Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20470 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rendra Wahyu Whigiswisudha
"Antena mikrostrip saat ini banyak diaplikasikan dalam dunia telekomunikasi. Antena mikrostrip sendiri memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan antena jenis lain, yaitu bentuknya yang tipis dan kecil, memiliki bobot yang ringan, mudah untuk difabrikasi, serta harga yang relatif murah. Berangkat dari keperluan untuk melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui tingkat kematangan buah-buahan dengan menggunakan antena, maka dilakukan uji coba menggunakan antena mikrostrip susun serta melakukan pengujian terhadap nilai reflection loss untuk memperoleh data yang nantinya dapat digunakan untuk pengembangan alat serta teknologi lebih lanjut. Reflection loss ini bisa terjadi ketika propagasi gelombang elektromagnetik mengenai yang sebuah benda. Data hasil pengukuran nilai reflection loss akan diperoleh dengan menggunakan antena mikrostrip serta Network Analyzer (NA) di dalam Anechoic Chamber. Dengan parameter pengukuran meliputi jarak, posisi serta sudut, nilai parameter S21 dan jenis bahan.
Pada skripsi ini telah dilakukan pengukuran data dengan membandingkan parameter S21 pada antena mikrostrip dengan beberapa variasi jenis benda yaitu kaleng seng, buah labu, dan buah semangka. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa nilai S21 yang paling tinggi dimiliki oleh kaleng seng dengan nilai S21 sebesar -60,1 dB, selanjutnya pada buah labu nilai S21 sebesar -74,8 dB, serta pada buah semangka, nilai S21 sebesar -77,7 dB. Dari beberapa data pengukuran diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi nilai kepadatan dan kerapatan benda uji, semakin kecil nilai reflection loss. Dari hasil penelitian berikut ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan alat pada masa yang akan datang, serta metode alternatif untuk mendeteksi tingkat kematangan buah dengan memanfaatkan antena mikrostrip serta nilai reflection loss.

Microstrip antenna is now widely applied in telecommunications. Microstrip antenna has several advantages when compared with other types of antennas, which is its thin and small, has a light weight, easy to be fabricated, and the price is relatively cheap. The aim of this research is to figuring out the level of fruit’s maturity using the antenna. Data can be obtained by using a microstrip antenna as well as some test of the reflection coefficient factor. Afterward the data can be used in developing advanced technologies in the next future. Reflection Loss can occur when electromagnetic wave get on to the object, Reflection loss measurement data will be obtained by using a microstip antenna array and Network Analyzer (NA) in the Anechoic Chamber. This measurenment using some parameter such as distance, position and angle, value’s parameter S21 and type of materials.
The research has been done by compare the data in the parameter S21 in a microstrip antenna using some materials which are a cans, a pumpkin, and watermelon. The study shows that the highest value of S21 got by a cans in -60,1 dB, followed by a pumpkin in -74,8 dB and a watermelon in -77,7 dB. Furthermore, it can be concluded that the density of an object affects the value of the reflection loss. Afterward, the data can be used in developing tools and alternative methods for detecting the level of fruit’s maturity by using a microstrip antenna and reflection loss value.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58462
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Yohanna
"Pemodelan kanal propagasi menjadi isu penting di dalam sistem komunikasi nirkabel body-centric (BWCS) yang efektif dan efisien. Prediksi karakteristik path loss dapat membantu estimasi kekuatan sinyal yang diterima, optimasi dan analisis interferensi, perancangan dan analisis link budget, serta estimasi ukuran coverage. Model path loss terdiri dari tiga klasifikasi, yaitu model deterministik, empiris dan semi-empiris.
Tujuan dari skripsi ini ialah mengestimasi model path loss berdasarkan hasil pengukuran pada komunikasi off-body dan on-body dengan menggunakan antena tekstil yang bekerja di frekuensi ISM 2,45 GHz di Anechoic Chamber, serta menganalisis karakteristik kanal propagasinya. Pada skripsi ini digunakan model path loss semi-empiris. Dari berbagai model yang digunakan untuk memodelkan path loss hasil pengukuran komunikasi off-body dan on-body, menunjukkan nilai root mean square error (RMSE) jauh di bawah 6 dB.
Dalam skripsi ini juga dilakukan estimasi model kanal propagasi dari tiap skenario pengukuran komunikasi off-body dan on-body yang dilakukan. Pendekatan model kanal dilakukan dengan melihat kesesuaian distribusi path loss hasil pengukuran dengan jenis model kanal yang diuji. Model kanal uji yang dipakai meliputi model distribusi log-normal, Nakagami, Rayleigh, dan Ricean. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada komunikasi off-body, model distribusi Ricean dan Nakagami sama baiknya dalam merepresentasikan data pengukuran. Selain itu, pada komunikasi on-body, fungsi distribusi kumulatif (CDF) pada model Ricean lebih mendekati hasil pengukuran daripada distribusi Nakagami.

Channel propagation modeling is very essential for effective and efficient performance in body-centric wireless communications system (BWCS). Path loss characteristics prediction plays an important role in estimation of received signal strength, interference optimization and analysis, link budget design and analysis, and coverage area estimation. The Path loss models are commonly classified as deterministic, empirical, or semi-empirical model.
This bachelor thesis is aimed to estimate path loss model based on off-body and on-body communications measurement results in Anechoic Chamber by using a textile antenna at 2,45 GHz of ISM band, and to analyze propagation channel characteristics. In this study, semi-empirical path loss model is adopted. From various path loss models that are used to estimate the propagation channel model from the measurement results in off-body and on-body communications, each root mean square errors (RMSE) of the predicted model is less than 6 dB.
This thesis also estimates propagation channel model of several off-body and on-body measurement scenarios. The approached channel model is conducted by comparing the measured path loss data with some theoretical channel distribution models. Those models are log-normal, Nakagami, Rayleigh, and Ricean distribution model. The data analysis showed that as for off-body communication, either Nakagami or Ricean distribution model is equally well suited for representing the measured data. Moreover, as for on-body communication, the Ricean distribution model is suited to the measured data rather than the Nakagami model in terms of its cumulative distribution function (CDF).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59870
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meidyawati Virginia Hidayat
"ABSTRACT
Pencitraan Terahertz THz yang merupakan diagnosis spektroskopik gelombang THz dikembangkan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan teknik pencitraan yang ada. Salah satu teknik pencitraan THz adalah THz near field imaging. Namun, teknik ini memiliki kekurangan yaitu hanya mampu mencitrakan jaringan payudara dengan ketebalan 20 m. Untuk itu, antena susun mikrostrip rectangular patch dengan inset line dan rectangular slot 0.312 THz dirancang agar mampu mencitrakan jaringan payudara yang lebih tebal. Antena dengan 1x2 elemen ini bekerja pada frekuensi 0.312 THz, bandwidth 22.68 GHz, pola radiasi directional, gain 5.6 dB, beamwidth horizontal 86.5, beamwidth vertikal 47.1, dan polarisasi linier. Antena ini dapat mencitrakan jaringan payudara dengan tebal sebesar 2 mm dan jarak antara antena transmitter dan antena receiver sebesar 4.5 mm. Simulasi pencitraan THz dilakukan menggunakan perangkat lunak CST Microwave Studio. Objek yang akan dicitrakan adalah jaringan payudara yang dimodelkan dalam bentuk balok. Model jaringan payudara ini terdiri dari tiga tipe jaringan: fat, fibrous, dan tumor. Simulasi pencitraan THz dilakukan dengan menggunakan metode translasi dan pada dua kondisi: variasi frekuensi serta variasi jarak pada daerah near field dan far field. Pada simulasi pencitraan THz variasi frekuensi, hasil citra pada frekuensi 0.312 THz adalah hasil citra yang paling ideal secara kuantitatif dan kualitatif dibandingkan dengan hasil citra pada frekuensi 0.302 THz dan 0.322 THz. Pada simulasi pencitraan THz variasi jarak pada daerah near field, hasil citra pada jarak antena dan phantom 2.25 mm adalah hasil citra yang paling ideal secara kuantitatif dan kualitatif dibandingkan dengan hasil citra pada jarak antena dan phantom 1.25 mm dan 1.75 mm. Pada simulasi pencitraan THz variasi jarak pada daerah far field, hasil citra pada jarak antena dan phantom 3.50 mm adalah hasil citra yang paling ideal secara kuantitatif dan kualitatif dibandingkan dengan hasil citra pada jarak antena dan phantom 3.00 mm dan 4.00 mm.

ABSTRACT
THz imaging, which is a THz wave spectroscopic diagnosis, was developed to address the shortcomings of existing imaging techniques. One of the THz imaging techniques is THz near field imaging. However, this technique has a shortcoming that is only able to image breast tissue with thickness of 20 m. Therefore, rectangular patch microstrip array antenna with inset line and rectangular slot 0.312 THz is designed to be able to image thicker breast tissue. The antenna with 1x2 elements work at a frequency of 0.312 THz, bandwidth of 22.68 GHz, directional radiation pattern, 5.6 dB gain, horizontal beamwidth of 86.5 degree, vertical beamwidth of 47.1 degree, and linear polarization. This antenna can image the breast tissue with thickness of 2 mm and the distance between the transmitter antenna and receiver antenna of 4.5 mm. THz imaging simulation is conducted by using CST Microwave Studio. The object to be imaged is breast tissue which is modeled in the form of a block. This breast tissue model consists of three tissue types fat, fibrous, and tumor. This imaging simulation is conducted by using the method of translation and on two conditions variation of frequencies and variation of distances in the near field and far field region. On the THz imaging simulation of variations of frequencies, the image result at the frequency of 0.312 THz is the most ideal image result quantitatively and qualitatively compared to the image results at the frequency of 0.302 THz and 0.322 THz. On the THz imaging simulation of variation of distances in the near field region, the image result at the distance between the antenna and phantom of 2.25 mm are the most ideal image results quantitatively and qualitatively compared to the image results at the distance between the antenna and phantom of 1.25 mm and 1.75 mm. On the THz imaging simulation of variation of distances in the far field region, the image result at the distance between the antenna and phantom of 3.50 mm are the most ideal image result quantitatively and qualitatively compared to the image results at the distance between the antenna and phantom of 3.00 mm and 4.00 mm."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Athallah Adriansyah
"Indonesia, sebagai negara kepulauan yang luas, menghadapi tantangan besar dalam menyediakan infrastruktur komunikasi untuk wilayah terpencil. Antena phased array dalam sistem komunikasi satelit memberikan solusi penting untuk menjangkau area yang sulit diakses oleh jaringan konvensional, namun memiliki kendala interferensi sinyal akibat sidelobe level yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menekan sidelobe level pada antena phased array linear dan planar guna meningkatkan performa komunikasi satelit. Algoritma grey wolf optimizer yang dikombinasikan dengan metode pencarian lokal Nelder-Mead Simplex diusulkan sebagai solusi optimasi untuk menghasilkan distribusi eksitasi antena yang lebih optimal. Optimasi dilakukan pada antena susun linear dengan konfigurasi 16-elemen dan 32-elemen serta antena susun planar dengan konfigurasi 16x16-elemen dan 32x32-elemen. Hasil optimasi menunjukkan pencapaian sidelobe level (SLL) hingga -56.30 dB untuk antena susun 16-elemen dan -52.63 dB untuk antena susun 32-elemen, lebih baik dibandingkan metode konvensional. Efektivitas metode yang diusulkan dalam menekan sidelobe level menjadi kelebihan utama algoritma ini, meskipun waktu eksekusi per iterasi sedikit meningkat pada antena dengan elemen banyak dan stabilitasnya lebih rendah. Validasi terhadap performa algoritma dilakukan pada perangkat lunak CST Microwave Studio 2024. Antena elemen tunggal TX dan RX telah dirancang untuk memenuhi spesifikasi aplikasi komunikasi satelit pada frekuensi 13.5 GHz – 14.5 GHz dan 10.7 GHz – 12.75 GHz. Simulasi awal dengan menggunakan array factor (AF) dan model array dilakukan pada antena phased array dengan konfigurasi 4-elemen berdasarkan antena elemen tunggal TX dan RX. Hasil simulasi menunjukkan konsistensi antara kedua metode simulasi sehingga pendekatan optimasi yang diusulkan cukup efektif pada konfigurasi sederhana. Simulasi dan validasi lebih lanjut dilakukan untuk antena phased array dengan konfigurasi elemen yang lebih banyak. Hasil simulasi menunjukkan tren performa scan angle error, gain, half-power beamwidth (HPBW), SLL, dan grating lobe yang lebih optimal dan sesuai dengan kebutuhan performa pada antena phased array untuk aplikasi komunikasi satelit.

Indonesia, as a vast archipelago, faces great challenges in providing communication infrastructure for remote areas. Phased array antennas in satellite communication systems provide an important solution to reach areas that are difficult to access by conventional networks, but have signal interference constraints due to high sidelobe levels. This research aims to suppress sidelobe levels in linear and planar phased array antennas to improve satellite communication performance. The grey wolf optimizer algorithm combined with the Nelder-Mead Simplex local search method is proposed as an optimization solution to produce a more optimal antenna excitation distribution. Optimization is performed on linear stacking antennas with 16-element and 32-element configurations and planar stacking antennas with 16x16-element and 32x32-element configurations. The optimization results show the achievement of sidelobe levels (SLLs) up to -56.30 dB for the 16-element stacking antenna and -52.63 dB for the 32-element stacking antenna, better than the conventional method. The effectiveness of the proposed method in suppressing the sidelobe level is the main advantage of this algorithm, although the execution time per iteration increases slightly for large antennas and the stability is lower. Validation of the algorithm's performance is performed on CST Microwave Studio 2024 software.TX and RX single element antennas have been designed to meet the specifications of satellite communication applications at frequencies of 13.5 GHz - 14.5 GHz and 10.7 GHz - 12.75 GHz. Further research is proposed to synthesize the phased array antenna and validate the algorithm optimization results and test the algorithm performance under beam steering conditions. Initial simulations using the array factor (AF) and array model were performed on a phased array antenna with a 4-element configuration based on TX and RX single element antennas. The simulation results show consistency between the two simulation methods so that the proposed optimization approach is quite effective on simple configurations. Further simulations and validations are performed for phased array antennas with more element configurations. The simulation results show performance trends of scan angle error, gain, half-power beamwidth (HPBW), SLL, and grating lobe that are more optimal and in line with the performance requirements of phased array antennas for satellite communication applications. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sadewa Putra Nussan
"Antena merupakan salah satu bagian terpenting dalam teknologi radar VTS Beberapa spesifikasi antena yang harus dipenuhi untuk aplikasi radar VTS yaitu 1 gain yang tinggi 2 beamwidth yang sempit dan 3 sidelobe level yang rendah Salah satu jenis antena yang dapat memenuhi spesifikasi ini adalah antena mikrostrip array Dalam penelitian ini dirancang antena mikrostrip array 5 x 24 elemen Untuk memenuhi kebutuhan spesifikasi parameter antena digunakan teknik pencatuan menggunakan Triangular Amplitude Distribution Pencatuan dilakukan menggunakan coaxial probe Hasil dari simulasi menunjukan bahwa antena telah bekerja pada frekuensi 9 4 Ghz Lebar beamwidth horizontal yang didapatkan sebesar 5 2o dan beamwidth vertikal sebesar 17 8o dengan nilai sidelobe 27 2dB untuk arah horizontal dan 30 7dB untuk arah vertikal Gain dari hasil perancangan antena tersebut bernilai sebesar 26dBi Hasil pengukuran antena 1x8 elemen yang difabrikasi telah menunjukan kesesuaian dengan hasil simulasi yang ada Parameter yang diukur adalah nilai return loss dan pola radiasi dari antena tersebut Dari hasil pengukuran return loss didapatkan lebar bandwidth sebesar 102 MHz dengan batas VSWR le 1 4.

Antenna is one of the most important partz in VTS radar technology Some of the spesifications thath must be met for the application of VTS radar technology are 1 high level of gain 2 narrow beamwidth and 3 low level of sidelobe One of the antennas that could met these spesifications is microstrip array antenna The antenna designed is microstrip array antenna with 5 x 24 elements To fulfill the parameter spesifications needed the rationing method used was Triangular Amplitude Distribution The rationing has been done by utilizing coaxial probe The simulation results showed that the antenna worked at 9 4 GHz The horizontal beamwidth rsquo s value obtained from the simulation was 5 2o while the vertical beamwidth was 17 8o with the sidelobe value obtained was 27 2 dB for the horizontal beamwidth and 30 7 dB for the vertical beamwidth The gain value obtained from this design was 26 dBi The calculation result of 1 x 8 element antenna which was fabricated showed the consistency of the simulation result The parameters used for the calculation are return loss value and radiation pattern of the antenna From the calculation result of the return loss the bandwidth rsquo s value obtained was 102 MHz with the limit of le 1 4
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60059
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Riza Darmawan
"Penelitian ini mengusulkan rancang bangun antena mikrostrip array linear dengan bentuk patch segiempat sebagai antena pencatu pada sistem antena parabola di stasiun bumi penerima data satelit Himawari-8. Antena dirancang bekerja pada rentang frekuensi 3,8-4,2 GHz. Simulasi menggunakan perangkat lunak CST Microwave Studio 2019. Antena mikrostrip array linear dirancang dengan menggunakan bahan substrat Rogers RT/Duroid-5880 dengan nilai konstanta dielektrik 2,2 yang mempunyai ketebalan 1,575 mm. Teknik dan metode yang digunakan yaitu teknik proximity coupled feed, teknik corporate feed, metode Dolph-Chebyshev, metode Wilkinson Unequal Power Divider, substrat double layer, dan juga Reflektor Parabola. Simulasi antena microstrip array 1x8 dengan bahan Rogers RT/Duroid-5880 menghasilkan bandwidth selebar 721,9 MHz pada frekuensi 3,7069 – 4,4288 GHz, gain sebesar 16,17 dB pada frekuensi 4,148 GHz, direktivitas sebesar 16,56 dB pada frekuensi 4,148 GHz, efisiensi sebesar 97,65%, Half Power Beamwidth (HPBW) untuk arah horizontal sebesar 6,5° dan HPBW untuk arah vertikal sebesar 46,5°, dan pola radiasi yang dihasilkan adalah direksional. Ketika antena antena mikrostrip array 1x8 bahan rogers RT/Duroid-5880 sebagai antena pencatu dengan Reflektor Parabola 2,4 meter menghasilkan bandwidth selebar 721,9 MHz pada frekuensi 3,7069 – 4,4288 GHz, gain sebesar 30,69 dB pada frekuensi 4,148 GHz, direktivitas sebesar 31,08 dB pada frekuensi 4,148 GHz, efisiensi sebesar 98,75%, Half Power Beamwidth (HPBW) untuk arah horizontal sebesar 7,7° dan HPBW untuk arah vertikal sebesar 1,4°, dan pola radiasi yang dihasilkan adalah direksional. Hasil pengukuran untuk antena mikrostrip 1x8 dengan bahan Rogers RT/Duroid-5880 memiliki bandwidth 44 MHz dari frekuensi 3,761-3,805 GHz dan memiliki bandwidth 92 MHz dari frekuensi 4,804-4,896 GHz, gain sebesar 10,42 dB pada frekuensi 3,8 GHz, dan pola radiasi yang dihasilkan adalah direksional.

This study proposes the design of a linear array microstrip antenna with a rectangular patch shape as a feed antenna for a parabolic antenna system at the Himawari-8 satellite data receiving earth station. The antenna is designed to work in the 3.8-4.2 GHz frequency range. Simulation using CST Microwave Studio 2019 software. Linear array microstrip antenna is designed using Rogers RT/Duroid-5880 as a substrate with a dielectric constant value of 2.2 which has a thickness of 1.575 mm. The techniques and methods used are proximity coupled feed technique, corporate feed technique, DolphChebyshev method, Wilkinson Unequal Power Divider method, double layer substrate, and also Parabolic Reflector. Simulation of a 1x8 microstrip array antenna with Rogers RT/Duroid-5880 material produces a bandwidth of 721.9 MHz at a frequency of 3.7069-4.4288 GHz, a gain of 16.17 dB at a frequency of 4.148 GHz, a directivity of 16.56 dB at a frequency of 4.148 GHz, efficiency of 97.65%, Half Power Beamwidth (HPBW) for the horizontal direction of 6.5° and HPBW for the vertical direction of 46.5°, and the resulting radiation pattern is directional. When the 1x8 rogers RT/Duroid-5880 microstrip array antenna as a feed antenna with a 2.4 meter Parabolic Reflector produces a bandwidth of 721.9 MHz at a frequency of 3.7069-4.4288 GHz, the gain is 30.69 dB at a frequency of 4.148 GHz, directivity of 31.08 dB at a frequency of 4.148 GHz, efficiency of 98.75%, Half Power Beamwidth (HPBW) for the horizontal direction of 7.7° and HPBW for the vertical direction of 1.4°, and the resulting radiation pattern is directional. The measurement results for a 1x8 microstrip array antenna with Rogers RT/Duroid-5880 material have a bandwidth of 44 MHz from a frequency of 3.761-3.805 GHz and a bandwidth of 92 MHz from a frequency of 4.804-4.896 GHz, a gain of 10.42 dB at a frequency of 3.8 GHz, and a pattern of he radiation produced is directional."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cholik Kurniawan
"Quasi-Zenith Satellite System merupakan konstelasi satelit dimana satelit ditempatkan pada posisi geo-synchronous yang diletakkan pada 139°47'32"BT-35°39'59"LU dengan lintasan yang berbentuk angka "8". Posisi atau letak yang berada di BT memerlukan arah pola radiasi untuk dapat digunakan didaerah tertentu. Untuk di P. Jawa diperlukan antena ground/mobile station yang mempunyai sudut elevasi 45°. Sehingga diperlukan antena array yang mempunyai pola radiasi yang mengarah pada sudut elevasi tersebut. Metoda sintesa antena digunakan untuk mendapatkan pola radiasi antena dengan arah yang diinginkan. Metoda sintesa Woodward-Lawson merupakan salah satu metoda sintesa yang digunakan untuk model antena array dengan jumlah elemen yang banyak dengan cara memisalkan elemen-elemen antena array sebagai titik-titik sample yang masing-masing mempunyai amplitude dan phase. Pola radiasi antena dapat dicari dengan mengubah-ubah nilai-amplitude dan phase tiap elemen antena array sehingga diperoleh arah yang diinginkan. Dalam penelitian ini algoritma genetika digunakan untuk mencari nilai terbaik amplitude dan phase elemen antena array. Sebagai elemen antena array digunakan antena mikrostrip segitiga array. Bentuk pola radiasi yang diinginkan didefinisikan sebagai nilai fungsi fitness (fitness function) dari algoritma genetika. Evaluasi perfomasi dilakukan terhadap directivity dari pola radiasi yang dihasilkan. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa dengan algoritma genetika menghasilkan antena array yang mempunyai elevasi 45°."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16105
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lestari Amirullah
"Antena mikrostrip banyak diaplikasikan dalam dunia telekomunikasi. Hal ini karena antena mikrostrip memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan dengan antena jenis lain, yaitu bentuknya yang tipis dan kecil, memiliki bobot yang ringan, mudah untuk difabrikasi, dan harga yang relatif murah. Akan tetapi antena mikrostrip ini juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu gain rendah, bandwidth rendah, efisiensi rendah, dan timbulnya gelombang permukaan.
Gelombang permukaan terjadi pada saat antena mikrostrip meradiasikan gelombang ke udara, namun ada gelombang yang terjebak di dalam substrat dan membentuk gelombang permukaan. Gelombang permukaan dapat mengurangi efisiensi dan gain, dan membatasi bandwidth. Salah satu cara untuk menekan gelombang permukaan adalah dengan menggunakan teknik Defected Ground Structure (DGS) dengan cara mencacatkan bidang ground dari antena.
Pada skripsi ini dilakukan perancangan antena mikrostrip dengan menggunakan teknik DGS berbentuk dumbbell square-head pada patch segitiga array linier untuk menekan gelombang permukaan pada antena mikrostrip sehingga performa antena dapat meningkat.
Pada hasil pengukuran antena referensi dengan penambahan slot DGS diperoleh nilai return loss optimum sebesar -40.081 dB pada frekuensi 2.66 GHz atau terjadi perbaikan return loss sebesar 32.12%, perbaikan gain sebesar 2.36005 dB dan penekanan mutual coupling sebesar 19.125 dB."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40488
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Susy Tri Lomorti
"Antena mikrostrip sangat banyak diaplikasikan dalam dunia telekomunikasi. Hal ini karena antena mikrostrip memiliki dimensi yang kecil, ringan, dan membutuhkan biaya yang murah dalam fabrikasi. Salah satu kelemahan antenna mikrostrip adalah timbulnya gelombang permukaan yang disebabkan karena ada daya untuk radiasi yang terjebak di sepanjang substrat ketika patch meradiasikan gelombang ke udara. Gelombang udara mengurangi efisiensi, gain dan membatasi bandwidth. Salah satu cara untuk mengatasi masalah gelombang permukaan ini adalah dengan menerapkan electromagnetic bandgap (EBG). Salah satu teknik EBG dengan Defected Ground Structure (DGS) pada antena mikrostrip.
Dalam skripsi ini dilakukan perancangan antena mikrostrip dengan menggunakan teknik DGS bentuk segitiga sama kaki pada patch segitiga array linier. Slot DGS memiliki panjang alas sebesar 10 mm dan tinggi 5 mm. Teknik DGS dilakukan dengan (mencacatkan) meng-etching bagian ground sehingga gelombang permukaan tidak dapat berpropagasi disepanjang substrat. Akibatnya, untuk daya radiasi yang menuju ke gelombang udara jumlahnya meningkat. Pada hasil pengukuran diperoleh nilai return loss optimum sebesar -45.488 dB, bandwidth VSWR dan bandwidth impedansi sebesar 45.87 MHz atau 1.727 %, dan VSWR minimum 1.0174. Gain maksimum yang diperoleh dari pengukuran dari frekuensi 2.6 GHz hingga 2.7 GHz adalah 10.767 dB pada frekuensi 2.68GHz.

Microstrip antennas have been widely used in communication because they are small, lightweight, and low fabrication cost. One of limitations of microstrip antennas is excitation of surface waves. The surface waves are excited because when a patch antenna radiates, a portion of total available radiated power becomes trapped along the surface of substrate. The surface waves reduce antenna efficiency and gain, and limit the bandwidth. DGS is one of methods to suppress surface waves.
In this paper, a microstrip antenna using isosceles-triangular DGS slot on the triangular patch linear array is designed. Dimension of DGS slot is 10 mm x 5 mm. DGS is implementated by etching the ground plane of microstrip antenna, so that the surface waves can not propagate along the surface of substrate. This increases the amount of radiated power to space wave. Results of measurements show that the antenna design with DGS has the best level of return loss at -45.488 dB, VSWR bandwidth and impedance bandwidth are 45.87 MHz or 1.727 %, and also the minimal point in VSWR is 1.0174. The best antenna gain is 10.767 db at 2.68 GHz.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S40389
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufal Hidayat
"Kebutuhan akan antenna yang bersifat murah, ringan dan low profile namun dapat menghasilkan performansi berupa Gain yang besar dan Half Power Beamwidth (HPBW) yang kecil semakin tinggi. Untuk mencapai spesifikasi tersebut salah satu metode yang dapat dilakukan adalah dengan merancang antena mikrostrip array menggunakan teknik pencatuan berupa aperture coupled dengan slot berbentuk jam pasir. Dengan jenis antena ini berhasil diperoleh antena array yang berkerja pada frekeuensi 2.85 GHz- 2.9 GHz dengan gain array 8 element sebesar 13 dB serta dengan HPBW sebesar 110 .Dengan meningkatkan jumlah array, maka Gain yang diperoleh dapat lebih tinggi serta dengan HPBW yang lebih kecil.

Requirement for low cost, light and low profile antenna but with high gain and very small half power beam width (HPBW) is increasing nowadays. One method to achieve these specification is using microstrip array design using aperture coupled feeding technique with hour glass slot. With this method, an array antenna with eight element has been designed. This antenna works at band frequency 2.85 GHz -2.9 GHz with gain about 13 dB and HPBW about 110. By increasing the number of array element, the gain can be higher with smaller HPBW."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43325
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>