Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48433 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Faiz Abdurrahman
"ABSTRAK
Kegiatan eksplorasi dan produksi minyak bumi berpotensi menimbulkan kontaminasi minyak pada tanah, misalnya dari kegiatan operasional, kebocoran pipa, maupun akumulasi timbulan limbah minyak di masa lalu. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no 128 tahun 2003 menyatakan bahwa tanah yang terkontaminasi minyak dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan. Pemulihan tanah tercemar oleh minyak bumi dapat dilakukan secara biologis, dengan menggunakan kapasitas kemampuan mikroorganisme. TPH atau Total Petroleum Hydrocarbons dalam hal ini merupakan jumlah hidrokarbon minyak bumi yang terukur dari media tanah. Dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.128 tahun 2003 dijelaskan bahwa target konsentrasi TPH yang aman bagi lingkungan ialah dibawah 1%. Landfarming merupakan salah satu teknik yang dapat diterapkan dalam pemulihan tanah tercemar minyak bumi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis bulking agent yang paling efektif dalam pelaksanaan proses bioremediasi. Sampel tanah terkontaminasi minyak bumi yang diolah diambil dari tanah terkontaminasi minyak mentah (Crude Oil Contaminated Soil) di Pre-treatment pit dalam (SBF) Soil Bioremediation Facility PT. Chevron Pacific Indonesia di Minas, Riau. Bulking agent yang digunakan dalam penelitian adalah serbuk kayu dan cacahan serabut tandan kosong kelapa sawit. Selama 6 minggu penelitian, penyisihan konsentrasi TPH terbesar yaitu 41,04% pada sampel dengan penambahan bulking agent serbuk kayu 4% (w/w). Sedangkan pada sampel dengan penambahan bulking agent serabut tandan kosong kelapa sawit 4% (w/w) dan tanpa penambahan bulking agent berturut-turut adalah 40,45% dan 35,04%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sampel dengan penambahan bulking agent serbuk kayu 4% (w/w) yang paling efektif dalam proses degradasi minyak bumi.

ABSTRACT
Exploration and production of oil has potential to contaminate soil, such as from operations, pipeline leak, and accumulation of oil waste. Ministry of Environment through the Ministry of Environment Decree No. 128/2003, stated that oil contaminated soil is classified as hazardous and toxic waste (B3) that could potentially cause damage to the environment. The remediation of oil contaminated soil can be purified by using microbial activity. TPH or Total Petroleum Hydrocarbons is the amount of petroleum hydrocarbons measured from the soil media. In MOE Decree No. 128/2003 stated that TPH concentrations target that are safe for the environment is below 1%. Landfarming is one of the most preferred technique that can be applied in the remediation of oil contaminated soil. The main purpose of this study was to determine which type of bulking agent is the most effective on bioremediation process. Crude Oil Contaminated Soil sample were taken from pre-treatment pit in Soil Bioremediation Facility PT. Chevron Pacific Indonesia in Minas, Riau. Bulking agents used in the study were wood chip and oil palm shell fiber. During 6 weeks of the study, the largest TPH removal was 41.04% which is a sample with the addition of 4% wood chip (w/w). While the sample with the addition of 4% oil palm shell fiber (w/w) and the sample without the addition of bulking agent were respectively 40.45% and 35.04%. From this study, it can be concluded that the sample with the addition of 4% wood chip (w/w) was the most effective in the crude oil biodegradation process."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55506
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsya Dyasthi Putri
"Kegiatan industri pertambangan minyak bumi di Indonesia telah menimbulkan banyak kasus pencemaran limbah berbahaya dan beracun (B3). Kasus tersebut dapat menimbulkan dampak buruk bagi kualitas lingkungan. Pada KepMenLH No. 128 Tahun 2003, disebutkan bahwa pemulihan lahan tercemar oleh minyak bumi dapat dilakukan secara biologis, dengan menggunakan kapasitas kemampuan mikroorganisme. Salah satu teknik penerapan pemulihan tersebut adalah dengan menggunakan teknik Bioventing.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh injeksi udara dan mikroorganisme yang berperan dalam proses remediasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerjanya bioventing. Minyak bumi yang digunakan merupakan crude oil yang berasal dari PPPTMGB Lemigas. Selama 5 minggu penelitian, didapatkan penyisihan konsentrasi TPH terbesar yaitu sebesar 82% yang terdapat pada sampel dengan konsentrasi bakteri Bacillus Subtilis 10% v/v. Sedangkan pada sampel dengan konsentrasi bakteri Bacillus Subtilis 15% v/v, dan tanpa penambahan bakteri (bakteri indigenous) 1 dan 2 secara berurut adalah 67,1%, 54,24%, dan 68,12%. Penyisihan konsentrasi BTEX terbesar, yaitu sebesar 66,65% pada kontrol 2. Sedangkan sampel dengan kontrol 1, konsentrasi bakteri Bacillus Subtilis 10% v/v, dan bakteri Bacillus Subtilis 15% v/v secara berurut adalah 23,39%, 34,41%, dan 37,69%.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sampel dengan konsentrasi bakteri Bacillus Subtilis 10% v/v dan Kontrol 2 yang paling baik dalam mendukung efektivitas proses degradasi minyak bumi.

Oil mining industry in Indonesia has generated many cases of very hazardous waste pollution. Those cases could adversely affect the quality of environment. Ministry of Environment through the Ministry of Environment Decree No. 128/2003, stated that the recovery of oil contaminated area can be purified by using microbial activity, called bioremediation. On of the most preferred methods for the remediation process of oil contaminated soil is bioventing.
The main objective of this study was to determine the effect of air injection and microorganisms that play a role in the remediation process and the factors that affect performance bioventing. Oil used in this study was crude oil which was derived from PPTMGB Lemigas. The purpose of this study. During the 5 weeks of the study, obtained the largest TPH concentrations allowance that is equal to 82% were found in the sample with the concentration of the bacteria Bacillus Subtilis 10% v/v. While the sample with the concentration of bacteria Bacillus Subtilis 15% v/v, and without the addition of bacteria (indigenous) 1 and 2 in sequence is 67.1%, 54.24%, and 68.12%. Provision largest concentration of BTEX, amounting to 66.65% in the control 2. Whereas the control 1, the concentration of the bacteria Bacillus Subtilis 10% v / v, and the bacteria Bacillus Subtilis 15% v / v in the order are 23.39%, 34.41%, and 37.69%.
From this study it can be concluded that the sample with the concentration of the bacteria Bacillus Subtilis 10% v / v and Control 2 is best in support of the effectiveness of oil degradation process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46849
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Yoswaty
"Kegiatan industri migas sangat potensial menyebabkan pencemaran air, tanah, dan udara. Minyak yang merembes ke dalam tanah dapat menyebabkan tertutupnya suplai oksigen dan meracuni mikroorganisme tanah sehingga mengakibatkan kematian mikroorganisme tersebut. Tumpahan minyak di lingkungan dapat mencemari perairan dan tanah hingga ke daerah sub-surface dan lapisan aquifer air tanah.
Bioremediasi memainkan peranan penting yang makin meningkat pada remediasi lingkungan tercemar polutan organik dan telah diterima secara luas sebagai teknologi inovatif. Bioremediasi adalah suatu teknologi aplikasi proses biologis untuk melenyapkan bahan kimia beracun dan berbahaya dari lingkungan dengan melibatkan agen biologis seperti tanaman, mikroorganisme, dan enzim tanaman/mikroorganisme.
Untuk mengatasi pencemaran limbah minyak, maka diperlukan suatu cara penanggulangan yang efisien, efektif, ekonomis, dan tidak merusak lingkungan. Penelitian ini akan menguji sejauhmana keefektifan pemanfaatan bakteri pemecah minyak dalam proses bioremediasi. Dengan demikian, diharapkan dapat diperoleh jenis bakteri yang dapat mendegradasi minyak bumi secara cepat sehingga tidak lagi berperan sebagai pencemar di lingkungan.
Tujuan penelitian ini adalah: (a) memperoleh jenis bakteri pemecah minyak yang mampu mendegradasi senyawa hidrokarbon dalam proses bioremediasi; (b) mengetahui pengaruh jenis bakteri, pH, dan waktu degradasi terhadap pertumbuhan bakteri pemecah minyak dan proses bioremediasi; (c) membandingkan pertumbuhan bakteri pemecah minyak dalam mendegradasi tanah terkontaminasi minyak dan tanah tidak terkontaminasi minyak; (d) mengetahui kondisi lingkungan yang optimum bagi pertumbuhan bakteri; dan (e) mengetahui alternatif penanggulangan pencemaran minyak bumi dalam upaya pengelolaan lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh: (a) informasi dasar tentang pemanfaatan bakteri pemecah minyak dalam proses bioremediasi sehingga akan menjadi pertimbangan bagi penelitian selanjutnya; (b) bakteri pemecah minyak dalam penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan di lapangan dalam proses bioremediasi; dan (c) upaya pengelolaan lingkungan yang tepat untuk mengatasi pencemaran limbah minyak.
Hipotesis yang diajukan adalah: (a) jenis bakteri, pH, dan waktu degradasi berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri pemecah minyak dan proses bioremediasi; (b) kondisi tanah terkontaminasi minyak dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri pemecah minyak daripada tanah tidak terkontaminasi minyak.
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen, dimana sampel tanah terkontaminasi minyak dan tanah tidak terkontaminasi minyak diperoleh dari lokasi 9C-68, Minas SBU, PT. CPI, Riau. Sampel bakteri Pseudomonas fluorecence dan Bacillus subtilis diperoleh dari Laboratorium Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April-September 2001.
Analisis kandungan minyak total (TPH) dan kromatogram dilakukan di Environmental and Technology Support Laboratory, PT. CPI, Duri. Analisis kualitas tanah (tekstur tanah, N, P, dan K), kualitas air (pH, DO, CO2, BOD5, dan COD), dan mikrobiologi dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Pangan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNRI.
Data dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengukuran secara langsung di Laboratorium. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, studi pustaka, dan sebagainya. Data primer dan data sekunder ini kemudian dianalisis secara deskriptif yaitu dilakukan uji statistik ANAVA untuk menguji keberartian variabel pada perlakuan.
Isolat bakteri Pseudomonas fluorescence, Bacillus subitilis, dan kultur campuran (Pseudornonas fluorescence T Bacillus subtilis) dapat digunakan dalam proses bioremediasi. Namun, bakteri Pseudomonas fluorescence pada pH 8 lebih cepat mendegradasi senyawa hidrokarbon pada tanah terkontaminasi minyak dengan laju biodegradasi sebesar 96,1 ppm/hari dan persentase penurunan sebesar 91,51%.
Kultur campuran pada pH 7 merupakan isolat dengan aktivitas metabolisme yang lebih tinggi dilihat dari total bakteri pemecah minyak, baik pada tanah terkontaminasi minyak maupun tanah tidak terkontaminasi minyak. Berdasarkan hasil kerjanya, kedua bakteri ini bersifat sinergisme.
Perlakuan kontrol (B0) mempunyai pH lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya, baik pada tanah terkontaminasi minyak maupun tanah tidak terkontaminasi minyak. Kegiatan bakteri pemecah minyak dalam mendegradasi senyawa hidrokarbon menyebabkan penurunan pH.
Waktu degradasi berpengaruh terhadap total bakteri, dimana semakin lama waktu degradasi, maka semakin tinggi total bakteri sampai batas tertentu sebelum terjadi fase kematian. Waktu degradasi juga berpengaruh terhadap persentase degradasi senyawa hidrokarbon, dimana kandungan TPH yang terendah terdapat pada minggu II (T2). Proses bioremediasi ini telah berlangsung dengan baik karena kandungan TPH telah mencapai 1% atau kurang dari 10.000 ppm.
Pada tanah terkontaminasi minyak terdapat total bakteri pemecah minyak yang lebih tinggi dibandingkan tanah tidak terkontaminasi minyak. Bakteri pemecah minyak memanfaatkan senyawa hidrokarbon sebagai sumber energi dan sumber karbon sehingga meningkatkan pertumbuhan bakteri tersebut.
Untuk penelitian selanjutnya, maka perlu dilakukan penelitian proses bioremediasi di lapangan yang terkontaminasi minyak. Penelitian juga perlu dilakukan mengenai jenis bakteri pemecah minyak lainnya yang mampu mendegradasi hidrokarbon dalam limbah minyak sehingga dapat dilakukan proses pembiakan dan pembuatan isolat untuk tujuan komersial. Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai proses bioremediasi, maka perlu diteliti faktor-faktor lain yang belum diamati dalam penelitian ini seperti kandungan bahan organik, anorganik, dan unsur hara tanah.
Upaya pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan konsep minimisasi limbah baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun, tindakan pencegahan lebih berharga daripada penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran limbah minyak di lingkungan. Pengelolaan lingkungan dapat terlaksana dengan baik apabila didukung oleh kesadaran dan peran serta masyarakat. Disamping itu, perlu dilengkapi dengan peraturan hukum yang berlaku.

The Utilization of Hydrocarbon Degradation Bacteria in Bioremediation Process (A Case Study in Processing of Contaminated Ground Oil in Minas SBU, PT. Caltex Pasific Indonesia, Riau)Migas industry activity is very potential to cause water, ground, and air pollution. The infiltration of oil into ground layer will cover the oxygen supply, poison and kill the ground microorganism. Oil spilled into environment also pollute the aquatic environment, sub surface area of ground and aquifer layer of ground water.
Bioremediation plays an important role in remediation of polluted environment by organic pollutant and has been widely accepted as an innovative technology. Bioremediation is an applied biological process technology to disappear poison and dangerous substances from the environment with involves biological agents such as plant, microbial and plant/microbial enzymes.
To overcoming of earth oil pollution, an efficient, effective, economics, and not damage environment method is needed. This research will test how the effective the utilization of hydrocarbon degradation bacteria in bioremediation process. So hopefully it can find type of bacteria that able to degrade hydrocarbon compound so quickly until it can not participate as a polluter in environment.
The objectives of this research were: (a) to find type of hydrocarbon degradation bacteria that able to degrade hydrocarbon compound in bioremediation process; (b) to know the influence of bacteria type, pH, and degradation time on the growth of hydrocarbon degradation bacteria and bioremediation process; (c) to compare the growth of hydrocarbon degradation bacteria in degrading contaminated ground oil and uncontaminated ground oil; (d) to know the optimum environment condition for the bacteria growth; and (e) to know the alternatives to overcome earth oil spilled in environmental management efforts.
Accordance with the results of this research expected: (a) to give information about the utilization of hydrocarbon degradation bacteria in bioremediation process for become the basic considerations of further research; (b) hydrocarbon degradation bacteria on this research could be applied into environment in bioremediation process; and (c) the efforts of approsiate environmental management to overcome waste oil pollution.
Hypothesis of this research were: (a) type of bacteria, pH, and degradation time influence the growth of hydrocarbon degradation bacteria and bioremediation process; (b) contaminated ground oil condition could increase the growth of hydrocarbon degradation bacteria than uncontaminated ground oil.
This research was done by used of experimental method. Samples of contaminated and uncontaminated ground oil were obtained from 9C-68 location, Oil area Minas SBU, PT. CPI, Riau. Samples Pseudomonas fluorescence and Bacillus subtilis were obtained from Food and Nutrient Laboratory, Bogor Agriculture Institute. The research was conducted on April-September 2001.
Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) and chromatography analysis were conducted at Environmental and Technology Support Laboratory, PT. CPI, Duri District. Analysis of ground quality (ground texture, IN, P, and K), water quality (pH, DO, COz, BOD5, and COD) and microbiology were conducted at Food Microbiology Laboratory, Faculty of Fishery and Marine Science, University of Riau.
Data in this research were consisting of primary and secondary data. Primary data was obtained by directly measurement in laboratory. Secondary data was obtained by literature study, in interrelated office, and so on. These two types of data were analyzed descriptively with ANAVA statistical test to examine the variable significance in every treatment.
Isolated of Pseudoinonas fluorescence, Bacillus subtilis, and mixture culture of (Pseudomonas fluorescence Bacillus subtilis) can be used in bioremediation process. But, Pseudomonas fluorescence bacteria at pH 8 can accelerate to degrade hydrocarbon compound in contaminated ground oil with biodegradation rate of 96,1 pprnlday and decreasing percentage rate of 91,51%.
Mixture culture bacteria at pH 7 are isolate with higher metabolism activity viewed by total of hydrocarbon degradation bacteria, both in contaminated ground oil and in uncontaminated ground oil. According to its activity production, both bacteria have synergism characteristic.
Control treatment (BO) has pH value lower than the other treatment, both in contaminated ground oil and uncontaminated ground oil. The activity of hydrocarbon degradation bacteria to degrade hydrocarbon compound has decreased pH value.
Degradation time influenced bacteria total where longer of degradation time will increase the bacteria total until in fixed level before lethal phase occurs. Degradation time also influenced hydrocarbon compound degradation percentage where the lowest of TPH content found at second week (T2). This bioremediation process occurred well because the TPH content has reached of 1% or less than 10.000 ppm.
In contaminated ground oil has higher total of hydrocarbon degradation bacteria than in uncontaminated ground oil. Hydrocarbon degradation bacteria used hydrocarbon compound as energy source and carbon source until increase that bacteria growth.
For the next research, it is necessary to search the bioremediation at polluted field of oil waste. Research is also necessary doing to the other types of hydrocarbon degradation bacteria that able to degrade hydrocarbon in oil waste so breeding process and isolate making could be done for commercial perspectives. To find entirely description of bioremediation process, it is necessary to search the other factors that still not observed and measured in this research such as organic, inorganic substance content, and ground nutrients.
Efforts of waste management can be done with waste minimization concept either directly or indirectly manners. But, prevention action is more valuable than to overcome oil waste pollution in environment. Environmental management will be well implemented if it is supported by awareness and participation of community. In addition, it should be provided by law regulations."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T 10367
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Sumiardi
"Konsorsium bakteri lokal (gabungan Salipiger bermudensis DQ 178660, Alterierythrobacter evoxidivorans DQ 304436, Alteromonas macleodii Y 18228 dan Vibrio harveyi DQ 146936) pendegradasi senyawa hidrokarbon kontaminan yang diisolasi dari kawasan eksplorasi minyak Cepu Jawa Tengah diuji kemampuannya dalam merombak senyawa hidrokarbon minyak bumi yang mencemari tanah di kawasan industri Krakatau Steel Cilegon.
Dalam penelitian ini, karakterisasi produksi biosurfaktan yang dihasilkan konsorsium bakteri dilakukan dengan mengevaluasi pola pertumbuhan, analisis tegangan permukaan, analisis tegangan antarmuka, analisis komposisi kimia dan uji aktivitas emulsifikasi. Pengujian selama 30 hari pengamatan meliputi pH, suhu, tekstur tanah empat fraksi (berpasir, liat kasar, liat halus, berdebu), karbon organik, nitrogen organik, rasio karbon/nitrogen organik, fosfor dan kalium serta analisis sampel tanah tercemar hidrokarbon menggunakan Gas Chromatography-Mass Sphectroscopy (GC-MS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa biosurfaktan yang dihasilkan konsorsium bakteri memiliki kemampuan menurunkan tegangan permukaan air lebih tinggi dibanding dengan bakteri tunggal (51 dynes/cm dari 72 dyns/cm), reduksi nilai tegangan antarmuka air dengan minyak paling tinggi dihasilkan konsorsium bakteri (10 dynes/cm), nilai indeks emulsifikasi (93,75%) paling tinggi dihasilkan oleh konsorsium bakteri. Analisis komposisi kimia biosurfaktan yang dihasilkan konsorsium bakteri menunjukkan bahwa biosurfaktan merupakan senyawa kompleks terdiri dari karbohidrat, protein dan lipid. Setelah 30 hari massa inkubasi, hasil analisis GC-MS menunjukkan bahwa bakteri dan konsorsium bakteri mampu merombak senyawa hidrokarbon tersisa yang mencemari tanah di kawasan PT Krakatau Steel Cilegon Banten.;

Local bacterial consortium (combined of Salipiger bermudensis DQ 178 660, Alterierythrobacter evoxidivorans DQ 304 436, Alteromonas macleodii Y 146 936 and Vibrio harveyi DQ 18228) hydrocarbons degrading contaminants that isolated from oil exploration areas in Cepu Central Java was analyzed for its ability to degrade petroleum hydrocarbons that polluted the soil in industrial area of PT. Krakatau Steel Cilegon.
In this study, characterization of biosurfactant produced by bacterial consortium conducted to evaluate growth patterns, analysis of surface tension, interfacial tension, chemical composition and emulsification activity assay. Analysis for 30 days of observation include pH, temperature, soil texture four fractions (sandy, dusty, rough clayey, smooth clayey), organic carbon, organic nitrogen, the ratio of carbon/nitrogen organic, phosphorus and potassium as well as analysis of hydrocarbon contaminated soil samples using Gas Chromatography -Mass Sphectroscopy (GC-MS).
The results showed that the biosurfactants produced by bacterial consortium have the ability to lower the surface tension of water is higher than with a single bacterium (51 dynes/cm from 72 dyns/cm), the reduction of the highest values ​​of water interfacial tension with oil produced by bacterial consortium (10 dynes/cm ), the highest value of emulsification index (93.75%) produced by bacterial consortium. Analysis of the chemical composition of biosurfactants produced by bacterial consortium showed that biosurfactants are complex compounds composed of carbohydrates, proteins and lipids. After 30 days of incubation time, the results of GC-MS analysis showed that bacteria and bacterial consortium are capable of overhauling the remaining hydrocarbon compounds that polluted the soil in the area of PT Krakatau Steel Cilegon Banten.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
D1437
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Lubnah
"Aktivitas pengelolaan minyak bumi terus meningkat sehingga diperlukan tindakan pengelolaan pencemaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan bakteri dan penurunan kadar TPH pada proses bioremediasi yang distimulasi dengan penambahan kompos dan lumpur IPAL pada 5% dan 10% secara eksperimental skala laboratorium dengan simulasi tanah tercemar dengan kadar TPH sebesar 5,5% selama 5 minggu hingga mencapai baku mutu yaitu di bawah 1%. Tanah yang digunakan berasal dari pantai Marunda, kompos dari UPS Merdeka, lumpur IPAL dari Jababeka, dan bakteri diisolat dari tanah tercemar minyak diwilayah sekitrar kilang.
Hasilnya berupa laju pertumbuhan bakteri pada kompos dan lumpur IPAL dengan kadar 5% masing-masing adalah 0,7567/minggu dan 1,154/minggu serta 0,8783/minggu dan 1,1109/minggu pada kadar 10%. Sedangkan efisiensi penyisihan TPH yang didapatkan adalah 95,32% dan 96,85% untuk penambahan kompos 5% dan 10% serta 91,15% dan 91,02% untuk penambahan lumpur IPAL sebanyak 5% dan 10%. Hasil uji t menyatakan perbedaan baik pertumbuhan bakteri maupun penurunan kadar TPH tidak signifikan. Kemudian hasil uji korelasi menunjukkan korelasi rendah berbanding terbalik untuk hubungan TPH dengan jumlah bakteri.

Crude oil's processing into energy continuous to increase, hence the treatment for its environmental impact is needed. This study aims to determine the differences of bacterial growth rate and removal efficiency of Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) between compost and WWTP sludge addtion at 5% and 10%. Those effect was acknowledge through experimental in laboratory scale using soil contaminated by 5,5% TPH within 5 weeks until it reach less than 1% as the requirement. The soil comes from Marunda Beach, compost from UPS Merdeka, WWTP sludge from Jababeka, bacterial isolated from soil contaminated at the surrounding of refining.
Result of this study showed that the bacterial growth rate in compost and WWTP sludge at 5% and 10% concentration each are 0,7567/weeks and 1,154/week for compost also 0,8783/week and 1,1109/week for WWTP sludge. While the TPH removal efficiency obtained was 95,32% and 96,85% for the addition of compsot as well as 91,15% and 91,02% for the addition of WWTP sludge.at 5% and 10% concentration. Due to t-Test, the differences between all the variation of concentration are not significant. The correlation test between TPH degradation to bacterial growth showed that there is a weak downhill (negative) linear relationship.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Bioremediasi tanah yang terkontaminasi timbal (Pb) menggunakan konsorsium mikroba telah
dilakukan pada skala laboratorium. Empat jenis bakteri pengakumulasi Pb, PG 65-06 (A): PG 97-02
(B): MR 1.12-05 (C) dan A1 (D) dengan perbandingan 1:1:1:1 digunakan sebagai konsorsium mikroba.
Penelitian dilakukan selama 60 hari dengan variasi penambahan inokulum mikroba 5%, 10%, 15% (v/w)
dan penambahan inokulum 5%+ jerami padi sebagai bulking agents. Pengamatan dilakukan setiap 10 hari
sekali dengan parameter konsentrasi logam Pb, aktivitas mikroba tanah, serta analisis sifat fisika-kimia
tanah pada awal dan akhir proses bioremediasi. Penambahan konsorsium mikroba dapat mempercepat
proses remediasi logam Pb pada tanah terkontaminasi dibandingkan dengan konsorsium mikroba
5%+jerami, yang ditandai dengan menurunnya konsentrasi logam Pb dari fase tertukarkan menjadi fase
residual. Perubahan fase tersebut optimal pada waktu inkubasi 40 hari pada penambahan inokulum
10% (v/w) dan pada waktu inkubasi 50 hari pada penambahan mikroba 5%+jerami. Penambahan jerami
meningkatkan aktivitas mikroba indigenous yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah mikroba
tanah dan produksi CO2 yang dihasilkan dibandingkan penambahan inokulum mikroba. Karakteristik
tanah terkontaminasi yang telah diremediasi oleh konsorsium mikroba menjadi lebih baik karena
kandungan unsur hara tanah baik makro maupun mikro meningkat dibandingkan sebelum diremediasi."
630 JS 1:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alicia Charine Aghnia
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kepadatan Azolla microphylla berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba dalam proses bioremediasi air yang terkontaminasi minyak mentah. Penelitian eksperimental bioremediasi dilakukan pada tiga kepadatan Azolla microphylla yang berbeda dan dua konsentrasi minyak berbeda. Kepadatannya adalah 300 gr.m-2, 400 gr.m-2 dan 500 gr.m-2 serta konsentrasi minyak yang digunakan ialah 0,05 v/v dan 0,1 v/v . Air yang terkontaminasi disimulasikan dari 400 ml air tawar dan minyak mentah. Populasi mikroba, konsentrasi minyak, dan COD diamati dalam 15 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi mikroba lebih tinggi pada semua perlakuan densitas dibandingkan dengan kontrol. Populasi mikroba tertinggi terjadi pada hari ke 10, dan semakin rendah sampai akhir pengamatan. Pada hari ke 15, populasi mikroba pada densitas Azolla Microphylla 300 gr.m-2 adalah 3,6 x 105 CFU.ml-1 dan menjadi yang tertinggi diantara kepadatan lainnya. Persentase total degradasi minyak pada sampel air tercemar minyak 0,05 mencapai 91 untuk densitas Azolla microphylla 300 gr.m-2; 76 untuk 400 gr.m-2 Azolla Microphylla, dan 64 untuk 500 gr/m2 Azolla Microphylla. Sementara untuk air tercemar minyak bumi 0,1 memiliki persentase degradasi sebesar 79 pada 300 gr.m-2 Azolla microphylla; 87 pada 400 gr.m-2 Azolla microphylla; serta 82 pada 500 gr.m-2 Azolla microphylla.

ABSTRACT
This study was aimed to determine how the density of Azolla microphylla effects on the microbial growth in bioremediation process of water contaminated with crude oil. The experimental work of bioremediation was conducted on three different density of Azolla microphylla and two different oil concentration. The densities were 300 gr.m 2, 400 gr.m 2, and 500 gr.m 2 and the oil concentrations were 0,05 v v and 0,1 v v . The contaminated water was simulated from 400 ml fresh water and Crude oil. The microbial populations, oil content, and COD were observed in 15 days. The result showed that the microbial popualtion was higher in all density condition compared to the control. The highest microbial population happened in the 10th day, and it got lower to the end of the observation. At the 15th day, the microbial population of 300 gr.m 2 Azolla microphylla was 3,6 x 105 CFU ml and became the highest among the other densities. The total percentage of oil degradations in water contaminated 0,05 crude oil reached 91 for 300 gr.m 2 Azolla microphylla 76 for 400 gr.m 2 Azolla microphylla and 64 for 500 gr.m 2 Azolla microphylla. whereas the percentage of oil degradation in water contaminated 0,1 crude oil were 79 for 300 gr.m 2 Azolla microphylla 87 for 400 gr.m 2 Azolla microphylla and 82 for 500 gr.m 2 Azolla microphylla."
2017
S68550
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Jannata Shafira
"Bioremediasi merupakan upaya untuk menghilangkan zat kontaminan dari lingkungan menggunakan bantuan makhluk hidup. Azolla sp. merupakan tumbuhan paku air yang memiliki kemampuan bioremediasi karena memiliki kemampuan produksi biomassa yang cepat dan ketahanan terhadap zat kontaminan. Air limbah laundry adalah air yang dibuang setelah digunakan untuk mencuci pakaian. Penelitian uji kemampuan Azolla sp. sebagai agen bioremediasi air limbah laundry bertujuan untuk menganalisis pengurangan konsentrasi fosfat, nitrat, TSS, dan COD pada air limbah laundry. Penelitian dilakukan selama 21 hari dengan perlakuan air limbah laundry, yaitu 20% (P1), 40% (P2), 60% (P3), 80% (P4) dan 100% (P5) air limbah laundry. Masing-masing perlakuan dilakukan dalam empat kali ulangan. Analisis statistik menggunakan uji non-parametrik korelasi Spearman untuk mengetahui korrlasi antara biomassa basah Azolla sp. dengan perubahan konsentrasi fosfat, nitrat dan TSS pada air limbah laundry. Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah biomassa tertinggi terdapat pada perlakuan P1 pada waktu tanam T14. Persen efisiensi pengurangan konsentrasi fosfat, nitrat dan TSS tertinggi pada waktu tanam T7—T14 terjadi pada perlakuan P3, P4 dan P1 sebanyak 72%, 77% dan 33% berturut-turut. Persen efisiensi pengurangan konsentrasi COD tertinggi pada perlakuan P5 waktu tanam T21 sebanyak 45%. Persen efisiensi pengurangan kadar fosfat, nitrat, dan TSS tertinggi terdapat pada minggu kedua (T7—T14) percobaan. Penelitian ini menunjukkan titik jenuh Azolla sp. dalam menolerir kontaminan fosfat dan TSS adalah 14 hari, sedangkan nitrat dan COD adalah 21 hari. Nilai korelasi antara biomassa basah Azolla sp. dengan perubahan konsentrasi kontaminan air limbah laundry beragam.

Bioremediation is an effort to remove contaminants from the environment using the help of living things. Azolla sp. is a water fern that has bioremediation ability because it has the ability to produce fast biomass and is resistant to contaminants. Laundry wastewater is water that is discharged after being used to wash clothes. Research on the ability test of Azolla sp. as a laundry wastewater bioremediation agent aims to analyze the reduction in the concentration of phosphate, nitrate, TSS, and COD in laundry wastewater. The study was conducted for 21 days with laundry wastewater treatment, namely 20% (P1), 40% (P2), 60% (P3), 80% (P4) and 100% (P5) laundry wastewater. Each treatment was carried out in four replications. Statistical analysis using non-parametric Spearman correlation test to determine the correlation between wet biomass of Azolla sp. with changes in the concentration of phosphate, nitrate and TSS in laundry wastewater. The results obtained from the study were that the highest biomass was found in the P1 treatment at T14 planting time. The highest percentage reduction efficiency of phosphate, nitrate and TSS concentrations at planting time T7-T14 occurred in treatments P3, P4 and P1 as much as 72%, 77% and 33%, respectively. The highest percentage of COD concentration reduction efficiency in P5 treatment at T21 planting time was 45%. The highest percentage of phosphate, nitrate, and TSS reduction efficiency was found in the second week (T7-T14) of the experiment. This study shows the saturation point of Azolla sp. in tolerating phosphate and TSS contaminants is 14 days, while nitrate and COD are 21 days. The correlation value between the wet biomass of Azolla sp. with changes in the concentration of laundry wastewater contaminants varies."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maisarah
"ABSTRACT
Pencemaran lingkungan merupakan hasil proses produksi yang menghasilkan limbah. Beberapa jenis limbah mengandung senyawa fosfat dengan konsentrasi yang tinggi sebelum dibuang ke perairan. Pada penelitian ini digunakan jenis mikroalga Scenedesmus sp. sebagai agen bioremediator fosfat yang diharapkan dapat diaplikasikan dalam menurunkan kadar fosfat pada perairan serta meningkatkan kualitas lingkungan tersebut. Dilakukan variasi fosfat yang diuji untuk melihat pengaruh berbagai jenis fosfat yang terdapat pada perairan berupa variasi fosfat organik menggunakan senyawa adenosine monofosfat AMP, myo-inositol hexakis dihidrogen fosfat dan variasi fosfat anorganik menggunakan senyawa monopotassium fosfat KH2PO4, sodium tripolifosfat STPP. Didapatkan penggunaan monopotassium fosfat KH2PO4 lebih baik dalam penurunan kadar fosfat dan kenaikan jumlah sel Scenedesmus sp. dengan persen penurunan fosfat sebesar 87,5. Parameter uji kualitas lingkungan yang dilakukan adalah suhu dan pH. Pengaplikasian langsung pada air limbah sumber muara angke didapat juga berhasil menurunkan kadar fosfat dan terjadi kenaikan jumlah sel Scenedesmus. Scenedesmus sp. memiliki kemampuan untuk mengurangi nutrisi dalam air limbah hingga dibawah ambang batas baku mutu air limbah sebesar 86,0 dari konsentrasi awal fosfat 0,2255 ppm menurun menjadi 0,0314 ppm. Pengamatan proses bioremediasi dilakukan pada mikroalga Scenedesmus selama 18 hari dengan pengukuran kadar fosfat dan parameter kualitas lingkungan dilakukan selama 3 hari sekali.

ABSTRACT
Environmental pollution is the result of the production process which produces waste. Several types of waste contain phosphate compounds with high concentrations before being discharged into the water. This study used Scenedesmus sp. as a phosphate bioremediator agent that is expected to be applied in lowering the phosphate levels in the water as well as improving the quality of the environment. Variations of phosphate were tested to see the effect of various types of phosphate found in the waters in the form of a variation of organic phosphate using the adenosine monophosphate AMP, myo inositol hexakis dihydrogen phosphate and variations of inorganic phosphates using monopotassium phosphate KH2PO4, sodium tripolyphosphate STPP. It was found that the use of monopotassium phosphate KH2PO4 was better in decreasing phosphate levels and increasing the number of Scenedesmus sp cells. with a phosphate decrease percentage of 87.5. The environmental quality test parameters are temperature and pH. Direct application in wastewater of Muara angke was also found to decrease phosphate levels and increase the number of Scenedesmus sp. cells. Scenedesmus sp. has the ability to reduce nutrients in wastewater to below wastewater quality standard of 86.0 from the initial phosphate concentration of 0.2255 ppm to 0.0314 ppm. Observation of bioremediation process is conducted on Scenedesmus sp. microalgae with the measurement of phosphate for 18 days and environmental quality parameters for once every 3 days."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>