Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 210321 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ferry Darmawan
"ABSTRAK
Latar Belakang
Persalinan preterm bukan hanya merupakan masalah kesehatan dengan kejadian yang tinggi (11,1%) tetapi juga penyebab tertinggi (30%) kematian bayi di Indonesia. Faktor risikonya antara lain periodontitis dan kemungkinan karies dentis. Hal ini menunjukkan pentingnya kesehatan gigi dan mulut pada saat kehamilan. Namun, perilaku ibu hamil untuk memeriksakan kesehatan gigi dan mulut masih buruk.
Tujuan
Mengetahui perbandingan prevalensi periodontitis dan karies dentis serta pengetahuan, sikap, perilaku kesehatan gigi mulut antara ibu dengan persalinan preterm dengan persalinan spontan.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan pendekatan pengambilan sampel seperti kasus kontrol. Kelompok kasus adalah ibu hamil yang mengalami persalinan preterm dan kelompok kontrol adalah ibu hamil yang yang bersalin spontan. Diagnosis periodontitis berdasarkan kriteria Community Periodontal Index (CPI). Diagnosis karies berdasarkan adanya karies pulpa. Penilaian pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan kuisioner. Karakteristik demografik dan variabel perancu dikontrol dengan analisis multivariat.
Hasil
Didapatkan 182 subjek penelitian yang terdiri dari 83 subjek kasus dan 79 pasien kontrol. Prevalensi periodontitis lebih tinggi pada kelompok persalinan preterm namun tidak bermakna sebagai faktor risiko persalinan preterm (55,4 % vs 54,4 %, p 0,089). Prevalensi karies dentis lebih tinggi pada persalinan preterm namun juga tidak bermakna sebagai faktor risiko persalinan preterm (62.7 % vs 59,5 %, p 0,680.). Tidak didapatkan perbedaan bermakna antara pengetahuan, sikap dan perilaku mengenai kesehatan gigi mulut pada ibu hamil kedua kelompok.
Kesimpulan
Prevalensi periodontitis dan karies dentis pada populasi ini cenderung tinggi. Prevalensi tersebut lebih tinggi pada persalinan preterm namun bukan merupakan faktor risiko persalinan preterm pada populasi ini. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan gigi mulut antara pada ibu hamil yang mengalami persalinan preterm dibandingkan kontrol.

ABSTRACT
Backgrounds
Preterm labor is not only one of health problems with high incidence (11.1%), but also the most cause of perinatal death (30%) in Indonesia. The risk factors are periodontitis and dental caries which assumed. This condition emerges the importance of oral health during pregnancy. However, the behavior of pregnant women for routine oral health evaluation is poor.
Objectives
To compare the prevalence of periodontitis and dental caries, knowledge, attitudes, and behaviors about oral health between women with preterm labor and spontaneous labor.
Methods
This study was a cross sectional study with case-control sampling approach. Case group were pregnant women who experience preterm labor and the control group were women with spontaneous labor. Diagnosis of periodontitis was according to Community Periodontal Index (CPI) criteria. Diagnosis of caries was based on the presence of caries pulp. Assessment of knowledge, attitudes, and behaviors of oral health were using questionnaires. Demographic characteristics and confounding variables were controlled using multivariate analysis.
Results
One hundred and eighty two subjects were obtained, consisted of 83 cases subjects and 79 control subjects. The prevalence of periodontitis was higher but not significant as risk factor for preterm labor (55.4% vs. 54.4%, p 0.089). The prevalence of caries was not significantly different (62.7% vs. 59.5%, p 0.680.). There were no significant differences between knowledge, attitudes and behaviors of oral health in two groups of pregnant women.
Conclusions
Prevalence of periodontitis and dental caries were relatively high. Both prevalences were higher among preterm group, but were not significant risk factors in this population. There were no significant differences between knowledge, attitudes, and behaviors of oral health among preterm group and control."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selvi Nafisa Shahab
"Kelahiran preterm merupakan penyebab tertinggi kematian pada bayi. Angka preterm di negara berkembang masih tinggi dan terus meningkat. Oleh sebab itu, dibutuhkan penelitian untuk mengetahui prevalensi kelahiran preterm di Indonesia beserta anemia pada ibu sebagai salah satu faktor risiko. Desain penelitian ini adalah potong lintang menggunakan data sekunder yang diperoleh dari rekam medis ibu yang melahirkan di RSCM tahun 2011. Data diambil dengan jumlah sampel 2.184 ibu dan diuji dengan uji kai-kuadrat untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan kelahiran preterm dan anemia pada ibu.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi anemia pada ibu melahirkan di RSCM tahun 2011 adalah 29,1% dan prevalensi kelahiran preterm di RSCM tahun 2011 adalah 26,9%. Pada uji kai-kuadrat, didapatkan terdapat perbedaan bermakna (nilai p<0,001) antara kelahiran preterm dengan anemia pada ibu melahirkan di RSCM tahun. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara anemia pada ibu dengan kelahiran preterm.

Preterm labor is one of the highest causes of babies’ mortality. Prevalence of preterm in developing countries is still high and keeps growing. Therefore, we need a research to find out prevalence of preterm labor in Indonesia with maternal anemia as one of the risk factors. Research design used is cross-section using secondary data from medical record of patients delivering in RSCM in year 2011. The data had been taken with 2184 mothers as the samples and was tested with chi-square test to reveal if there is association between preterm labor and maternal anemia.
Result of this research shows that prevalence of maternal anemia of patients delivering in RSCM in year 2011 is 29,1% while prevalence of preterm labor in RSCM in year 2011 is 26,9%. From chi-square test, there is significant difference (p<0,001) between preterm labor with maternal anemia of patients delivering in RSCM in year 2011. We conclude that there is significant difference between maternal anemia and preterm labor.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robertus Dimitri Haryo Prabowo
"Latar Belakang: Persalinan prematur merupakan salah satu penyebab kematian anak dibawah lima tahun terbesar di dunia dan penentu kesehatan jangka panjang pada anak. Di Indonesia rata-rata persalinan prematur setinggi 15,5 per seratus kelahiran bayi. Aktivitas fisik ibu hamil pada satu bulan terakhir merupakan faktor penting yang mempengaruhi kelahiran bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat aktivitas ibu hamil terhadap kejadian persalinan prematur.
Metode: Penelitian cross-sectional ini dianalisis dengan uji Chi-Square. Pemelitian ini menggunakan kuisioner Pregnancy Physical Activity Questionare yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan divaldasi pada penelitian sebelumnya yang serupa. Rasio Prevalensi dan Confiende Interval. Selain itu dilihat pula analisis bivariat dengan menambahkan hubungan kejadian persalinan prematur dengan faktor-faktor lainnya.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan sampel ibu melahirkan dengan hasil 36 ibu dengan persalinan prematur dan 24 ibu dengan persalinan aterm. Mayoritas sampel tergolong aktivitas sedenter. Analisis hubungan antara aktivitas fisik dengan persalinan prematur tidak bermakna secara statistik p=0,957 dengan rasio prevalensi 0.933. Faktor-faktor lain yang juga diuji tidak memiliki hubungan bermakna.

Introduction: Preterm labor is one of the cause of death to children under five years in the world and one of the indicator of children health for a long term. In Indoneisa the rates of Preterm labor is 15.5 of a hundred birth. Physical activity at pregnant women for their last month is one of the important factor which can influence the outcome of the labor. This research purpose is to know if physical activity at pregnant women for their last month can affect preterm labor occurence.
Method: This cross sectional study used Chi Square test. This reseacrh are using Pregnancy Physical Activity Questionnaire that has been translated to Indonesia language and validated from another similar research. Prevalance Ratio and Confidence Interval. Along with physical activity,the other factor will be analyzed with bivariat technique.
Results: There are 36 mother with preterm labor and 24 mother with aterm labor. The most of sample categorized in sedentary activity. The analyzed result of relation between physical activty show that there are no statistical significant difference p 0,957 with Prevalence Ratio 0,933. Another factor which already tested are also no statistical significant difference.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Nur Amalina
"Latar Belakang: Persalinan prematur tetap menjadi perhatian kesehatan global yang signifikan, dengan berkontribusi pada kematian neonatal dan dampak kesehatan jangka panjang yang buruk. Indonesia juga terus menghadapi tingkat kejadian persalinan prematur yang tinggi, yang mengakibatkan Tingkat Kematian Neonatal (NMR) sebanyak 14 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Mengingat sebagian besar kematian ini dapat dicegah, pemahaman terhadap faktor risiko merupakan langkah awal dalam mencegah persalinan prematur. Metode: Studi potong lintang analitik ini dilakukan dengan menggunakan data dari tahun 2021 yang berasal dari Departemen Obstetri dan Ginekologi, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Faktor-faktor risiko yang mencakup usia, hipertensi, kehamilan ganda, riwayat persalinan prematur sebelumnya, dan diabetes, dianalisa hubungannya dengan persalinan prematur. Hasil: Studi ini mencakup 185 kasus persalinan prematur dan 185 kasus non-persalinan prematur. Usia rata-rata adalah 28,65 tahun (SD = 5,206). Perbedaan yang signifikan secara statistik teramati antara hipertensi (χ2(1) = 11,52, p < 0,001, Cramer’s V = 0,176, OR = 2,412), kehamilan ganda (χ2(1) = 6,58, p = 0,01, Cramer’s V = 0,133, OR = 9,409), dan riwayat persalinan prematur sebelumnya (χ2(1) = 10,25, p = 0,01, Cramer’s V = 0,166, OR = 2,107) dengan kejadian persalinan prematur. Perbedaan signifikan secara statistik dalam usia rata-rata tidak teramati antara wanita yang mengalami persalinan prematur dan yang tidak mengalami persalinan prematur (p = 0,872). Kelompok usia (p = 0,872) dan diabetes (p = 0,171) dilaporkan tidak memiliki perbedaan signifikan secara statistik terhadap kejadian persalinan prematur. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa hipertensi, kehamilan ganda, dan riwayat persalinan prematur sebelumnya adalah faktor risiko terhadap kejadian persalinan prematur.

Introduction: Preterm labor remains a significant global health concern, contributing to neonatal mortality and long-term adverse health outcomes. Indonesia also continues to face a high prevalence of preterm labor, resulting in a Neonatal Mortality Rate (NMR) of 14 deaths per 1,000 live births. Given that a substantial proportion of these deaths is preventable, an accurate assessment of risk factors represents the initial step in preventing preterm labor. Methods: This analytic cross-sectional study was conducted through utilizing data from the year 2021, with the data originating from the Department of Obstetrics and Gynecology, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Risk factors which included age, hypertension, multiple gestations, history of previous preterm labor, and diabetes, were examined for their association with preterm labor. Results: The study included 185 cases of preterm labor and 185 non-preterm labor cases. Mean age was 28.65 years (SD = 5.206). A statistically significant difference was observed between hypertension (c2(1) = 11.52, p < 0.001, Cramer’s V = 0.176, OR = 2.412), multiple gestations (c2(1) = 6.58, p = 0.01, Cramer’s V = 0.133, OR = 9.409), and history of previous preterm labor (c2(1) = 10.25, p = 0.01, Cramer’s V = 0.166, OR = 2.107) with the occurrence of preterm labor. A statistically significant difference in mean ages were not observed between those that had preterm labor and those without preterm labor (p = 0.872). Age groups (p = 0.872) and diabetes (p = 0.171) was reported to not have statistically significant differences to the occurrence of preterm labor. Conclusion: This study illustrates hypertension, multiple gestations, and history of previous preterm labor, to be risk factors towards the occurrence of preterm labor."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marcella Giovanni Gunawan
"Latar belakang: Indonesia memiliki jumlah lansia yang banyak dan akan terus bertambah setiap tahunnya. Karies gigi dan karies akar merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering dialami oleh lansia. Perilaku kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor penyebab karies yang dapat dimodifikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku kesehatan gigi dan mulut pada status karies gigi dan akar lansia di tahun 2018. Metode: Desain studi cross-sectional menggunakan data Riskesdas 2018. Jumlah sampel sebanyak 4678 subjek usia 60 tahun ke atas. Hasil: Prevalensi karies gigi dan karies akar lansia Indonesia secara berturutturut adalah 95,7% dan 95,5%. Lansia Indonesia memiliki skor rerata decay, missing, filled teeth (DMFT) sebesar 15,6 (SE 0,1) dan skor median root caries index (RCI) sebesar 38,9% (IQR 10%,77,8%). Sembilan dari sepuluh lansia Indonesia tidak mengunjungi tenaga medis gigi dalam setahun terakhir. Uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa perilaku menyikat gigi, konsumsi makanan manis, konsumsi minuman manis, dan berkunjung ke tenaga medis gigi memiliki korelasi (p < 0,05) pada skor rerata DMFT lansia Indonesia. Hal yang mirip juga terlihat pada skor median RCI lansia Indonesia, kecuali pada korelasinya dengan makanan manis. Selain itu, perbedaan skor rerata DMFT terlihat antara kategori sosiodemografi usia, tingkat pendidikan, status ekonomi, pekerjaan dan daerah domisili. Perbedaan status karies akar juga terlihat antara kategori sosiodemografi usia, tingkat pendidikan, status ekonomi, daerah domisili, dan jaminan kesehatan. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan status karies lansia di Indonesia. Program preventif karies, peningkatan kunjungan dokter gigi, dan adanya kebijakan pemerintah untuk menurunkan konsumsi gula pada lansia disarankan.

Background: Indonesia has a large number of elderly and will continue to grow every year. Dental caries and root caries are dental and oral health problems that are often experienced by the elderly. Dental and oral health behavior is one of the modifiable causes of caries. The purpose of this study was to determine the relationship between dental and oral health behavior on the dental caries status and roots of the elderly in 2018. Methods: Cross-sectional study design using Riskesdas 2018 data. The number of samples was 4678 subjects aged 60 years and over. Results: The prevalence of dental caries and root caries in the Indonesian elderly were 95.7% and 95.5%, respectively. Indonesian elderly have a mean decay, missing, filled teeth (DMFT) score of 15.6 (SE 0.1) and a median root caries index (RCI) score of 38.9% (IQR 10%, 77.8%). Nine out of ten Indonesian seniors did not visit dental personnel in the past year. Spearman correlation test showed that the behavior of brushing teeth, consumption of sweet foods, consumption of sugary drinks, and visits to dental medical personnel had a correlation (p < 0.05) on the average DMFT score of the Indonesian elderly. The same thing is also seen in the median RCI score of the Indonesian elderly, except for the correlation with sweet foods. In addition, differences in DMFT mean scores were seen between sociodemographic categories of age, education level, economic status, occupation and area of ​​domicile. Differences in root caries status were also seen between sociodemographic categories of age, education level, economic status, area of ​​domicile, and health insurance. Conclusion: There is a relationship between dental and oral health behavior and the caries status of the elderly in Indonesia. A caries prevention program, an increase in dentist visits, and a government policy to reduce sugar consumption in the elderly are recommended."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyaningrum Dwihadiputro
"ABSTRAK
Perilaku hidup sehat gigi dan mulut akan berdampak pada status kesehatan gigi dan
mulut seseorang berupa ada atau tidak . Peran ibu dalam menjaga kesehatan gigi dan
mulut anak ataupun mendidik anak dalam kesehatan gigi sangat tergantung kepada
perilaku ibu. Anak usia 4-5 tahun termasuk kelompok risiko karies yang tinggi, maka
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan perilaku kesehatan gigi dan
mulut ibu terhadap status karies ibu dan anak. Tujuan penelitian ini adalah
membuktikan adanya hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi mulut ibu,
beserta data status kesehatan karies ibu dan anak. Subjek pada penelitian iniadalah 61
ibu dan anaknya berusia 4-5 tahun yang bersekolah di TK Cempaka Kelurahan
Gondangdia Jakarta Pusat, TK YWPM Kelurahan Tanah Tinggi Jakarta Pusat, TK
Mutiara Indonesia Bekasi. Metode penelitian ini menggunakan rancangan
observasional potong lintang. Di dalam rancangan ini dilakukan pemeriksaan perihal
perilaku kesehatan gigi dan mulut pada ibu, status karies ibu dan anak berdasarkan
indeks DMF-T, def-t dan pemeriksaan derajat keasaman (pH) plak. Pemeriksaan
terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut ibu menggunakan kuesioner HU-DBI.
Pada penelitian ini didapatkan indeks karies ibu dan anak yang tinggi. Hasiluji Mann-
Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara karies gigi ibudan anaknya,
namun tidak ada perbedaan status karies anak antara ibu rumah tangga dan ibu yang
bekerja. Dari uji binomial diketahui bahwa perilaku ibu dalam menjaga kesehatan
gigi dan mulutnya adalahbaik. Hasil uji Spearman diketahui bahwa terdapat
hubungan yang sangat lemah dan tidak bermakna antara perilaku kesehatan gigi dan
mulut ibu terhadap status karies ibu dan anak, serta hubungan berdasarkan pekerjaan
ibu terhadap indeks karies ibu dan anak. Perilaku kesehatan gigi dan mulut ibu yang
baik masih menjadir isiko terjadinya karies ibu, namun dapat menjadi factor protektif
dalam risiko kejadian karies anaknya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perilaku
kesehatan gigi dan mulut ibu memiliki hubungan yang sangat lemah dan tidak
bermakna dengan status karies ibu dan anak, namun perilaku ibu dapat menjadi factor
protektif dari terjadinya risiko karies gigi anaknya.

ABSTRACT
Oral health behavior will have an impact on oral health status of a person in the form
of the presence or absence of diseases in the mouth. Mothers’ role in maintaining oral
health in children or educate children dental health is dependent upon the mothers’
behavior.Children aged 4-5 years is include in a high caries risk group, it is necessary
to conduct a study to determine the relationship of oral health to the mother caries
status of mothers and children.The purpose of this study is to prove the existence of a
relationship mothers’ oral health behavior, along with the data caries status of
maternal and their children’s health. Subjects in this study were 61 mothers and their
children aged 4-5 years who attended TK CempakaGondangdia village in Central
Jakarta, TK YWPM Tanah Tinggi village in Jakarta Pusat, TK Mutiara Indonesia
Bekasi. Method of this study uses cross-sectional observational design. The
examination concerning mothers’ oral health behavior, the mother and child caries
status based on DMF-T, def-t index, and the examination of the degree of acidity
(pH) plaque. Examination of mothers’ oral health behavior using HU-DBI
questionnaire.In this study obtained caries index on mothers and children is high.
Mann-Whitney test results show that there is a difference of dental caries between
mothers and their children, but there was no difference in caries status of children
with housewives and working mothers. From the binomial test is known that
mothers’ oral health behavior in maintaining healthy teeth and mouth counted as
good.Spearman's test result is known that there is a very weak and no significant
correlation between mothers’ oral health behavior with caries status of mothers and
children, and relationships based on mothers’ employment and child caries index.
Good oral health behavior of mothers is still a risk on mothers’ dental caries, but can
be a protective factor in the incidence of caries risk in their children.The conclusion
of this study is mothers’ oral health behavior has a very weak and no significant
correlation with caries status of mother and children, but mothers’ oral health
behavior may be a protective factor of occurrence of dental caries risk in children."
2013
T35000
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivana
"Ibu memiliki peran penting dalam keluarga, terutama dalam pembentukan perilaku kesehatan gigi dan mulut anaknya karena ibu merupakan pengasuh utama dalam keluarga. Molar permanen pertama rentan terhadap karies karena gigi ini merupakan gigi permanen yang pertama kali tumbuh dan banyak tidak mengetahui keberadaan gigi ini. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan perilaku kesehatan gigi-mulut ibu dengan angka karies molar permanen pertama pada anak. Disain penelitian adalah analitik deskriptif potong lintang. Variabel yang dihubungkan adalah perilaku kesehatan gigi-mulut ibu dengan angka karies molar permanen pertama. Kuisioner untuk menilai perilaku kesehatan gigi-mulut ibu melalui model Knowledge, Attiude, and Practice (KAP) dan pemeriksaan karies dilakukan secara klinis mengikuti WHO. Perilaku kesehatan gigi-mulut ibu dinilai dari pengetahuan, sikap dan tindakan kesehatan gigi-mulut ibu. Analisa statistic dengan uji komparasi Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis, serta uji korelasi menggunakan uji korelasi Spearman. Uji komparasi antara karakteristik ibu dengan angka karies molar permanen pertama pada anak memperlihatkan ada perbedaan tidak bermakna (p ³ 0,05). Uji korelasi antara perilaku kesehatan gigi-mulut ibu dengan angka karies molar permanen pertama menunjukkan korelasi kuat (r ³ 0, 66) dan bermakna (p £ 0,05). Uji korelasi antara perilaku kesehatan gigi-mulut ibu dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan kesehatan gigi-mulut anak yang karies dan tidak karies ditemukan korelasi kuat (r ³ 0,66) dan bermakna (p £ 0,05). Kesimpulan tidak ada hubungan antara usia ibu, tingkat pendidikan dan status pekerjaan ibu dengan angka karies molar permanen satu anak. Ada hubungan bermakna antara perilaku kesehatan gigi-mulut ibu dengan angka karies molar permanen pertama pada anak. Ada hubungan antara perilaku kesehatan gigi-mulut ibu dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan kesehatan gigi-mulut ibu.

A mother has a very important role in the family, especially in shaping the oral health behavior of the child because mother is the main caregiver in the family. First permanent molar is susceptible to caries because these teeth were the first permanent teeth that erupt and many people not knowing the location of these teeth. The objective of the study is to analyze the relation between mother?s oral behaviors with the caries rate of child?s first permanent molar. The study design was analytic descriptive cross-sectional. The variables to correlate were the mother?s oral health behaviors with the caries rate of child?s first permanent molar. The questioner to assess the oral health behavior of the mother was through Knowledge, Attiude, and Practice (KAP) survey and the caries assessment was done according to WHO. Oral health behavior of the mother was asses from oral health knowledge, attitude and practice of the mother. Statistic analysis with Mann-Whitney dan Kruskal-Walliscomparison test, as well as Spearman correlation test was used. Comparison test between the mother?s and child?s characteristic with caries rate of first permanent molars showed there was no significant difference (p ³ 0,05). Correlation test between oral health behavior with caries rate of first permanent molar showed strong (r ³ 0, 66) and significant(p £ 0,05) correlation. Correlation test between mother?s oral health behavior and oral health knowledge, attitude and practice of the mother showed strong (r ³ 0,66) and significant (p £ 0,05) correlation.It can be concluded that there was a significant correlation between oral health behavior of the mother and caries rate of child?s first permanent molar. It also concluded that there was no correlation between mother?s age, educational level, and employment status of the mother with first permanent molar caries rate of the children. There is a significant correlation between the mother?s behavior and the first permanent molar caries rate of the child. There is a correlation between oral health behavior of the mother and the oral health knowledge, attitude, and practice of the mother."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Septiana Dewi Kusumawati
"Persalinan preterm merupakan persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat bayi yang dilahirkan kurang dari 2500 gram. Persalinan preterm masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas neonatal di dunia. Risiko terjadinya bersifat multifaktorial salah satunya ketuban pecah dini. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara ketuban pecah dini dengan persalinan preterm di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta periode Januari-Juni 2017. Penelitian ini menggunakan desain pendekatan crossectional dengan jumlah sampel sebanyak 652 sampel yang diambil dari seluruh rekam medik ibu bersalin di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo periode Januari-Juni 2017 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
Hasil analisis multivariat menunjukan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara ketuban pecah dini dengan persalinan preterm setelah mengontrol variabel ketiga, yang terbukti secara statistic dengan pvalue 0,000 dan OR 3,255. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu yang mengalami ketuban pecah dini berisiko 3 kali lebih besar untuk persalinan preterm dibandingkan ibu yang tidak mengalami ketuban pecah dini. Berdasarkan hasil tersebut diharapkan ibu hamil selalu waspada dan menjaga kesehatan agar tidak terjadinya ketuban pecah dini sehingga mampu mempertahanka kehamilannya sampai usia cukup bulan.

Preterm labor is delivered before 37 completed weeks with the weight of a baby born less than 2500 grams. Preterm labor is still the main cause of neonatal morbidity and mortality in the world. The risk of occurrence is multifactorial, one of which is premature rupture of the membranes. This study aims to see the relationship between premature rupture of membranes and preterm labor at Dr. RSUPN. Cipto Mangunkusumo Jakarta period January-June 2017. This study used a crossectional design with a total sample of 652 samples taken from all medical records of maternity at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo for the period January-June 2017 that fulfills the inclusion and exclusion criteria.
The results of multivariate analysis showed that there was a significant relationship between premature rupture of membranes and preterm labor after controlling for the third variable, which was proven statistically with a value of 0,000 and OR 3,255. So it can be concluded that mothers who experience premature rupture of membranes have a risk three times greater for preterm labor than mothers who do not experience premature rupture of membranes. Based on these results, it is expected that pregnant women will always be vigilant and maintain health so as not to cause premature rupture of the membranes so that they are able to maintain their pregnancy until they are quite a month old.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ita Marlita Sari
"Prevalensi persalinan preterm di dunia terjadi sekitar 11,1 kelahiran hidup. Namun, persalinan preterm menyumbang angka kesakitan dan kematian neonatus sebesar 75-80 . Morbiditas bayi preterm dapat berlanjut sampai tahap perkembangan berikutnya sehingga menjadi beban secara fisik, psikologis dan ekonomi. Faktor yang diduga berperan dalam terjadinya persalinan preterm adalah ketuban pecah dini KPD. Penelitian sebelumnya memperlihatkan adanya hubungan ketuban pecah dini terhadap persalinan preterm, namun perlu dilakukan penelitian pada populasi berbeda seperti di RSUD kota Cilegon.
Tujuan: Penelitian. Mengetahui besar pengaruh ketuban pecah dini terhadap kejadian persalinan preterm di RSUD Cilegon periode Juli 2014-Desember 2015. Metode Penelitian. Desain adalah kasus kontrol menggunakan data sekunder rekam medik. Populasi kasus yaitu semua ibu hamil yang melahirkan dengan usia kehamilan < 37 minggu lengkap di RSUD Cilegon dan populasi kontrol adalah semua ibu hamil yang melahirkan dengan usia kehamilan > 37 minggu di RSUD Cilegon. Sampel diambil dalam periode Januari 2014-Desember 2015. Metode analisis yang digunakan adalah regresi logistik.
Hasil: Penelitian. Pada analisis bivariat hubungan ketuban pecah dini dengan persalinan preterm diperoleh OR 2,97 95 CI: 1,92-4,59 sebelum dikontrol dengan variabel kovariat. Setelah dilakukan analisis multivariat diperoleh model akhir hubungan ketuban pecah dini dengan persalinan preterm dengan mengendalikan faktor pendidikan, riwayat persalinan preterm dan anemia didapatkan OR 2,58 95 CI: 1,68-3,98.
Kesimpulan: Ibu hamil dengan ketuban pecah dini berisiko 2,58 kali untuk mengalami persalinan preterm dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami ketuban pecah dini setelah dikontrol oleh variabel pendidikan, riwayat persalinan preterm, dan anemia.

The prevalence of preterm labor in the world occurs approximately 11.1 of live births. However, preterm labor contributes a quite large of neonatal morbidity and mortality rates of 75 80. Morbidity preterm infants may continue to influence the next level of infant rsquo s development, so that it becomes the burden of physical, psychological and economic factors. One of the causal factors that may affect of preterm birth is premature rupture of membranes PROM. Previous studies have shown an association between premature rupture of membrane with preterm labor, but it still needs doing the study in different populations such as RSUD Cilegon.
Objective: To obtain the magnitude of the risk preterm labor caused by preterm rupture of membrane during pregnancy at RSUD Cilegon period July 2014 December 2015. Method. This case control research used data from medical record. Case population is whole mothers whom delivered 37 weeks completed of gestation, while control population is whole mothers whom delivered 37 weeks at RSUD Cilegon. Sample was taken from July 2014 to December 2015 and the data was analized with logistic regression.
Result: On bivariat analysis found OR 2.97 95 CI 1,92 4,59 before controlled by co variate variables. The fitted model on multivariate analysis after controlling education, history of preterm labor, and anemia maternal variable found OR 2.58 95 CI 1,68 3,98.
Conclusion: The mother who has preterm rupture of membrane during pregnancy having risk 2.58 times to have preterm labor after controlled by education, history of preterm labor and anemia maternal variable.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T46846
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handi Suryana
"Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu lengkap. Bayi prematur yang dilahirkan merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas . Di negara maju kelahiran preterm merupakan penyebab 70% kematian perinatal, dan 50% kelainan neurologi jangka panjang. Meskipun telah dilakukan penelitian selama hampir empat dekade namun penyebab dan alur mekanisme sesungguhnya persalinan preterm masih belum jelas seluruhnya. Dari serangkaian penelitian-penelitian yang dilakukan baik secara in vivo maupun secara in vitro disimpulkan bahwa persalinan preterm merupakan suatu sindrom akibat dari berbagai penyebab balk yang telah diketahui maupun yang tidak.
Suatu fenomena yang menonjol adalah bergesernya dominasi sitokin Yh2 (IL-10) ke dominasi sitokin Th1 pada interface koriodesidua yang pada akhimya mengaktifkan kaskade proinflamasi yang rnencetuskan proses persalinan. Angka kejadian persalinan preterm sandhi dari tahun ke tahun tidak mengalami penurunan, bahkan menurut beberapa penelitian ada kecenderungan meningkat. Kenyataan bahwa angka bertahan hidup bayi prematur telah jauh meningkat dibandingkan sebelumnya adalah berkat kemajuan perinatologi, manfaat pematangan paru dengan kortikosteroid dan pencegahan infeksi GBS dengan antibiotik. Masalah yang ditimbulkan oleh persalinan preterm ini setiap tahunnya menghabiskan sumber daya pelayanan kesehatan yang luar biasa besamya, dan merupakan beban tersendiri bagi negara berkembang.
Permasalahan dalam penanganan persalinan preterm: Yang menjadi fokus permasalahan dalam penanganan persalinan preterm dari dulu sampai sekarang adalah :
1. Masih belum dipahaminya sebagian penyebab dan alur mekanisme persalinan preterm. Dari penelitian-penelitian dekade terakhir timbul pemahaman bahwa kelangsungan suatu kehamilan, atau dengan kata lain kelangsungan keberadaan janin-plasenta sebagai semiallograf dalam badan ibu (uterus), sangat tergantung pada apa yang disebut Immunology privilege dari janin-plasenta, yang dicapai melalui pencapaian dominasi sitokin Th2 pada interface ibu-janin (koriodesidua). Persalinan akan terjadi bila terjadi "pembatalan" immunology privilege tersebut, yang ditandai dengan pergeseran dari dominasi sitokin antiinflamasi Th2 ke dominasi sitokin proinflamasi Th1. Sementara persalinan preterm terjadi bila terjadi "pembatalan dini" immunology privilege tersebut yang dipicu oleh berbagai sebab.
2. Sulitnya penegakan diagnosis persalinan prematur yang tepat. Umumnya dalam penelitian secara klinis dikatakan persalinan prematur terjadi bila (7.8'9)
a.Kontraksi uterus > 4 kali dalam 30 menit, dengan durasi > 30-40 detik dan
b.Perubahan servik berupa:
* Dilatasi 1-3 cm (0-3 cm untuk nullipara) dengan penipisan 75% atau
* Dilatasi 3 cm dengan penipisan > 50% atau
* Pemeriksaan servik berulang mendapati perubahan dilatasi 1 cm dan perubahan penipisan servik 50%.
Dalam kenyataannya dengan kriteria tersebut di atas didapatkan angka positif palsu yang tinggi, di mana 50-80% wanita yang didiagnosa mengalami persalinan preterm yang hanya diberi plasebo pada akhirnya melahirkan setelah 37 minggu lengkap. Angka positif palsu yang tinggi ini telah menyebabkan pengobatan yang tidak perlu dengan obat tokolitik yang potensial berbahaya bagi ibu dan janin.
3. Belum adanya pengobatan/pencegahan persalinan preterm. Hal ini dikarenakan persalinan preterm adalah suatu sindrom kejadian akhir bersama dari berbagai penyebab yang sangat bervariasi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58463
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>