
steel has a significant influenced on strength. Mechanism of strength improvement due to the existing of
micro alloy the precipitated in hot finishing deformation not fully studied The previous investigated use
relationship between deformation and density of dislocation. HSLA steel containing 0.037% Nb was used
in this research and deformation was performed using compressive plane stress, the relationship between
5 % fraction precipitate, t@__¢, and maximum stress achieved at a temperature of 9009 C under strain rare of
I sec'l were evaluated. Analysis data results shows that the relationship between 5% fraction and density
of dislocation can be described as, tg,? .,p"'5.
"
Jurnal Teknologi, Vol. 20 (1) Maret 2006 : 57-64, 2006
JUTE-20-1-Mar2006-57
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sutomo
"Butt Flash Welding banyak digunakan untuk penyambungan plat-plat baja dipabrik baja. Tujuannya adalah untuk mendapatkan plat baja dengan panjang yang kontinu dan dapat di gulung, sehingga memudahkan untuk penanganan dan pengiriman. Pelat-pelat baja terlebih dahulu disambung dengan las ini, supaya proses pembersihan kotoran dan korosi di Continuous Pickling line ( CPL ) dapat berlangsung terus menerus tanpa berhenti. Setelah pelat dibersihkan di CPL, selanjutnya direduksi di Tandem dengan digiling dingin (cold rolling). Putusnya sambungan las di CPL maupun di Tandem akan sangat merugikan.Oleh karena itu kualiatas sambungan las sangat menentukan untuk proses produksi di Cold Rolling Mill (CRM).
Pada proses pengelasan ini, terdapat beberapa parameter-parameter yang akan mempengaruhi kualitas sambungan las. Parameter-parameter yang mempengaruhi, diantaranya adalah kecepatan gerakan maju plat yang dilas, percepatan yang diberikan untuk mempercepat waktu proses pengelasan, tegangan listrik yang terjadi antara dua plat yang akan disambung dan sensitivitas yang tergantung pada komposisi logam yang disambung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi parameter kecepatan dan percepatan yang optimal, sehingga dapat diperoleh sambungan las yang terbaik. Untuk mengetahui kualitas sambungan las, maka dilakukan pengujian mekanis seperti Bulged Test,Tensile Test,Mikro Hardness test,Bending Test dan test struktur mikro.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menaikkan kecepatan dan percepatan dari Standard Operating Procedure Pengelasan yang dilakukan selama ini,sambungan pengelasan menunjukan hasil yang lebih baik. Pada kecepatan V4 ■16/24mm/det dan percepatan ۸3 ■ 6/24 mm/det2 didapat basil Bulged Test ■ 2BB9 Psi, Tensile Test ■ 374, 39 N/mm2, lebar HAZ ■ 1, 71 mm, kekerasan VHN■ 142, 6, sedangkan menurut SOP pada kecepatan V2 ■14/24mm/det, percepatan ۸2.5/24 mm/det2 didapat hasil Bulged Test ■ 209OPsi, Tensile Test ■361, 81 N/mm2, lebar HAZ■1, 75mm, kekerasan VHN■150, 8. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S36979
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Rasyid
"Butt Flash Welding banyak digunakan untuk penyambungan plat-plat baja dipabrik baja. Tujuannya adalah untuk mendapatkan plat baja dengan panjang yang kontinu dan dapat di gulung, sehingga memudahkan untuk penanganan dan pengiriman. Pelat-pelat baja terlebih dahulu disambung dengan las ini, supaya proses pembersihan kotoran dan korosi di Continuous Pickling line ( CPL ) dapat berlangsung terus menerus tanpa berhenti. Setelah pelat dibersihkan di CPL, selanjutnya direduksi di Tandem dengan digiling dingin (cold rolling). Putusnya sambungan las di CPL maupun di Tandem akan sangat merugikan.Oleh karena itu kualiatas sambungan las sangatmenentukan untuk proses produksi di Cold Rolling Mill (CRM).
Pada proses pengelasan ini, terdapat beberapa parameter-parameter yang akan mempengaruhi kualitas sambungan las. Parameter-parameter yang mempengaruhi, diantaranya adalah kecepatan gerakan maju plat yang dilas, percepatan yang diberikan untuk mempercepat waktu proses pengelasan, tegangan listrik yang terjadi antara dua plat yang akan disambung dan sensitivitas yang tergantung pada komposisi logam yang disambung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi parameter kecepatan dan percepatan yang optimal, sehingga dapat diperoleh sambungan las yang terbaik. Untuk mengetahui kualitas sambungan las, maka dilakukan pengujian mekanis seperti Bulged Test,Tensile Test,Mikro Hardness test,Bending Test dan test struktur mikro.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menaikkan kecepatan dan percepatan dari Standard Operating Procedure Pengelasan yang dilakukan selama ini,sambungan pengelasan menunjukan hasil yang lebih baik. Pada kecepatan V4 ■16/24mm/det dan percepatan ۸3 ■ 6/24 mm/det2 didapat basil Bulged Test ■ 2BB9 Psi, Tensile Test ■ 374, 39 N/mm2, lebar HAZ ■ 1, 71 mm, kekerasan VHN■ 142, 6, sedangkan menurut SOP pada kecepatan V2 ■14/24mm/det, percepatan۸2.5/24 mm/det2 didapat hasil Bulged Test■ 209OPsi, Tensile Test ■361, 81 N/mm2 , lebar HAZ■1, 75mm, kekerasan VHN■150, 8."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Humiras Hardi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S37397
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Herry Oktadinata
"Baja SM570-TMC untuk aplikasi struktural membutuhkan kekuatan, ketangguhan, dan umur fatik tinggi. Namun pengelasan fusi pada baja ini dapat menyebabkan ketangguhan turun dan muncul tegangan sisa yang disinyalir sebagai salah satu penyebab kegagalan pada sambungan las. Beberapa hasil penelitian menunjukkan penambahan sedikit nikel dapat meningkatkan ketangguhan impak weld metal (WM) namun sifatnya kondisional sehingga masih perlu penelitian lebih lanjut. Disisi lain, untuk mengantisipasi kegagalan akibat tegangan sisa maka penting mendeteksi keberadaan tegangan sisa dan mengukur nilainya meskipun tidak mudah. Difraksi neutron adalah metode pengukuran tegangan sisa yang paling maju, namun teknik ini belum banyak dieksplorasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh nikel terhadap struktur mikro, ketangguhan impak dan tegangan sisa pada hasil pengelasan multi-pass baja SM570-TMC. Metode pengelasan busur inti fluks (FCAW) dan kawat las mengandung nikel 0,4%, 1%, dan 1,5% digunakan untuk fabrikasi sampel las LNi-04, LNi-10 dan LNi-15. Struktur mikro diobservasi menggunakan mikroskop optik, scanning electron microscope (SEM), energy dispersive x-ray spectroscopy (EDS), dan electron probe micro analyzer (EPMA). Ketangguhan impak diuji pada temperatur 25 °C, 0 °C, dan -20 °C. Tegangan sisa di sekitar sambungan las diukur menggunakan teknik difraksi neutron di kedalaman 3 mm dan 8 mm pada tiga arah sumbu: normal, transversal dan longitudinal.
Hasil pengamatan struktur mikro menunjukkan kehadiran acicular ferrite (AF) di LNi-10 lebih dominan dibandingkan LNi-04 dan LNi-15. AF ditemukan ternukleasi pada oksida kompleks yang tersusun atas Ti-Si-Al-Mn-Mg-O berukuran 1-2 μm. Keberadaan AF berperan menghasilkan ketangguhan impak tinggi pada sampel LNi-10. Ketangguhan impak LNi-04 sedikit lebih rendah dari LNi-10, sedangkan ketangguhan impak LNi-15 paling rendah karena sedikitnya AF dan segregasi mikro. Hasil pengukuran tegangan sisa pada LNi-10 dan LNi-04 menunjukkan tegangan sisa di WM LNi-10 lebih tinggi daripada LNi-04. Penambahan nikel hingga 1% di WM meningkatkan kekuatan dan ketangguhan, namun tegangan sisa naik karena meningkatnya solid solution strengthening. Kedua sampel LNi-04 and LNi-10 menunjukkan tegangan sisa longitudinal lebih tinggi dibandingkan normal dan transversal. Tegangan sisa longitudinal maksimum LNi-10 ditemukan di WM, sementara pada LNi-04 terdeteksi di HAZ. Tegangan sisa longitudinal pada kedalaman 8 mm dari permukaan lebih rendah dibandingkan pada kedalaman 3 mm karena efek tempering dari pengelasan multi-pass. Dengan demikian, tegangan sisa kritis terdapat di dekat permukaan atas WM dan HAZ pada arah longitudinal.

SM570-TMC steel for structural application needs excellent impact toughness, strength and fatigue life. However, fusion welding on this steel may affect to decrease impact toughness and initiate residual stresses which contribute to the failure of welded joints. Based on reports from the earlier studies, the toughness of weld metal (WM) can be improved by adding small amount of nickel, but it’s conditionally so that further investigation still required. On the other hand, the residual stress and its value need to be detected in regard to anticipate the failure, however it’s not easy. Neutron diffraction is the advance method for residual stress measurement, but this technique is not much to be explored.
The purpose of this study is to evaluate effect of nickel on the microstructure, impact toughness and residual stresses of the multi-pass welding of SM570-TMC steel. The flux-cored arc welding (FCAW) and wires containing 0.4%, 1% and 1.5% Ni were employed to fabricate the welded samples of LNi-04, LNi-10, and LNi-15. Microstructure was observed using optical microscopy, scanning electron microscope (SEM), energy dispersive x-ray spectroscopy (EDS), and electron probe micro analyzer (EPMA). Impact toughness was measured at temperature of 25 °C, 0 °C, and -20 °C. The residual stresses around welded joint were measured using neutron diffraction technique at 3 mm and 8 mm depth and three directions: normal, transverse, and longitudinal.
Microstructure observation results showed the acicular ferrite (AF) was much found in LNi-10 compared to LNi-04 and LNi-15. AF was nucleated at complex oxydes which consist of Ti-Si-Al-Mn-Mg-O with diameter of 1-2 μm. Impact toughness of LNi-10 is superior to the other as AF present. Impact toughness of LNi-04 is a bit lower than LNi-10, however impact toughness of LNi-15 is the lowest due to less AF and microsegregation present. Residual stress measurement result at LNi-04 and LNi-10 revealed residual stresss of WM at LNi-10 was higher than LNi-04. It seems that 1% of nickel addition in WM has increased strength and toughness, but the residual stress was also increased as effect of solid solution strengthening. Both LNi-04 and LNi-10 demonstrated the longitudinal residual stress was higher than normal and transverse. Maximum longitudinal residual stress of LNi-10 was found in WM, while maximum longitudinal residual stress of LNi-04 was detected in HAZ. Longitudinal residual stresses at 8 mm depth were lower than 3 mm depth due to tempering effect of multi-pass welding. It can be concluded that critical residual stresses were around WM and HAZ near top surface at longitudinal direction.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>