Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131128 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Theresia Budi Lestari
"Insomnia merupakan gangguan tidur yang dapat dialami oleh klien kanker payudara. Angka kejadian insomnia pada klien kanker payudara bervariasi, dan dilaporkan lebih tinggi dibandingkan dengan kanker lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian insomnia dan menjelaskan faktorfaktor menurut model Spielman yang berhubungan dengan insomnia pada klien kanker payudara. Metode penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel sejumlah 85 klien kanker payudara stadium I-III mengisi kuesioner mengenai keluhan insomnia, usia, adanya rangsangan sebelum tidur, cemas, depresi, nyeri, perilaku tidur, keyakinan dan sikap tentang tidur.
Hasil penelitian menunjukkan insomnia dialami oleh 16,47 % responden, tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara nyeri, cognitive arousal, somatic arousal, dan perilaku/kebiasaan tidur dengan insomnia pada klien kanker payudara. Insomnia berhubungan secara bermakna dengan usia (p = 0,04), depresi (p = 0,037), kecemasan (p = 0,001) dan keyakinan serta sikap tentang tidur (p = 0,002). Faktor yang paling berhubungan dengan insomnia adalah keyakinan dan sikap tentang tidur. Perawat perlu melakukan pengkajian tentang keluhan insomnia pada klien kanker payudara secara terfokus sehingga dapat memberikan intervensi secara tepat.

Insomnia is a sleep disorder that could be experienced by breast cancer clients. The incident of insomnia in breast cancer clients varied and it was reported higher compared to other cancer. The objective of the research is to know the incident of insomnia and to find out the relationship between factors according to Spielman model to insomnia in breast cancer clients. The research utilized a desciptive analytic method with cross sectional approach. Total sample of 85 clients with stage I-III breast cancer answered the questionaire about insomnia, age, pre-sleep arousal, anxiety, depression, pain, sleep behavior, belief and attitude about sleep.
The result of the research showed that insomnia was experienced by 16.47% of the participants, and there were no significant relationship between pain, cognitive arousal, somatic arousal and sleep behavior / sleep pattern with insomnia in breast cancer clients. While the insomnia is related significantly with age (p=0,045), depression (p=0,037), anxiety (p=0,001) and the belief and attitude to sleep (p=0,002) where the belief and attitude to sleep became the most factor related to insomnia. Nurse needs to do a focused assessment of insomnia in breast cancer clients to provide an appropriate intervention.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T43119
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windy Mulia Liem
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian kanker payudara wanita dan faktor-faktor risiko yang berpengaruh pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Kanker Dharmais tahun 2013. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus-kontrol dengan penghitungan sampel menggunakan rumus uji hipotesis terhadap odds ratio. Sampel dalam penelian ini adalah pasien wanita di Poliklinik Onkologi Rumah Sakit Kanker Dharmais pada tanggal 30 April - 31 Mei 2013 yang diambil dengan menggunakan metode porpusive sampling dengan total sampel sebanyak 68 orang. Hasil penelitian memperoleh hubungan antara umur haid pertama umur menopause, riwayat obesitas pascamenopause, dan aktivitas fisik dengan risiko kanker payudara.

The objectives of this study are to describe the incidence of female breast cancer and risk factors related to it on outpatients of Dharmais Cancer Hospital in 2013. This research used case-control study design with hypothesis tests for an odds ratio as method to calculate needed sample. The subject of this study were female patients from Oncology Polyclinic of Dharmais Cancer Hospital on April 30 - May 31, 2013 chosen by purposive sampling method for the total of 68 participants. The results showed association between age at menarche, age at menopause, postmenopausal obesity, and physical activity with risk of breast cancer."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52932
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Aulia Rahman
"Kanker payudara adalah tumor ganas yang terbentuk dari sel-sel payudara yang tumbuh dan berkembang tanpa terkendali sehingga menyebar diantara organ-organ didekat payudara. Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan utama di dunia termasuk di Indonesia. Etiologi dari kanker payudara belum dapat dijelaskan akan tetapi ada beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kanker payudara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor apa yang berhubungan dengan kanker payudara pada wanita usia 15-70 tahun di Indonesia dengan menganalisis data IFLS-5 tahun 2014. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel penelitian sebesar 14.474 (total sampling). Hasil penelitian ini menunjukan prevalensi kanker payudara pada wanita usia 15-70 tahun di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 0,4. Hasil model akhir analisis multivariat didapatkan pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian kanker payudara yang artinya responden yang berpendidikan rendah berpeluang 0,547 kali terjadi kanker payudara, sedangkan pada kontrasepsi hormonal tidak ada perbedaan antara yang menggunakan kontrasepsi hormonal dengan yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal.

Breast cancer is a malignant tumor that is formed from breast cells that grow and develop uncontrollably so that it spreads between the organs near the breast. Breast cancer is one of the major health problems in the world and including in Indonesia. The etiology of breast cancer has not been explained but there are several risk factors associated with the incidence of breast cancer. The purpose of this study was to determine what factors are associated with breast cancer in women aged 15-70 years in Indonesia by analyzing the 2014 IFLS-5 data. The design used in this study was cross sectional with a study sample of 14,474 (total sampling). The results of this study indicate the prevalence of breast cancer in women aged 15-70 years in Indonesia in 2014 by 0.4% The results of the final model of multivariate analysis that obtained education that had a significant relationship with cancer incidence associated with respondents who were low educated had a 0.547 chance of breast cancer, whereas for hormonal contraception there was no association with those using hormonal contraception who did not use hormonal contraception."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52705
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galila Aisyah Latif Amini
"Di Indonesia kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim. Faktor risiko kanker payudara bersifat multifaktor salah satunya adalah prilaku merokok pasif. Hubungan tentang merokok pasif dan kankerpayudara masih menjadi perdebatan, selain itu studi tentang hubungan keduanya masih sedikit dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara merokok pasif pada perempuan dengan kanker payudara. Menggunakan desain studi cross sectional dengan data skunder Riskesdas 2013. Sampel penelitian adalah perempuan berusia 15-54 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat kecenderungan lebih tinggi kejadian kanker payudara pada perokok pasif dibandingkan dengan bukan perokok pasif. Namun hubungan tersebut tidak bermakna secara statistik p= 0,171 OR 0,814; CI 0,6-1,09 .Hal ini dikarenakan banyak hal, antara lain pengkategorian perokok pasif yang masih kurang spesifik, dan tidak tergambarnya intensitas paparan rokok pasif. Selain itu Kanker payudara merupakan penyakit yang multifaktoral. Perlu paparan yang lama hingga terjadi mutasi DNA, inisiasi, promosi, progresi hingga akhirnya menjadi kanker. Untuk selanjutnya supaya dilakukan penelitian serupa dengan menggunakan desain studi kohort.

Cancer is one of the leading causes of death worldwide. In Indonesia, breast cancer is the second most common cancer after cervical cancer. Breast cancer risk factors are multi factors which one of them is the passive smoking behavior.The relationship between passive smoking and breast cancer is still conflicting.This study aims to determine the relationship between passive smoking in women with breast cancer. Used a cross sectional study design and data from Riskesdas by 2013. The study sample is women aged 15 54 years who meet the criteria of inclusion and exclusion.
The results showed that there was a higher incidence of breast cancer incidence in passive smokers compared with non passive smokers.However, this relationship was not statistically significant p 0.171 OR 0.814 CI 0.6 1.09 . This is because of many factors, among others, the categorization of passive smokers is still less specific, and not illustrated the intensity of exposure to passive cigarettes. In addition, breast cancer is a multifactoral disease. Need along exposure to DNA mutations, initiation, promotion, progression to eventually become cancer. Furthermore, a similar further study should be conducted using a cohort study design.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48511
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andinia Fathonah
"Kemoterapi merupakan pengobatan sistemik yang mulai banyak dikembangkan sebagai pengobatan rawat jalan. Namun, efek samping kemoterapi seringkali menyebabkan penurunan kondisi klinis yang mempengaruhi tingkat ketepatan jadwal kemoterapi intravena pasien.
Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan ketepatan jadwal kemoterapi intravena pada pasien kanker payudara dalam menjalani kemoterapi di rawat jalan. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 85 pasien kanker yang menjalani kemoterapi intravena, ditentukan berdasarkan purposive sampling. Instrumen yang digunakan meliputi kuesioner karakteristik demografi, Smilkstein's family system apgar APGAR, Symptom Management Self Efficacy Scale-Breast Care SMSES-BC dan lembar ketepatan jadwal kemoterapi intravena.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara usia, pendidikan, pendapatan, stadium penyakit, lamanya pengobatan dan dukungan keluarga dengan ketepatan jadwal kemoterapi p=0,563; p=0,240; p=0,195;p=0,195; p=0,743; p=0,681, ? =0,05. Ada hubungan positif bermakna antara efikasi diri dengan ketepatan jadwal kemoterapi, namun hubungannya lemah p=0,045, r=0,218. Peneliti menyarankan perlunya upaya peningkatan efiskasi diri untuk memperbaiki ketepatan jadwal kemoterapi.

Chemotherapy is a systemic treatment has been developed as an outpatient treatment. However, the side effects of chemotherapy often lead to decreased clinical conditions that affect the accuracy of the patients intravenous chemotherapy schedule.
This descriptive analytic study with cross sectional approach aims to identify factors related to the accuracy of intravenous chemotherapy schedule in breast cancer patients in undergoing outpatient chemotherapy. The number of samples in this study were 85 cancer patients who underwent intravenous chemotherapy, determined by purposive sampling. The instruments used include demographic characteristics questionnaires, Smilksteins family apgar system APGAR, Symptom Management Self Efficacy Scale Breast Care SMSES BS and intravenous chemotherapy compliance sheets.
The results of this study showed no significant correlation between age, education, income, disease stage, duration of treatment and family support with accuracy of chemotherapy schedule p 0,563 p 0,240 p 0,195 p 0,195 p 0,743 p 0,681, 0,05. There was a significant positive correlation between self efficacy with the accuracy of chemotherapy schedule, but the correlation was weak p 0,045, r 0,218. Researchers suggest improving self efficacy efforts to improve the accuracy of chemotherapy schedule.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Swastiara
"ABSTRAK
Gangguan tidur khususnya insomnia banyak terjadi pada pasien hemodialisis. Berbagai faktor diduga menjadi penyebab insomnia pada pasien hemodialisis, diantaranya faktor biologis, psikologis, dan dialisis. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan insomnia pada pasien hemodialisis. Penelitian menggunakan rancangan studi potong lintang, dengan sampel 50 responden di Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi. Hasil penelitian menunjukan bahwa insomnia dialami oleh 54% responden dan ditemukan hubungan insomnia dengan umur (p=0,012), sesak napas (p=0,035), pruritus (p=0,002), sakit kepala (p=0,015), stress (p=0,000), jadwal hemodialisis (p=0,042), lama hemodialisis (p=0,012), dan quick of blood (p=0,011). Penelitian ini menyimpulkan bahwa insomnia berhubungan dengan faktor biologis, psikologis, dan dialisis. Pengkajian masalah insomnia pada pasien hemodialisis harus dilakukan secara akurat agar dapat menjadi dasar untuk menyusun rencana asuhan keperawatan yang efektif bagi pasien
hemodialisis yang mengalami gangguan tidur.

ABSTRACT
Insomnia is the most common sleep disorder in hemodialysis patients. Various factors are predicted to be the cause of insomnia, which are biological, psychological, and dialysis factors. The purpose of this study was to identify factors associated with insomnia on hemodialysis patients. This study used cross-sectional study design, with 50 respondents in Jakarta Islamic Hospital Pondok Kopi. The result showed that insomnia was experienced by 54% respondents and there were relationship between insomnia and age (p=0.012), physical complaints [(included dyspnea (p=0.035), pruritus (p=0.002), and headache (p=0.015)], stress (p=0.000), hemodialysis schedule
(p=0.042), dialysis vintage (p=0.012), and quick of blood (p=0.011). The study concluded that insomnia associated with biological, psychological, and dialysis factors. The assessment of insomnia should be done accurately in order to make an effective nursing care plan in hemodialysis patients who experience sleep disorder."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Vindalia Dian Sari Helfardi
"Satpam dengan kerja gilir berisiko mengalami insomnia.Penelitian Didi Purwanto (2005) pada pekerja pabrik semen Citeureup?Bogor,didapatkan prevalensi insomnia sebesar 48,1% pada pekerja gilir dan prevalensi tersebut hampir dua kali lebih tinggi dibandingkan pekerja non gilir.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi insomnia dan faktor?faktor yang meningkatkan risiko kejadian insomnia pada satpam dengan kerja gilir di PT.X.
Desain penelitian menggunakan cross sectional yang melibatkan 107 satpam dengan kerja gilir.Pengambilan data menggunakan beberapa kuesioner, diantaranya kuesioner Sleep Hygiene Index, kuesioner Stress Diagnostic Survey, kuesioner Insomnia Rating Scale-KSPBJ, serta wawancara menggunakan instrumen MINI.
Prevalensi insomnia pada satpam dengan kerja gilir di PT.X adalah 81,9%.Hasil penelitian menunjukkan sikap higiene tidur buruk meningkatkan risiko terjadinya insomnia hampir 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan sikap higiene tidur baik (OR=9,820, 95%CI=1,185?81,413).Usia lebih tua, masa kerja lebih lama, pola kerja gilir iregular dan stres kerja sedang-tinggi tidak terbukti meningkatkan risiko kejadian insomnia pada satpam dengan kerja gilir (p>0,05).
Saran bagi satpam yang menjalani kerja gilir adalah dapat menerapkan sikap higiene tidur dengan baik.Bagi manajemen PT.X, disarankan penyuluhan berkala setiap tiga bulan sekali mengenai gangguan kesehatan akibat kerja gilir terutama insomnia dan evaluasi kesehatan pada satpam yang mengalami insomnia setiap satu hingga tiga bulan sekali.

Security squad who undergo shift work,are at risk for insomnia.Study at cement factory Citeureup-Bogor,2005 by Didi Purwanto found the prevalence of insomnia on shift workers is 48,1% and this prevalence is almost two times higher than non-shift workers.The aim of this research are to know prevalence of insomnia and to determine factors that increase the risk of insomnia on security squad with shift work at PT. X.
Design of research is cross sectional which involved 107 squad of security unit with shift work.Retrieving data used several questionnaires,including Sleep Hygiene Index questionnaire,Stress Diagnostic Survey questionnaire and Insomnia Rating Scale-KSPBJ questionnaire,as well as interview were conducted using MINI instrument.
The prevalence of insomnia on security squad with shift work at PT.X is 81.9%.The result is poor sleep hygiene behavior increases the risk of insomnia is almost 10 times higher than good sleep hygiene behavior (OR=9.820, 95%CI=1.185-81.413).Elder age,longer working lives,pattern of irregular shift work,and medium-high work stresses are not determine to increase the risk of insomnia on security squad with shift work (p> 0.05).
Suggest to security squad who undergo shift work should implement sleep hygiene behavior well.For PT.X management,counseling about the health problems caused by shift work,especially insomnia is recommended regularly every three months and taking health evaluation at security squad who have insomnia every one to three months.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Via Valencia Arifin
"Kanker payudara adalah penyakit di mana sel-sel di payudara tumbuh di luar kendali dan menjadi salah satu jenis kanker paling umum di dunia. Di Indonesia, kanker payudara merupakan kanker dengan prevalensi tertinggi pada wanita. Tinggi Angka kejadian kanker payudara sangat erat kaitannya dengan faktor risiko yang ada, diantaranya kelebihan berat badan dan obesitas. Pengukuran berat badan dan obesitas dapat dilakukan dengan menggunakan pengukuran yang dikenal sebagai indeks massa tubuh (BMI). Obesitas tidak hanya digambarkan sebagai penyimpanan lemak berlebih tetapi juga akumulasi jaringan adiposa yang dideregulasi. Ini bisa diidentifikasi melalui zat yang dikenal sebagai CD36. CD36 ditemukan memiliki berpotensi menjadi penanda prognostik karena perannya dalam proses metastasis kanker payudara. Tapi selain sebagai penanda prognostik yang terkait dengan metastasis, CD36 juga diduga berpotensi menjadi penanda diagnosis kanker payudara. Karena itu, Dalam studi ini, analisis hubungan antara BMI dan CD36 dan insiden dilakukan kanker payudara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medis dari salah satu rumah sakit di Jakarta dengan total 84 subjek yang terdiri dari 3 kategori status, yaitu penderita kanker payudara, kanker selain payudara, dan sehat. Metode Keputusan Tree digunakan untuk memperoleh informasi tentang hubungan antara BMI dan CD36 terhadap kejadian kanker payudara. Selanjutnya digunakan metode Regresi Logistik untuk mengetahui peran masing-masing faktor dalam kejadian kanker payudara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara CD36 dengan kejadian kanker payudara, dimana ciri-ciri subjek dengan status kanker payudara memiliki nilai konsentrasi CD36 antara 0,17-0,34 dan di bawah 0,14 (dalam ng / mL). Kemudian diperoleh juga bahwa peningkatan skor CD36 menurunkan risiko kanker payudara awal, padahal peningkatan nilai BMI akan meningkatkan risiko.
ABSTRACT
Breast cancer is a disease in which cells in the breast grow out of control and is one of the most common types of cancer in the world. In Indonesia, breast cancer is a cancer with the highest prevalence in women. The high incidence of breast cancer is closely related to the existing risk factors, including being overweight and obese. Weight and obesity measurements can be made using a measurement known as body mass index (BMI). Obesity is not only described as excess fat storage but also the accumulation of deregulated adipose tissue. This can be identified through a substance known as CD36. CD36 was found to have potential to be a prognostic marker because of its role in the metastatic process of breast cancer. But apart from being a prognostic marker associated with metastasis, CD36 is also thought to be a potential marker of breast cancer diagnosis. Therefore, in this study, an analysis of the relationship between BMI and CD36 and incidence of breast cancer was carried out. The data used in this study were medical records from a hospital in Jakarta with a total of 84 subjects consisting of 3 status categories, namely breast cancer patients, non-breast cancer, and healthy. The Decision Tree method was used to obtain information about the relationship between BMI and CD36
against the incidence of breast cancer. Furthermore, the Logistic Regression method is used to determine the role of each factor in the incidence of breast cancer. The results showed that there was a relationship between CD36 and the incidence of breast cancer, where the characteristics of subjects with breast cancer status had a CD36 concentration value between 0.17-0.34 and below 0.14 (in ng / mL). Then it was also found that an increase in CD36 score decreased the risk of early breast cancer, whereas an increase in the BMI value would increase the risk."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Rosdiana
"Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering terjadi pada pasien hemodialisis. Prevalensinya lebih tinggi daripada di populasi umum. Berbagai faktor yang diduga memiliki hubungan signifikan dengan terjadinya insomnia pada pasien hemodialisis, diantaranya adalah demografi, gaya hidup, psikologis, biologis dan faktor dialysis. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi dan menjelaskan faktor yang berhubungan dengan kejadian insomnia pada pasien yang menjalani hemodialisis. Penelitian ini menggunakan rancangan studi potong lintang, dengan jumlah sampel sebanyak 106 responden yang berasal dari RSUD Kota Tasikmalaya dan Garut. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa insomnia dialami oleh 58 (54,7%) responden, dengan rata-rata usia 47,66±13,36 tahun. Tidak ditemukan hubungan antara insomnia dengan faktor demografi, gaya hidup, faktor biologis, shift HD dan Kt/V hemodialisis. Insomnia memiliki hubungan dengan faktor psikologis (kecemasan) dengan p value 0,007; OR: 3,3, dan lama waktu menjalani hemodialisis (≥ 11 bulan) dengan p value 0,040; OR: 2,48. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kecemasan dan lama waktu menjalani hemodialisis merupakan faktor independen yang berhubungan dengan kejadian insomnia. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih besar dan mengembangkan variabel-variabel yang akan diteliti.

Insomnia is a sleep disorder that frequently occurs in hemodialysis patients. The prevalence was higher than in the general population. Several factors were thought having significant relationship with the occurrence of insomnia in hemodialysis patients, which were demographic, lifestyle, psychological, biological and dialysis factors. The purpose of this study was to identify and to explain factors associated with insomnia in Chronic Kidney Diseases patients undergoing hemodialysis. This study used cross-sectional study design, with a total sample of 106 respondents who visited hemodialysis unit at Tasikmalaya and Garut City Hosptal, selected by purposive sampling.
The result showed that 58 respondent (54.7%) experienced insomnia, with an average age of 47.66 ± 13.36 years. There were no significant relationships between insomnia with demographic, lifestyle, biological factors, shift HD and Kt/V hemodialysis. Insomnia had significant relationships with psychological factors (anxiety) (p value 0.007, OR: 3.3), and the length of time undergoing hemodialysis (≥ 11 months) (p value 0.040, OR: 2.48). This study concluded that anxiety and duration hemodialysis became independent factors associated with the occurrence of insomnia. Recommendation of this study is to employ larger sample size and to develop more variables in a further study.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Herawati
"Klien kanker payudara hampir tidak pernah merasakan sakit akibat perkembangan sel kanker dan karena perawatan kemoterapi yang sedang berlangsung. Nyeri kanker yang dirasakan di otak bisa membuat klien kanker payudara dengan mudah terjaga. Akibatnya kualitas tidur klien terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan nyeri kanker dengan kualitas tidur klien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini memiliki total 76 responden di RS Kanker Dharmais dan RS MRCCC Siloam Jakarta dengan menggunakan teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah BPI-SF untuk nyeri kanker (intensitas nyeri dan efek nyeri) dan kuesioner PSQI untuk kualitas. Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara intensitas nyeri kanker dengan kualitas tidur (r: 0,331, p: 0,004, α: 0,05) dan pengaruh nyeri terhadap kualitas tidur pada klien kanker payudara yang menjalani kemoterapi (r: 0,360, p: 0,001, α: 0,05). Berdasarkan hasil tersebut perlu dipahami urgensi kualitas tidur untuk meningkatkan derajat kesehatan klien. Peran perawat yang dapat dilakukan adalah meningkatkan keterampilan manajemen nyeri pada klien kanker payudara yang mengalami nyeri.

Breast cancer clients almost never feel pain due to cancer cell development and because of ongoing chemotherapy treatments. Cancer pain that is felt in the brain can make breast cancer clients easily awake. As a result, the client's sleep quality is disturbed. This study aims to determine the relationship between cancer pain and sleep quality in breast cancer clients undergoing chemotherapy. This study design used a cross sectional approach. This study had a total of 76 respondents in Dharmais Cancer Hospital and MRCCC Siloam Hospital Jakarta using purposive sampling technique. The measuring instruments used were the BPI-SF for cancer pain (pain intensity and pain effects) and the PSQI questionnaire for quality. The results of this study were analyzed using the Spearman correlation test. The results of the analysis showed that there was a significant relationship between the intensity of cancer pain and sleep quality (r: 0.331, p: 0.004, α: 0.05) and the effect of pain on sleep quality in breast cancer clients undergoing chemotherapy (r: 0.360, p: 0.001) , α: 0.05). Based on these results, it is necessary to understand the urgency of sleep quality to improve the client's health status. The role of nurses that can be done is to improve pain management skills in breast cancer clients who experience pain.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>