Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54988 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Natassa Karrameita
"ABSTRAK
Peningkatan tekanan darah (TD) merupakan salah satu permasalahan dunia. Salah satu penyebabnya adalah gaya hidup masyarakat yang mengarah ke obesitas sentral. Rasio lemak viseral abdomen (LVA) terhadap lemak subkutan abdomen (LSA) merupakan indikator obesitas sentral yang dapat digunakan untuk mendeteksi dini peningkatan TD. Disain penelitian ini merupakan potong lintang dengan tujuan untuk mengetahui korelasi antara rasio LVA : LSA dengan TD pada laki-laki usia produktif dengan aktivitas sedang di Indonesia. Pengambilan data dilakukan di salah satu perusahaan di Bekasi pada bulan Oktober 2014. Sebanyak 52 orang subjek bersedia ikut serta dalam penelitian dan memenuhi kriteria penelitian. Didapatkan hasil rerata indeks massa tubuh (IMT) subjek 24,60 kg/m2, dan sebagian besar subjek mempunyai IMT dengan BB lebih. Rerata persentase massa lemak (ML) subjek 18,92%, dan sebagian besar subjek mempunyai persentase ML dapat diterima. Seluruh subjek mempunyai TD sistolik dan diastolik normal. Nilai tengah luas area LVA sebesar 90 cm2 dan LSA 142 cm2. Seluruh subjek mempunyai rasio LVA : LSA normal. Korelasi antara rasio LVA : LSA dengan TD adalah r= 0,356 untuk TD sistolik dan r= 0,244 untuk TD diastolik. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat korelasi yang tidak bermakna secara statistik antara rasio LVA : LSA dengan TD, namun terdapat kcenderungan korelasi yang cukup kuat.

ABSTRACT
Increased blood pressure (BP) is one of the world's problems. It might be caused by lifestyles that lead to central obesity. The ratio of abdominal visceral adipose tissue (VAT) to the abdominal subcutaneous adipose tissue (SAT) is one indicator of central obesity which can be used for early detection of elevated BP. This study used cross-sectional study with aim to determine the correlation between ratio of abdominal VAT : SAT with BP in men of reproductive age with moderate activity in Indonesia. The data were obtained in one company in Bekasi on October 2014, 52 subjects signed the consent and matched the study criterias. Subjects showed a mean BMI 24.60 kg /m2, and most of them were overweight. The mean of subjects’ FM percentage was 18.92%, and most of them had an acceptable FM percentage. All subjects had normal systolic and diastolic BP. The median VAT area was 90 cm2 and SAT area was 142 cm2. All of the subjects had normal ratio of abdominal VAT : SAT. Correlation between ratio of abdominal VAT : SAT were r= 0,356 for systolic BP and r= 0,244 for diastolic BP. The conclussion of the study is there was not significant correlation between ratio of abdominal VAT : SAT with BP, although there were a tedency for fairly strong correlation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lea Ratna Lestari
"Latar Belakang: Prevalensi obesitas, hipertensi dan penyakit ginjal kronis (PGK) pada pekerja kantor di Jakarta cukup tinggi. Meningkatnya volume lemak viseral pada obesitas, khususnya obesitas sentral,  memiliki kemaknaan klinis yang lebih besar dalam memprediksi kejadian hipertensi dan PGK. Studi ini bertujuan untuk meneliti korelasi nilai lemak viseral tubuh dengan tekanan darah (TD) dan fungsi ginjal pada populasi pekerja kantor dengan obesitas di Jakarta.
Metode: Studi potong lintang dilakukan pada 101 pekerja kantor dengan obesitas di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Pengukuran volume lemak viseral menggunakan alat bioelectrical impedance analysis multifrekuensi SECA mBCA 525. TD diukur dengan tensimeter digital, fungsi ginjal dari hasil perhitungan estimasi laju filtrasi glomerulus (eLFG) berdasarkan nilai kreatinin serum.
Hasil: Subjek terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan kategori lemak viseral. Sebanyak 91% subjek berada di dalam kelompok lemak viseral tidak normal, dimana didominasi perempuan serta rerata usia dan indeks massa tubuh lebih tinggi dibandingkan kelompok normal. Pada kelompok tersebut, 33,7% diantaranya memiliki TD sistolik ≥140 dan/ atau diastolik ≥90 mmHg, dan 18,5% memiliki eLFG <90 ml/menit/1,73 m2. Adanya korelasi positif antara nilai lemak viseral dengan tekanan darah sistolik (r =0,436, p =0,000) dan diastolik (r =0,306, p =0,002), serta korelasi negatif dengan eLFG (r =-0,284, p =0,004).
Kesimpulan: Terdapat korelasi yang bermakna antara lemak viseral dengan tekanan darah dan fungsi ginjal pada pekerja kantor dengan obesitas.

Background: The prevalence of obesity, hypertension and chronic kidney disease (CKD) among office workers in Jakarta is relatively high. Increased visceral fat in obesity, especially central obesity, has greater clinical significance in predicting the incidence of hypertension and CKD. This study aims to examine the correlation of visceral fat values with blood pressure (BP) and kidney function in office workers in an obese population in Jakarta.
Methods: A cross-sectional study was conducted on 101 office workers with obesity at Cipto Mangunkusumo General Hospital, Jakarta. Visceral fat volume was measured using a multi-frequency bioelectrical impedance analysis SECA mBCA 525. BP was measured with a digital tensimeter, and kidney function was taken from the estimated glomerular filtration rate (eGFR) calculation based on serum creatinine.
Results: Subjects were divided into two groups based on the category of visceral fat. About 91% of the subjects were in the abnormal visceral fat group, dominated by women, and the mean age and body mass index were higher than the normal group. In this group, 33.7% had systolic BP ≥140 and/or diastolic ≥90 mmHg, and 18.5% had an eGFR <90 ml/min/1.73 m2. There was a positive correlation between visceral fat values with systolic (r =0.436, p =0.000) and diastolic BP (r =0.306, p = 0.002) and a negative correlation with eGFR (r =-0.284, p =0.004).
Conclusion: There is a significant correlation between visceral fat and blood pressure and kidney function in office workers with obesity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anila Istitis Atin
"Prevalensi obesitas sentral pada penderita hipertensi mengalami peningkatan dalam sepuluh tahun terakhir. Obesitas sentral dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang, seperti diabetes mellitus tipe 2, kanker, dan penyakit kardiovaskular lainnya. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas tidur dan faktor lainnya dengan obesitas sentral pada penderita hipertensi. Responden penelitian ini adalah penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei, Juli, dan September 2017 dengan jumlah sampel 92 orang. Penelitian ini dengan menggunakan desain studi cross-sectional. Obesitas sentral diukur berdasarkan lingkar perut dengan menggunakan pita ukur. Responden termasuk ke dalam kategori obesitas sentral jika lingkar perut ge;80 cm untuk perempuan dan 90 cm untuk laki-laki. Aktivitas fisik dan aktivitas sedentari dinilai menggunakan General Physical Activity Questionnaire GPAQ. Kualitas dan durasi tidur dinilai menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI. Data asupan energi, karbohidrat, protein, lemak, dan serat dinilai menggunakan semi-quantitative food frequency questionnaire SFFQ dan kemudian dianalisis menggunakan aplikasi Nutrisurvey 2007. Uji statistik yang digunakan adalah uji T independen, uji Mann Whitney-U, dan uji chi-square dengan confidence interval CI 90. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 82.6 responden mengalami obesitas sentral. Berdasarkan uji Mann Whitney-U dan uji T independen ditemukan perbedaan yang bermakna antara kualitas tidur, asupan energi dan asupan karbohidrat dengan kejadian obesitas sentral. Sosialisasi mengenai dietary approach to stop hypertension for Indonesian DASHI pada penderita hipertensi perlu dilakukan oleh Puskesmas. Selain itu, pasien dianjurkan untuk mengurangi nasi putih dan menggantinya dengan makanan sumber karbohidrat lain, seperti ubi, singkong, dan kentang agar sumber karbohidratnya beragam. Pasien juga dianjurkan menjalani gaya hidup sehat seperti rutin melakukan aktivitas fisik minimal 3 kali per minggu agar status kesehatannya meningkat sehingga dapat terhindar dari komplikasi akibat hipertensi.

The prevalence of central obesity in hypertensive patients has increased during past ten years. Central obesity becomes risk factor of long term complications such as type 2 diabetes, cancer, and cardiovascular diseases. This cross sectional research aims to identify the difference between sleep quality and other factors with central obesity in hypertensive patients. A total of 92 participants in this study are hypertensive patients in Puskesmas Tegal Gundil, North Bogor District. Data was collected in May, July, and September 2017. Central obesity is defined by waist circumference ge 80 cm in women and ge 90 cm in men. General Physical Activity Questionnaire GPAQ is used to assess physical activity and sedentary activity. Sleep quality and duration are assessed using Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI . Energy and macronutrients intake carbohydrate, protein, fat, and dietary fiber are assessed using semi quantitative food frequency questionnaire SFFQ and analyzed with Nutrisurvey 2007 software. Statistical analyses used in this study are independent T test, Mann Whitney U, and chi square confidence interval 90. The prevalence of central obesity is 82.6. In this study, there are significant difference between sleep quality, energy and carbohydrate intake with central obesity. Dietary approach to stop hypertension for Indonesian DASHI should be socialized to hypertensive patients. Patients should reduce white rice consumption and replace it with the other sources of carbohydrate such as potatoes, sweet potatoes, and cassavas. Patients should promote healthy life style such as increasing physical activity at least 3 times per week so that complications of hypertension can be avoided. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Christin Natalia
"Hipertensi adalah penyakit degeneratif yang salah satu faktor penyebabnya adalah penuaan. Penuaan dapat dipicu oleh stres oksidatif, yang mana merupakan ketidakseimbangan antara antioksidan dan RONS (reactive oxygen-nitrogen species). Antioksidan di dalam tubuh ada banyak, salah satunya adalah enzim katalase. Enzim katalase berperan dalam mengubah hidrogen peroksida menjadi air. Sebelumnya, belum diketahui hubungan antara enzim katalase dengan penyakit degeneratif, dalam hal ini adalah hipertensi. Sampel yang digunakan berjumlah 94 sampel. Penelitian dilaksanakan dengan metode cross-sectional. Data yang dibutuhkan adalah tekanan darah dan aktivitas enzim katalase eritrosit. Aktivitas enzim katalase didapatkan dari lisat eritrosit sampel dengan bantuan spektrofotometer yang mana perhitungan absorbansinya dilakukan pada panjang gelombang 210 nm. Keseluruhan data kemudian dianalisis korelasinya menggunakan Uji Korelasi Pearson karena distribusi keseluruhan data normal. Uji T-test juga dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan antara nilai mean dari data aktivitas enzim katalase kelompok sampel hipertensi dan normotensi. Tidak ada korelasi antara aktivitas enzim katalase dengan tekanan darah sistolik dan diastolik populasi lansia secara keseluruhan (p>0,05). Akan tetapi, ditemukan korelasi lemah pada hubungan antara aktivitas enzim katalase dengan tekanan darah sistolik kelompok populasi normotensi, juga antara aktivitas enzim katalase dengan tekanan darah diastolik kelompok populasi hipertensi (p<0,05). Hasil uji T-test menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antara nilai mean dari data aktivitas enzim katalase kelompok hipertensi dan normotensi (p>0,05). Aktivitas enzim katalase eritrosit berkorelasi lemah dengan tekanan darah sistolik pada kelompok populasi lansia dengan normotensi, juga dengan tekanan darah diastolik pada kelompok populasi lansia dengan hipertensi.

Hypertension is a degenerative disease which one of the causes being aging. Aging can be triggered by oxidative stress, which is an imbalance between antioxidants and RONS (reactive oxygen-nitrogen species). There are many antioxidants in the body, one of which is the enzyme catalase. Catalase enzyme plays a role in converting hydrogen peroxide into water. Previously, there was no known relationship between the catalase enzyme and degenerative diseases, in this case hypertension. The sample used is 94 samples. The research was carried out using a cross-sectional method. The data needed are blood pressure and erythrocyte catalase enzyme activity. The activity of the catalase enzyme was obtained from the sample erythrocyte lysate with the help of a spectrophotometer where the absorbance calculation was carried out at a wavelength of 210 nm. The entire data was then analyzed for correlation using the Pearson Correlation Test because the overall data distribution was normal. T-test was also performed to see whether or not there was a difference between the mean values of the catalase enzyme activity data for the hypertensive and normotensive groups. There was no correlation between catalase enzyme activity and systolic and diastolic blood pressure in the elderly population as a whole (p>0.05). However, a weak correlation was found in the relationship between catalase enzyme activity and systolic blood pressure in the normotensive population group, as well as between catalase enzyme activity and diastolic blood pressure in the hypertensive population group (p<0.05). The results of the T-test showed that there was no significant difference between the mean values of the catalase enzyme activity data in the hypertension and normotensive groups (p>0.05). The activity of the erythrocyte catalase enzyme was weakly correlated with systolic blood pressure in the normotensive elderly population group, as well as with diastolic blood pressure in the elderly population group with hypertension."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardja Priatna
"Tekanan darah bervariasi secara diurnal. Studi terdahulu telah menunjukkan, bahwa ada hubungan antara tekanan darah khususnya tekanan darah sistolik dengan hipertrofi ventrikel kiri pada penderita hipertensi dengan koefisien korelasi yang bervariasi. Studi ini bertujuan untuk mengetahui apakah pada subyek normotensi, tekanan darah diukur secara ambutatorik 24 jam sudah mempengaruhi indeks massa ventrikel kiri. Untuk mengetahui koretasi antara tekanan darah baik secara kasual maupun ambulatorik 24 jam dengan indeks massa ventrikel kiri pada subyek normotensi, telah dilakukan penelitian di RSJHK terhadap 42 karyawan bidang administrasi RSJHK. Semua subyek termasuk normotensi pada pengukuran kasual. Tiga di antaranya dieksklusi karena kelainan katup, dan gangguan pada pemeriksaan ambulatorik 24 jam sehinggga tidak memenuhi syarat untuk dianalisis. Subyek penelitian semuanya laki-Iaki, berumur 37,81 ± 4,65 tahun. Penelitian dilakukan dalam periode Nopember 1997 sampai dengan Juli 1998. Pengumpulan data dilakukan secara prospektif.

Blood pressure varies diurnally. Previous studies have shown that there is a relationship between blood pressure, especially systolic blood pressure, and left ventricular hypertrophy in hypertensive patients with varying correlation coefficients. This study aims to find out whether in normotensis subjects, blood pressure measured ambutatorically at 24 hours has affected the left ventricular mass index. To determine the correlation between blood pressure both casually and ambulatory 24 hours with the left ventricular mass index in normotensis subjects, a study has been conducted at RSJHK on 42 employees in the field of administration of RSJHK. All subjects included normotensis to casual measurements. Three of them were excluded due to valve abnormalities, and interference with the 24-hour ambulatory examination so they were not eligible for analysis. The research subjects were all male, aged 37.81 ± 4.65 years. The research was conducted in the period from November 1997 to July 1998. Data collection is carried out prospectively "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Halim
"Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara masukan Ca, kadar ion Ca serum dengan tekanan darah primigravida dengan usia kehamilan 24, 32 dan 36 minggu dalam rangka poncegahan terjadinya Preeklampsia.
Tempat : Poliklinik Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan FKUI Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan.
Bahan dan Cara: Penelitian dilakukan pada wanita primigravida dengan usia kehamilan 24 minggu yang memenuhi kriteria. Mula-mula dikumpulkan data-data mengenai sosiodemografi dan pamoriksaan masukan Kalori, Protein, Ca, kadar ion Ca serum dan tekanan darah, kemudian pada usia kehamilan 28 minggu diperiksa tekanan darah, usia kehamilan 32 minggu masukan Kalori, Protein, Ca dan tekanan darah, akhirnya pada usia kehamilan 36 minggu diperiksa masukan Kalori, Protein, Ca, kadar ion Ca serum dan tekanan darah. Data karakteristik disajikan secara deskriptif, sedangkan analisis dilakukan dengan uji statistik t dan x2.
Hasil: Dari 86 subyek penelitian yang diteliti, rata-rata masukan Ca nya pada usia kehamilan 24, 32 dan 36 minggu lebih rendah dari AKO, masing-masing 63%,76% dan 63%, rata-rata kadar ion Ca serumnya pada usia kehamilan 24 dan 36 minggu, dalam batas normal, masing-masing 1,06 dan 1,05 mmol/l, 7 orang (8,1%) menderita Preeklampsia. Tidak ditemukan hubungan bermakna antara Preeklampsia dengan variabel yang diteliti yaitu umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, status gizi, masukan Ca dan kadar ion Ca serum.
Kesimpulan: Masukan Ca dan kadar ion Ca serum tidak ada hubungan bermakna dengan terjadinya Preeklampsia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Putu Wilandari Dewi, auhthor
"Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki dan dapat menimbulkan gangguan kesehatan, salah satunya dapat mengakibatkan kenaikan tekanan darah dan apabila terjadi terus menerus akan berakibat pada hipertensi. Hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan yang serius saat ini, dimana 27,5% penduduk di Indondesia menderita hipertensi. Kasus hipertensi di DKI Jakarta terbanyak terdapat di Wilayah Jakarta Timur yaitu 75.099 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan tekanan darah sesudah kerja pada pekerja di PT. Sanggar Sarana Baja Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional dengan jumlah sampel 196 orang.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara umur (5,97; 3,03–11,76) dan kebiasaan merokok (5,85; 2,91–11,77) dengan kejadian peningkatan tekanan darah. Besar risiko yang dialami oleh pekerja yang berumur > 40 tahun dan memiliki kebiasaan merokok dalam satu hari > 2 batang untuk mengalami kejadian peningkatan tekanan darah adalah 7,87 kali dibandingkan dengan pekerja yang berumur ≤ 40 tahun dan memiliki kebiasaan merokok dalam satu hari ≤ 2 batang.

Noise is unwanted sound and can cause health problems, one of which can result in increased blood pressure and the event will continue to result in hypertension. Hypertension is one of the non-communicable diseases are a serious health problem today, where 27,5% of the population suffers from hypertension in Indondesia. Cases of hypertension in Jakarta are the highest in the East Jakarta District 75.099 cases. This study aims to analyze the risk factors associated with increased blood pressure after work on workers at PT. Sanggar Sarana Baja in 2013. This study uses cross-sectional design with a sample of 196 people.
The results showed a significant relationship between age (5,97; 3,03-11,76) and smoking (5,85; 2,91-11,77) with an increased incidence of blood pressure. Major risks faced by workers aged > 40 years and have a habit of smoking in one day > 2 sticks to experience an increased incidence of blood pressure was 7,87 times compared with workers aged ≤ 40 years and has a habit of smoking in one day ≤ 2 sticks.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35881
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melati Nabilah Johan
"Sistem kardiovaskular pada lansia mengalami perubahan secara fisiologis selama proses penuaan. Namun, gaya hidup lansia yang kurang sehat menjadi faktor pendukung terjadinya peningkatan tekanan darah secara progresif, yang dapat mengarah pada masalah hipertensi. Seorang lansia kelolaan dalam penulisan ini memiliki gaya hidup merokok dan stres, serta tidak patuh pada program pengobatan yang membuat tekanan darahnya mengalami fluktuasi. Sehingga masalah keperawatan utama yang ditegakan adalah risiko ketidakstabilan tekanan darah dan rencana asuhan keperawatan yang dipilih yaitu manajemen hipertensi melalui modifikasi gaya hidup. Intervensi unggulan cucumber infused water dan terapi slow deep breathing yang merupakan bagian dari modifikasi gaya hidup dilakukan pada pasien. Cucumber infused water melalui perendaman 12 potong mentimun dalam 200 ml air selama 12 jam dan terapi slow deep breathing dengan 6 napas per menit selama 15 menit yang dilakukan selama 12 hari memberikan hasil adanya penurunan tekanan darah. Penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik terjadi sebesar 4,17 mmHg dan 0,42 mmHg setelah penerapan intervensi cucumber infused water serta sebesar 4,67 mmHg dan 2,75 mmHg setelah penerapan intervensi slow deep breathing. Oleh karena adanya efek penurunan pada tekanan darah lansia tersebut, membuat intervensi ini dapat dilakukan secara berkala sesuai indikasi.

The cardiovascular system in elderly undergoes physiological changes during the aging process. However, the unhealthy lifestyle in elderly is a contributing factor to the progressive increase in blood pressure, which can lead to hypertension problems. An elderly managed in this paper has a smoking and stressful lifestyle, and doesn’t comply with a treatment program that makes his blood pressure fluctuate. So that the main nursing problem that is enforced is the risk of blood pressure instability and the chosen nursing care plan is hypertension management through lifestyle modification. The superior intervention of cucumber infused water and slow deep breathing therapy which is part of lifestyle modification is carried out on the patient. Cucumber infused water through soaking 12 pieces of cucumber in 200 ml of water for 12 hours and slow deep breathing therapy with 6 breaths per minute for 15 minutes for 12 days gave the results of lowering blood pressure. The decrease in systolic and diastolic blood pressure occurred by 4.17 mmHg and 0.42 mmHg after the implementation of the cucumber infused water intervention and 4.67 mmHg and 2.75 mmHg after the implementation of the slow deep breathing intervention. Because of the decreasing effect on the elderly's blood pressure, this intervention can be carried out periodically according to indications."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Daniya Qanita Amani
"

Latar Belakang

Seiring bertambahnya usia penduduk, penyakit kronis, khususnya hipertensi, semakin banyak terjadi di Indonesia. Aterosklerosis yang ditandai dengan penyempitan lumen pembuluh darah akibat plak lemak merupakan salah satu penyebab hipertensi. Proses stres oksidatif ini menghasilkan molekul yang dikenal sebagai malondialdehid (MDA) yang dapat diukur. Oleh karena itu, tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah dan kadar malondialdehid.

Metode

Sebanyak 90 lisat darah dari penelitian sebelumnya digunakan. Kadar malondialdehid diukur dengan menggunakan metode TBARS, dimana reaksinya menghasilkan warna merah-ungu. Intensitas pewarnaan ini sesuai dengan seberapa banyak MDA bereaksi dengan reagen. Untuk mengukurnya, spektrofotometer digunakan. Data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam persamaan regresi sebelum dianalisis menggunakan uji non parametrik Kendall-Tau b.

Hasil

Konsentrasi MDA yang sangat tinggi ditemukan pada partisipan dengan 3 penyakit kronis (4,194 nmol/ml). Penyimpangan signifikan dari normalitas ditemukan (p <0,05). Tes awal kami tidak menunjukkan hasil yang signifikan: sistolik (𝜏𝑏 = -0.036, p = 0.637), diastolik (𝜏𝑏 = -0.071, p = 0.376), dan MAP (𝜏𝑏 = -0.060, p = 0.422). Namun, analisis subkelompok pada populasi lansia “middle-old” menunjukkan hubungan positif sedang antara kadar MDA dan tekanan darah sistolik (𝜏𝑏 = 0.308, n = 25, p = 0.043).

Kesimpulan

Korelasi antara kadar MDA dan tekanan darah ditemukan. Namun, perlu diketahui karena sifat hipertensi yang kompleks, banyak faktor yang juga bisa bertanggung jawab atas tingginya konsentrasi MDA.


Introduction

As the population ages, chronic diseases, particularly hypertension, are becoming prevalent in Indonesia. Atherosclerosis, characterized by the narrowing of blood vessel lumens due to fatty plaques, is one of the causes of hypertension. This process of oxidative stress produces a molecule known as malondialdehyde (MDA), which can be quantified. Therefore, the primary objective of this research is to investigate the correlation between hypertension and the levels of malondialdehyde.

Method

A total of 90 RBC lysate from previous research were used. Malondialdehyde levels were assessed using the TBARS method, which led to a red-purple coloration. The intensity of this coloration corresponds to the extent of MDA's reaction with the reagent. To quantify this, a spectrophotometer was utilized. The data then was incorporated into a regression equation before being analyzed using the Kendall-Tau b non-parametric test.

Results

A notably high MDA concentration was found in participants with 3 chronic diseases (4.194 nmol/ml). A significant deviation from normality were observed (p < 0.05). Our initial test did not reveal any significant results: systolic (𝜏𝑏 = -0.036, p = 0.637), diastolic (𝜏𝑏 = -0.071, p = 0.376), and MAP (𝜏𝑏 = -0.060, p = 0.422). However, subgroup analysis in middle-old population revealed moderate positive relationship between MDA levels and systolic blood pressure (𝜏𝑏 = 0.308, n = 25, p = 0.043).

Conclusion

There is indeed a correlation between MDA levels and blood pressure. However, it should be noted due complex nature of hypertension, many factors could also be responsible for high MDA concentration.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniya Qanita Amani
"Latar Belakang
Seiring bertambahnya usia penduduk, penyakit kronis, khususnya hipertensi, semakin banyak terjadi di Indonesia. Aterosklerosis yang ditandai dengan penyempitan lumen pembuluh darah akibat plak lemak merupakan salah satu penyebab hipertensi. Proses stres oksidatif ini menghasilkan molekul yang dikenal sebagai malondialdehid (MDA) yang dapat diukur. Oleh karena itu, tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah dan kadar malondialdehid.
Metode
Sebanyak 90 lisat darah dari penelitian sebelumnya digunakan. Kadar malondialdehid diukur dengan menggunakan metode TBARS, dimana reaksinya menghasilkan warna merah-ungu. Intensitas pewarnaan ini sesuai dengan seberapa banyak MDA bereaksi dengan reagen. Untuk mengukurnya, spektrofotometer digunakan. Data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam persamaan regresi sebelum dianalisis menggunakan uji non parametrik Kendall-Tau b.
Hasil
Konsentrasi MDA yang sangat tinggi ditemukan pada partisipan dengan 3 penyakit kronis (4,194 nmol/ml). Penyimpangan signifikan dari normalitas ditemukan (p <0,05). Tes awal kami tidak menunjukkan hasil yang signifikan: sistolik (TB = -0.036, p = 0.637), diastolik (TB = -0.071, p = 0.376), dan MAP (TB = -0.060, p = 0.422). Namun, analisis subkelompok pada populasi lansia “middle-old” menunjukkan hubungan positif sedang antara kadar MDA dan tekanan darah sistolik (TB = 0.308, n = 25, p = 0.043).
Kesimpulan
Korelasi antara kadar MDA dan tekanan darah ditemukan. Namun, perlu diketahui karena sifat hipertensi yang kompleks, banyak faktor yang juga bisa bertanggung jawab atas tingginya konsentrasi MDA.

Introduction
As the population ages, chronic diseases, particularly hypertension, are becoming prevalent in Indonesia. Atherosclerosis, characterized by the narrowing of blood vessel lumens due to fatty plaques, is one of the causes of hypertension. This process of oxidative stress produces a molecule known as malondialdehyde (MDA), which can be quantified. Therefore, the primary objective of this research is to investigate the correlation between hypertension and the levels of malondialdehyde.
Method
A total of 90 RBC lysate from previous research were used. Malondialdehyde levels were assessed using the TBARS method, which led to a red-purple coloration. The intensity of this coloration corresponds to the extent of MDA's reaction with the reagent. To quantify this, a spectrophotometer was utilized. The data then was incorporated into a regression equation before being analyzed using the Kendall-Tau b non-parametric test.
Results
A notably high MDA concentration was found in participants with 3 chronic diseases (4.194 nmol/ml). A significant deviation from normality were observed (p < 0.05). Our initial test did not reveal any significant results: systolic (Tb = -0.036, p = 0.637), diastolic (Tb = -0.071, p = 0.376), and MAP (Tb = -0.060, p = 0.422). However, subgroup analysis in middle-old population revealed moderate positive relationship between MDA levels and systolic blood pressure (Tb = 0.308, n = 25, p = 0.043).
Conclusion
There is indeed a correlation between MDA levels and blood pressure. However, it should be noted due complex nature of hypertension, many factors could also be responsible for high MDA concentration.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>