Ditemukan 190793 dokumen yang sesuai dengan query
Buanita Kusumawardhani Farsyah Dwi Putri
"Latar belakang: Prevalensi karies pada anak (ECC) cukup tinggi. Karies gigi merupakan penyakit kronis akibat infeksi bakteri yang salah satunya disebabkan Veillonella spp. yang terdapat di saliva, lidah, dan mukosa bukal. Veillonella spp. ditemukan pada anak yang mengalami karies dini.
Tujuan: Mengetahui korelasi antara kuantitas Veillonella spp. di plak lidah dan saliva anak usia 3-5 tahun dengan kategori risiko karies tinggi.
Metode: Kuantifikasi menggunakan qPCR.
Hasil: Terdapat korelasi yang tidak bermakna antara kuantitas Veillonella spp. plak lidah dan saliva dengan risiko karies tinggi.
Kesimpulan: Tidak terdapat korelasi antara kuantitas Veillonella spp. di plak lidah dan saliva dengan risiko karies tinggi.
Background: The prevalence of caries in children (ECC) is quite high. Dental caries is a chronic disease caused by bacterial infection, which is caused by Veillonella spp. in saliva, tongue, and buccal mucosa. Veillonella spp. found in children with severe early childhood caries.Aim: To know the correlation between the quantity of Veillonella spp. on tongue plaque and saliva of children aged 3-5 years with high risk caries.Methods: Quantification using qPCR.Results: There?s no significant correlation between the quantity of Veillonella spp. on tongue plaque and saliva with high risk caries.Conclusion: The quantity of Veillonella spp. in tongue plaque and saliva has no correlated with high risk caries."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dhiatfa Amanda Sylvania
"Latar Belakang: Prevalensi early childhood caries di Indonesia terus meningkat. Streptococcus mutans merupakan bakteri utama penyebab terjadinya karies yang memiliki habitat di lidah dan saliva.
Tujuan: Menganalisa korelasi antara kuantitas Streptococcus mutans di lidah dan saliva anak usia 3-5 tahun dengan risiko karies tinggi.
Metode: Kuantifikasi Streptococcus mutans dengan metode qPCR.
Hasil: Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara kuantitas Streptococcus mutans di plak lidah dan saliva dengan risiko karies tinggi (p>0,05).
Kesimpulan: Kuantitas Sreptococcus mutans di plak lidah dan saliva tidak memiliki korelasi dengan risiko karies tinggi.
Background: Prevalence of early childhood caries in Indonesia continues to increase. Streptococcus mutans is the main bacterial cause of caries which inhabit tongue plaque and saliva. Aim: To analyze the correlation between quantity of Streptococcus mutans in tongue plaque and saliva of children aged 3-5 years and high risk caries. Methods: Quantification of Streptococcus mutans by qPCR method. Result: There was no significant correlation between quantity of Streptococcus mutans in tongue plaque and saliva and high risk caries (p>0.05). Conclusion: The quantity of Streptococcus mutans in tongue plaque and saliva has no correlation with high risk caries."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Karina Dhaniarti
"Latar Belakang: Early Childhood Caries (ECC) disebabkan oleh aktivitas Streptococcus mutans dengan cara memetabolisme karbohidrat menjadi asam laktat. Salah satu bakteri yang memfermentasikan asam laktat adalah Veillonella spp.
Tujuan: Mengetahui perbandingan kuantitas Streptococcus mutans dan Veillonella spp. plak lidah anak kategori risiko karies rendah dan tinggi.
Metode: Kuantitas Streptococcus mutans dan Veillonella spp. dari sampel plak lidah dikuantifikasi menggunakan qPCR.
Hasil: Kuantitas Streptococcus mutans dan Veillonella spp. lebih banyak pada kategori risiko karies tinggi dibandingkan risiko karies rendah.
Kesimpulan: Kuantitas Streptococcus mutans dan Veillonella spp. pada plak lidah anak kategori risiko karies rendah dan tinggi tidak berbeda bermakna secara statistik.
Background: Early Childhood Caries (ECC) is caused by the activity of Streptococcus mutans by metabolize carbohydrates into lactic acid. One of the bacteria that fermenting lactic acid is Veillonella spp. Objectives: To determine the comparison of Streptococcus mutans and Veillonella spp. quantity in tongue plaque of children with low-risk and high-risk caries. Methods: Quantity of Streptococcus mutans and Veillonella spp. from tongue plaque samples were quantified using qPCR. Results: Quantity of Streptococcus mutans and Veillonella spp. in high-risk caries is higher than low-risk caries. Conclusion: There were no significant differences between Streptococcus mutans and Veillonella spp. quantity in tongue plaque with children with low-risk and high-risk caries."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fitria Chaerunnisa
"Latar Belakang: Prevalensi Early Childhood Caries (ECC) anak usia 3-5 tahun masih tinggi. Lidah merupakan sumber bakteri terbesar pada rongga mulut. Oral Veillonella merupakan bakteri yang berhubungan dengan karies.
Tujuan: Menganalisis keberadaan dan perbandingan kuantitas Oral Veillonella pada plak lidah anak usia 3-5 tahun kategori risiko karies rendah dan tinggi.
Metode: Sampel plak lidah diekstraksi DNA dan dikuantifikasi dengan Real-Time PCR.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan kuantitas Oral Veillonella yang signifikan pada plak lidah subjek kategori risiko karies rendah dan tinggi (p>0,05).
Kesimpulan: Kuantitas Oral Veillonella pada plak lidah kategori risiko karies tinggi lebih banyak dibandingkan dengan kategori risiko karies rendah.
Background: The prevalence of Early Childhood Caries (ECC) among 3-5 years old children is still high. Tongue is the biggest bacterial source in mouth. Oral Veillonella is bacteria that associate with dental caries. Objectives: Analyze the presence and comparison of Oral Veillonella quantity on the tongue plaque among 3-5 years old children with low and high caries risk category. Methods: The tongue plaque DNA are extracted and quantified by Real-Time PCR. Results: There was no significant difference of Oral Veillonella quantity between low and high caries risk category (p>0,05). Conclusion: Quantity of Oral Veillonella on the tongue plaque‟s with high caries risk is more than low caries risk."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fathia Agzarine Deandra
"Latar belakang: Early Childhood Caries disebabkan oleh adanya aktivitas dari bakteri kariogenik, terutama Streptococcus mutans, yang dapat menurunkan pH lingkungan mulut. Veillonella spp., bakteri koagregrat Streptococcus mutans, dapat menaikkan pH lingkungan mulut.
Tujuan: Mengetahui perbandingan kuantitas Streptococcus mutans dan Veillonella spp. saliva pada anak kategori risiko karies rendah dan tinggi.
Metode: DNA Streptococcus mutans. dan Veillonella spp. dari ekstraksi saliva subjek dikuantifikasi menggunakan qPCR.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna antara jumlah bakteri pada anak dengan kategori karies rendah dan tinggi.
Kesimpulan: Jumlah Streptococcus mutans maupun Veillonella spp. pada saliva anak dengan kategori risiko karies tinggi lebih banyak daripada risiko karies rendah.
Background: Early Childhood Caries is caused by cariogenic bacteria's activity mainly Streptococcus mutans which decrease the oral environment's pH. Otherwise Veillonella spp coaggregration of Streptococcus mutans can raise the oral environment's pH. Aim: To examine the quantity comparison of Streptococcus mutans and Veillonella spp in children's saliva with high risk and low risk caries. Methods Quantification of DNA Streptococcus mutans and Veillonella spp extracted from subject's saliva using qPCR. Results: There were significant differences between the number of bacteria in children with high risk and low risk caries. Conclusion: There is a higherquantity of Streptococcus mutans and Veillonella spp in children's saliva with high risk caries than low risk caries."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Jessica Aisha Aprilia Satrio
"Latar Belakang: Spesies yang disebut “red complex” (Porphyromonas gingivalis, Treponema denticola, dan Tannerella forsythia) digambarkan sebagai etiologi utama periodontitis. Bakteri Veillonella spp. sebagai early colonizers diketahui memiliki aktivitas katalase yang menciptakan kondisi potensial redoks rendah yang mendukung pertumbuhan patogen periodontal di sulkus gingiva dan juga memproduksi nutrien yang dibutuhkan oleh patogen periodontal untuk bertumbuh dan bertahan. Solute Binding Protein (SBP) dari Veillonella spp. memiliki fungsi menyediakan substrat untuk transporter dan menstimulasi berbagai protein pemberi sinyal. Inhibisi dari ikatan ligan dengan SBP telah terbukti menjadi pendekatan yang efisien untuk melawan patogen. Metode: Studi penambatan molekuler untuk menguji interaksi molekuler antara ligan senyawa aktif Propolis dan solute binding protein Veillonella spp. Data numerik yang didapat dari proses komputasional akan dianalisis dan diinterpretasi untuk mengetahui afinitas ikatan interaksi molekuler antara ligan dan reseptor. Hasil: Terdapat interaksi antara ligan senyawa aktif Propolis terhadap reseptor bakteri Veillonella spp. Kesimpulan: Propolis memiliki potensi sebagai agen antibakterial untuk menginhibisi pertumbuhan Veillonella spp. yang berkontribusi dalam pertumbuhan patogen periodontal. Namun, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut melalui uji in vitro untuk membuktikan hasil prediksi interaksi molekuler tersebut.
Background: Species called “red complex” (Porphyromonas gingivalis, Treponema denticola, and Tannerella forsythia) have been described as the main etiology of periodontitis. Veillonella spp. as early colonizers have catalase activity which creates low redox potential conditions that support the growth of and produce nutrients needed by periodontal pathogens to survive. Solute Binding Protein from Veillonella spp. has the function of providing substrates for transporters and stimulating various signaling proteins. Inhibition of ligand binding to SBP has been shown to be an efficient approach to combat pathogens. Methods: Molecular docking study to examine the molecular interactions between the active compound ligands of Propolis and the solute binding proteins of Veillonella spp. Numerical data obtained from the computational process will be analyzed and interpreted to determine the binding affinity of molecular interactions between the ligand and receptor. Results: There was a molecular interaction between the active compound ligands of Propolis and the bacterial receptor of Veillonella spp. Conclusion: : Propolis has the potential as an antibacterial agent to inhibit the growth of Veillonella spp. which contributes to the growth of periodontal pathogens. However, further research needs to be carried out through in vitro tests to prove the predicted results of these molecular interactions."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Margareta Olivia Supangat
"Latar Belakang: Permasalahan gigi dan mulut pada anak di usia mixed dentition di Indonesia masih tinggi, salah satunya di daerah Jawa Barat. Permasalahan gigi dan mulut dapat disebabkan oleh status kesehatan oral yang buruk. Status kesehatan oral dapat dinilai dari nilai OHI-S. Status kesehatan mulut buruk ditandai dengan penumpukan plak (salah satunya plak supragingiva) dapat menyebabkan peningkatan jumlah bakteri, salah satunya bakteri Veillonella parvula. Bakteri Veillonella parvula berperan dalam proses adhesi dan metabolisme bakteri late colonizer seperti Treponema denticola yang berperan dalam patogenesis penyakit periodontal. Bakteri Veillonella parvula dan Treponema denticola memiliki protein berupa VtaA dan Msp yang berperan dalam proses adhesi ke biofilm. Sampai saat ini, belum ada penelitian yang meneliti hubungan kedua protein tersebut dengan status kebersihan rongga mulut. Tujuan: Mengetahui apakah ada hubungan dan korelasi antara ekspresi gen Msp dan VtaA dengan status kebersihan rongga mulut. Metode: Penelitian menggunakan 40 sampel plak supragingiva yang diambil dari anak berusia 9-12 tahun di SD Sukaluyu dan dikelompokkan berdasarkan kategori skor OHI-S. Sampel kemudian diekstraksi RNA dan DNA, lalu dianalisis menggunakan Real Time PCR. Hasil kuantifikasi DNA dianalisis menggunakan absolute quantification untuk mengidentifikasi jumlah bakteri, sedangkan hasil kuantifikasi RNA dianalisis menggunakan relative quantification untuk membandingkan ekspresi gen. Hasil: Terdapat korelasi positif bermakna (p=0.008) antara jumlah bakteri Treponema denticoladengan memburuknya nilai OHI-S. Terdapat perbedaan bermakna antara jumlah bakteri Treponema denticola pada OHI-S sedang dan buruk (p=0.016). Korelasi positif tidak signifikan ada pada jumlah bakteri Veillonella parvula dan ekspresi gen Msp, sedangkan korelasi negatif tidak signifikan ditemukan pada VtaA. Kesimpulan: Ada hubungan antara menambahnya jumlah bakteri Treponema denticola seiring dengan memburuknya status kesehatan oral. Tidak ditemukan korelasi dan perbedaan antara jumlah bakteri Veillonella parvula, ekspresi gen Msp dan VtaA jika dibandingkan dengan kategori OHI-S.
Latar Belakang: Dental and oral problems in children with mixed dentition in Indonesia are still highly prevalent, especially in West Java. These problems are caused by poor oral health status, which can be assessed by OHI-S score. Poor oral health status, which is characterized by plaque accumulation, can cause the quantity of bacteria in mouth to increase. One of those bacterias is Veillonella parvula, a bacteria which plays a role in the adhesion process and metabolism of late colonizer bacteria. Treponema denticola is a late colonizer bacteria which contributes to the progression of periodontal diseases. In order to adhere to a biofilm, Treponema denticola produces protein called Msp, while Veillonella parvula produces VtaA. However, the relationship between these proteins to oral health status has not been well studied. Objective : The aim of this study is to analyze the relationship and correlation between Msp and VtaA gene expression and oral health status. Methods: 40 samples are collected from supragingival plaque of children between the ages of 9-12 years old in SD Sukaluyu and grouped into 3 categories (poor, moderate, good) based on each samples’s OHI-S score. Samples are then extracted and analized by real-time PCR. DNA quantification results are analyzed using absolute quantification to identify the amount of bacteria present. RNA quantification results are analyzed using relative quantification to identify each gene expression relative to calibrator samples. Results: There is a significant positive correlation (p=0.008) found between the quantity of Treponema denticola and OHI-S score. A significant difference (p=0.016) is found between the amount of Treponema denticola in moderate OHI-S and poor OHI-S category. There is a non-significant positive correlation between the amount of Veillonella parvula and Msp gene expression and OHI-S score. VtaA gene expression showed a non-significant negative correlation. Conclusion: This study demonstrated there is a relationship between the increasing quantity of Treponema denticola and the worsening state of oral health status. There is no relationship between Msp and VtaA gene expression and the quantity of Veillonella parvula and oral health status."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Qurrotu `Aini
"Latar belakang: Penanganan Early Childhood Caries (ECC) di Indonesia belum menunjukkan hasil yang baik. Saliva merupakan salah satu habitat bakteri. Oral Veillonella merupakan bakteri yang berhubungan dengan karies.
Tujuan: Menganalisis keberadaan dan perbandingan kuantitas Oral Veillonella pada saliva anak usia 3-5 tahun dengan kategori risiko karies tinggi dan rendah.
Metode: Kuantitas Oral Veillonella dari sampel saliva dikuantifikasi menggunakan Real-Time PCR.
Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna (P<0,05) antara kuantitas Oral Veillonella pada saliva anak usia 3-5 tahun yang memiliki kategori risiko karies tinggi dan rendah.
Kesimpulan: Kuantitas Oral Veillonella pada saliva anak usia 3-5 tahun dengan kategori risiko karies tinggi lebih banyak dibandingkan dengan risiko karies rendah.
Background: ECC handling in Indonesia not yet gave the good of the result. Saliva is the one of the place that consist a bacteria. Oral Veillonella is the bacteria that corelate with caries. Aim: Analyzing the existence and comparison of Oral Veillonella quantity in children’s saliva aged 3-5 with high and low caries risk category. Method: Oral Veillonella quantity from the saliva sample quantified using Real-Time PCR. Result: There is a main differences between Oral Veillonella quantity in children’s saliva aged 3-5 whom had a high and low caries risk category. Conclusion: Quantity of Oral Veillonella in children's saliva aged 3-5 whom had high caries risk is higher than low caries risk category"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Amiroh
"Latar Belakang :Pesantren merupakan institusi pendidikan di Indonesia yang menjalankan sistem tempat tinggal asrama. Kondisi status kesehatan gigi mulut di beberapa pesantren masih menunjukkan hasil sedang hingga rendah, padahal terdapat lebih dari empat juta remaja yang menempuh pendidikan di pesantren. Upaya meningkatkan kesehatan gigi mulut adalah melaksanakan program promosi kesehatan mulut berbasis sekolah, dan program ini dapat disusun dengan sebelumnya melakukan identifikasi perilaku kebersihan gigi mulut.Tujuan : Menganalisis hubungan antara perilaku kebersihan gigi mulut dengan indeks plak, laju alir saliva, dan kuantifikasi bakteri Veillonella Parvula dalam saliva di komunitas pesantren populasi anak usia 12 – 14 tahun. Metode: Penelitian dilakukan pada 101 siswa Ibnu Hajar Boarding School. Pengisian kuesioner indeks OHB untuk menilai perilaku kebersihan gigi mulut. Pengambilan sampel saliva tanpa stimulasi dan diukur lajur alir, dilanjutkan pemeriksaan indeks plak. Sampel saliva dibawa ke laboratorium untuk mengetahui kuantifikasi bakteri Veillonella parvula melalui metode RT-PCR. Hasil: Koefisien korelasi antara OHB dengan Indeks plak adalah r = 0.127 p-value = 0.204. Koefisien korelasi antara OHB dengan laju alir saliva adalah r = -0.211, p-value = 0.034. Koefisien korelasi antara OHB dengan Ct Veillonella parvula adalah r = -0.156 , p-value = 0.119. Kesimpulan: Terdapat hubungan berbanding terbalik dan bermakna antara perilaku kebersihan gigi mulut dengan laju alir saliva, dan hubungan tidak bermakna antara perilaku kebersihan gigi mulut dengan indeks plak dan kuantifikasi bakteri Veillonella parvula.
Background: Boarding schools in Indonesia operate as residential educational institutions. The oral health status in some boarding schools still indicates moderate to low results, despite more than four million adolescents pursuing education in these institutions. Efforts to improve oral health include implementing a school-based oral health promotion program, which can be designed after identifying oral hygiene behaviors. To date, there has been no study examining the relationship between oral hygiene behaviors and plaque index, saliva flow rate, and quantification of Veillonella Parvula. Objective: To analyze the relationship between oral hygiene behaviors and plaque index, saliva flow rate, and quantification of Veillonella Parvula in a population of 12- to 14-year-old students in a boarding school. Method: The OHB index questionnaire was used to assess oral hygiene behaviors. Unstimulated saliva samples were collected and saliva flow rate measured, followed by plaque index examination. Saliva samples were taken to the laboratory to determine the quantification of Veillonella Parvula bacteria using RT-PCR. Results: The correlation coefficient between OHB and the plaque index was r = 0.127, p-value = 0.204. The correlation coefficient between OHB and saliva flow rate was r = -0.211, p-value = 0.034. The correlation coefficient between OHB and Ct Veillonella Parvula was r = -0.156, p-value = 0.119. Conclusion: There was an inverse and significant relationship between oral hygiene behavior and salivary rate, and a non-significant relationship between oral hygiene behavior and plaque index and quantification of Veillonella parvula bacteria."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Vanya Aurellian Kusuma
"
ABSTRAKLatar Belakang: Early Childhood Caries (ECC) merupakan adanya satu atau lebih gigi berlubang, hilang, atau ditambal pada anak anak dengan usia sampai dengan 71 bulan. Mikroorganisme utama dari karies adalah Streptococcus mutans yang terklasifikasi menjadi empat, yaitu serotipe c, e, f, dan k. Menurut penelitian sebelumnya, ditemukan banyak Candida albicans pada plak anak dengan ECC, namun interaksinya dengan Streptococcus mutans belum diketahui secara pasti. Tujuan: Menganalisis kuantitas dan hubungan dari antigen Streptococcus mutans serotipe e dengan Candida albicans pada plak anak dengan karies dini serta bebas karies dikaitkan dengan laju alir saliva. Metode: Kuantitas antigen dari 36 sampel plak karies dan 14 sampel bebas karies diketahui melalui uji ELISA kemudian dikaitkan dengan laju alir saliva. Hasil: Perbandingan antara kuantitas kedua antigen pada laju alir saliva <30 detik didapatkan nilai 0,000 dan pada laju alir 30-60 detik sebesar 0,001. Hubungan antara kuantitas Streptococcus mutans serotipe e dan Candida albicans pada plak karies didapatkan nilai r = 0,639 dan r = 0,247 untuk plak bebas karies. Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna antara kuantitas kedua antigen pada masing-masing tingkat laju alir saliva dan terdapat korelasi positif antara kuantitas antigen Streptococcus mutans serotipe e dengan Candida albicans pada plak karies dan plak bebas karies. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library