Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92898 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arie Dian Fatmawati
"Latar belakang. Cakupan imunisasi campak di Indonesia mencapai 80% namun prevalens campak di Indonesia masih tinggi, terutama pada anak usia 1-4 tahun. WHO merekomendasikan pemberian imunisasi campak ke-2 pada tahun kedua kehidupan. Di Indonesia diberikan pada usia 15-18 bulan dalam kombinasi vaksin MMR. Sayangnya cakupan imunisasi MMR masih rendah sehingga Depkes merekomendasikan pemberian imunisasi campak ke-2 pada usia 2 tahun untuk meningkatkan imunitas seorang anak terhadap penyakit campak.
Tujuan. Penelitian ini untuk mengetahui: (1) proporsi anak usia 1-4 tahun yang telah mendapatkan imunisasi campak 1 kali yang memiliki antibodi campak mencapai kadar protektif dan rerata kadar antibodinya, (2) proporsi anak usia 1-4 tahun yang telah mendapatkan imunisasi campak ≥ 2 kali yang memiliki antibodi campak mencapai kadar protektif dan rerata kadar antibodinya, (3) hubungan antara usia saat diperiksa kadar antibodi campak, usia saat imunisasi, status gizi, kondisi kesehatan saat imunisasi campak terhadap antibodi campak, (4) hubungan antara pemberian imunisasi campak dosis ke-dua terhadap antibodi campak.
Metode. Penelitian potong lintang di 6 posyandu di 5 wilayah DKI Jakarta pada bulan Juni hingga Agustus 2014. Anak yang memenuhi kriteria inklusi diperiksa kadar IgG campak. Dari hasil pemeriksaan IgG campak, kemudian ditentukan apakah mencapai kadar protektif atau tidak dan rerata kadar antibodinya. Dicari apakah terdapat hubungan antara imunisasi campak dosis ke-dua dengan kadar antibodi campak.
Hasil. Dari 145 subjek penelitian, 125 subjek (86,2%) memiliki kadar antibodi campak yang mencapai kadar protektif (≥ 120 mIU/ml) dan 20 subjek (13,8%) memiliki kadar antibodi campak yang tidak mencapai kadar protektif (< 120 mIU/ml). Median kadar antibodi campak pada kelompok protektif adalah 844 mIU/ml, dengan nilai minimum 129 mIU/ml dan nilai maksimum 5000 mIU/ml. Kelompok usia 3-4 tahun memiliki kadar antibodi campak yang mencapai kadar protektif terbanyak (91,8%) dibanding kelompok usia 2-3 tahun (88,2%) dan 1-2 tahun (72,7%). Tidak didapatkan hubungan antara usia saat mendapatkan imunisasi campak dan status gizi terhadap kadar antibodi campak.
Simpulan. (1) Proporsi anak usia 1-4 tahun yang mendapatkan imunisasi campak 1 kali dan memiliki antibodi campak mencapai kadar protektif sebesar 77% (54/70) dengan median kadar antibodinya adalah 733,5 mIU/ml, (2) Proporsi anak usia 1-4 tahun yang mendapatkan imunisasi campak ≥ 2 kali dan memiliki antibodi campak mencapai kadar protektif sebesar 94,6% (71/75) dengan median kadar antibodinya adalah 885 mIU/ml. (3) Pemberian imunisasi campak ≥ 2 kali meningkatkan timbulnya antibodi campak yang mencapai kadar protektif sebesar 1,227 kali dibanding pemberian imunisasi campak 1 kali.

Background. Indonesia measles immunization coverage reach 80% but measles prevalence remains high especially in children 1-4 years old. WHO recommended second dose of measles containing vaccine at second year of age. In Indonesia, it has been done through MMR vaccine at 15-18 month. Unfortunately MMR immunization coverage still low and Ministry of Health recommended second dose of measles containing vaccine for all 2 years old children who have never been immunized with MMR vaccine at 15-18 month to increase the immunity against measles.
Objectives. This study aimed to know: (1) proportion of children 1-4 years old who has been immunized one time measles vaccine and reach protective antibody level and mean of antibody, (2) proportion of children 1-4 years old who has been immunized twice or more measles vaccine and reach protective antibody level and mean of antibody, (3) association between age, age of immunization, nutritional status, and health status when being immunized with measles antibody level, (4) association between second dose of measles vaccine with measles antibody level.
Methods. Cross-sectional study performed in 6 posyandu in 5 region of Jakarta since June until August 2014. Children who met the inclusion criteria were checked for measles IgG, identified for reaching protective level and mean of antibody. Association between second dose of measles vaccine with measles antibody level was also measured.
Results. From 145 participants, 125 (86,2%) had protective measles antibody level (≥ 120 mIU/ml) and 20 (13,8%) had not reached protective level (< 120 mIU/ml). The median measles antibody level in protective group was 844 mIU/ml, with minimum point was 129 mIU/ml and maximum point was 5000 mIU/ml. Children in 3-4 years old group had highest percentage of protective measles antibody level (91,8%) compare to children in 2-3 years old group (88,2%) and 1-2 years old group (72,7%). There were no association between age of immunization and nutritional status with measles antibody level.
Conclusion. (1) Proportion of children 1-4 years old who has been immunized one time measles immunization and reach protective measles antibody level was 77% (54/70) with the median of measles antibody level was 733,5 mIU/ml, (2) Proportion of children 1-4 years old who has been immunized twice or more measles immunization and reach protective measles antibody level was 94,6% (71/75) with the median of measles antibody level was 885 mIU/ml, (3) Twice or more measles immunization will increase protective level of measles antibody 1,227 times compare to one time measles immunization.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oki Zulkifli Duski
"Penyakit campak adalah penyakit infeksi viral akut yang mudah ditularkan, sehingga hampir semua anak yang dilahirkan pernah ketularan penyakit ini, sebagian besar sebelum mencapai umur 5 tahun. Imunisasi campak merupakan cara yang paling cost efektif untuk menanggulangi penyakit campak di masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status imunisasi campak dengan kejadian campak pada anak usia dibawah 5 tahun di Desa Pagerageung Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk pengelola program imunisasi.
Metode penelitian ini dirancang dengan Studi Historical Cohort ( Kohort Retrospektif ), dimulai dari keterpaparan. Terpapar adalah anak yang tidak diimunisasi campak sedangkan yang tidak terpapar adalah anak yang diimunisasi campak. Jumlah yang terpapar sebanyak 84 orang dan yang tidak terpapar 84 orang. Variabel yang diteliti meliputi faktor status imunisasi, pendidikan, pengetahuan dan sikap Ibu, serta kepadatan dan ventilasi hunian ditambah dengan efikasi vaksin.
Hasil penelitian menunjukan variabel yang berpengaruh terhadap kejadian campak adalah status imunisasi ( RR= 3,2 ), kepadatan ( RR= 3,3 ) dan ventilasi hunian ( RR= 3,9 ). Hasil efikasi vaksin adalah 50%, yang menunjukkan kedayagunaan vaksin masih rendah. Melihat hasil penelitian maka disarankan kepada Puskesmas untuk meningkatkan cakupan imunisasi campak ( UCI = 100% ) terutama daerah kantong, serta mengusulkan ke Kabupaten melalui Camat untuk mengadakan program rumah sehat terutama daerah potensial wabah.

Corelation of Measles Immunization Status with Measles Incident on The 5 Years Lower Age of Children When Measles Epidemic Disease at Pagerageung Village of Pagerageung Sub District of Tasikmalaya 2000. Measles Disease is viral acute infectious disease marked by fever and small red spots that cover the whole body when easy spread, so all the baby has been disease infected, before 5 years. Measles immunization which is effective cost to cope with measles disease at population. The research objections is know about of correlation measles immunization status with measles incidence on the 5 years lower age of children at Pagerageung Village of Pagerageung Sub District of Tasikmalaya. The result of research could be giving of mind contribution supporting of immunization management programs.
The research method started from the exposure with Cohort Historical Study Designed. The exposure is whose the children of measles immunization and but, Unexposure is whose the children with measles immunization. Whose the exposure about 84 person and unexposure about it 84 person. The research variables is immunization factor status, education, knowledge and mother attitude, also densely and occupancy ventilation with increase of vaccine effication.
The result research to show that variable which in influential on the measles incident is immunization status (RR=3,2), densely (RR=3,3) and occupancy ventilation (RR=3,9). Vaccine effication result is 50%, which show that still low vaccine efficiency. So would be suggestive to health society center for increasing measles immunization coverage (UCI=l00%) at local epidemic especially and have to suggest to regent pass through Sub District for organizing health house programs as specially at local of epidemic potential.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T1492
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Nuraprilyanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan perilaku ibu dan faktorfaktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi campak pada bayi di Kec.Pancoran Mas, Depok tahun 2009.
Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dimana setiap subjek diobservasi sekaligus pada saat yang sama. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak usia 9 sampai dengan 15 bulan di Kec. Pancoran Mas Depok. Pemilihan sampel menggunakan rancangan klaster dimana populasi dipilih berdasarkan dari subjek atau kesatuan analisis yang berdekatan satu dengan yang lain secara geografis dengan jumlah 100 ibu.
Teknik pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Pengolahan data menggunakan program komputer, disajikan secara univariat dan bivariat.
Hasil penelitian adalah persentase ibu yang memberikan imunisasi campak sebesar 81,5% dan yang tidak memberikan imunisasi campak sebesar 18,5%. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan bermakna secara statistik antara pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan, sarana, dukungan suami, dan keterpaparan informasi terhadap perilaku ibu dalam pemberian imunisasi campak pada bayi.
Untuk meningkatkan cakupan imunisasi campak, disarankan agar Dinas Kesehatan Kec. Pancoran Mas Depok meningkatkan kegiatan pelatihan pada petugas Puskesmas yang nantinya petugas Puskesmas dapat melakukan pelatihan bagi kader sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu dan kesadaran dalam mengimunisasi campak anaknya."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sellina Windri
"Indonesia telah mengimplementasikan program imunisasi nasional yang mencakup 5 imunisasi dasar, termasuk campak, namun, penyakit campak masih menjadi salah satu penyebab utama kematian pada anak. Pengetahuan dan sikap orangtua terhadap imunisasi merupakan faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku vaksin campak di DKI Jakarta dan hubungannya dengan pengetahuan serta sikap orangtua.
Penelitian dilaksanakan menggunakan metode cross sectional, melalui kuesioner. Terdapat pertanyaan Ya, Tidak dan Tidak tahu mengenai pengetahuan dan Skala Likert mengenai sikap dan perilaku terhadap vaksin campak. Kuesioner dibagikan kepada orangtua dari anak berumur 2-5 tahun di KB dan PAUD di Jakarta Selatan dan Jakarta Utara untuk kemudian dianalisa dengan program SPSS (Ver. 24) untuk dan meto chi-square.
Seratus lima puluh dua responden dari 200 memiliki pengetahuan yang buruk, 114 responden bersikap positif dan 188 responden memvaksinasi anak mereka dengan vaksin campak. Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dan pengetahuan orang tua serta pada hubungan antara sikap orang tua dan perilaku terhadap vaksin campak. Terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan orangtua dan perilaku dari vaksin campak dengan nilai p 0.009 dan odds ratio sebesar 5.01. Faktor lain; campur tangan pasangan/keluarga, kepercayaan, kekhawatiran terhadap efek samping dapat mempengaruhi perilaku orang tua terhadap vaksin campak.

Indonesia has implemented a national immunization program with 5 basic immunizations, including measles. However, measles remains to be one of the leading causes of death in children. Parents knowledge and attitude towards immunization is a factor affecting the practice. This research aims to know how is the practice of measles vaccine in DKI Jakarta and its association with parental knowledge and attitude towards it.
This is a cross sectional study using a questionnaire that includes Yes, No and Dont know questions regarding knowledge and Likert Scale questions regarding attitude towards measles vaccine. Questionnaires were distributed to parents of children of the age 2-5 years from playgroups and kindergartens in South and North Jakarta and was analyzed using SPSS for Macintosh (Ver. 24) and chi-square method.
One hundred and fifty-two out of 200 respondents had good knowledge about measles, 114 had positive attitude towards it and 188 respondents vaccinated their children with measles vaccine. P values of <0.05 were obtained on the relationship between parents education level and their knowledge about measles and measles vaccine and the relationship between parents attitude and their practice. A significant association was revealed between parents knowledge and their practice, shown by a p value of 0.009 and an OR of 5.01. Other factors; partners and familys involvement, beliefs and the fear of side effects may also affect the practice of measles vaccine.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Padri H.
"Campak adalah penyakit infeksi virus yang merupakan penyebab utama kematian pada anak di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Kabupaten Serang sebagai salah satu wilayah bagian /kota di Indonesia yang memiliki masalah kesehatan yang serius terhadap campak dimana peningkatan imunisasi mencapai lebih dari 90% tahun 1998.
Oleh karena itu, studi ini dianjurkan untuk menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit campak. Studi dibuat berdasarkan studi kasus kontrol dimana anak umur 15-59 bulan dengan gejala klinis campak (demam dan bercak merah) yang didiagnosa oleh bidan puskesmas sebagai kasus dan anak tanpa gejala klinis campak sebagai kontrol. Data dikumpulkan oleh bidan melalui kuesioner.
Studi menemukan bahwa faktor utama yang berhubungan dengan campak adalah umur ibu (OR 2, 74 95% CI: 1, 28-5, 89) dan pengetahuan ibu (OR 2, 01 95% CI: 1, 17-3, 44).
Studi ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu melalui penyuluhan di Posyandu oleh bidan atau kader desa.

Measles is a viral infectious disease that a main cause of morbidity and mortality in younger children in developing countries such as Indonesia. Serang as one of districts in Indonesia has a serious public health problem with measles in spite of increasing coverage immunization reached more than 90% in 1998.
Therefore, this study is aimed to determine the factors related to measles diseases. The study design was case control study where the children age 15-59 months with clinical symptoms of measles (fever and rash) that diagnosed by midwives of Puskesmas selected as the cases and the children with out clinical symptoms of measles selected as the control. Data were collected by the midwives using questioners.
This study found that factors were significant related to measles are the age of mother (OR 2, 74 95% CI: 1, 28-5, 89) and mothers knowledge (OR 2, 01 95% CI: 1, 17-3, 44).
The study recommends increasing the knowledge of the mothers through health promotion in Posyandu by conducting mother classes.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herbagyanto Purnomo
"Campak (Measles) merupakan penyakit yang umumnya menyerang anak di bawah lima tahun (balita). Penyakit ini disebabkan oleh virus dan dapat dicegah dengan imunisasi.
Pada anak dengan status gizi kurang dapat terjadi komplikasi seperti Diare, Pnemonia, Encephalitis, Otitis media dan adanya komplikasi tersebut dapat mengakibatkan kematian.
Di Indonesia angka kejadian (Incidence rate) pada balita adalah 19,4/10.000 balita, oleh karenanya pemerintah mengadakan program imunisasi terhadap bayi umur 9-12 bulan, agar angka kejadian campak dapat diturunkan.
Di Jakarta Selatan meskipun keberhasilan cakupan (caverage) imunisasi telah mencapai lebih dari 100 %, tetapi penyakit campak masih endemis di wilayah Jakarta Selatan, bahkan relatif tinggi untuk anak balita. Hal ini menimbulkan pertanyaan faktor penyebab apa saja yang dapat mempengaruhi kejadian campak pada anak usia 12 - 24 bulan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan disain kasus kontrol (Cases Control Study) dengan tujuan dapat menjawab pertanyaan diatas.
Sebagai kasus adalah anak usia 12 - 24 bulan yang menderita campak, dan sebagai kontrol adalah anak usia 12 - 24 bulan tidak menderita campak dan tinggal dekat rumah kasus. Jumlah kasus dan kontrol masing-masing sebanyak 50 anak (dengan perbandingan 1 : 1).
Variabel yang diteliti adalah status imunisasi dan status gizi anak; pendidikan, pengetahuan, dan sikap ibu; dan lingkungan rumah penderita yaitu kepadatan dan ventilasi hunian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status imunisasi dan status gizi anak; pendidikan ibu; keadaan rumah penderita berpengaruh terhadap kejadian campak pada anak usia 12 - 24 bulan, sedangkan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian campak berdasarkan kontribusinya secara berurutan adalah status imunisasi, status gizi dan ventilasi hunian.
Penelitian ini menyimpulkan bahua anak yang dilakukan imunisasi dengan status (keadaan) gizi yang baik dan tinggal pada rumah dengan ventilasi yang baik dapat mengurangi kejadian(insidence) campak.
Dari hasil penelitian ini disarankan untuk meningkatan cakupan imunisasi dengan memanfaatkan momentum "Pekan Inunisasi Nasional" ( PIN ) , perbaikan gizi anak balita dan perbaikan ventilasi rumah tinggal untuk menurunkan angka kejadian campak pada balita.

Measles is common childhood disease in children under five years of age. The Disease is spread by virus, and can be prevented by immunization. For children with poor nutrition. the disease can be complicated by diarrhea, pneumonia, enchephalitis and otitis media, and these complication can result in death.
The incidence for children in Indonesia under five years is 19,4 per 10.000 children, so to reduce this rate the government has implemented an immunization program for infant 9 to 12 months old. In South Jakarta even though the coverage of immunization exceed 100 percent, measles is still considered endemic to the area and is in fact relatively high for the children under five years. This poses the question: what factors influence the incidence of measles for children between 12 and 24 months in this area ?.
To answer this question, this research used the cases control study approach. The cases were children aged 12 to 24 months who had measles, and the controls were children aged 12 to 24 months who did not have measles and live near the cases. The number of both cases and controls was 50 children each ( a ratio of 1 to 1 ).
The variable examined were the immunization status and nutrition of child ; the mother's education, knowledge and attitude; and the surrounding environment, namely the population density and ventilation within the home.
The research indicated that the incidence of measles in children aged between 12 and 24 months old was influenced by the immunization status and nutrition of the child, the mother's education and the home environment, while the factors those most contributed to the incidence of measles were, in order of magnitude, the child's immunization status, the level of nutrition, and the home ventilation.
This research concludes that immunized children with a good nutrition and living in a well ventilated house can decreased the incidence of measles. The research suggest that to decrease the incidence of measles among children aged 12 to 24 months the extent of immunization be increased by taking advantage of the momentum created by the "Pekan Inunisasi National" ( PIN - National Immunization week ), that nutrition in children under 5 years old be improved, and that the public be made aware of importance of good ventilation in housing.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T5779
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutaryana
"Campak adalah penyakit virus akut(paramyxavirus) sangat mudah menular melalui udara atau kontak langsung namun tergolong penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Di Indonesia penyakit campak telah masuk pada tahap reduksi dengan cakupan imunisasi (>90 %) namun Case fatality rate (CFR) eukup tinggi yaitu sekitar 1,7 - 2,4 oleh karena itu penelitian kearah mencari faktor penyebab penyakit campak pads balita dalam hal ini dibatasi pada faktor kesehatan lingkungan dan karakteristik anak balita yang berkaitan dengan kejadian penyakit campak pada balita menjadi sangat beralasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi frekwensi, hubungan dan mencari model faktor kesehatan lingkungan (16 variabel) dan karakteristik anak balita (5 variabel ) dengan kejadian penyakit campak pada balita. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Garut dengan metode kasus kontrol, jumlali sampel masing masing 150 kasus dan 150 kontrol total 300 sampel (1:1), rentang waktu antara Bolan Juli 2000 aid Bulan Desember 2001.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 21 Variabel yang dilakukan uji hubungan bevariat ada 15 variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan p 0.05 (hipotesis ditolak). Dan 5 variabel p > 0.05 (hipotesis gagal ditolak).
Model akhir tanpa interaksi didapat lima variabel utama yang berhubungan dengan kejadian campak adalah Imunisasi nilai B (3.340), Jendela (1.468), Vit A ( 1.319), Kepadatan ( 0.885) dan Cahaya (0.846) dengan konstanta -5.218. Faktor paling dominan adalah imunisasi dengan OR 28.228 pada CI 95 % 11.789-67.588, sedangkan setelah melalui uji interaksi terdapat dua variabel tunggal dan 2 yang berinteraksi yaitu 1286 (Imunisasi), 1,393 (Cahaya by Jendela), 0.933 (Kepadatan), dan 0.947 (Cahaya by Vit A) dengan konstanta -3.951 faktor paling dominan yang dapat mempengaruhi kejadian campak adalah Imunisasi dengan nilai B = 3.951 dengan QR = 26.72 nilai C195 % = 11.301-63.201
Untuk aplikasi penanganan program ini tentu memerlukan strategi khusus, yang intinya perlu pelayanan kesehatan masyarakat yang komprehensif berupa pelayanan promosi dan pencegahan berupa pelayanan intensif pelaksanaan imunisasi dan pemberian vitamin A serta melaksanakan perbaikan kesehatan lingkungan fisik rumah terutama sistem pencahayaan, jendelanisasi, dan pengurangan kepadatan kamar.

Measles is an accute viruses deseases (paramyxovirus)_ It is very easy infected to other people direct contact, but can be prevented by immunization. In Indonesia measles deseases is in reduction phase with immunimtion trap >90 %, but the Case fatality rate (CFR) is high between 1.7 - 2.4. There efor the study to find the risk factor of measles on childhood in this case is limited on environtmenal health factor and the characteristic of childhood that is associated with measles incidence of childhood is very reasonable.
The purpose of this study is to know the distribution anda freqkfency, the association and find the environment health factors model (16 variables) and characteristik of childhood (5 variable) with the measles incidence on Childhood at Garut District 2000-2001 year.
This study was being done at Garut district using case control method_ The sample of this study is 300 ehilldhood (150 cases and 150 control) the study last from July 2000 --- Descember 2000. The result of this study showed that from 21 variable there is 16 variabels is significant because p < 0.05.
The multivariate final model are : immunization B velue (3.340), Windows (1.468), Vit A ( 1.319), Crowding ( 0.885) and Lighting (0.846), constanta -5.218. The strenght of Factor is immunization with OR 28.228 at CI 95 % 11389-67.588.
Interaksi test result is 3.286 (Imunisation), 1.393 (Light by windows), 0.933 (Croeding, and 0.947 (Lighting by Vit A), constanta -3.951 and strenght factor is Imunisation with B value = 3.951 , OR = 26.72 Cl 95 % = 11.301-63.201
Sugestion for program Aplication cocerning measles program in Garut District is a comprehensif action, covering Promotion, prevention, Curative dan Rehabilitation. The priority program are Immunization programe, Vitamin A, and Rehabilitation of Window, sistem of Lighting Room and reduction of Ovbercrowding.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 8197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah Rizky Purwandini Sugiarto
"Campak sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang perlu ditangani, karena kasus campak masih tinggi dan hampir terjadi di semua daerah. Kasus campak di Kabupaten Serang dapat menimbulkan terjadinya KLB campak. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran epidemiologi kasus campak pada KLB campak di Kabupaten Serang tahun 2010-2012. Penelitian ini menggunakan desain studi seri kasus. Hasil penelitian didapatkan penderita campak tahun 2010 sebanyak 137 orang, tahun 2011 sebanyak 93 orang dan 2012 sebanyak 5 orang, umur penderita campak tertinggi 0-4 tahun dengan kebanyakan status tidak diimunisasi.
Penderita didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Attack Rate tertinggi pada perempuan, umur 0-4 tahun dan status tidak diimunisasi. Case Fatality Rate 2.58% terjadi tahun 2010. Kasus campak terjadi pada daerah dengan kepadatan penduduk tinggi, tahun 2010 di Kecamatan Cikeusal, tahun 2011 di Kecamatan Kibin dan tahun 2012 di Kecamatan Baros. Berdasarkan data tersebut, diharapkan Kabupaten Serang dapat meningkatkan cakupan imunisasi campak terutama sasaran kelompok umur <5 tahun serta pemberian penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya imunisasi campak.

Measles is still a health issue that needs to be addressed, because the high and cases of measles occurred in almost all areas. Serang measles cases can lead to measles outbreaks. The purpose of this study was to determine an overview of epidemiology cases of measles in an outbreak of measles in Serang in 2010-2012. This study used a case series study design. The results obtained with measles in 2010 as many as 137 people, as many as 93 people in 2011 and 2012 as many as 5 people, the highest measles patients aged 0-4 years with most of the state are not immunized.
Patients are dominated by the female gender. Attack the highest rate among women, age of 0-4 years and status is not immunized. Case Fatality Rate 2.58% occurred in 2010. Measles cases occurred in areas with high population density, in 2010 in District Cikeusal, in 2011 in the District Kibin and 2012 in the District of Baros. Based on these data, it is expected to increase Serang measles immunization coverage primarily targeted age group <5 years as well as providing education to the public about the importance of immunization against measles.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45376
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arleni
"Campak merupakan penyakit yang sangat menular dan sebagai penyebab utama kematian anak di negara berkembang termasuk di Indonesia. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat mempunyai cakupan imunisasi campak yang cukup tinggi dari tahun 2009-2013. Namun demikian masih terjadi KLB penyakit campak yang terjadi pada periode Desember 2013 sampai dengan Februari 2014 di Desa Segarjaya Kecamatan Batujaya. Desain penelitian ini adalah desain kasus kontrol.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian campak pada Kejadian Luar Biasa (KLB) campak di Desa Segarjaya Wilayah Puskesmas Batujaya Kabupaten Karawang Tahun 2014. Kasus adalah anak usia 0-14 tahun yang didiagnosa menderita campak berdasarkan gejala klinis dan tercatat dalam laporan C1 Dinas Kesehatan dan didiagnosa campak pada saat investigasi KLB, kontrol adalah anak yang tidak menderita gejala klinis campak, tetangga kasus yang rumahnya berdekatan dengan perbandingan jumlah kasus dan kontrol 1:2. Sebanyak 57 kasus dan 117 kontrol yang memenuhi kriteria inklusi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor utama yang berpengaruh terhadap kejadian campak pada KLB campak adalah jenis kelamin lak-laki OR=1,9 (CI 95%: 1,00-3,6), status anak yang tidak imunisasi memiliki OR= 2,5 (CI 95%: 1,20-5,2), anak yang mempunyai riwayat kontak OR=15,4 (CI 95%: 6,9-33,9). Sedangkan faktor yang bersifat protektif adalah faktor ibu yang tidak bekerja OR=0,4 (CI95%: 0,20-0,91).
Dari hasil penelitian disarankan agar meningkatkan peran serta masyarakat dalam program imunisasi dan melaporkan segera jika ada kasus dengan gejala campak pada tenaga kesehatan, penguatan program imunisasi dan penguatan surveilans epidemiologi campak.

Measles is a highly contagious disease and a major cause of child mortality in developing countries, including in Indonesia. Karawang regency is one of regencies in West Java has the measles immunization coverage is high enough from the years 2009 to 2013. However, there are measles outbreaks occurred in the period December 2013 to February 2014 in the Segarjaya Village District of Batujaya. This study design is case-control design.
The purpose of this study to describe the factors that influence the incidence of measles in Extraordinary Events (KLB) in the Segarjaya Village of measles Regional Health Center Batujaya Karawang of district in 2014. Cases were children aged 0-14 years who were diagnosed with measles based on clinical symptoms and recorded the Department of Health and C1 reports diagnosed measles outbreaks during the investigation, control is a child who does not suffer from clinical symptoms of measles, a neighbor whose house is adjacent to the case of a comparison of cases and controls 1:2. A total of 57 cases and 117 controls who met the inclusion criteria.
The results showed that the main factors that influence the incidence of measles in measles outbreaks are lacquer-male gender OR=1.9 (CI 95%: 1,00-3,6)), the immunization status of children who do not have OR=2.5 (CI 95%: 1,20-5,2), children who have a history of contact OR = 15.4 (CI 95%: 6,9-33,9). While the protective factor is a factor that is not working mothers OR=0.4 (CI95%: 0,20-0,91).
From the results of the study suggested that increase community participation in immunization programs and report immediately if there is a case with symptoms of measles on health workers, strengthening immunization programs and the strengthening of epidemiological surveillance of measles.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55921
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Putrie Lestari
"ABSTRAK
Penyakit campak merupakan penyakit menular dan sangat berbahaya. Oleh karena
itu, perlu dilakukan suatu upaya untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit ini.
Salah satu cara yang efektif untuk mengatasi penyebaran penyakit ini adalah
vaksinasi campak. Strategi vaksinasi dibedakan menjadi dua, yaitu strategi constant
vaccination dan strategi pulse vaccination. Tesis ini membahas pengaruh strategi
pulse vaccination terhadap pencegahan penyebaran penyakit campak dengan
menggunakan model epidemik SIR (Susceptible, Infectious, Recovered).
Berdasarkan pembentukan model tersebut, diperoleh suatu nilai ambang batas
epidemik yang digunakan sebagai batasan untuk analisis selanjutnya. Analisa sistem
dinamik pada model dengan menentukan solusi periodik bebas infeksi, yang
menggunakan pemetaan stroboskopik dan titik tetap. Selain itu, ditentukan kestabilan
dari solusi periodik bebas infeksi dengan menggunakan metode linierisasi dan teori
Floquet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kestabilan solusi periodik bebas
infeksi bergantung pada pengambilan nilai dari periode pulse vaccination (T) yang
kestabilannya bersifat lokal. Berdasarkan kriteria kestabilan tersebut diperoleh bahwa
strategi pulse vaccination akan berhasil mencegah terjadinya penyebaran penyakit
campak jika nilai dari T < Tmax . Untuk mendukung pembahasan teori di dalam
penelitian ini, dilakukan simulasi dengan menggunakan software Matlab.

Abstract
Measles is a highly infectious and dangerous disease. Therefore, there should be an
attempt to prevent the spread of this disease. One effective way to tackle the spread
of this disease is measles vaccination. Vaccination strategies can be divide into two,
that are constant vaccination and pulse vaccination. In this thesis, it is discussed the
influence of pulse vaccination strategy against measles prevention of the spread of
disease by using the SIR (Susceptible, Infectious, Recovered) epidemic model. Based
on the model building, it is obtained an epidemic threshold values that are used as
constraints for further analysis. Analysis of dynamical systems on the model by
determining the infection-free periodic solution by using a stroboscopic map and
fixed point. Furthermore, we determine the stability of infection-free periodic
solution by using the linearization method and Floquet theory. The results of this
study showed that the stability of infection-free periodic solution depends on the
uptake values of pulse vaccination period (T) which is local stability. Based on the
stability criteria is obtained that the pulse vaccination strategy will successfully
prevent the spread of measles disease if the value of T < Tmax. To support the
discussion of the theory in this study, we perform simulations using the software
Matlab."
Universitas Indonesia, 2012
T30171
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>