Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181602 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pande Putu Agus Mahendra
"ABSTRAK
Pisang merupakan buah yang sering dikonsumsi saat berolahraga, memiliki kandungan pati resisten. Kandungan pati resisten pisang berperan terhadap nilai indeks glikemik serta respon glikemik pisang pada konsumsi pisang. Penelitian dengan uji eksperimental desain crossover, tersamar tunggal dan alokasi strata, pada 12 pelari rekreasional putra usia 20−22 tahun dilakukan untuk melihat pengaruh kematangan pisang yang dikonsumsi dua jam sebelum berlari 10.000 m terhadap kadar glukosa darah, respon kelelahan serta waktu tempuh berlari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan pati resisten pada pisang mentah dan matang berturut-turut sebesar 1,15 g/100g dan 0,42 g/100g. Pada perlakuan didapatkan perbedaan bermakna antara pisang mentah dibandingkan pisang matang pada hasil gula darah sewaktu (GDS−I, GDS−II dan GDS−III, p<0,001), asam laktat (La−II dan La−III, p<0,001), serta performa berlari 10.000 m (p<0,001) yang dinilai dengan VAS dan waktu tempuh. Hasil ini menunjukkan konsumsi pisang mentah dapat menjadi pilihan asupan nutrisi pada dua jam sebelum berlari untuk meningkatkan performa.

ABSTRACT
Banana is a fruit which is often consumed during exercise and contain resistant starch. The content of banana resistant starch contributes to the impact of banana glycemic index and glycemic values on consumption. This experimental study with crossover design, single blind and strata allocation, in 12 recreational runners aged 20−22 years old, was conducted to determine the effect of the maturity of banana that is consumed two hours before 10.000m running on blood glucose level, fatique responses and time. The result showed that the content of resistant starch in banana raw and banana ripe in row is 1,15 g/100g and 0,42 g/100g. There are significant differences in banana raw treatment compared to ripe banana on blood glucose level (GDS−I, GDS−II dan GDS−III, p<0,001), lactic acid (La−II dan La−III, p<0,001), and running performance (p<0,001) assessed with VAS scale for fatique and time. This study shows that consumption of raw bananas can be an option for nutrition intake two hours before running to improve running performance."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyna Fitria
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui aktivitas ekstrak biji kacang merah (Vigna angularis) sebagai inhibitor enzim α-amilase secara in vitro dan in vivo. Biji kacang merah (Vigna angularis) diekstrak dengan PBS (Phosphate Buffer Saline) kemudian difraksinasi dengan amonium sulfat. Metode in vitro dilakukan dengan mengamati persentase inhibisi pada masing-masing fraksi ekstrak. Tahap selanjutnya dilakukan uji in vivo dengan metode tes toleransi glukosa oral (TTGO). Hasil persentase inhibisi tertinggi pada uji in vitro yaitu terdapat pada fraksi endapan amonium sulfat 0--60% yaitu sebesar 72,39%. Persentase inhibisi pada ekstrak kasar sebesar 52,64%. Uji in vivo dilakukan pada ekstrak kasar dengan pertimbangan tidak ada perbedaan persentase inhibisi secara bermakna dibandingkan dengan fraksi endapan ammonium sulfat 0?60%. Tikus dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol normal, kontrol positif, kontrol negatif, kelompok dosis 1 (600 mg/300 g bb), dan dosis 2 (800 mg/300 g bb). Pengukuran kadar glukosa darah postprandial dilakukan pada menit ke-30, 60, dan 120 setelah pemberian ekstrak. Analisis protein ekstrak kacang merah (Vigna angularis) dengan metode SDS-PAGE elektroforesis menunjukkan ukuran protein dari phaseolamin sebesar ±55,9 kDa pada setiap fraksi ekstrak. Hasil penelitian uji in vivo menunjukkan bahwa ekstrak kasar biji kacang merah (Vigna angularis) tidak menunjukkan efek penurunan kadar glukosa darah.

The research was done in order to determine the activity of a mixture extract adzuki bean (Vigna angularis) for α-amylase inhibitor by in vitro and in vivo method. Adzuki bean (Vigna angularis) seeds was extracted with PBS (Phosphate buffer saline) and fractionated with ammonium sulphate, then percentage of inhibition of each fraction was observed. In vivo study was done with oral glucose tolerance test method. The in vitro result showed that highest activity in fractination with ammonium sulphate was founded in saturation level of 0--60%, α-amylase were inhibited 72,39 %. Percentage of inhibition of crude extract is 52,64 %. In vivo method was done with crude extract because there is no significant difference in the percentage of inhibition with ammonium sulphate fraction. Male rats were divided into five group. They were normal control group, negative control group, positive control group, and the other 2 group given the extract (600 mg/300 g body weight and 800 mg/300 g body weight). Glucose level was measured in 30, 60 and 120 minutes post glucose administration. Electrophoresis analysis of extract by SDS PAGE showed that the size of phaseolamin was ±55,9 kDa. The result of this study showed that crude extract of adzuki bean (Vigna angularis) has no effect on lowering blood glucose level."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44369
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratama Kurnia Dewi
"ABSTRAK
Uji klinis paralel alokasi acak terbuka ini bertujuan mengetahui pengaruh larutan cornflakes dan susu skim terhadap kadar insulin serum pasca lari 5.000 m pada pemain futsal putra usia 19 30 tahun. Subjek penelitian dibagi menjadi kelompok kontrol (KK) dan kelompok perlakuan (KP), masing-masing 10 orang, KK dan KP berturut-turut mendapat minuman isotonik dan larutan cornflakes dan susu skim 1.400 mL. Data yang diambil meliputi usia, indeks massa tubuh IMT, persentase lemak tubuh, asupan energi, karbohidrat, dan protein, serta kadar insulin serum dan glukosa darah. Pemeriksaan kadar insulin dilakukan pasca lari 5.000 m dan 1 jam pasca konsumsi minuman. Kadar glukosa darah diperiksa pra- pasca lari 5.000 m dan menit ke-15, 30, 60 pasca minum. Usia, IMT dan persentase massa lemak tubuh antara kedua kelompok tidak berbeda signifikan. Data laboratorium diperoleh dari 16 subjek, karena 4 orang subjek dikeluarkan, masing-masing 2 orang dari tiap kelompok. Kadar insulin serum pra konsumsi tidak berbeda signifikan KK 14,75 ± 8,69 IU/mL dan KP 9,04 (5,99 43,20)
IU/mL. Kadar insulin pasca konsumsi lebih tinggi pada KP tetapi tidak berbeda signifikan KK 32,48 ± 18,44 IU/mL dan KP 46,24 (14,50 183,00) IU/mL. Tidak terdapat perbedaan signifikan perubahan kadar insulin antara kedua kelompok, KK 17,72 ± 20,49 IU/mL dan KP 10,97 (4,00 173,00) IU/mL. Pada kedua kelompok terjadi peningkatan signifikan kadar insulin serum namun peningkatan yang lebih tinggi terjadi pada KP (p = 0,006) dibandingkan pada KK (p = 0,033). Kadar glukosa darah menit ke-15, 30 dan 60 lebih tinggi pada KK, tetapi tidak berbeda signifikan. Penelitian ini menunjukkan pemberian larutan cornflakes dan susu skim cenderung meningkatan kadar insulin serum pasca lari 5.000 m yang lebih tinggi dibandingkan dengan minuman isotonik pada pemain futsal putra usia 19 30 tahun.

ABSTRACT
This parallel open randomized clinical trial aims to investigate the effect of cornflakes and skim milk to serum insulin levels after 5,000 m running in male futsal players aged 19 30 years. Subjects were divided into a control group (C) and treatment group (T), 10 subjects each, C and T received 1,400 mL isotonic drinks or cornflakes and skim milk solution respectively. Data were collected included age, body mass index (BMI), body percentage fat , energy, carbohydrate, protein intake, serum insulin and blood glucose levels. Serum insulin levels were assessed after 5,000 m running and 1 hour after consumption of the beverages. Blood glucose levels were examined pre-post 5,000 m running and at 15, 30, and 60'
minutes post-drinking. Age, BMI and body fat mass percentage between the two groups did not differ significantly. Laboratory data obtained from 16 subjects, 4 subjects were excluded, 2 from each group. Serum insulin levels pre consumption did not differ significantly; C 14.75 ± 8.69 IU / mL and T 9.04 (5.99-43.20) IU / mL. Insulin levels after consumption was higher in T but did not differ significantly; C 32.48 ± 18.44 IU / mL and T 46.24 (14.50 183,00) IU / mL. There were no significant differences in insulin levels changes between the two groups; C 17.72 ± 20.49 IU / mL and T 10.97 (4.00 173,00) IU / mL. In both groups serum insulin levels increased significantly, higher increased occurred in the T (p = 0.006) compared with the C (p = 0.033). Blood glucose levels after 15, 30 and 60 minutes were higher in C, but did not differ significantly. This study showed cornflakes and skim milk solution tends to increase serum insulin levels after 5,000 m running higher than the isotonic drinks to male futsal players aged 19 30 years."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Yanti
"Peningkatan kadar glukosa darah dapat disebabkan oleh peningkatan hormon kortisol dan epineprin yang terjadi selama stress. Terapi zikir dan relaksasi Benson dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan menimbulkan respon relaksasi. Desain penelitian ini adalah kuasi eksperimen yang bertujuan membandingkan efektifitas terapi zikir dengan relaksasi Benson terhadap penurunan kadar glukosa darah pasien diabetes mellitus. Sampel berjumlah 72 orang yang terdiri dari 24 orang kelompok kontrol, 24 orang kelompok zikir, dan 24 orang kelompok relaksasi Benson.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar glukosa darah sebelum dan setelah intervensi pada masing-masing kelompok (p=0,00), selisih rata-rata kadar glukosa darah sebelum dan setelah intervensi antar kelompok (p=0,000), dan rata-rata kadar glukosa darah setelah intervensi antar kelompok (p=0,00). Terapi zikir lebih efektif dibandingkan relaksasi Benson dalam menurunkan kadar glukosa darah.
Penelitian ini merekomendasikan agar perawat menerapkan terapi zikir dan relaksasi Benson sesuai dengan keyakinan dan tingkat keimanan pasien serta direkomendasikan penelitian selanjutnya dengan desain Randomized Controlled Trial (RCT) dengan jumlah sampel yang lebih besar.

Increased blood glucose levels can be caused by increased hormone cortisol and epineprin that occur during stress. Dhikr Therapy and Benson relaxation can reduce blood glucose levels by causing a relaxation response. The design was quasi-experimental study aims to compare the effectiveness of dhikr therapy with Benson relaxation to blood glucose levels of patients with diabetes mellitus. Sample of 72 people consisted of a control group of 24 people, 24 people of the group of dhikr therapy, and 24 people of Benson relaxation.
The results showed a significant difference between blood glucose levels before and after intervention in each group (p = 0.000), the difference in average blood glucose levels before and after intervention between groups (p = 0.000), and the mean of blood glucose levels after the intervention (p = 0.00). Dhikr therapy is more effective than Benson relaxation on reducing blood glucose levels.
This study recommends that nurses to apply treatment dhikr therapy and relaxation Benson in accordance with levels of faith and confidence of patients and recommended further research by design Randomized Controlled Trial (RCT) with a larger number of samples.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T30917
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kandou, Theresia L.
"Ruang Lingkup Cara Penelitian : Diet tinggi karbohidrat tinggi serat dianjurkan sebagai suatu pedoman terapi diet diabetes melitus dalam upaya menurunkan kadar glukosa darah. Kandungan serat dalam diet standar yang dianut sekarang, ternyata belum cukup memenuhi kebutuhan serat yang dianjurkan. Untuk memenuhi kebutuhan serat dalam diet standar diabetes melitus', bekatul (rice bran), suatu bahan makanan tinggi serat yang diperoleh dari beras, diteliti pengaruhnya terhadap kadar glukosa darah penderita NIDDM rawat jalan di RSCM Jakarta. Sebanyak 90 gram biskuit bekatul diberikan dalam diet standar 20 orang penderita NIDDM baru dan dibandingkan dengan 20 orang penderita NIDDM baru lainnya sebagai kontrol. Kandungan serat dalam biskuit adalah 22,99 gram/100 gram, sedangkan untuk kontrol diberikan biskuit plasebo yang isokalori dengan kandungan serat 0,30 gram/100 gram.
Pemberian biskuit adalah selama 2 minggu, yang didahului dengan 2 minggu periode stabilisasi dengan maksud agar penderita sudah dapat menjalankan diet dengan benar. Pengaruh diet dinilai dari perubahan kadar glukosa darah selama periode stabilisasi dan pengaruh bekatul dinilai dari perubahan kadar glukosa darah selama periode perlakuan, baik dalam keadaan puasa maupun 2 jam sesudah makan.
Hasil dan Kesimpulan : Pada periode stabilisasi kadar glukosa darah puasa penderita kelompok perlakuan turun 12,6% dan kelompok kontrol turun 7,58%. Perbedaan ini tidak bermakna (p>0,05). Kadar glukosa darah 2 jam SM penderita kelompok perlakuan turun 18,06%, ini berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol yang turun sebanyak 6,14%. Dapat disimpulkan bahwa diet standar mempunyai pengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah; pengaruh ini lebih besar pada penurunan kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan, dan hanya sedikit berperan terhadap kadar glukosa darah puasa. Pada periode perlakuan kadar glukosa darah puasa .mapun 2 jam SM pada kelompok perlakuan turun masing-masing 26,64% dan 21,96%. Dibandingkan dengan kelompok kontrol dimana penurunan kadar glukosa darah puasa adalah 6,08%, dan 2 jam SM sebesar 4,62%, perbedaan ini sangat bermakna (p<0,01). Evaluasi masukan zat-zat gizi pada kedua kelompok selama penelitian adalah sama, dibuktikan dari tidak berbedanya bahwa penurunan kadar glukosa darah lebih bermakna dengan diet standar yang diberi bekatul dibandingkan dengan tanpa bekatul."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Basuki
"ABSTRAK
Latar Belakang dan tujuan: Pemeriksaan MRI T2 pankreas merupakan pemeriksaan yang lebih akurat dalam menilai hemosiderosis pankreas, namun memiliki keterbatasan karena hanya tersedia di kota-kota besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi nilai T2 pankreas dengan kadar glukosa darah, karakteristik T2 pankreas dan kadar glukosa darah subyek penelitian, serta pengaruh letak ROI terhadap nilai T2 pankreas. Metode: Penelitian menggunakan desain potong lintang pada 52 subyek anak dan 12 subyek dewasa antara September 2015-Juni 2016. Hasil: Nilai T2 pankreas anak antara 2,71-48,77 ms dan dewasa 6,49-41,82 ms. Kadar glukosa darah puasa anak rerata 87,31 11,01 mg/dL dan dewasa 88,00 10,27 mg/dL. Korelasi nilai T2 pankreas terhadap kadar glukosa darah puasa anak r=0,198 p=0,160 dan dewasa r=0,004 p=0,991 . Hubungan nilai T2 pankreas dengan letak ROI didapatkan p=0,105. Kesimpulan: Tidak terdapat korelasi nilai T2 pankreas dengan kadar glukosa darah puasa pada anak dan dewasa. Tidak terdapat perbedaan signifikan nilai T2 pankreas menurut letak ROI.

ABSTRACT
Background and Objective T2 MRI examination is more accurate in assessing pancreatic hemosiderosis but lack of availability to be used routinely in daily practice. This study aimed to determine the correlation value of T2 pancreas with blood glucose levels in thalassemic children and adults. Methods Cross sectional study that held in September 2015 June 2016, involving 52 children and 12 adults. Results Pancreatic T2 values of children are 2.71 to 48.77 ms and values of adults are from 6.49 to 41.82 ms. Mean of fasting blood glucose levels in children are 87.31 11.01 mg dL and mean of adults are 88.00 10.27 mg dL. Correlation r between value of pancreatic T2 against children rsquo s fasting blood glucose levels was 0.198 p 0.160 and adults was 0.004 p 0.991 . Significancy value p of relationship between pancreatic T2 and ROI of pancreas was 0.105. Conclusion There was no significant correlation between pancreatic T2 values with fasting blood glucose levels in children and adults, nor significant difference in T2 values according to ROI of pancreas."
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniati Setianingsih
"ABSTRAK
Diet Rendah Gula dan Tinggi Serat sebagai Intervensi Menurunkan glukosa Darah pada   Keluarga dengan Masalah Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Peningkatan jumlah penduduk dewasa di perkotaan sebagai populasi berisiko berdampak pada munculnya berbagai penyakit, diantaranya Diabetes Mellitus. Diet tidak seimbang dapat menjadi faktor risiko terjadinya Diabetes Mellitus. Tujuan karya ilmiah ini adalah untuk menggambarkan keefektifan intervensi keperawatan diet rendah dan gula tinggi serat dengan pendekatan keluarga selama lima minggu dalam menurunkan kadar glukosa darah. Hasil asuhan keperawatan diperoleh penurunan kadar glukosa darah pada Ibu R dari 258 mg/dL menjadi 146 mg/dL.Kesimpulan hasil karya ilmiah ini adalah intervensi diet rendah gula dan tinggi serat dengan pendekatan keluarga efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah. Hasil penelitian merekomendasikan diterapkannya intervensi diet rendah gula dan tinggi serat dengan melibatkan keluarga oleh perawat komunitas pada keluarga dengan masalah risiko ketidastabilan kadar glukosa darah.

ABSTRACT
Glucose Level in Family with Risk for Unstable Blood Glucose Level. The increase of adult population in urban areas as at-risk population have an impact on the emergence of various diseases, including Diabetes Mellitus. An unbalanced diet can be a risk-factor for Diabetes Mellitus. The purpose of this scientific paper is to describe the effectiveness of low sugar and high fiber diet intervention with family approach for five weeks in reducing blood glucose levels. The result obtained from nursing care show a decrease in blood glucose levels in Mrs. R from 258 mg/dL to 146 mg/dL. The conclusion is a low sugar and high fiber diet intervention with family approach was effective in reducing blood glucose levels. This results recommends the implementation of low sugar and high fiber diet intervention with family involvement by community nurses in families with a risk for unstable blood glucose levels. Diabetes Mellitus, diet, blood glucose.
"
2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eksap Nurhati Ulfah
"Ekstrak akar kelembak mengandung senyawa stilben yang dinamakan rhaponticin dan rhapontigenin. Senyawa stilben ini bekerja sebagai agonis PPAR-? yang diduga dapat memperbaiki metabolisme lemak dan glukosa pada wanita menopause. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek peningkatan kadar adiponektin dan penurunan gula darah puasa serta penghambatan penebalan dinding intima-media aorta pada wanita menopause dari ekstrak etanol 70% akar kelembak pada tikus betina yang diovariektomi. Dalam penelitian, 30 ekor tikus betina diovariektomi dan 6 ekor tikus betina dilakukan pembedahan tanpa ovariektomi. Tikus-tikus tersebut kemudian dibagi dalam 6 kelompok. Kelompok 1 adalah kontrol negatif yang mendapatkan CMC 0,5%, kelompok 2 sebagai kontrol positif mendapatkan Tamoksifen Sitrat dengan dosis 0,4 mg/200 g BB tikus, kelompok 3, 4, dan 5 adalah kelompok yang mendapatkan ekstrak etanol 70% akar tanaman kelembak dengan dosis berturut-turut 7 ; 35; dan 175 mg/200 g BB tikus yang disuspensikan dalam CMC 0,5%, dan kelompok 6 sebagai kelompok sham diberikan CMC 0,5%. Pemberian perlakuan dimulai pada hari ke-21 pascaovariektomi selama 28 hari. Setelah perlakuan, tikus diambil sampel darah untuk pemeriksaan kadar adiponektin dan gula darah , kemudian dikorbankan untuk diukur berat uterusnya dan aorta. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 70% akar tanaman kelembak dapat meningkatkan kadar adiponektin, dan menghambat penebalan lapisan intima-media aorta tapi tidak menurunkan gula darah puasa pada tikus yang diovariektomi.

Rhubarb root extract contains compound stilbene called rhaponticin and rhapontigenin. Stilbene compound works as an agonist of PPAR-? were allegedly can improve metabolism of lipid and glucose in postmenopausal women. This study aims to determine the effect of 70% ethanol extract of rhubarb root on increased levels of adiponectin and decreased fasting blood sugar as well as inhibition of intima-media thickening of the wall of the aorta in ovariectomized female rats. In the study, 30 female rats were ovariectomized and 6 female mice performed surgery without ovariectomy. The mice were then divided into 6 groups. Group 1 is a negative control group who received 0.5% CMC, group 2 as a positive control group get Tamoxifen Citrate at a dose of 0.4 mg / 200 g BB rats, groups 3, 4, and 5 is the group receiving the 70% ethanol extract of the roots of plants rhubarb with successive doses of 7; 35; and 175 mg / 200 g BW mice that were suspended in 0.5% CMC, and 6 groups as sham group given 0.5% CMC. Provision of treatment started on day 21 pascaovariektomi for 28 days. After the treatment, the rats were taken blood samples for examination adiponectin levels and blood sugar, then sacrificed to measure weight uterus and aorta. This study showed that administration of 70% ethanol extract of rhubarb plant roots can increase adiponectin levels, and inhibiting the thickening of the intima-media layers of the aorta but not lower fasting blood sugar in ovariectomized rats.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Siti Oktavianti
"ABSTRAK
Terapi nutrisi medis merupakan salah satu intervensi untuk mengoptimalkan kontrol glikemik dan menyediakan kalori yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Pada pasien diabetes yang tidak dapat memenuhi kebutuhan gizinya melalui asupan makanan oral, membutuhkan enteral feeding. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui perbandingan pemberian enteral feeding secara bolus
dengan frekuensi tiga kali dan enam kali terhadap toleransi feeding dan kadar
glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini adalah penelitian dengan desain quasi experimental yang melibatkan 26 orang pasien diabetes
melitus tipe 2. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara frekuensi pemberian enteral feeding sebanyak tiga kali dan enam kali terhadap toleransi feeding (p = 0.000), ada perbedaan signifikan antara frekuensi pemberian enteral feeding sebanyak tiga kali dan enam kali terhadap kadar glukosa darah (p=0.000). Hasil Penelitian ini dapat membantu pengontrolan gula darah dengan pengaturan frekuensi pemberian nutrisi pada pasien diabetes melitus
tipe 2.

ABSTRACT
Medical nutrition therapy is one of the interventions to optimize glycemic control
and provide adequate calories to meet metabolic needs. In diabetic patients who cannot meet their nutritional needs through oral food intake, it requires an EnteralFeeding. This study aimed to compare the three times and six times
frequencies of bolus enteral feeding towards feeding tolerance and blood glucose levels in type 2 diabetes patients. This research was an experimental quasi-design
involving 26 type 2 diabetes patients. The results showed that there were a
significant difference between three times and six times frequencies of bolus
enteral feeding towards the feeding tolerance (p = 0.000); a significant difference
between three times and six times the blood glucose level (p = 0.000). The results suggest that feeding tolerance and blood control sugar level can be controlled with the frequencies of the enteral feeding."
2017
T48675
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizkiani Juleshodia Wulandari
"Diabetes Mellitus DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia. Saat ini, sedang dikembangkan penanganan dengan menggunakan analog hormon GLP-1 yaitu hormon inkretin yang berperan meningkatkan sekresi insulin. Hibiscus sabdariffa Linn H.sabdariffa sudah sering digunakan untuk pengobatan DM, namun belum diketahui perannya terhadap peningkatan kadar GLP-1. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi H.sabdariffa terhadap kadar GLP-1. Penelitian ini studi eksperimental in-vivo menggunakan 36 ekor tikus jantan Sprague-Dawley usia 8-10 minggu yang dibagi menjadi 6 kelompok secara acak: Kontrol C , Kontrol H.sabdariffa 200 mg/kgBB/hari C-Hib 200 , Kontrol H.sabdariffa 500 mg/kgBB/hari C-Hib 500 , Kontrol DM C-DM , DM-H.sabdariffa 200 mg/kgBB/hari DM-Hib 200 , DM-H.sabdariffa 500 mg/kgBB/hari DM-Hib 500 . Pemberian H.sabdariffa menggunakan ekstrak metanol selama 5 minggu. Pengukuran gula darah sewaktu GDS menggunakan glucometer Accucheck sedangkan pengukuran insulin dan GLP-1 menggunakan ELISA. Uji statistik menggunakan one-way ANOVA. Kadar GLP-1 pada kelompok C-DM lebih rendah dibanding dengan kelompok C p

Diabetes mellitus DM is a metabolic disease characterized by hyperglycemia. Treatment with GLP 1 hormone analogue has been developed nowadays. GLP 1 is an incretin hormone that contribute on increasing insulin secretion. Hibiscus sabdariffa Linn H.sabdariffa already known to DM treatment, but there was no data about the role of H. sabdariffa on increasing GLP 1 level. Therefore, this study aimed to investigate potentiation of H. sabdariffa to GLP 1 level. This study was an in vivo experimental study which conducted in 5 weeks using 36 male Sprague Dawley rats aged 8 10 weeks that were randomly divided into 6 groups normal control group C , methanol extract H.sabdariffa treated control group 200 mg kgBW day C Hib 200 , methanol extract H.sabdariffa treated control group 500 mg kgBW day C Hib 500 , DM control group C DM DM H.sabdariffa treated group 200 mg kgBW day DM Hib 200 and DM H.sabdariffa treated group 500 mg kgBW day DM Hib 500 . Random blood glucose level were measured by glucometer Accucheck, insulin and GLP 1 plasma level were measured using ELISA method. Statistical analysis was using one way ANOVA. GLP 1 level in C DM rats were lower than control group p"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58584
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>