Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83873 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Firsty Aprielta Aribah
"Tanaman mangga merupakan tanaman yang tersebar luas di negara tropis seperti di Indonesia. Bagian daunnya mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder salah satunya adalah senyawa tanin. Tanin memiliki gugus polifenol yang dapat berfungsi sebagai ligan polifungsional untuk mengkelat logam Cu II . Cu-ion imprinted polymer dari ekstrak tanin berhasil disintesis menggunakan fenol dan formaldehida sebagai crosslinker dan asam sulfat sebagai katalis dan inisiator.
Kestabilan kompleks ekstrak tanin dengan ion Cu II dipelajari dengan metode job dan didapatkan perbandingan mol optimum Cu II :tanin yaitu 1:1. Hasil sintesis Cu-ion imprinted polymer di karakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscope SEM, EDS Energy Dispersive X-ray Spectroscopy dan Fourier Transform Infra Red FTIR.
Untuk mengetahui kemampuan adsorpsinya, Cu-ion imprinted polymer hasil sintesis diuji terhadap pengaruh pH dan waktu kontak. Adsorpsi maksimum dari Cu-Ion imprinted polymer dicapai pada pH 7 dan waktu kontak selama 120 menit. Adsorpsi dari Cu-ion imprinted polymer mengikuti model isoterm Freundlich dengan kapasitas adsorpsi maksimum sebesar 99.08 mg/g.
Nilai relatif faktor selektivitas ? r dari Cu II /Ni II , Cu II /Pb II dan Cu II /Fe II pada uji selektivitas ion logam tunggal masing masing adalah 23.89, 55.71 dan 26.25 sedangkan pada uji selektivitas ion logam campuran adalah 22.71, 96.48 dan 36.69 yang menunjukkan bahwa hasil lebih besar dari 1 mengindikasikan bahwa Cu-Ion imprinted polymer bersifat selektif. Penggunaan Cu-Ion imprinted polymer memiliki reusibilitas yang baik dengan nilai RSD sebesar 0.52 dan CV Hotwitz sebesar 1.02.

Mango plant is a plant that is widespread in tropical countries such as in Indonesia. Part of its leaves contain several compounds are secondary metabolites, one of which is tannin. Tannins have a cluster of polyphenols that can serve as polifunctional ligands for chelating Cu II . Cu ion imprinted polymer of extract tannins successfully synthesized using phenol and formaldehyde as a crosslinker and sulfuric acid as a catalyst and initiator.
The stability of the complex extracts tannins with ion Cu II were studied by the job method and obtained mol comparison optimum Cu II tannins that is 1 1. The results of the synthesis of Cu ion imprinted polymer is characterized with Scanning Electron Microscopy SEM , EDS Energy Dispersive x ray Spectroscopy and Fourier Transform Infra Red FTIR.
To find out the ability of adsorption of Cu ion imprinted polymer, the synthesis result is tested against the influence of the pH and time contact. Maximum adsorption of Cu ion imprinted polymer obtained at pH 7 and contact time at 120 minutes. Adsorption of Cu ion imprinted polymer followed the Freundlich isotherm model with a maximum capacity of adsorption is 99.08 mg g.
The relative values of the selectivity factor r of Cu II Ni II , Cu II Pb II and Cu II Fe II on a single metal ion selectivity test were 23.89, 55.71 and 26.25 whereas in the test of selectivity of mixed metal ions were 22.71, 96.48 and 36.69 respectively, which are greater than 1 means that Cu ion imprinted polymer is selective. The use of Cu ion imprinted polymer has a good reucibility with the value of RSD is 0.52 and CV Hotwitz is 1.02.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desti Ekasari
"Penambahan pewarna pada produk pangan dimaksdkan untuk memberi atau memperbaiki warna makanan atau minuman serta melindungi zat-zat pada makanan atau minuman yang peka terhadap cahaya selama penyimpanan, sehingga dapat meningkatkan daya tarik konsumen. Hal ini akan mempengaruhi penampilan produk pangan, sehingga semakin menarik maka semakin diminati konsumen. Walaupun beberapa pewarna alami mulai banyak diaplikasikan untuk pewarna pangan, namun pewarna sintetik masih banyak digunakan. Bahkan pewarna sintetis yang dilarang, sering digunakan sebagai produk pewarna pangan. Diantaranya Amaranth, yang merupakan pewarna pangan yang berwarna merah dan dilarang untuk makanan dan minuman. Alasan menggunakan pewarna yang dilarang adalah mudah dibeli, harganya lebih murah, warnanya lebih cerah dan mencolok.
Salah satu pewarna alami yang telah dipakai masyarakat antara lain sombo keling untuk mewarnai kerupuk. Keuntungan pewarna alami adalah pewarna ini aman untuk dikonsumsi, sedangkan kerugiannya adalah warna pewarna alami tidak homogen dan ketersediaannya yang terbatas. Analisa pewarna pangan dapat dilakukan dengan berbagai metode, teknik dan cara. Salah satu analisa pewarna adalah dengan menggunakan Hidden Markov Model, karena dapat digunakan untuk mendeteksi zat pewarna secara teliti. Data yang diperoleh yaitu dari pengukuran yang dilakukan di LAB afiliasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (FMIPA) Universitas Indonesia menggunakan Spectrophotometer UV - Vis.

Addition of colorants in food products intended to provide or improve the color of food or beverages as well as protecting substances in foods or beverages that are sensitive to light during storage, thus increasing consumer appeal. This will affect the appearance of food products, so the more attractive the more consumers demand. Although some natural dyes are being applied to food coloring, but still widely used synthetic dyes. Even the banned synthetic dyes, often used as a food colorant products. Among Amaranth, which is a red food coloring and food and beverages are prohibited. Reasons for using the banned dye is easy to buy, cheaper, brighter colors and flashy.
One of the natural dyes have been used, among others, Sombo Tamilian society to color chips. The advantage of this natural dye is dye safe for consumption, while the loss is a natural dye colors are not homogeneous and its availability is limited. Analysis of food coloring can be done by various methods, techniques and methods. One of the dyes were analyzed using Hidden Markov Model, as it can be used to detect dyes carefully. Data obtained from measurements taken at LAB Affiliated Faculty of Mathematics and Science (Science Faculty), University of Indonesia using a Spectrophotometer UV - Vis.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51270
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Veronica T
1985
S31918
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafidz Iftikhar Muhamad
"Latar Belakang: Resin komposit single-shade merupakan resin komposit yang dapat menghasilkan warna menyerupai berbagai shade gigi tanpa tambahan pigmen. Resin komposit single-shade tetap memiliki potensi perubahan warna saat terpapar zat pewarna. Teh hitam dan oolong memiliki kadar tanin yang dapat mempengaruhi stabilitas warna resin komposit. Maka, dilakukan pengujian perubahan warna resin komposit single-shade setelah perendaman dalam larutan teh hitam dan oolong. Tujuan: Mengetahui perbedaan perubahan warna antara resin komposit single-shade yang direndam dalam larutan teh hitam dan oolong. Metode: Spesimen resin komposit single-shade dan konvensional nanohybrid (n = 42) dibagi ke dalam 6 kelompok, kemudian direndam dalam larutan teh hitam dan oolong selama 24 jam/hari dalam waktu 7 hari. Pengukuran perubahan warna dilakukan dengan colorimeter. Hasil: Perendaman dalam larutan teh hitam menghasilkan perubahan warna yang tidak sesuai pada resin komposit single-shade. Terdapat perbedaan perubahan warna signifikan antara resin komposit konvensional dalam kedua larutan teh, serta antara resin komposit single-shade dalam kedua larutan teh (p < 0.05). Kesimpulan: Perendaman resin komposit dalam teh hitam atau oolong menyebabkan perubahan warna resin komposit konvensional dan single-shade. Teh hitam menyebabkan perubahan warna lebih besar dibandingkan teh oolong pada kedua jenis resin komposit.

Single-shade composite resin is a composite resin that produces various teeth shades without additional pigments. Single-shade composite resin still has its color change potential when exposed to colorants. Black and oolong tea possess tannin contents that influence composite resin’s color stability. Therefore, single-shade resin composite’s color change was evaluated after its immersion in black and oolong tea solutions. Objective: To determine color change difference of single-shade composite resin after its immersion in black and oolong tea solutions. Methods: Single-shade and conventional nanohybrid composite resin specimens (n = 42) were divided into 6 groups, then immersed in black and oolong tea solutions for 24 hours/day for 7 days. Color change measurements were taken with a colorimeter. Results: Immersion in black tea resulted in unacceptable color change in single-shade composite resin. Significant difference in color change was found between conventional composite resin immersed in black and oolong tea, and between single-shade composite resin immersed in black and oolong tea (p < 0.05). Conclusions: Black and oolong tea immersion causes color change in conventional and single-shade composite resins. Black tea causes larger color change compared to oolong tea in both composite resins."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Epigalokatekin galat (EGCg) adalah senyawa polifenol dalam daun teh
yang mempunyai efek antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah meneliti
secara kualitatif dan kuantitatif EGCg dalam sediaan teh hijau siap saji yang
disimpan dengan kondisi berbeda. Untuk itu diteliti teh hijau yang disimpan
dalam lemari pendingin dan yang dibiarkan terpapar sinar matahari. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa seluruh sampel mengandung EGCg.
Penetapan kadar EGCg pada sampel dilakukan dengan kromatografi lapis
tipis- densitometri menggunakan lempeng selulosa. Eluen terpilih adalah npropanol
– asam asetat – air (1:1:5). Persamaan regresi linier dari kurva
kalibrasi adalah y = -1204,071 + 7,495 x, dengan faktor korelasi (r) sebesar
0,99911. Pada 3 sampel yang disimpan di lemari es diperoleh kadar EGCg
pada sampel 1 adalah 0,00293 % b/v, sampel 2 adalah 0,00298 % b/v, serta
sampel 3 adalah 0,00328 % b/v. Kadar EGCg dalam sampel yang dibiarkan
terpapar sinar matahari lebih kecil dari 0,00272 % b/v."
Universitas Indonesia, 2007
S32618
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Bungsu
"ABSTRAK
Ibu hamil adalah salah satu kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap pangan dan gizi. Diperkirakan sebesar 20% kematian ibu berkaitan dengan rendahnya kadar hemoglobin (anemia gizi) selama kehamilan. Teh memiliki potensi sebagai penyebab anemia karena disinyalir mampu mengabsorbsi mineral sebagai bentuk zat besi yang dikaitkan dengan peranan tanin dalam akndungan teh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar tanin pada teh celup terhadap anemia gizi besi pada ibu hamil. Penelitian dilakukan dengan design Cross Sectional analytic. Responden terdiri dari 94 ibu hamil dengan usia kandungan > 16 minggu. Data dianalisis dengan menggunakan analisa Cox Regression.Hasil analisa bivariat diperoleh bahwa prevalens ibu yang memiliki kadar tanin tinggi perharinya 2.77 kali lebih tinggi (95% CI 0.89 – 8.6) untuk menderita anemia gizi besi dibandingkan ibu yang memiliki kadar tanin lebih rendah. Pada tahap analisa multivariat, didapatkan hasil bahwa prevalens ibu hamil dengan kadar tanin yang tinggi 2,84 kali lebih tinggi (95% CI 0.9 – 9.06) untuk menderita anemia gizi besi setelah dikontrol variabel pola konsumsi protein hewani dengan bioavaiabilitas rendah dan usia ibu. Meskipun hubungan kadar tanin pada teh celup secara statistik tidak significan tetapi kadar tanin, asupan protein hewani dengan bioavaiabilitas rendah dan usia ibu dapat memprediksi nilai kadar serum ferritin ibu hamil.

ABSTRACT
Pregnant women is one of the critical group in lot os aspect, one of it is food and nutrition. abaut 20% of mother mortality have correlation with less level of haemoglobin (nutrition anemia) during pregnancy. tea has potential causing anemia, because it has possibility be able to absorbs mineral as a form of iron which correlation to the contain of tannin in tea.
this study puposes is to observe the effects of tannin in tea bags to iron nutritional anemia on pregnant women. the design of this study is Cross Sectional analysis. Respondents are 94 pregnant women with gestation > 16 weeks. data analyze by Cox Regression by bivariate analysis pregnant women with high tannin level in each day have prevalence 2.77 more high (95% CI 0.89 - 8.6) to be iron dificency comapre to pregnant women who has lower tannin level. in multivariate analysis step, pregnant women with high tannin level have prevalence 2.45 more high (95% CI 0.9 - 9.06) to be iron deficiency after control by heme consumtion and age of pregnant women variable.
Although the correlation of tannin in tea bags statiscally not significant, but tannin level, heme consumption with low bioavaiability and age of pregnant women be able to predict the value of ferritin level in pregnant women."
Universitas Indonesia, 2012
T32607
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizma Asmalda Fara
"Latar belakang: Resin komposit bulkfill memiliki tampilan warna yang sewarna gigi dan estetik. Meningkatnya konsumsi minuman seperti red wine, teh, kopi dan coca-cola saat ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna pada bulkfill. Perubahan warna restorasi merupakan hal penting yang sering dikeluhkan pasien, karena berkaitan dengan estetika. Tujuan: Mengurai pengaruh konsumsi minuman redwine, teh, kopi, dan coca-cola terhadap perubahan warna resin komposit bulkfill. Tinjauan Pustaka: Red wine mengandung flavonoid yaitu tanin dan anthocyanin, serta alkohol yang menyebabkan peningkatan efek degradasi dari permukaan resin komposit, sehingga menyebabkan absorpsi dari pigmen. Teh dan kopi mengandung mengandung Flavonoid hanya tanin yang menyebaban terjadinya diskolorasi. Coca-cola mengandung karamel yang dapat menyebabkan diskolorasi, meskipun tidak sebanyak red wine, kopi dan teh, Karena tidak mengandung flavonoid. Kesimpulan: Red wine memiliki nilai perubahan warna tertinggi pada bulkfill diikuti oleh teh, kopi, dan coca-cola.

Background: Bulkfill composite resin has a tooth-colored and aesthetic appearance. The increasing comsumption of beverages such as red wine, tea, coffee, coca-cola can cause discoloration in bulkfill. Restoration discoloration is an important thing that patients often coplain, because it relates to aesthetics. Purpose: Analyzing the effect of consumption of red wine, tea, coffee, and coca-cola on bulkfill composite resin discoloration. Theories: Red wine contains flavonoids; tannins and anthocyanins, and alcohol which cause a increase degradation effect on the surface of the composite resin, thereby causing absorption of pigments. Tea and coffee contain flavonoids only tannins that cause discoloration. Coca-cola contains caramel which can cause discoloration, although not as much as res wine, coffee, and tea, because does not contain flavonoids. Conclusion: Red wine has the highest discoloration value in bulkfill, followed by tea, coffee, and coca-cola."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Theresia Lunardi
"Penelitian ini berhasil mensintesis nanokomposit karbon aktif dari limbah teh yang dimodifikasi dengan magnetit-ZnO untuk degradasi fotokatalisis zat warna Congo red. Karbon aktif (KALT) disintesis dengan suhu kalsinasi optimum pada 800 ⁰C memiliki luas permukaan besar. Nanopartikel ZnO dan Fe₃O₄ disintesis dengan metode hidrotermal dan kopresipitasi, masing-masing memiliki energi band gap 3,15 eV dan 1,58 eV dengan ukuran partikel 29,59 nm dan 14,51 nm. Gabungan nanokomposit ZnO/Fe₃O₄ memiliki energi band gap sekitar 1,74 eV. Sedangkan nanokomposit KALT/ZnO/Fe₃O₄ diperoleh ukuran partikel 23,47 nm dan energi band gap 1,74 eV. Optimasi degradasi menggunakan response surface methodology (RSM) menunjukkan efisiensi degradasi 99% dengan kondisi dosis 25 mg, konsentrasi Congo red 34 ppm, pH 4, dan waktu reaksi 95 menit di bawah sinar tampak. Studi kinetika mengikuti pseudo orde kedua (R² = 0,9780) dan persamaan laju reaksi v=k[CR]^2 dengan kontanta laju reaksi 0,02336 g.(mg.min)⁻ˡ. Berdasarkan hasil penelitian ini, pengembangan nanokomposit berbasis karbon aktif dari limbah teh dengan magnetit-ZnO efektif sebagai fotokatalis untuk pengolahan limbah zat warna yang berpotensi untuk katalis yang ramah lingkungan.

This study successfully synthesized activated carbon from tea waste modified with magnetite-ZnO for photocatalytic degradation of Congo red dye. Activated carbon (KALT) synthesized with optimal calcination temperature at 800 ⁰C has large surface area. ZnO and Fe₃O₄ nanoparticles were synthesized by hydrothermal and coprecipitation methods, respectively, having energy band gap of 3.15 eV and 1.58 eV with particle sizes of 29.59 nm and 14.51 nm. The combined ZnO/Fe₃O₄ nanoparticles have a band gap energy of about 1.86. While the KALT/ZnO/Fe₃O₄ nanocomposite obtained a particle size of 23.47 nm and a band gap energy of 1.74 eV. Degradation optimization using response surface methodology (RSM) showed 99% degradation efficiency under the condition of 25 mg catalyst dosage, 34 ppm Congo red concentration, pH 4, and 95 min reaction time under visible light. The kinetics study followed the pseudo second order (R² = 0.9780) and the reaction rate equation v=k[CR]^2 with a reaction rate constant of 0.02336 g.(mg.min)⁻ˡ. Based on the results of this study, the development of nanocomposites based on activated carbon from tea waste with magnetite-ZnO is effective as a photocatalyst for dye waste treatment which has the potential for environmentally friendly catalysts.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Septiani
"Zat warna yang ditambahkan pada makanan harus aman bagi kesehatan konsumen. Terasi sebenarnya memiliki warna asli hitam-coklat, namun agar lebih menarik terkadang ditambah zat warna, sehingga menjadi kemerahan. Zat warna merah yang ditambahkan ke dalam terasi tersebut tidak semuanya aman untuk dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui zat warna merah sintetik yang ada pada terasi, apakah mengandung zat warna merah sintetik yang dilarang atau tidak. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan serat bulu domba. Ekstrak yang diperoleh diidentifikasi dengan reaksi warna dan kromatografi kertas lalu ditentukan kadarnya secara spektrofotometri UV-Vis. Hasil ekstraksi dengan menggunakan serat bulu domba terhadap enam sampel terasi menunjukkan bahwa seluruhnya mengandung zat warna sintetik. Nilai Rf hasil kromatografi kertas menunjukkan bahwa zat warna merah pada tiga sampel terasi diantaranya adalah Rodamin B, sedangkan tiga sampel terasi lainnya belum teridentifikasi. Oleh karena Rodamin B merupakan zat warna sintetik yang dilarang penggunaannya dalam makanan, maka tidak perlu dilakukan penentuan kadarnya."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S32780
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>