Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55107 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chia, Josephine
Jakarta : Serambi Ilmu Semesta, 2014
928.2 CHI ft
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Chia, Josephine
Singapore: Times Books International, 2002
306.874 3 CHI f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniardi
"Terjadinya kegagalan dalam sejumlah konstruksi timbunan antara lain disebabkan oleh permasalahan tanah dasar dan struktur timbunan itu sendiri. Tanah dasar berupa tanah lunak yang berarti daya dukung kecil menyebabkan terjadinya settlement vertikal pada timbunan terlalu besar. Kemudian, pemilihan material timbunan yang kurang tepat, dalam hal ini spesifikasi berat jenis yang terlalu besar menyebabkan tegangan vertikal yang terjadi terlalu besar sehingga memperbesar risiko terjadinya settlement atau bentuk-betuk kegagalan lain pada timbunan. Fokus pembahasan ditujukan pada pemilihan material ringan timbunan.
Sebagai upaya memperkecil terjadinya settlement atau bentuk-betuk kegagalan lain pada timbunan. Material ringan tersebut dimodifikasi dari bahan dasar serabut dan tempurung kelapa. Hasil modifikasi tersebut kemudian dilakukan pengujian di laboratorium mengenai kekuatan, kerapatan jenis, modulus elastisitas dan data-data lainnya sehingga material tersebut layak untuk digunakan sebagai material timbunan.

The failure at some of fill construstions occur caused by subgrade troubles and structural embankment unsatisfactory. Subgrade in the form of soft soil that means has low support value able to make vertical settlement of embankment structural is too large. In addition, unappropriate in choosing embankment materials for application, especially too heavy specification density cause vertical tention become too large. It brings effect enlarge of settlement or others pattern failure risk in the structural fill.
Primary explain purposed to select leightweight fill material for reducing settlement or others pattern failure occur in the structural fill. It?s leightweight material modified from coconut?s fiber and shell. The modified material above is going to be continued for laboratory testing to determine value of strength, density, elasticity of modulus, and other datas needed. So, we can take the conclusion that lightweight material above is feasible to be applied as a fill material.
"
2008
S35277
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah
"Jurnal ini membahas amanat dan penggambaran tokoh katak hijau dalam fabel ?굴개굴개 청개구리? (Gulgaegulgae Cheonggaeguri, Nyanyian Katak Hijau). Fabel yang fenomenal baik dalam negerinya sendiri, di Korea, maupun secara global dan diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa ini bercerita mengenai seekor katak hijau yang tidak pernah mendengarkan perkataan ibunya sehingga menyebabkan ibunya sakit keras dan meninggal. Katak hijau kemudian menyesali perbuatannya. Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode deskriptif-kualitatif dalam menganalisis amanat dan penggambaran tokoh katak hijau itu sendiri. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa fabel Gulgaegulgae Cheonggaeguri memiliki amanat yang berkaitan dengan nilai-nilai Konfusianisme yang sangat kental di Korea pada awal abad ke-16 hingga abad ke-17, di antaranya adalah berbakti kepada orang tua dan mengikuti norma yang terdapat dalam masyarakat. Tokoh katak hijau sendiri digunakan karena fabel ini difokuskan pada segmen pembaca anak-anak. Katak hijau yang mudah dijumpai di alam sekitar, memiliki keunikan perilaku dan warna yang mencolok sehingga menarik bagi anak-anak.

This journal discusses a message and a portrayal of a character which is green frog in a fable called '굴 개굴 개 청개구리' (Gulgaegulgae Cheonggaeguri, The Singing Green Frog). This fable well-known in Korea and the world and it has been translated into several languages. The story is about a green frog who never listen to his mother and causes his mother?s illness and death. After that he regrets everything. The method used in this journal is a descriptive-qualitative method. To analyse the message and the portrayal of a green frog. The conclusion from this study indicates that the fable Gulgaegulgae Cheonggaeguri has a message related to the Confucian values, which were very strong in Korea in the early 16th century until the 17th century. The values were to respect parents and to follow the norms in society. Then the green frog is used in this story because it is created for children. While the green frog figure it is used in fable because it focuses on the segment of children readers. Green frogs are easily found everywhere and they also have a unique behaviours and colour which attractive for children."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Nazif
"Tempurung kelapa dipilih menjadi bahan dasar adsorben pada masker dalam menyerap gas CO2 karen memiliki kandungan selulosa sebesar 26,60 , kandungan hemiselulosa 27,70 dan kandungan lignin sebesar 29,40 serta produksinya yang tinggi 61 juta ton atau 33,94 dari produksi dunia. Metode aktivasi tempurung kelapa dilakukan secara fisika menggunakan CO2 pada suhu 850 0C, dan secara kimia dengan ZnCl2 pada suhu 80 0C dilanjutkan dengan pirolisis menggunakan N2 pada suhu 650 0C. Karakterisasi yang digunakan adalah BET untuk mengetahui luas permukaan karbon aktif.
Melalui uji BET didapatkan luas permukaan karbon teraktivasi kimia sebesar 432,26 m2/g dan yang teraktivasi fisika sebesar 323,57 m2/g. Selanjutnya kapasitas adsorpsi masker karbon aktif diuji pada ruang kompartemen dengan mengalirkan campuran gas CO2 dan udara selama satu jam, lalu mengukur perbedaan konsentrasi CO2 masukan dan keluaran dengan CO2 detector.
Berdasarkan hasil uji adsorpsi polutan, didapatkan bahwa variasi terbaik adalah masker dengan massa karbon aktif 6 gram, teraktivasi kimia, dan dengan menggunakan perekat TEOS yang mampu mengadsorpsi polutan CO2 sebesar 76,52 . Masker yang dibuat pada penelitian ini memliki waktu jenuh selama empat jam pada kondisi konsentrasi CO2 yang tinggi.

Adsorbent in mask to absorb CO2 gas because it has cellulose content of 26.60 , hemicellulose content 27.70 and lignin content of 29.40 and its production is 61 million ton or 33.94 of world production. The method of coconut shell activation was done physically using CO2 at 850 0C, and chemically with ZnCl2 at 80 0C followed by pyrolysis using N2 at 650 0C. The characterization used is BET to measure surface area of activated carbon.
Through BET test, it was found that the chemical activated carbon surface area is 432.26 m2 g and the physical activation is 323.57 m2 g. Furthermore, the adsorption capacity of the activated carbon mask is tested in the compartment chamber by flowing a mixture of CO2 and air for an hour, then measuring the CO2 input and output CO2 difference using CO2 detector.
Based on the results of adsorption test, it was found that the best variation is a mask with 6 gram active carbon mass, chemical activated, and by using TEOS as adhesive capable of adsorbing CO2 pollutant by 76.52 . Mask made in this research has saturated time for four hours under high CO2 concentration conditions.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68634
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiana Azizah
"Microbial Desalination Cell MDC merupakan salah satu teknologi untuk menghasilkan air bersih. Sistem MDC ini mampu mendesalinasi air laut tanpa adanya energi eksternal dengan memanfaatkan langsung listrik hasil dari proses oksidasi senyawa organik oleh bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja MDC dengan sumber mikroorganisme dari air lindi menggunakan elektroda arang tempurung kelapa. Penggunaan elektroda arang ini akan mendukung pembentukan biofilm pada permukaan elektroda, sehingga desalinasi cepat berlangsung. Elektroda arang tempurung kelapa dipilih karena harganya yang murah, sehingga dapat mengurangi biaya konstruksi sistem MDC. Untuk meningkatkan kinerja MDC, maka akan dievaluasi pengaruh konsentrasi natrium perkarbonat 0,05 M ; 0,1 M ; 0,15 M ; 0,2 M sebagai katolit pada ruang katoda. Performa katolit natrium perkarbonat NP juga dibandingkan dengan katolit komersil buffer fosfat BF . MDC dengan katolit NP 0,05 M terbukti menghasilkan kinerja desalinasi terbaik dengan besar salt removal sebesar 15,45.

Microbial Desalination Cell MDC is one of the technologies to produce fresh water. MDC system is able to perform desalination of sea water without any external energy with directly utilizing the electrical power generated by bacteria during organic matter oxidation. This research was conducted to evaluate MDC performance utilizing microorganisms from leachate with coconut shell charcoal biochar as the electrode. The use of charcoal as electrode will support the formation of biofilms on the surface of the electrode, so that desalination quickly underway. The coconut shell charcoal electrode was chosen because of the cheap price, so it can reduce the cost of construction MDC system. To improve the performance of the MDC, it will be evaluated the effect of sodium percarbonate concentration 0.05 M 0.1 M 0.15 M 0.2 M as catholyte in the cathode chamber. The performance of sodium percarbonate NP as catholyte is compared with other commercial catholyte phosphate buffer BF . MDC with NP 0.05 M catholyte has been found for having the best desalination performance by salt removal 15.45."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68464
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadan Suhendar
"Sintesis dan karakterisasi dari komposit LiMn0.7Fe0.3PO4/MWCNTs/C sebagai katoda baterai ion litium telah dilakukan. Material aktif LiMn0.7Fe0.3PO4 disintesis menggunakan metode hidrotermal dengan prekursor LiOH, NH4H2PO4, FeSO4.7H2O dan MnSO4.7H2O. Karbon aktif dipirolisis dari tempurung kelapa sedangkan multi-walled carbon nanotube MWCNTs disediakan secara komersial di pasar. Pembentukan komposit dilakukan menggunakan ball-mill sehingga tercampur secara homogen.
Simultaneous thermal analysis STA digunakan untuk mengetahui pembentukan fasa dari LiMn0.7Fe0.3PO4 dan dilanjutkan dengan proses sintering yang dilakukan pada temperatur 700 C. Sampel dalam bentuk serbuk hasil proses sintering kemudian dikarakterisasi menggunakan scanning electron microscope SEM untuk mengetahui morfologi dan X-ray diffraction XRD digunakan untuk mengidentifikasi fasa-fasa yang terbentuk. Kinerja komposit untuk digunakan dalam katoda baterai ion lithium dikarakterisasi setelah dirakit dalam baterai koin dan diuji menggunakan electrochemical impedance spectroscopy EIS dan proses charge-discharge.
Hasil SEM menunjukan bahwa sampel dengan kandungan MWCNTs diatas 2.5 atau lebih memiliki material aktif yang telah dilapisi secara homogen oleh karbon aktif dan MWCNTs. Pada saat yang sama, hasil XRD mengindikasikan bahwa fasa LiMn0.7Fe0.3PO4 telah terbentuk, tetapi tingkat kristalinitasnya masih rendah yang diindikasikan oleh intensitas difraktogram yang rendah. Hasil pengujian EIS menunjukkan bahwa keberadaan karbon aktif dan MWCNTs dalam LiMn0.7Fe0.3PO4 untuk membentuk MWCNTs/C memberikan peningkatan konduktivitas yang signifikan. Namun, karena beberapa pengotor dan kurangnya kristalinitas, komposit menghasilkan nilai kapasitas yang rendah selama uji charge-discharge, 4 mAh / gr.

Synthesis and characterization of LiMn0.7Fe0.3PO4 MWCNTs C used as lithium ion battery cathode has been carried out. The active materials of LiMn0.7Fe0.3PO4 was synthesized via hydrothermal method from the precursors of LiOH, NH4H2PO4, FeSO4.7H2O and MnSO4.7H2O. The activated carbon was pyrolyzed from coconut shell whereas the multi walled carbon nanotube MWCNTs was commercially available in the market. The composite was prepared using ball mill to mix the components homogeneously.
Simultaneous thermal analysis STA was used to determine the phase formation of LiMn0.7Fe0.3PO4 to which the sintering process was conducted at 700 C. The samples in powder forms after sintering were characterized using scanning electron microscope SEM to examine the morphology, whereas X ray diffraction XRD was used to identify the phases formed. The performance of the composite for use in lithium ion battery cathode was characterized after assembling it in a coin battery and tested using electrochemical impedance spectroscopy EIS and charge discharge process.
SEM results showed that the samples containing MWCNTs above 2.5 or more have active material homogeneously coated by activated carbon and MWCNTs. At the same time, XRD results indicated that LiMn0.7Fe0.3PO4 phase has formed, but it still lacks of the crystallinity indicated by low intensity of the diffractogram peaks. EIS test results showed that the presence of activated carbon and MWCNTs in LiMn0.7Fe0.3PO4 to form MWCNTs C gives significant improvement in the conductivity. However, because of some impurities and lack of the crystallinity, the composite produces low capacity value during charge discharge test, 4 mAh gr.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelina Grace
"Pemanfaatan limbah menjadi alat yang bernilai guna sangat penting bagi lingkungan. Limbah tempurung kelapa dapat diolah sebagai sumber karbon untuk kemudian disintesis menjadi bahan aktif untuk aplikasi elektroda superkapasitor. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kondisi impregnasi logam, suhu pirolisis, dan suhu aktivasi tempurung kelapa terhadap kinerja superkapasitor. Elektroda superkapasitor dirangkai dengan elektrolit berupa KOH 3 M, binder berupa PVA dengan campuran asam sitrat sebagai crosslinking agent, dan separator berupa kertas saring. Hasil penelitian terbaik berdasarkan uji Cyclic Voltammetry diperoleh sampel Ni10-P550-A700. Hal ini menunjukkan bahwa suhu pirolisis (550oC) dan aktivasi tertinggi (700oC) dapat berpengaruh terhadap hasil nilai kapasitansi tertinggi yaitu sebesar 165,75 F/g. Hasil perhitungan energi aktivasi menghasilkan nilai Ea terkecil yaitu 3,88 kJ/mol sehingga menandakan bahwa keberadaan logam dapat berperan sebagai katalis pada proses pirolisis. Karakterisasi BET pada bio-char menunjukkan luas permukaan spesifik sebesar 257,7 m2/g. Sementara itu, hasil karakterisasi SEM memperlihatkan permukaan char dengan persebaran pori yang banyak. Kemudian, hasil karakterisasi dengan Spektrofotometri UV-Vis memberikan hasil bahwa sampel Ni10-P550-A700 memiliki sifat konduktor. Oleh karena itu, seluruh hasil karakterisasi menunjukkan bahwa limbah tempurung kelapa hasil pirolisis dapat berfungsi sebagai penyimpan energi yang baik.

Recycling waste into usable devices is essential for the environment. Coconut shell waste can be processed as a carbon source and synthesized into active ingredients for supercapacitor electrode applications. This study aimed to determine the effect of metal impregnation conditions, pyrolysis temperature, and coconut shell activation temperature on supercapacitor performance. Supercapacitor electrodes are assembled with electrolyte KOH 3 M, binder in the form of PVA with a mixture of citric acid as a crosslinking agent, and separator using filter paper. The Ni10-P550-A700 sample obtained the best research results from the Cyclic Voltammetry test. This result shows that the pyrolysis temperature (550o"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Fadila
"ABSTRAK
Nanopartikel digunakan untuk menghasilkan nanofluida yang mempunyai stabilitas dan dispersi yang baik sehingga menghasilkan konduktivitas termal yang maksimal. Telah dilakukan penelitian pengaruh Polyethylene Glycol (PEG) terhadap transfer panas nanofluida berbasis karbon arang tempurung kelapa dan tempurung kelapa sawit. Karbon dari arang tempurung kelapa dan tempurung kelapa sawit melalui pemrosesan tertentu menjadi partikel karbon aktif. Partikel karbon aktif ditumbuk halus dan direduksi kembali agar dapat mencapai ukuran nano dengan menggunakan alat planetary ball mill dengan metode top-down selama 15 jam dengan kecepetan putaran 500 rpm. Sintesis nanofluida dilakukan dengan mendispersikan nanopartikel karbon dari arang tempurung kelapa dan tempurung kelapa sawit ke dalam fluida air distilasi. Pada penelitian ini dikaji pengaruh penambahan PEG terhadap karakteristik nanofluida berbasis karbon dari arang tempurung kelapa dan tempurung kelapa sawit. Karakterisasi nanopartikel karbon dari arang tempurung kelapa dan tempurung kelapa sawit yang dilakukan adalah menggunakan Field-Emission Scanning Electron Microscope (FE-SEM), dan Energy Dispersive Spectroscopy (EDS) untuk mengamati komposisi dan unsur partikel, morfologi partikel dan ukuran partikel agar dapat dibandingkan. Hasil EDS menunjukan partikel karbon dari arang tempurung kelapa memiliki 60,77 wt% karbon sedangkan partikel karbon dari arang tempurung kelapa sawit mengandung 78,08 wt% karbon dan terdapat banyak unsur pengotor pada kedua nya. Karakterisasi FE-SEM menunjukan partikel karbon membentuk aglomerasi. Karakterisasi nanofluida yang dilakukan adalah pengukuran Particle Size Analyzer (PSA), zeta potensial dan konduktivitas termal. Variabel yang digunakan adalah konsentrasi partikel karbon dari arang tempurung kelapa dan tempurung kelapa sawit masing-masing adalah 0%, 0,1%, dan 0,3% lalu dengan penambahan surfaktan PEG dengan konsentrasi 0%, 10% dan 20%.

ABSTRACT
Nanoparticles are used to produce nanofluids which have a good stability and good dispersion resulting in maximum thermal conductivity. This research study conduct the effect of Polyethylene Glycol (PEG) on heat transfer carbon-based nanofluids based on coconut shell ash particles and palm shell ash particles. Coconut shell carbon and palm shell ash carbon through certain process to become activated carbon particles. The activated carbon particles are finely ground and reduced again to reach nano size by using a planetary ball mill with a top-down method for 15 hours with a speed of 500 rpm rotation. Synthesis of nanofluids was carried out by dispersing carbon shells and coconut shell nanoparticles into distilled water fluid. In this study the effect of PEG on the characteristics of carbon-based nanofluids based on coconut shell and palm shell ash. Characterization of carbon nanoparticles of coconut shell and palm shell is done using Field-Emission Scanning Electron Microscope (FE-SEM), and Energy Dispersive Spectroscopy (EDS) to use materials and particles, morphology and particle size to be used. The EDS results showed that the coconut shell carbon particles had 60.77% carbon while the coconut shell carbon particles contained 78.08% by weight of carbon and both contained many impurities. The FE-SEM characterization shows carbon particles to form agglomeration. The nanofluid characterization carried out was the measurement of Particle Size Analyzer (PSA), zeta potential and thermal conductivity. The variables used are the composition of carbon particles of coconut shell and oil palm shell are 0%, 0.1%, and 0.3%, then the composition of surfactant PEG with concentrations of 0%, 10% and 20%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhana Atmayuda
"Karbon aktif banyak digunakan sebagai adsorben karena memiliki luas area permukaan dan daya adsorpsi yang lebih besar daripada adsorben lainnya. Semakin besar luas area permukaan, daya adsorpsi karbon aktif semakin baik. Karbon aktif dapat diproduksi dari berbagai macam bahan dasar yang mengandung karbon salah satunya tempurung kelapa. Tempurung kelapa merupakan bahan dasar dengan kandungan karbon yang sangat besar serta kemudahan bahan dasar tersebut untuk didapatkan secara komersial. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan digunakan bahan dasar dari tempurung kelapa untuk pembuatan karbon aktif dengan perlakuan aktivasi terkontrol. Dalam penelitian ini, digunakan perlakuan aktivasi terkontrol dimana pada proses ini dialirkan gas inert N2 serta ditambahkan activating agent untuk mengontrol proses aktivasi. Pada penelitian sebelumnya, aktivasi terkontrol telah digunakan dengan bahan dasar limbah pinus. Pada penilitian ini, digunakan 2 variasi temperatur aktivasi, yaitu 500°C dan 600°C. Sampel karbon aktif diuji luas permukaan dengan BET Autosorb dengan adsorbat Nitrogen. Selain itu, juga dilakukan uji daya adsorpsi karbon aktif terhadap adsorbat CO2 dengan prinsip adsorpsi isotermis Gibbs. Luas permukaan yang didapat dari hasil uji BET adalah 0 m2/grAC untuk bahan dasar (tempurung kelapa), 300 m2/grAC untuk sampel karbon aktif teraktivasi 500°C, dan 111,9 m2/grAC untuk sampel karbon aktif teraktivasi 600°C. Namun, secara teori semakin besar temperatur aktivasi semakin banyak pori-pori yang terbentuk sehingga luas permukaan semakin besar. Pada uji daya adsorpsi, pada tekanan yang hampir sama (sekitar 550 psi) didapat adalah 4,26 mmol/grAC untuk karbon aktif dengan aktivasi 500°C dan 14,48 mmol/grAC untuk karbon aktif dengan aktivasi 600°C. Dengan data dari uji daya adsorpsi, maka dapat disimpulkan bahwa luas permukaan dari karbon aktif dengan aktivasi 600_oC lebih besar. Pada tekanan sekitar 702,63 psia, jumlah CO2 yang teradsorpsi pada karbon aktif teraktivasi 500°C 1,47 kali lebih kecil dibandingkan jumlah CO2 yang teradsorp pada penelitian sejenis dari literatur (Tomasko) sehingga kemungkinan luas permukaannya lebih kecil dari 850 m2/grAC. Pada tekanan sekitar 668,624 psia, jumlah CO2 yang teradsorpsi pada karbon aktif teraktivasi 600°C 2,4 kali lebih besar dibandingkan jumlah CO2 yang teradsorp pada penelitian sejenis dari literatur (Tomasko) sehingga kemungkinan luas permukaannya lebih besar dari 850 m2/grAC. Hal ini bertolak belakang dengan hasil dari uji BET. Uji BET dengan menggunakan adsorbat nitrogen kurang dapat merepresentasikan kapasitas adsorpsi yang sebenarnya.

Adsorbent that mostly used in industry is activated carbon because its surface area and adsorption capacity are larger than other adsorbents. If the surface area of activated carbon is going to bigger, the adsorption capacity of activated carbon will be bigger too. Activated carbon can be produced from every raw material that contains carbon, e.g. coconut shell. Coconut shell is the raw material that contains so much carbon and is commercial. Because of that, in this research coconut shell was used to synthesize activated carbon with controlled activation treatment. In contolled activation treatment, N2 was flowed and activating agent was added. In previous research, controlled activation treatment had been used with pine waste as a raw material. In this research, the temperature of activation process was varied (500°C and 600°C). Then activated carbon samples had their surface area test with BET Autosorb with N2 as an adsorbate. Besides, those samples were tested for the adsorption capacity with CO2 as an adsorbate with Gibbs Isotherm Adsorption principal. Surface area that obtained from BET test result was 0 m2/grAC for raw material, 300 m2/grAC for activated carbon with 500°C activation, and 111.9 m2/grAC for activated carbon with 600°C activation. Otherwise, theory mentions that higher activation temperature resulting more pores formed and higher surface area. In pressure that almost be the same (around 550 psia), activated carbon with 500°C activation adsorbed 4.26 mmol CO2/grAC and activated carbon with 600°C adsorbed 14.48 mmol CO2/grAC. So, surface area of activated carbon with 600°C activation is higher than activated carbon with 500°C activation. In 702.63 psia, activated carbon with 500°C can adsorb CO2 1.47 times less than activated carbon used by Tomasko that given in the literature. It means that the surface area of activated carbon with 500°C activation may be less than 850 m2/grAC. In around 668.62 psia, CO2 adsorbed in activated carbon with 600°C activation is 2.4 times higher than CO2 adsobed in activated carbon that used by Tomako. It means that activated carbon with 600°C activation may have surface area higher than 850 m2/grAC. Then, we can conclude that BET test with nitrogen as an adsorbat doesn?t accurately represent the adsorption capacity.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49823
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>