Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74445 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Julia
"Penelusuran kolagen dari lapisan dalam rempela ayam kampung dan ayam negri diidentifikasi dengan cara tanpa perendaman dan dengan perendaman basa NaOH. Sifat fisiokimia kolagen dikarakterisasi dengan menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR), Scanning Electron Microscopy (SEM), Energy Dispersive X-Ray (EDX) dan Sodium Dodecyl Sulphate - Polyacrylamide Gel Electrophoresis (SDS PAGE). Keberadaan kolagen dari sampel tanpa perendaman diketahui dari gugus fungsi molekul khas yang menyerap radiasi infra merah pada bilangan gelombang tertentu. Pada sampel dengan perendaman basa NaOH, memperlihatkan hilangnya gugus amida pada beberapa daerah jangkauan bilangan gelombang. Selain itu, perendaman juga mengurangi semua komponen kolagen dalam sampel. Kolagen yang berasal dari lapisan dalam rempela ayam merupakan kolagen tipe I dari hasil pemeriksaan bobot unit molekul sampel dengan uji SDS PAGE. Bentuk morfologi dari kolagen ini adalah berbentuk serat kecil dengan partikel-partikel kecil yang teramati menutup serat pada perbesaran kecil. Sementara kandungan atom penyusunnya merupakan susunan umum atom yang terdapat pada protein yaitu karbon, oksigen, fosfor dan sulfur dengan sedikit unsur pengotor.

The collagen resulted from inner layer of free-range chicken and broiler chicken gizzard were identified by means of submersion with NaOH base and without submersion. The physiochemical of collagen were characterized with Fourier Transform Infra Red (FTIR), Scanning Electron Microscopy (SEM), Energy Dispersive X-Ray (EDX) andSodium Dodecyl Sulphate – Polyacrylamide Gel Electrophoresis (SDS PAGE). The presence of collagens in sample without submersion were observed from typical molecular functional group absorbing infrared radiation at a particular wave number. Futhermore, in the sample with NaOH base submersion demonstrated that the loss of amide groups in some range areas of wave number. In addition, the submersion bring about decreating all component of collagen in sample as well. The collagens derived from inner layer of gizzard chicken were type I of collagen resulted from examination the sample unit weight with SDS PAGE. The morphology of collagens were a small fibers with small particles covered fibers in small magnification. The content of the contituent atoms were general arrangement of atoms in the protein such as oxygen, phospor and sulphur with slight impurities.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57906
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Ul Latifah
"Tulang adalah jaringan ikat dan merupakan bagian tubuh paling penting. Cacat tulang akibat trauma dan penyakit tulang menjadi salah satu masalah yang signifikan saat ini. Osteoarthritis (OA) adalah salah satu penyakit tulang rawan dengan prevalensi yang terus meningkat setiap tahunnya. Rekayasa jaringan tulang menjadi pengobatan alternatif dengan kombinasi sel, perancah, dan faktor sinyal. Perancah tulang harus memiliki sifat mekanik yang serupa dengan tulang, biokompatibilitas, dan biodegradabilitas yang baik. Pemilihan material yang tepat sangat penting dalam pembuatan perancah tulang karena biomaterial memiliki peranan penting dalam rekayasa jaringan tulang. Biomaterial seperti logam, polimer natural, polimer sintetis, keramik, dan kompositnya telah banyak digunakan dalam aplikasi biomedis. Kolagen tipe I merupakan salah satu biomaterial yang sering digunakan untuk perancah tulang. Pada penelitian ini, kolagen diekstrak dari ikan king kobia menggunakan metode deep eutectic solvent (DES). Kolagen tipe I hasil ekstraksi dengan metode DES memiliki yield sebesar 20.318%. Kolagen dikarakterisasi menggunakan SEM dan FTIR. Kolagen hasil ekstraksi digunakan dapat digunakan sebagai material perancah tulang dengan campuran alginat dan PVA. Perancah Kol/Alg/PVA dikarakterisasi dengan pengujian SEM, FTIR, uji tekan, porositas, laju degradasi, dan swelling. Perancah Kol/Alg/PVA memiliki porositas sebesar 29,98% dan memiliki laju degradasi yang bagus. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa perancah dapat digunakan untuk aplikasi perancah tulang.

Bones are connective tissue and are the most important part of the body. Bone deformities due to trauma and bone disease are a significant problem today. Osteoarthritis (OA) is a cartilage disease with a prevalence that continues to increase every year. Bone tissue engineering is an alternative treatment with a combination of cells, scaffolds and signaling factors. Bone scaffolds must have mechanical properties similar to bone, good biocompatibility and biodegradability. Selection of the right material is very important in the manufacture of bone scaffolds because biomaterials play an important role in bone tissue engineering. Biomaterials such as metals, natural polymers, synthetic polymers, ceramics and their composites have been widely used in biomedical applications. Type I collagen is one of the most frequently used biomaterials for bone scaffolding. In this study, collagen was extracted from king kobia fish using the deep eutectic solvent (DES) method. Type I collagen extracted using the DES method has a yield of 20.318%. Collagen was characterized using SEM and FTIR. Extracted collagen can be used as a bone scaffolding material with a mixture of alginate and PVA. Col/Alg/PVA scaffolds were characterized by SEM, FTIR, compression test, porosity, degradation rate, and swelling. The Col/Alg/PVA scaffold had a porosity of 29.98% and had a good degradation rate. The characterization results show that the scaffold can be used for bone scaffold applications."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meana Rizki Oktafika
"Penggunaan kalsium fosfat sebagai bahan pengganti tulang sudah banyak diaplikasikan, khususnya pengaplikasian hidroksiapatit karena kemiripannya dengan mineral tulang manusia. Hidroksiapatit merupakan senyawa kalsium fosfat yang paling stabil dan telah banyak digunakan sebagai implan tulang, namun hidroksiapatit memiliki sifat brittle yaitu mudah rapuh dan mempunyai sifat resorbabilitas yang sangat rendah. Untuk memenuhi kebutuhan biomaterial pada jaringan tulang, selain mineral diperlukan material organik sebagai penyusun matriks. Salah satu yang dapat digunakan adalah kolagen yang merupakan protein fungsional yang ada didalam tubuh dan memiliki peran penting dalam menjalankan fungsi tubuh. Kombinasi antara hidroksiapatit dan kolagen memiliki potensi untuk rekayasa jaringan tulang karena kesamaan dan sifat biologis alaminya. Pada penelitian ini komposit hidroksiapatit/kolagen disintesis secara In-situ menggunakan metode iradiasi gelombang mikro dengan daya sebesar 400 Watt selama 10, 20, dan 30 menit. Penggunaan iradiasi gelombang mikro digunakan karena dapat memicu pertumbuhan kristal hidroksiapatit dengan waktu yang relatif cukup singkat dibandingkan dengan metode konvensional seperti konduksi dan konveksi. Pada hasil karakterisasi menggunakan difraksi sinar-x didapatkan pola puncak puncak yang mengindikasikan terbentuknya fasa hidroksiapatit yang di berada pada sudut 2θ 25°, 28°, 32°, 39°, 53° dan bidang miller (002), (210), (300), (310), (004) pada seluruh komposit yang di iradiasi selama 10, 20, dan 30 menit serta diperoleh ukuran kristal sebesar 21,94 - 22,65 nm serta indeks kristalinitas sebesar 0,269 - 0,297. Hasil ini menujukan bahwa semakin lama waktu radiasi yang diberikan maka ukuran kristal serta nilai indeks kristalinitas juga meningkat. Hasil karakterisasi FTIR menandakan adanya karakteristik serapan dari hidroksiapatit dan kolagen pada komposit yang ditandai dengan terdapatnya gugus fosfat (PO4) pada bilangan gelombang 564 cm-1, 603-602 cm-1, 1032 cm-1 dan 961-962 cm-1, gugus karbonat (CO3) pada bilangan gelombang 875-876 cm-1, gugus hidroksil (OH) pada bilangan gelombang 3566 cm-1, Amida A (N-H) pada bilangan gelombang 3423-3442 cm-1, Aminda B (C-H) pada bilangan gelombang 2963-2964 cm-1, Amida I (C=O) pada bilangan gelombang 1646-1650 cm-1, Amida II (N-H) pada bilangan gelombang 1540-1542 cm-1 serta Amida III (C-H) pada bilangan gelombang 1260-1263 cm-1. Hasil karakterisasi menggunakan SEM memperlihatkan bahwa hidroksiapatit telah terpresipitasi dan menyelimuti pori kolagen.

Calcium phosphate has been widely applied as a bone substitute, especially hydroxyapatite, because of its similarity with human bone minerals. Hydroxyapatite is the most stable calcium phosphate compound, However, hydroxyapatite has brittle properties and very low resorbability. To meet the biomaterials needs of bone tissue, in addition to minerals, organic materials are needed as matrix compounds. Collagen, a functional protein found in the body, can fulfill this role. A hydroxyapatite and collagen combination has the potential to be engineered into bone tissue because of its similarity and natural biological properties. In this study, the hydroxyapatite/collagen composite was synthesized in situ using the microwave irradiation method with a power of 400 Watt for 10, 20, and 30 minutes. Microwave irradiation is used because it can trigger the growth of hydroxyapatite crystals in a relatively short time compared to conventional methods, such as conduction and convection. In the results, using x-ray diffraction, the peak pattern showed the formation of the hydroxyapatite phase indicated at an angle of 2θ 25°, 28°, 32°, 39°, 53° and the miller indices (002), (210), (300), (310), (004) in all composites that were irradiated for 10, 20, and 30 minutes obtained a crystal size of 21.94 nm - 22.65 nm, and a crystallinity index of 0.269 - 0.297. This shows that the longer the composite is exposed to radiation, the crystal size, and value of the crystallinity index also increase. The results of the use of FTIR shows the absorption characteristics of hydroxyapatite and collagen in the composite that were characterized by the presence of a phosphate group (PO4) on wavenumber 564 cm-1, 603-602 cm-1, 1032 cm-1 and 961-962 cm-1, a carbonate group (CO3) on wavenumber 875-876 cm-1, a hydroxyl group (OH) on wavenumber 3566 cm-1, Amide A (N-H) on wavenumber 3423-3442 cm-1, Amide B (C-H) on wavenumber 2963-2964 cm-1, Amide I (C=O) on wavenumber 1646-1650 cm-1, Amide II (N-H) on wavenumber 1540-1542 cm-1, Amide III (C-H) on wavenumber 1260-1263. Characterization using SEM showed that hydroxyapatite had precipitated and covered the collagen pores."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meilisa Rachmawati
"Latar Belakang: Saat ini perawatan pulpa vital mengacu pada konsep minimal intervensi, yaitu dengan meninggalkan lapisan affected dentin saat ekskavasi karena masih terdapat ikatan silang kolagen sehingga dapat dilakukan upaya remineralisasi. Remineralisasi melalui aplikasi material bioaktif Mineral Trioxide Aggregate (MTA) belum dapat menghasilkan karakteristik dentin menyerupai dentin normal karena pembentukan mineral hanya terjadi pada ruang ekstrafibrillar. Penggunaan material analog protein non kolagen dibutuhkan untuk menstabilkan nano Amorphous Calcium Phosphate (ACP) agar dapat memasuki ruang intrafibrillar, salah satunya menggunakan Carboxymethyl Chitosan (CMC).
Tujuan: mengevaluasi remineralisasi dentin pada permukaan dentin terdemineralisasi setelah aplikasi material MTA dan material modifikasi MTA-CMC dengan melihat morfologi permukaan dan komposisi ion pada dentin.
Metode: remineralisasi dilakukan melalui aplikasi material MTA, MTA-CMC 5% dan 10% selama 14 hari pada permukaan sampel dentin yang terdemineralisasi. Pengamatan morfologi dilakukan dengan Scanning Electron Microscope (SEM) dan konfirmasi komposisi ion dengan Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (EDX).
Hasil: terdapat perbedaan morfologi pada permukaan dentin setelah dilakukan remineralisasi melalui aplikasi MTA, MTA-CMC 5%, dan MTA-CMC 10% selama 14 hari yang dievaluasi menggunakan SEM. Hasil analisis EDX mengonfirmasi adanya peningkatan kandungan kalsium dan fosfor pada permukaan dentin yang diremineralisasi dengan material MTA-CMC.
Kesimpulan: remineralisasi melalui aplikasi material modifikasi MTA-CMC dapat memengaruhi morfologi permukaan dan komposisi ion pada permukaan dentin yang terdemineralisasi.

Background: Vital pulp treatment refers to the concept of minimal intervention by preserving the affected dentin layer in the excavation process because there are still collagen cross-linked to induce remineralization. Remineralization through the application of bioactive material Mineral Trioxide Aggregate (MTA) produce different dentin characteristics to normal dentin because mineral formation only occurs in the extrafibrillar space. The use of non-collagen protein analog materials is needed to stabilize the nano Amorphous Calcium Phosphate (ACP) to get into the intrafibrillar space, one of which is Carboxymethyl Chitosan (CMC).
Objective: To evaluate dentin remineralization on the surface of demineralized dentin after the application of MTA and MTA-CMC modified material by looking at the surface morphology and ionic composition of the dentin.
Methods: The remineralization was carried out through the application of MTA,MTA-CMC 5%, MTA-CMC 10% materials for 14 days on the surface of demineralized dentin samples. Morphological observations were carried out by Scanning Electron Microscope (SEM) and confirmation of ion composition by Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (EDX). Results: there were morphological differences on the dentin surface after remineralization through the application of MTA, MTA-CMC 5%, and MTA-CMC 10% for 14 days which were evaluated using SEM. The results of the EDX analysis confirmed an increase in the content of calcium and phosphorus on the dentin surface remineralized with MTA-CMC material.
Conclusion: remineralization through the application of MTA-CMC modified material can affect the surface morphology and ion composition on the demineralized dentin surface.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rezta Fadhilah Ramadhanty
"Kolagen merupakan protein yang berbentuk triple helix. Kolagen pada membran cangkang telur memiliki stabilitas suhu yang cukup rendah, yaitu sekitar 55oC, sehingga dalam pengeringannya lebih umum digunakan metode liofilisasi. Pada penelitian ini, dilakukan optimalisasi proses pengeringan kolagen dengan metode pengeringan lain yaitu dengan menggunakan oven vakum skala laboratorium dengan tujuan untuk mengurangi biaya produksi. Ekstraksi kolagen dari membran cangkang telur ayam dilakukan dengan menggunakan NaOH 0,1 N pada tahap pre-treatment dan asam asetat 0,5 M pada tahap ekstraksi. Ekstrak kolagen akan melalui tahap pemisahan dengan sentrifugasi, pengendapan dengan NaCl; dan dimurnikan dengan membran dialisis. Ekstrak kolagen dikeringkan dengan oven vakum pada suhu 45oC; 40oC; dan 35oC. Parameter yang digunakan untuk menentukan proses pengeringan yang optimal adalah waktu pengeringan, laju pengeringan, dan kadar total kolagen. Suhu 45oC memberikan hasil waktu pengeringan paling cepat, yaitu 11-12 jam. Kadar kolagen dianalisis dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi menggunakan kolom Purospher® C18 dan detektor fluoresensi. Kondisi analisis dilakukan pada panjang gelombang eksitasi 255 nm dan emisi 320 nm. Komposisi fase gerak dapar asetat (pH 4,2) dan asetonitril (60:40) dengan laju alir 0,8 ml/menit. Kadar rata-rata total kolagen yang diperoleh pada sampel dengan suhu pengeringan 45oC; 40oC; dan 35oC adalah 2,3517%; 2,2427%; dan 1,9209%.

Collagen is a triple helix shaped protein. Collagen from chicken eggshell membrane has a low thermal stability compared to other collagen source, around 55oC, hence the drying method to obtain collagen is usually by lyophilization. In this study, collagen is dried using vacuum oven laboratory scale to reduce the production cost. Extraction of collagen from chicken eggshell membrane is done using NaOH 0.1 N in pretreatment stage and acetate acid 0.5 M for extraction. Collagen extract is then centrifugated to separate the collagen molecule, precipitated using NaCl, and purificated using the dialysis membrane. Collagen extract dried using vacuum oven at three different temperature, 45oC; 40oC; and 35oC. Optimalization of the drying process is analyzed by observing the drying time, drying rate, and total collagen content obtained. The shortest drying time is 11-12 hours on 45oC. Collagen analyzed using High Pressure Liquid Chromatography with fluoresence detector using Purospher® C18 column, exitation and emission wavelength at 255 nm and 320 nm, mobile phase composition of acetate buffer (pH 4.2) and acetonitrile (60:40), and flow rate 0.8 ml/min. Average total collagen content obtained from sample of drying temperature of 45oC; 40oC; and 35oC are 2.3517%; 2.2427%; and 1.9209%."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmin Latifah
"Kolagen merupakan suatu protein yang memiliki banyak manfaatnya dalam industri farmasi, kosmetik, makanan, dan biomedis. Tingginya kebutuhan kolagen dalam berbagai bidang kesehatan ini diperlukan sumber kolagen altematif yang bersifat aman dan teijangkau sebagai pengganti sumber kolagen yang berasal dari sapi, babi, dan ikan. Pada penelitian ini, digunakan membran cangkang telur ayam sebagai sumber kolagen altematif. Kolagen ini mengandung beberapa asam amino, salah satunya adalah hidroksiprolin, yang mempakan asam amino sekunder turunan prolin yang secara eksklusif terdapat dalam kolagen. Kolagen dapat bertindak sebagai antioksidan, ditandai dengan adanya gugus sulfidril yang terdapat dalam rantai samping asam amino sistein dalam kolagen. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi analisis optimum dan metode analisis tervalidasi terhadap standar hidroksiprolin untuk penetapan kadar kolagen menggunakan metode KCKT, serta standar glutation dalam penentuan total gugus sulfidril menggunakan metode Spektrofometri UV-Vis dalam kolagen membran cangkang telur ayam. Analisis kolagen dengan standar hidroksiprolin dilakukan menggunakan KCKT detektor fluorosensi dan menggunakan agen derivatisasi FMOC-Cl {9-Fluorenilmetoksikarbonil- klorida). Kondisi analisis optimum didapatkan pada panjang gelombang emisi 320 nm dan eksitasi 255 nm, laju alir 0,8 ml/menit, komposisi fase gerak dapar asetat (pH4,2)-asetonitril (60:40). Metode analisis tervalidasi didapatkan dengan persamaan regresi linear y = 5698,6x - 30695, r = 0,9994 pada rentang 100-350 ng serta LOD sebesar 10,2529 dan LOQ 34,1746 ng. Penentuan gugus sulfidril dengan standar glutation dilakukan dengan menggunakan metode pereaksi Ellman (DTNB/ 5,5- dithio-bis- (asam 2-nitrobenzoic)) yang dianalisis menggunakan Spektrofotometri UVVis. Hasil menunjukkan kadar kolagen membran cangkang telur adalah 2,2935 ± 0,001% dengan total gugus sulfidril bebas 0,1738± 0,0013 mg/L.

Collagen is a protein that has many uses in the pharmaceutical, cosmetic, food, and biomedical industries. The high demand for collagen in various health fields makes needed alternative sources of collagen that are safe and affordable as a substitute for collagen sourced from cattle, pigs, and fish. In this study, a chicken eggshell membran was used as an alternative source of collagen. This collagen contains several amino acids, one of which is hydroxyproline. Hydroxyproline is a secondary amino acid derived from proline that is exclusively present in collagen. Collagen can also act as an antioxidant, characterized by the presence of sulfhydryl groups found in the side chains ofthe cysteine amino acids in collagen. This study aims to obtain optimum analytical conditions and validated analysis methods for hydroxyproline as a standard for determining collagen levels, and glutathione as a standard in determining total sulfhydryl groups in collagen membranes in chicken eggshells. Collagen analysis with hydroxyproline standard was carried out using a high-performance liquid chromatography fluorescent detektor and using an FMOC-Cl (9-Fluorenylmethoxycarbonyl- chloride) derivative agent. The optimum analysis conations were ol)tained at an emission wavelength of 320 nm and excitation of 255 nm, a flow rate of 0.8 ml/min, the composition of the mobile phase of acetate buffer (pH 4.2) - acetonitrile (60:40). The validated analysis method is obtained by linear regression equation y = 5698,6x - 30695, r = 0.9994 in the range of 100-350 ng and LOD of 10.2529 and LOQ 34.1746 ng. Determination of sulfhydryl groups with glutathione standards was carried out using the Ellman reagent method (DTNB / 5.5- dithio-bis- (2-nitrobenzoic acid)) which was analyzed using UV-Vis spectrophotometry. The results showed that eggshell membrane collagen levels were 2.2935 ± 0.001% with a total of free sulfhydryl groups of 0.1738 ± 0.0013 mg / L.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S70482
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Caroline Christina
"ABSTRAK
Telur merupakan salah satu makanan yang dinikmati oleh seluruh kalangan di dunia. Hal ini menyebabkan cangkang telur menjadi salah satu limbah terbesar yang disebabkan oleh unggas. Limbah dapat mengotori lingkungan padahal cangkang telur ayam yang salah satu penyusunnya membran cangkang telur, memiliki manfaat sebagai sumber kolagen. Membran cangkang telur merupakan bagian yang berada tepat pada lapisan dalam telur. Ekstraksi perlu dilakukan untuk mendapatkan kolagen dari membran cangkang telur ayam. Hidroksiprolin merupakan salah satu asam amino sekunder yang merupakan penanda adanya kolagen yang perlu diderivatisasi menggunakan FMOC-Cl (9-Fluorenilmetoksikarbonil-klorida) untuk dianalisis dengan KCKT. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode optimal dalam ekstraksi kolagen dalam membran cangkang telur ayam dan analisis penentuan kadar kolagen hasil metode optimal menggunakan KCKT-detektor fluoresensi. Ekstraksi kolagen dari membran cangkang telur ayam perlu dioptimalisasi untuk menghasilkan jumlah yang optimal. Optimalisasi ekstraksi pada penelitian ini dilakukan dengan tiga parameter yaitu, metode (hidrolisis asam, hidrolisis enzim, dan campuran keduanya), suhu (4oC dan 22-23oC), dan ada atau tidak adanya pengadukan. Berdasarkan penelitian ini, didapatkan metode paling optimal adalah pada ekstraksi dengan hidrolisis asam pada suhu 4oC tanpa pengadukan yang menghasilkan rendemen 0,608% dengan kadar kolagen 2,4666% dari total hasil ekstraksi.

ABSTRACT
Chicken eggs are one of the food that most enjoyed by all people in the world. The consumption of eggs cause eggshell to be one of the biggest waste. However, the eggshell has its own benefits. The eggshell membrane, located right in the inner layer of the egg, contains collagen. Extraction needs to be done to obtain collagen from the chicken eggshell membrane. Hydroxyproline, a secondary amino acid, is a marker of collagen that needs to be derivatized using FMOC-Cl (9-Fluorenylmethoxycarbonyl-chloride) so, it could be analyzed with HPLC. This study aims to obtain an optimal method for collagen extraction from chicken eggshell membranes and its optimal method collagen content analysis using HPLC-fluorescence detector. Collagen extraction from the chicken eggshell membrane needs to be optimized to produce an optimal amount. Extraction optimization in this study was carried out with three parameters, which were, method (acid hydrolysis, enzyme hydrolysis, and mixture of both), temperature (4oC and 22-23oC), and the presence or absence of stirring. Based on this research, the most optimal method was extraction with acid hydrolysis at 4oC without stirring which results in 0,608% yield with collagen content of 2,4666%.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Putri
"Dalam penelitian ini dikembangkan kolagen dan hidroksiapatit untuk rekayasa jaringan tulang dari limbah pengolahan ikan. Kolagen diekstraksi dari kulit salmon norway (Salmon salar) meggunakan metode Acid Soluble Collagen (ASC) sementara hidroksiapatit disintesis dari tulang ikan tuna dengan menggunakan metode kalsinasi pada suhu 600°C dan 800°C. Material dievaluasi untuk sifat fisika-kimia, kolagen dievaluasi dengan fourier transform infrared spectroscopy(FTIR), differential scanning calorimetry (DSC), dan scanning electron microscopy with energy dispersive X-ray (SEM-EDX). Kolagen hasil ekstraksi memiliki morfologi dalam bentuk lembaran dengan yield 0,8%. Persentase karbon yang didapatkan dari kolagen yang diekstraksi adalah 47% dan termasuk dalam kelas standar, sementara persentase karbon/nitrogen yaitu 2,63% yang sedikit lebih rendah dari standar. Hidroksiapatit yang telah disintesis dievaluasi dengan fourier transform infrared spectroscopy (FTIR), scanning electron microscopy with energy dispersive X-ray (SEM-EDX), dan X-ray diffraction (XRD). Hidroksiapatit yang diperoleh setelah proses kalsinasi menunjukkan struktur yang serupa yaitu kristal bubuk. HAp yang dikalsinasi pada suhu 600°C dan 800°C tidak memiliki pita sesempit HAp standar, namun lebih sempit daripada HAp yang dikalsinasi pada suhu 600°C. Rasio atom Ca/P HAp 600°C dan 800°C yaitu 2,15 dan 2,01 secara berurutan. Penelitian menunjukkan bahwa kolagen dari kulit salmon dan hidroksiapatit dari tulang tuna memiliki kualitas baik dan aplikasi luas dalam rekayasa jaringan tulang.

In this research, collagen and hydroxyapatite were developed for bone tissue engineering from fish processing waste. Collagen was extracted from the skin of Norwegian salmon (Salmon salar) using the Acid Soluble Collagen (ASC) method, while hydroxyapatite was synthesized from tuna bones using the calcination method at 600°C and 800°C. Materials were evaluated for physico-chemical properties, collagen was evaluated by fourier transform infrared spectroscopy (FTIR), differential scanning calorimetry (DSC), and scanning electron microscopy with energy dispersive X-ray (SEM-EDX). The synthesized hydroxyapatite was evaluated by fourier transform infrared spectroscopy (FTIR), scanning electron microscopy with energy dispersive X-ray (SEM-EDX), and X-ray diffraction (XRD). Extracted collagen have a sheet looking morphology with yield of 0.8%. The percentage of carbon obtained from extracted collagen is 47%, while the percentage of carbon/nitrogen is 2.63% which is slightly lower than the standard. The hydroxyapatite obtained after the calcination process shows a similar structure which is powder crystals. HAp calcined at 600°C and 800°C did not have a band as narrow as standard HAp, although HAp calcined at 800°C had narrower bands than HAp calcined at 600°C. The atomic ratios of Ca/P HAp at 600°C and 800°C are 2.15 and 2.01 respectively. The research findings indicate that collagen from salmon skin and hydroxyapatite from tuna bones are expected to have broad applications in bone tissue engineering."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adella Josephin
"Gangguan dan penyakit tulang merupakan hal yang mengkhawatirkan karena prevalensinya yang meningkat. Rekayasa jaringan tulang dengan pengembangan struktur melalui kombinasi perancah, sel, dan/atau faktor biologis merupakan solusi yang menjanjikan untuk regenerasi tulang. Kolagen dan hidroksiapatit termasuk bahan perancah yang paling umum digunakan untuk rekayasa jaringan tulang dan dapat diekstraksi dari sumber alam. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar dan produsen ikan terbesar kedua di dunia, memiliki sumber daya laut yang melimpah. Perikanan tuna yang termasuk paling besar dan paling produktif di dunia menghasilkan produk sampingan dengan jumlah yang besar. Pada penelitian ini, kolagen dan hidroksiapatit diekstraksi dari produk sampingan tuna, yaitu tulang kerangka dan kepala, menggunakan ekstraksi pelarutan asam untuk kolagen dan kalsinasi untuk hidroksiapatit. Kolagen hasil ekstraksi dikarakterisasi menggunakan UV-Vis spectrophotometry, FTIR, dan SEM-EDX, sedangkan hidroksiapatit hasil ekstraksi dikarakterisasi menggunakan FTIR, SEM-EDX, dan XRD. Berdasarkan hasil karakterisasi, kolagen hasil ekstraksi memiliki puncak absorbansi di 225 nm, memiliki struktur heliks rangkap tiga, struktur mikro lembaran berlapis, berpori, dan sedikit berkerut. Sedangkan hidroksiapatit hasil ekstraksi memiliki ukuran dan bentuk partikel bervariasi dengan ukuran kristal 16,64 nm, 15,62 nm, 16,63 nm, 4,39 nm, crystallinity index 0,643, 0,572, 0,613, 0,027, dan nilai Ca/P 1,753±0,052, 1,806±0,074, 1,792±0,021, 1,935±0,091 masing-masing untuk sampel kalsinasi 1, sampel kalsinasi 2, sampel kalsinasi 3, dan sampel ultrasonikasi. Kolagen hasil ekstraksi dapat dikembangkan sebagai bahan perancah tulang karena memliki struktur berpori yang dibutuhkan untuk penetrasi sel, nutrisi dan transfer limbah, serta angiogenesis; sedangkan hidroksiapatit sampel kalsinasi 1 memiliki nilai rasio Ca/P (1,753±0,052) yang paling mendekati rasio Ca/P pada tulang manusia (1,67). Ekstraksi kolagen dan hidroksiapatit ini diharapkan dapat memanfaatkan produk sampingan sumber daya laut dan dapat digunakan sebagai material perancah tulang untuk mengatasi gangguan dan penyakit tulang.

Bone disorders and diseases are a matter of concern because of their increasing prevalence. Bone tissue engineering with structural development through a combination of scaffolds, cells, and/or biological factors is a promising solution for bone regeneration. Collagen and hydroxyapatite are among the most commonly used scaffold materials for bone tissue engineering and can be extracted from natural sources. Indonesia is the largest archipelagic country and the second-largest fish producer in the world, has abundant marine resources. Tuna fisheries, which are among the largest and most productive in the world, produce large amounts of by-products. In this study, collagen and hydroxyapatite were extracted from tuna by-products, including skeleton and head, using acid solubilization extraction for collagen and calcination for hydroxyapatite. The extracted collagen was then characterized using UV-Vis spectrophotometry, FTIR, and SEM-EDX, while the extracted hydroxyapatite was characterized using FTIR, SEM-EDX, and XRD. Based on the characterization results, the extracted collagen has an absorbance peak at 225 nm, has a triple-helix structure, a layered sheet microstructure, is porous, and is slightly wrinkled. While the extracted hydroxyapatite has various particle sizes and shapes with crystal sizes of 16.64 nm, 15.62 nm, 16.63 nm, 4.39 nm, crystallinity index 0.643, 0.572, 0.613, 0.027, and Ca/P values were 1.753±0.052, 1.806±0.074, 1.792±0.021, 1.935±0.091 for the calcined sample 1, calcined sample 2, calcined sample 3, and ultrasonicated sample, respectively. Extracted collagen can be developed as a bone scaffold material because it has a porous structure required for cell penetration, nutrition and waste transfer, and angiogenesis; while the hydroxyapatite of calcined sample 1 has a Ca/P ratio value (1.753±0.052) which is closest to the Ca/P ratio in human bone (1.67). The extraction of collagen and hydroxyapatite is expected to be able to utilize marine by-products and can be used as bone scaffold material to treat bone disorders and diseases."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Savira Ayusandra Putri
"Dalam jangka waktu satu tahun, Indonesia dapat menghasilkan 33.000 hingga 39.000 ton limbah cangkang telur bebek. Jumlah limbah cangkang telur bebek yang besar memiliki potensi untuk diolah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis dan menciptakan nilai baru dengan memanfaatkan membrannya untuk produksi kolagen. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode ekstraksi yang optimum dengan menggunakan dua faktor utama sebagai variasi kondisi perlakuan dan memperoleh kadar kolagen dengan menganalisis senyawa hidroksiprolin pada membran cangkang telur bebek. Variasi tersebut yaitu suhu (4°C dan 22-23°C) dan kondisi dengan adanya pengadukan dan tanpa adanya pengadukan. Pada proses pre-treatment, membran direndam menggunakan NaOH 0,1 M dan ekstraksi dilakukan dengan tiga cara yaitu ekstraksi menggunakan larutan asam asetat 0,5 M, menggunakan larutan enzim pankreatin 4NF 0,1%, dan menggunakan larutan keduanya. Tahap selanjutnya untuk mendapatkan kolagen padat dilakukan proses freeze drying. Sampel kolagen padat kemudian diderivatisasi menggunakan FMOC-CI (9-Fluorenilmetoksikarbonil klorida). Sampel dianalisis dengan kromatografi cair kinerja tinggi menggunakan kolom C18 dan detektor fluoresensi pada panjang gelombang eksitasi 255 nm dan emisi 320 nm. Fase gerak yang digunakan untuk analisis adalah larutan dapar asetat (pH 4,2) – asetonitril (60:40) dengan laju alir 0,8 mL/menit. Hasil penelitian menunjukkan ekstraksi dengan larutan asam asetat 0,5 M pada suhu 4°C tanpa adanya pengadukan merupakan metode yang optimum, sehingga diperoleh rendemen kolagen sebesar 1,284% dan kadar rata-rata kolagen 1,9488%.

Within the span of a year, Indonesia has the capability to produce 33,000 to 39,000 tons of duck eggshell waste. A large amount of duck eggshell waste has the potential to be processed into something of economic value as well as generating new value by utilizing the membrane for collagen production. The aimed of this study was to obtain the optimum extraction method by the use of two main factors as variations in the treatment conditions and quantified collagen content by analyzed hydroxyproline in duck eggshell membrane. These variations include temperatures (4°C and 22-23°C) along with conditions, namely, with and without stirring. During the pre-treatment processed, the membranes were soaked using 0.1 M NaOH, and the extraction was carried out in three ways, by using 0.5 M acetic acid solution, 0.1% NF pancreatic enzyme solution, and both solutions. The next step in the formation of solid collagen was the freeze drying process. Solid collagen samples were then derivatized by using FMOC-CI (9-Fluorenylmethoxycarbonyl chloride). The samples were analyzed by high performance liquid chromatography used column C18 and fluorescence detector at excitation wavelength of 255 nm and emission wavelength of 320 nm. The mobile phase used for the analysis was acetate buffer (pH 4.2) - acetonitrile (60:40) with a flow rate of 0.8 mL/min. The results showed that extraction with 0.5 M acetic acid solution at 4°C without the presence of stirring was the optimum method. The collagen yield was 1.284% with average collagen content was 1.9488%."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>