Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163665 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tambunan, Raymond A.I.
"Penelitian ini berangkat dari fenomena pelacuran anak yang makin merebak di Indonesia. Anak-anak, terutama anak perempuan, dijadikan komoditi oleh pihak-pihak tertentu untuk dimobilisasi ke sejumlah daerah untuk menjadi pekerja seks. Anak-anak ini, yang dalam batasan Konvensi Hak Anak berusia sampai 18 tahun, sering dipandang sebagai tidak berdaya untuk menolak atau menghindar dari kondisi yang menyebabkan mereka bekerja di sektor prostitusi. Oleh karena itu, alih-alih disebut sebagai pelacur anak, banyak kalangan yang lebih menerima mereka disebut sebagai anak yang dilacurkan (Ayla).
Salah satu lokasi tujuan dan tempat berpraktik Ayla adalah di daerah Prumpung, Jatinegara. Di tempat ini, Ayla tinggal dan bekerja di tengah-tengah komunitasnya. Komunitas Ayla yang dimaksud adalah terdiri dari mucikari (disebut bos), pelanggan, masyarakat sekitar, petugas tramtib, dan pekerja LSM.
Masalah dalam penelitian ini muncul ketika diketahui bahwa walaupun sudah banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah maupun elemen masyarakat untuk mengentaskan kondisi Ayla, tetapi tetap saja banyak di antara mereka yang tetap berprofesi sebagai pekerja seks. Diduga, interaksi Ayla dengan anggota komunitasnya yang lain telah turut menciptakan kondisi yang menjebak Ayla untuk tetap berada pada posisinya sebagai pekerja seks anak.
Berbagai penelitian sebelumnya tentang prostitusi menggambarkan bahwa prostitusi adalah hasil kaitmengkait antara tersedianya komoditas (yaitu anak-anak perempuan yang berasal dari keluarga miskin), adanya jalur distribusi yang lancar, dan selalu ada pasar yang berminat. Penggambaran ini membuka pertanyaan lebih lanjut, apakah memang fenomena prostitusi hanya berkaitan dengan struktur tertentu, atau juga ada peran keagenan manusia sebagai aktor sosial.
Perspektif teoritis yang mempengaruhi cara memandang dan menganalisis masalah dalam penelitian ini adalah teori strukturasi dari Giddens. Dalam teori ini, struktur dan keagenan manusia dipandang sebagai dualitas. Struktur dan agen selalu berdialektika, sehingga struktur hanya nyata ketika dipraktikkan (dalam dan melalui aktivitas agen manusia), dan sebaliknya, keagenan dimungkinkan karena adanya struktur. Dalam teori ini, yang menjadi titik perhatian adalah praktik sosial yang dilakukan berulang-ulang melintasi ruang dan waktu. Struktur sendiri adalah properti dari sistem sosial yang merupakan media sekaligus hasil dari praktik sosial. Di dalam dan melalui praktik sosial, struktur bergerak secara dinamis dan sinambung, serta tergantung dari aktivitas dari aktor-aktor sosial.
Melalui perspektif seperti ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa fenomena anak yang dilacurkan diproduksi dan direproduksi oleh suatu sistem sosial tertentu. Prostitusi anak muncul dan dilanggengkan di dalam sistem sosial yang menunjukkan ciri-ciri strukturalnya. Ciri-ciri struktural tersebut adalah: (1) penguasaan pihak-pihak tertentu pada sumber daya material maupun otoritas, menyebabkan (2) pihak-pihak itu lebih berkuasa untuk membuat norma, serta memastikan bahwa Ayla akan mentaatinya, serta (3) lebih berkuasa untuk menciptakan makna bagi Ayla. Pihak-pihak yang disebut di sini adalah para aktor sosial selain Ayla seperti loos, pelanggan, petugas tramtib, masyarakat sekitar, pekerja LSM, dan orang tua Ayla sendiri.
Ciri-ciri struktural dalam sistem sosial seperti ini menggambarkan bahwa terdapat relasi kekuasaan yang timpang antara berbagai pihak dan Ayla. Struktur signifikasi dan dominasi tidak berpihak pada Ayla dan justru makin memantapkan posisinya sebagai pekerja seks. Tetapi Ayla sebagai aktor sosial bukannya tidak memiliki kekuasaan apapun. Dengan kapasitas yang mereka miliki, Ayla telah mencoba untuk terus menegosiasikan posisinya di tengah masyarakat, terutama pada tataran makna. Hal ini menunjukkan bahwa setiap aktor sosial, signifikan atau tidak, memiliki kapasitas individual atau kolektif untuk mempengaruhi interaksinya dengan pihak lain sehingga berdampak pada pergerakan struktur."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13747
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Megawati
"Kemiskinan dari dulu hingga kini masih menjadi masalah yang sulit untuk dipecahkan. Akibat yang ditimbulkan oleh kemiskinan mencakup pada berbagai bidang kehidupan, tidak terkecuali pada kehidupan anak-anak. Oleh karena kemiskinan ini banyak anak-anak yang putus sekolah dan terpaksa harus bekerja. Pekerjaan yang nmereka lakukan tak jarang sangat membahayakan kesehatan mereka baik fisik, mental dan sosialnya. Padahal organisasi buruh internasional sudah mengeluarkan konvensi yang melarang anak-anak untuk bekerja terutama jenis-jenis pekerjaan terburuk yang disebutkan dalam Konvensi ILO NO.182. Salah satu pekerjaan terburuk itu adalah anak sebagai pelacur, obyek pornografi dan memperdagangkan anak-anak untuk tujuan pelacuran.
Dalam dunia pelacuran ada berbagai pihak yang terlibat, yang menjadikan usaha pelacuran ini menjadi langgeng. Untuk pihak-pihak yang terlibat dalam pelacuran ini belum mendapatkan sanksi, kecuali mucikari ( Pasal 297 KUHP). Pemberian sanksi ini sebagai salah satu bentuk perlindungan yang diberikan pemerintah bagi anak yang dilacurkan. Oleh. karena anak yang dilacurkan dianggap sebagai korban maka mereka membutuhkan perlindungan. Perlindungan yang diberikan kepada anak yang dilacurkan ini sifatnya khusus.
Menyadari hal tersebut maka PBB memberikan pedoman bagi Negara-negara dalam melaksanakan perlindungan secara khusus terhadap anak-anak yang dilacurkan. Pedoman tersebut yaitu Optional Protocol to the Convention on the Rights of Child on the Sale of Children, Child Prostitution and Child Pornography yang ditandatangani Indonesia pada tanggal 24 september 2001.
Dengan ditanda tanganinya protocol tersebut maka Indonesia harus mempunyai peraturan yang mengatur mengenai perlindungan anak yang dilacurkan, ketentuan ini tercakup dalam undang-undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak.
Untuk itu, tesis ini akan meneliti dan menganalisa tentang bagaimana bentuk perlindungan yang dilaksanakan Indonesia dalam memberikan perlindungan bagi anak yang dilacurkan, apakah sesuai dengan peraturan yangada ataukah belum. selain itu, adanya perlindungan bisa berjalan dengan balk apabila dilakukan pencegahan terlebih dahulu. Pencegahan ini bisa dilakukan oleh orang tua, masyarakat, Negara dan LSM-LSM. Untuk itu dalam penelitian ini diteliti dan dianalisa tentang pencegahan seperti apa yang bisa menjadikan jumlah anak yang dilacurkan bisa berkurang kalau bisa dapat dihilangkan.
Di akhir pembahasan tesis ini, diteliti dan dianalisa tentang hambatan atau kendala dalam memberikan perlindungan terhadap anak yang dilacurkan dan dalam rangka menjalankan pencegahan. Hambatan itu bisa pada faktor penegak hukumnya, sarana dan prasarana, serta pihak-pihak yang terlibat dalam menjadikan anak korban dari pelacuran."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T16419
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Aprilia Faizah
"Sugar dating merupakan sebuahyang digunakan untuk menggambarkan hubungan eksploitatif antara seorang individu, pria atau wanita, yang lebih tua dan aman secara finansial (disebut ayah / ibu gula) dan individu yang lebih muda (disebut bayi gula). Hubungan ini melibatkan pertukaran antara hubungan seksual dan persahabatan dengan uang / hadiah dan kepuasan materi lainnya. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode studi kasus dan analisis naratif untuk membahas bagaimana fenomena kencan gula di Indonesia yang melibatkan banyak anak menjadi manifestasi dari perawatan anak dan eksploitasi seksual anak. Data yang diperoleh melalui wawancara mendalam kemudian dianalisis menggunakan teori pertukaran sosial oleh Emerson (1962). yang menjelaskan bahwa interaksi antar aktor sosial merupakan bentuk pertukaran sosial; yang pada gilirannya menghasilkan kekuatan dan ketergantungan. Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk sugar dating relationship yang melibatkan anak sebagai bentuk hubungan tukar menukar yang mengeksploitasi anak melalui manipulasi dan grooming.

Sugar dating is a concept used to describe an exploitative relationship between an individual, male or female, who is older and financially secure (called the sugar daddy / mother) and a younger individual (called the sugar baby). This relationship involves an exchange between sexual relations and friendship for money / gifts and other material gratifications. This qualitative research uses case study methods and narrative analysis to discuss how the sugar dating phenomenon in Indonesia which involves many children is a manifestation of child care and child sexual exploitation. The data obtained through in-depth interviews were then analyzed using social exchange theory by Emerson (1962). which explains that the interaction between social actors is a form of social exchange; which in turn produces strength and dependability. The results of this study indicate a form of sugar dating relationship involving children as a form of exchange relationship that exploits children through manipulation and grooming."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Wahyunandi
Surakarta: Yayasan kakak bekerjasama dengan kinderen in de knel & pustaka pelajar, 2004
306.745 ARI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Surakarta: Yayasan Kakak, 2002
363 ANA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Artikel ini menelaah resiliensi dan perilaku bertahan (coping behavior) gadis-gadis remaja dari pedesaan Indramayu (Jawa Barat) yang masuk (juga yang menolak masuk) ke dalam dunia perdagangan seks..."
JSPA 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Artikel ini menelaah resiliensi dan perilaku bertahan (coping behavior) gadis-gadis remaja dari pedesaan Indramayu (Jawa Barat) yang masuk (juga yang menolak masuk) ke dalam dunia perdagangan seks...."
JSPA 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"[Skripsi ini membahas tentang ekosistem yang terbangun dalam proses pengasuhan anak pada pekerja malam (pekerja seks komersial), yaitu perubahan ekosistem yang terjadi ketika berada dipanti rehabilitasi. Pembahasan mengenai ekosistem yang terbangun dalam proses pengasuhan anak ini menggunakan Pendekatan Ekologi, dan didukung oleh beberapa konsep yaitu Keluarga, Childhood Socialization, dan Motherhood. Metode penelitian ini menggunakan metode Kualitatif, yaitu dengan melakukan wawancara mendalam dan observasi langsung pada subyek penelitian serta dukungan dari penelitian terdahulu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam proses pengasuhan anak pada pekerja malam terdapat ekosistem baru yang terbangun dan mempengaruhi proses pengauhan tersebut, serta terdapat perubahan dalam proses pengasuhan. , This thesis discusses about ecosystem in process of childcare at night workers (commercial sex worker), which buld up by ecosystem and changes that occur in home rehabilitation. The discussion about the ecosystem which are built into the process of child care using Ecology Approach and is supported by some of the concepts that Family, Childhood Socialization, and Motherhood. The research method of this study is using Qualitative Approach, by conducting in-depth interviews and direct observation on the subject of the research as well as the supported by previous research. The result of this study is to indicate that in the process of child care at nigh workers are new ecosystem that is built up and affect the parenting process, and there is a change in the parenting process]"
Lengkap +
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S58158
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardeanissa Dian Pramesthi
"Penelitian ini membahas kualitas pelayanan pengasuhan dalam program Family-Like Care di LKSA Peduli Anak dari disiplin ilmu Kesejahteraan Sosial. Penelitian ini dilatarbelakangi dari hasil penelitian pada tahun 2007 dimana ditemukan kebanyakan panti sosial asuhan anak atau lembaga pengasuhan anak sejenis di Indonesia lebih berfungsi sebagai lembaga yang menyediakan akses pendidikan kepada anak daripada sebagai sebagai lembaga alternatif pengasuhan anak oleh orang tua atau keluarganya. Setting panti telah dikritisi karena kurangnya bukti akan kemampuan dalam menyediakan pelayanan yang berkualitas yang mana dapat memberikan dampak yang positif kepada anak-anak dan remaja. Penting bagi lembaga pengasuhan alternatif yang seringkali dihadapkan dengan tekanan pertanggungjawaban atau akuntabilitas untuk menilai kualitas pelayanannya. Diketahui LKSA Peduli Anak hingga saat ini sedang berada dalam tahap pengajuan sertifikat akreditasi karena masa berlakunya telah habis sejak tahun 2020. Oleh karena itu, hingga saat ini belum diketahui bagaimana kualitas pelayanan pengasuhan LKSA Peduli Anak semenjak mengubah pelayanan pengasuhannya yang sebelumnya dengan model shelter menjadi model berbasis family-like care, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah sudah sesuai dengan standar yang berlaku. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi literatur, observasi, dan wawancara. Penelitian berlangsung dari bulan September 2021 sampai Mei 2022. Hasil penelitian ini menggambarkan kualitas pelayanan pengasuhan dalam program Family-Like Care yang mana dikaji menggunakan Standar Pelayanan Berbasis Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomor: 30/HUK/2011 tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak. Berdasarkan hasil temuan, LKSA Peduli Anak telah berupaya memenuhi seluruh indikator yang tertera pada Standar Pelayanan Berbasis LKSA, yaitu indikator pelayanan pengasuhan yang diterima anak sesuai dengan setting LKSA; indikator peran sebagai pengganti orang tua yang diperankan oleh Ibu Asuh dan Konselor; indikator martabat anak yang didukung dengan adanya kode etik untuk staf; indikator perlindungan anak yang ditopang dengan adanya Kebijakan Perlindungan Anak di LKSA dan pedoman perilaku untuk pengasuh; indikator perkembangan anak yang didukung dengan kehadiran mentor untuk anak-anak, dan kesesuaian tanggung jawab yang diemban anak-anak; indikator identitas anak yang mana dokumennya sudah berusaha dilengkapi sejak klien pertama kali diterima di LKSA; indikator penjalinan relasi anak yang unggul dengan kelekatan antara anak dengan Ibu Asuhnya; indikator partisipasi anak, dimana anak didukung menyampaikan pendapat pilihan hidup dan pilihan sehari-hari mereka; Indikator makanan dan pakaian yang sudah sangat memadai; indikator akses kesehatan yang mana didukung dengan adanya klinik Peduli Anak, dan akses pendidikan yang ditunjang dengan adanya Sekolah Peduli Anak; indikator pengaturan waktu anak yang diakomodasikan dengan keseimbangan waktu anak-anak untuk bersekolah, bermain, dan beristirahat sesuai umur mereka; dan indikator aturan, disiplin, dan sanksi yang sudah sesuai dengan standar tanpa ada unsur kekerasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKSA Peduli Anak telah memenuhi hampir semua indikator dalam standar, namun hanya dua poin dari indikator saja yang tidak sesuai, yaitu adanya pembatasan komunikasi antara anak asuh dengan keluarga, dan review menu dan kebutuhan nutrisi yang tidak dilakukan oleh ahli di bidang kesehatan sebanyak enam bulan sekali. Selain daripada itu LKSA unggul dan sudah sangat sesuai dalam semua indikator dalam standar yang menunjukan pelayanan pengasuhannya sudah berjalan dengan sangat baik.

This study discusses the quality of care services in the Family-Like Care program at LKSA Peduli Anak from the discipline of Social Welfare. Orphanage settings have been criticized for lack of evidence of their ability to provide quality care which can have a positive impact on children and youth. It is known that LKSA Peduli Anak is currently in the stage of submitting an accreditation certificate because the validity period has expired since 2020. Therefore, until now it is not known how the quality of care services for LKSA, which raises the question of whether it is in accordance with applicable standards. This study uses a qualitative approach with a descriptive type of research. Data collection methods used are literature study, observation, and interviews. The study took place from September 2021 to May 2022. The results of this study describe the quality of care services in the Family-Like Care program which is assessed using Child Welfare Institution-Based Service Standards based on the Minister of Social Affairs Regulation Number: 30/HUK/2011 concerning National Child Care Standards For LKSA. Based on the findings, LKSA Peduli Anak has attempted to fulfill all the indicators listed in the LKSA-Based Service Standards, namely indicators of care services received by children in accordance with LKSA settings; indicators of the role as a substitute for parents played by Foster Mothers and Counselors; indicators of child dignity supported by the existence of a code of ethics for staff; child protection indicators supported by the Child Protection Policy in LKSA and behavioral guidelines for caregivers; indicators of child development that are supported by the presence of mentors for children, and the appropriateness of the responsibilities that are carried out by children; an indicator of the child's identity where the documents have been completed since the client was first admitted to the LKSA; indicators of child relations fulfilled with the attachment between children and their foster mothers; indicators of children's participation, where children are supported to express their opinions about life choices and their daily choices; Indicators of food and clothing that are already very adequate; indicators of access to health which are supported by the existence of a clinic, and access to education which is supported by the existence of Sekolah Peduli Anak; indicators of children's timing that are accommodated with a balance of children's time for school, play, and rest; and indicators of rules, discipline, and sanctions that are in accordance with standards without any elements of violence. The results showed that LKSA Cares for Children had met almost all indicators in the standard, but only two points of the indicators were not appropriate, the limitation of communication between foster children and their families, and menu reviews and nutritional needs that were not carried out by health experts once every six months. Apart from that, LKSA is very appropriate in all indicators in the standard which shows that the care services have been running very well."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>