Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 217400 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nissa Noor Annashr
"Timbal merupakan salah satu logam berat yang mencemari udara dan terus menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang paling serius. Absorpsi timbal yang meningkat menyebabkan terjadinya penurunan kadar Hb, penurunan jumlah dan pemendekan masa hidup eritrosit, peningkatan jumlah retikulosit dan peningkatan jumlah eritrosit berbintik basofilik.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis efek dari kadar timbal dalam darah terhadap kadar Hb dan eritrosit berbintik basofilik pada siswa SD di Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Sampel darah vena diambil dari 103 siswa SD Cinangka untuk diukur kadar timbal dalam darah, kadar Hb dan eritrosit berbintik basofilik. Kuesioner digunakan untuk mengetahui data mengenai tingkat pendidikan pendapatan orangtua dan asupan zat gizi. Variabel status gizi diketahui melalui perhitungan Indeks Massa Tubuh/Umur (IMT/U) yang dikonversikan ke dalam skala Z-Score.
Hasil penelitian menunjukkan 61,2% siswa SD memiliki kadar timbal dalam darah tinggi ( 10 μg/dl). Hasil analisis statisik dengan chi square menunjukkan bahwa asupan protein (p = 0,03; OR = 4,184 95% CI : 1,062-16,49) dan asupan zat besi (p = 0,008; OR = 5,398 95% CI : 1,406-20,718) memiliki hubungan yang signifikan dengan kadar Hb pada siswa SD Cinangka. Untuk variabel dependen eritrosit berbintik basofilik, hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kadar timbal dalam darah yang tinggi (p = 0,001; OR = 180 95% CI : 38,093-850,551) dan pendidikan ibu yang rendah (P = 0,005; OR = 3,92 95% CI : 1,459-10,532) merupakan faktor risiko terjadinya eritrosit berbintik basofilik pada siswa SD.

Lead is one of the heavy metals that pollute the air and lead exposure continues to be the most serious public health problem. Increased lead absorption causes a decrease in hemoglobin contentratiton, a decrease in the amount and shortening the life span of erythrocytes, increased number of reticulocytes and increased number of basophilic stippling.
The purpose of this study to analyze the effects of blood lead levels (BLL) on the hemoglobin concentration and basophilic stippling on elementary students in the Cinangka Village. This study used a cross-sectional design. Venous blood samples were taken from 103 elementary school students to measure BLLs, hemoglobin concentration and basophilic stippling . A questionnaire was used to determine the data on the level of parent?s education, parent?s income and nutrient intake. A nutritional status was known by calculating the Body Mass Index/Age (IMT/U) was converted into Z-Score scale.
The results showed 61.2% of elementary school students have high blood lead level ( 10μg/dl). Statistical analysis with chi square showed that the protein intake (p = 0.03; OR = 4.184 95% CI : 1.062 to 16.49) and iron intake (p = 0.008; OR = 5.398 95% CI : 1.406 to 20.718) has a significant relation with hemoglobin in elementary students. For basophilic stippling as a dependent variable, the statistical analysis showed that the high BLLs (p = 0.001; OR = 180 95% CI: 38.093 to 850.551) and low maternal education (p = 0.005; or = 3.92 95 % CI: 1.459 to 10.532) is a risk factor of basophilic stippling on elementary students.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43127
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqiana Halim
"Kontaminan timbal dapat memberikan efek negatif bagi kesehatan manusia. Kandungan timbal dalam darah ibu hamil dikhawatirkan akan berdampak buruk bagi janin. Di Kabupaten Bogor pada tahun 2014, BBLR berada diurutan pertama dari dua puluh satu pola penyakit kasus rawat inap di rumah sakit golongan umur 0 - < 1 tahun dengan kasus baru sebesar 1.801 jiwa (24, 45%). Desa Cinangka merupakan lokasi dari kegiatan peleburan aki bekas ilegal yang marak dilakukan sejak tahun 1978 dan telah terkonfirmasi sebagai sumber pencemaran timbal.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh timbal dalam darah ibu hamil terhadap berat badan lahir bayi. Dilaksanakan di Desa Cinangka, Kec.Ciampea, Kab.Bogor pada Januari - Juni 2016 dengan desain kohort prospektif terhadap 31 ibu hamil. Proporsi ibu hamil yang terpajan timbal melebihi dari batas aman yang ditetapkan oleh WHO, yaitu 10 μg/dl adalah sebesar 51.6%.
Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara kadar timbal dalam darah ibu dengan berat badan lahir bayi dan berpola negatif, artinya semakin tinggi kadar timbal dalam darah ibu, maka semakin rendah berat badan lahir bayi (r= -0,880) dengan nilai p < 0,001. Model akhir dari analisis multivariat diperoleh koefisien B untuk variabel kadar timbal sebesar -60.264. Artinya, Setiap kenaikan kadar timbal dalam darah ibu sebesar 1 μg/dl, maka berat badan lahir bayi akan turun sebesar 60,264 gram setelah dikontrol variabel umur, pendapatan, dan kadar hemoglobin. Diperlukan upaya mengurangi pajanan timbal dengan menghentikan kegiatan peleburan aki bekas yang masih beroperasi, memberi penyuluhan pada masyarakat tentang bahaya dan dampak pencemaran lingkungan khususnya timbal, dan melanjutkan program enkapsulisasi tanah tercemar timbal.

Lead contaminant may give negative impact for human health. Lead substance ina mother's blood feared would be bad for the health of fetus. In Bogor Regency in 2014, LBW was a number one out of twenty one disease patterns case of hospitalized patient aged 0 - < 1 years old with new case of 1.801 people (24.45%). Cinangka Village is a place for illegal smelting batteries since 1987, and it has been confirmed as lead-contamination source.
This research aims to analyze the impact of lead in pregnant woman's blood towards the baby's birthweight. The research was conducted in Cinangka Village, Ciampea District, Bogor Regency in January - June 2016 using the prospective cohort design with 31 pregnant women as respondents. The proportion of pregnant women exposed to lead that exceeds the safe limit stipulated by the WHO, which is 10 μg/dl, is 51.6%.
The bivariate analysis result indicates that there is indeed a strong relationship between blood lead level of the mothers' and the baby's birthweight,
and it is inversely related: the higher the blood lead level of the mothers', the lower the baby's birthweight (r= -0,880) with value of p < 0,001. In the final model of multivariate analysis, it is discovered that the coefficient B for lead level variable is -60.264, which means that for each increase in the level of lead in the blood of mothers by 1 g / dl, the baby's birthweight will decrease by 60.264 grams after controlled by age, income, and hemoglobin concentration. Serious efforts need to be done to reduce the exposure to lead by stopping the smelting batteries activities, providing counseling for the people regarding the danger and impact of environmental pollution, particularly lead, and continuing the lead contaminated soil encapsulisation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46607
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiuedinawaty
"Keterpajanan timbal di udara ambien pada anak-anak yang berasal dari pembakaran bahan bakar kenderaan bermotor, dapat tezjadi jika terhimp senyawa timbal tersebut selama dipeljalanan dari rumah ke sekolah, Emisi tersebut merupakan basil samping pembakaran yang teljadi dalam mesin-mesin kendaraan, yang berasal dari senyawa zerramelkvl-lead dan ietraetlzyl-lead yang selalu ditambabkan dalam bahan bakar kendaraan bermotor tersebut. Dimana iimbal yang dibuang ke udara melalui asap buang kendaraan bermotor iersebut menjadi sangar tinggi, apabila terhirup dalam sistem pemafasan akan dapat meningkalkan kadariimbal dalam darah anak-anak..
Tujuan dari penelitian ini ingin rncngetahui hubungan keterpajanan timbal di udara ambien dengan kadar timbal dalam darah siswa sekolah dasar kelas empat, lima dan enam di kecamatan Cikarang. Penelitian ini mempnmyai keraugka konsep bahwa keterpajanan tirnbal di udara ambien yang diukur dengan lama dijalan sebagai variabel independen akan mempengamhi kejadian kadartimbal dalam daxah siswa sebagai variabcl dcpenden. Juga diteliti fakbor bebas lain, yang dapat mempalgaruhi variabel dependen seperti status gizi, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekeljaan ayah, pekeljaan ibn, riwayat batuk kronis, riwayat minurn obat casing, konsumsi susu, kebiasaan merokok dan pengeluaran orang fua.
Penelitian ini menggnmakan disain Cross Sectional, dengan jumlah populasi 160 orang siswa sekolah dasar kelas empat, lima dan enam di kecamatan Cikarang. Data dalam peneiitian ini diperoleh dengan melakukan wawancara pengisian kuesioner, untuk mengetahui lama dijalan dari rumah kesekolah (ekwosnre/Sfariabel independen) dan kadar timba! dalam darah diukur dengan menggunakan AAS (outcome/variabel dependen). Hasil penelitian memmjukkan bahwa 62,4% siswa yang terpajan' lebih mernpunyai kadar timbal tinggi dalam damh pada siswa sekolah dasar kelas empat, lima dan enam di kecarnatan Cikarang. Kesimpulan pcnclitian ini adalah bahwa siswa yang telpajan lebih mempnmyai resiko 9 kali utuk mempunyai kadar timbal tinggi didalam darah dengan can of point median (S.72pg/dl) setelah dikontrol dengan pendidikan ayah dan kebiasaan merokok.

Lead exposure in children is sourced automotive combustion, while inhaled lead for trams road to go to school. Emission is e.Hected combustion vehicle machines, content tetramethyl lead and tetraethyl lead always added vehicle gasoline. Lead depletion is throwaway air automotive combustion, is very high. Metal lead, if inhaled in breathing system is etfect to up blood lead level children.
Purpose of the research is knowing correlation lead exposure ambient with blood Icad level elementary. school tbrth, fifth, sixth at Cikarang. This research has concept that exposure lead in ambient that’s measure time at the road as variable indepaident is effecting blood lead level schoolchild as variable dependent. Thus researcher has researched mother factor which influence variable dependent as nutrition status, ihthefs education, mother’s education, thtliefs work, mother’s work, cough chroniw, helmint’s drug milk consumption, smoking habit and parcnt’s consumption.
This research use cross sectional design, with 160 population schoolchild elementary school forth, iitih, sixth at Cikarang This data is taken lbr measurement time of the road fiom the house until to school (exposurefvariable independent) and blood lead level measurement AAS (outcome/variable dependent). The summaly showed that 62,4% child more exposure has high blood lead level at schoolchild elementary school Ruth, iiiih, sixth at Cikarang. Schoolchild’s more exposure has 9 time risk ibr has blood lead level, with cut of point median (5,72 pg/dl ) aher is controlled by father’s education and smoking habit.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T34013
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Gede Indah Citra Narini
"Latar belakang: Infeksi parasit usus (IPU) masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia. Utamanya, IPU disebabkan oleh STH dan protozoa usus. IPU berhubungan dengan penurunan kadar Hb dan mekanisme pertahanan inang melalui golongan darah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara infeksi parasit usus dalam variasi tipe golongan darah dengan kadar hemoglobin pada siswa sekolah dasar di Jakarta Utara.
Metode: Studi cross-sectional dilakukan di salah satu sekolah dasar di Jakarta Utara yang telah mengikuti Program Penanggulangan Cacingan (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 15 Tahun 2017). Total 215 siswa didapatkan melalui teknik consecutive sampling. Intensitas dan prevalensi IPU diukur dengan metode Kato-Katz dan apusan langsung pada sampel tinja yang dikumpulkan dari tiap siswa. Kadar Hb siswa diukur dengan EasyTouch® GCHb. Golongan darah ABO siswa diuji melalui reaksi aglutinasi dengan reagen.
Hasil: Pada 215 siswa, spesies parasit usus yang paling banyak ditemukan adalah A. lumbricoides (6,0%) dan B. hominis (5,1%), Ditemukan 30 siswa mengalami anemia (14,0%). Tipe golongan darah yang ditemukan, antara lain golongan darah A (29,8%), golongan darah B (31,6%), golongan darah O (32,1%), dan golongan darah AB (6,5%). Melalui analisis bivariat tidak ditemukan hubungan yang signifikan secara statistik antara IPU dengan kadar Hb dalam variasi golongan darah (p > 0,05).
Kesimpulan: Tidak ditemukan hubungan yang signifikan secara statistik antara IPU dengan kadar Hb dalam variasi golongan darah pada siswa sekolah dasar yang telah mengikuti Program Penanggulangan Cacingan di Jakarta Utara

Introduction: Intestinal parasitic infection (IPI) is still a public health problem in Indonesia and primarily caused by STH and intestinal protozoa. IPI is associated with decreased Hb levels and host defense mechanism depends on blood groups. Therefore, the aim of this study is to determine the association between IPI and Hb levels in blood groups variation in elementary school students in North Jakarta.
Method: A cross-sectional study was conducted in one of the elementary schools in North Jakarta that has participated in the Deworming Program. Total 215 students were collected through consecutive sampling techniques. Intensity and prevalence of IPI were measured by the Kato-Katz method and direct smear on stool samples collected from each student. Students' Hb levels were measured by EasyTouch® GCHb. Students' ABO blood group was tested by agglutination reaction with reagents.
Result: From 215 students, the most common IPI’s species were A. lumbricoides (6.0%) and B. hominis (5.1%). It was found that 30 students had anemia (14.0%). The blood group found included blood type A (29.8%), blood type B (31.6%), blood type O (32.1%), and blood type AB (6.5%). Through bivariate analysis, no statistically significant association was found between IPU and Hb levels in blood type variation (p > 0.05).
Conclusion: There was no statistical association between IPU and Hb levels in blood groups variation in elementary school students who had participated in Deworming Program, North Jakarta.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiyono
"Pajanan timbal di dunia masih diperkirakan sebesar 0,6% dari beban penyakit global dan beban tertinggi pada kawasan negara berkembang. Salah satu sumber pencemaran timbal yang menjadi perhatian saat ini adalah peleburan aki bekas. Sistem saraf merupakan target utama toksisitas timbal dan mengakibatkan penurunan IQ (Intelegence Quotient). Anak-anak merupakan populasi rentan salah satunya dikarenakan masih dalam tahap perkembangan otak. Kadar timbal dalam darah merupakan indikator yang paling baik untuk menunjukkan current exposure.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara kadar timbal dalam darah terhadap tingkat kecerdasan (majemuk) siswa sekolah dasar dengan menggunakan studi cross sectional. Kecerdasan majemuk yang terdiri dari kecerdasan verbal dan kecerdasan logis-matematis dijadikan sebagai outcome. Pengambilan sampel darah dilakukan pada dua sekolah di lokasi yang berbeda yaitu 60 siswa MI Baitussaa?adah di Kabupaten Tangerang dan 69 siswa SDN Bulutengger di Kabupaten Lamongan. Rata-rata kadar timbal dalam darah anak di Kabupaten Tangerang adalah 39,18 μg/dl dimana 100% melebihi batas normal (CDC 1997) sedangkan rata-rata kadar timbal dalam darah anak di Kabupaten Lamongan adalah 11,76 μg/dl dimana 59,4% melebihi batas normal. Kadar timbal dalam darah berhubungan signifikan dengan tingkat kecerdasan majemuk (nilai p=0,008; OR=3,45; CI 95%=1,35-8,83). Variabel lainnya yang berhubungan signifikan yaitu wilayah tinggal (nilai p=0,001; OR=5,28; CI 95%=2,49-11,22), pendidikan orang tua (nilai p=0,002; OR=3,03; CI 95%=1,48-6,21) dan ketidakhadiran karena sakit (nilai p=0,002; OR=3,11; CI 95%=1,51-6,41). Dalam analisis multivariat, kadar timbal dalam darah berhubungan dengan tingkat kecerdasan (majemuk) pada anakanak setelah dikontrol variabel pendidikan orang tua.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pajanan timbal karena peleburan aki bekas sudah membahayakan. Oleh karena itu, industri yang melibatkan bahan timbal dalam proses produksinya harus diberhentikan atau dipindahkan menjauh dari masyarakat.

Lead exposures in the world was estimated at 0.6% of the global disease burden and the highest burden in developing countries. One of lead exposure sources concern now is battery recycling. The nervous system is the main target of lead toxicity and can decrease IQ points. Children are the vulnerable population because of their brain are still developing. Blood lead levels are the best indicator to show the current exposure.
The objective of this study to determine the relationship between blood lead levels with multiple intelligence level of elementary school students by using a cross sectional study. Multiple intelligences level consisting of verbal and logical-mathematical intelligence used as the outcome. Blood sampling conducted at two schools in different locations that is 60 students MI Baitussaa'adah in Tangerang Regency and 69 students SDN Bulutengger in Lamongan Regency. Blood lead levels averages in Tangerang Regency is 39,18 μg/dl which 100% exceed threshold limit values (≥10 μg/dl) and blood lead levels in Lamongan Regency is 11,76 μg/dl which 59,4% exceed threshold limit values.
Results of this study is blood lead levels significantly associated with multiple intelligences level (p value= 0.008; OR = 3.45; 95% CI = 1.35 to 8.83). Other variables associated significantly with multiple intelligences levels such as living area (p = 0.001; OR = 5.28; 95% CI = 2.49 to 11.22), parental education (p = 0.002; OR = 3.03; 95% CI = 1.47 to 6.21) and the frequency of absence caused by illness (p = 0.002; OR = 3.11; 95% CI = 1.51 to 6.41). In multivariate analysis, blood lead levels associated with multiple intelligences levels in children after being controlled by parental education variable.
This study suggested lead exposure by battery recycling is endanger. Therefore, the industry involving lead substances should be stopped or moved far away from the community.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Citra Padmita
"Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama penyakit akut di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi ISPA paling tinggi terjadi pada kelompok balita. Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah di Jawa barat dengan kasus ISPA yang tinggi. RW1 Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor merupakan lokasi pemukiman sekaligus lokasi industri pengolahan batu kapur. Keberadaan industri pengolahan batu kapur di sekitar area pemukiman merupakan sumber pencemaran udara yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciampea, ISPA merupakan penyakit dengan jumlah kasus terbanyak pada tahun 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor lingkungan (PM10 udara ambien, jarak rumah ke pabrik pengolahan batu kapur, suhu dan kelembaban udara rumah, ventilasi rumah, kepadatan hunian rumah, ada atau tidak anggota keluarga serumah yang terkena ISPA, ada atau tidak anggota keluarga serumah yang merokok, penggunaan obat anti nyamuk, jenis bahan bakar memasak, dan letak dapur) dengan kejadian ISPA pada balita di RW1 Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor tahun 2013. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan menggunakan data primer yang mana jumlah sampel sebanyak 106 orang balita.
Hasil analisis bivariat diperoleh bahwa faktor lingkungan yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian ISPA pada balita adalah PM10 udara ambien (7,40; 2,02-27,10) dan kepadatan hunian rumah (3,39; 1,39-8,32). Adapun karakteristik individu balita yang memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA pada balita berdasarkan hasil uji statistik dengan analisis bivariat adalah jenis kelamin (2,61; 1,08-6,34). Faktor yang paling dominan hubungannya dengan kejadian ISPA pada balita adalah PM10 udara ambien (9,62; 2,39-38,71). Kerjasama lintas sektoral diperlukan untuk menurunkan angka kejadian ISPA.

Acute Respiratory Infection (ARI) is a major cause of acute illness in the worldwide. In Indonesia, the prevalence of ARI is highest in the group of children under five years. Bogor district is one of region in West Java with high ARI case. Hamlet 1 of Ciampea Village is both settlement location and limestone processing industry location. The existence of limestone processing industry around the settlement area is source of air pollution that can affect people’s health. In the working area of Health Center of Ciampea Sub District, ARI is the disease with the highest case on 2012.
This study aims to determine the relationship between environmental factors (ambient PM10, distance from house to limestone processing plant, the temperature and the humidity of house, house ventilation, residential density of house, whether or not the family members at home who got acute respiratory infection, whether or not a family member at home who smoke, the use of mosquito repellent, type of cooking fuel, and the location of the kitchen) with the occurrence of ARI. This study uses cross-sectional study design and primary data with sample of 106 toddlers.
Result bivariate analysis shows that environmental factors which significantly associated with ARI among children under five years are ambient air PM10 (7.40; 2.02-27.10) and residential density of house (3.39; 1.39-8.32). The individual characteristic of a toddler who has a significant association with the occurrence of ARI among children under five years based on the results of statistical test with bivariate analysis is gender (2.61; 1.08-6.34). The most dominant factor associated with the occurrence of ARI among children under five years is ambient air PM10 (9,62; 2,39-38,71). Cross-sectoral cooperation is needed to reduce the number of ARI.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54059
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Utami Pramudyastuti
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26520
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ranti Ekasari
"Industri sepatu merupakan salah satu industri informal yang semakin berkembang di Indonesia. Proses pembuatan sandal/sepatu menggunakan bahan kimia yaitu benzena pada proses pengeleman. Pajanan benzena akan mengakibatkan masalah pada sistem hematopoetik yang menyebabkan penurunan kadar hemoglobin.
Penelitian ini bertujuan mengindentifikasi hubungan benzena di dalam tubuh melalui pengukuran biomarker SPhenylmercapturic Acid (S-PMA) terhadap kadar hemoglobin pekerja bengkel sandal/sepatu di Desa Sukajaya. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional yang dilaksanakan pada Maret-Mei 2018. Jumlah sampel sebanyak 73 pekerja dengan metode total sampling.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pekerja dengan umur >29 tahun berisiko 1,76 kali, memiliki riwayat infeksi berisiko 1,51 kali, IMT tidak normal berisiko 1,51 kali, masa kerja >5 tahun berisiko 1,01 kali, dan durasi >11 jam berisiko 1,04 kali memiliki kadar hemoglobin <14 g/dL.
Hasil analisis juga menunjukkan bahwa pekerja dengan konsentrasi S-PMA tinggi (>1,53 µg/g kreatinin) berisiko 1,84 kali lebih besar memiliki kadar hemoglobin <14 g/dL dibandingkan pekerja dengan konsentrasi S-PMA rendah (< 1,53 µg/g kreatinin) setelah dikontrol variabel umur, kebiasaan olahraga, dan jenis pekerjaan. Perlu dilakukan pengendalian risiko di tempat kerja dengan membatasi jam kerja, pengaturan ruang kerja, dan menerapkan pelarangan merokok di ruang kerja.

The shoe industry is one of the growing informal industries in Indonesia. The process of making sandals/shoes used a chemical benzene in the process of sizing. Benzene exposure will caused problems in the hematopoetic system that caused a decrease in hemoglobin levels.
This study aimed to identify benzene relationship in the body through measurement of S Phenylmercapturic Acid (S-PMA) biomarker on hemoglobin level of sandals/shoes workshop workers in Sukajaya Village. This study used crosssectional study conducted in March-May 2018. The number of sample was 73 workers with total sampling method.
The results of the analysis showed that workers with age> 29 years were at risk 1.76 times, had a history of infection at risk 1.51 times, Body Mass Indices (BMI) was not normal at risk 1.51 times, working period > 5 years at risk 1.01 times, and working hours > 11 hours at risk of 1.04 times having hemoglobin <14 g/dL.
The results also showed that workers with high S-PMA concentrations (> 1.53 μg / g creatinine) were 1.84 times more likely to have hemoglobin <14 g/dL than those who had low S-PMA concentrations (<1.53 μg/g creatinine) after controlled by age, exercise, and type of work variables. Risk control in the workplace is required by limiting of working hours, arranging working space, and applying smoking ban in the workplace.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50342
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pahrur Razi
"Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan karies gigi pada murid SD di Kota Jambi Tahun 2014. Penelitian menggunakan desain cross sectional. Hasil penelitian diperoleh 59,3% responden karies gigi. Susunan gigi dan derajat keasaman saliva merupakan faktor yang berhubungan dengan karies gigi, dimana responden dengan derajat keasaman saliva yang tidak normal berisiko terjadi karies gigi 2,6 kali dibanding yang normal setelah dikontrol oleh susunan gigi dan kebersihan gigi dan mulut. Susunan gigi tidak teratur berisiko terjadi karies gigi 2,6 kali dibanding yang teratur, setelah dikontrol oleh derajat keasaman saliva dan kebersihan gigi dan mulut. Disarankan untuk meningkatkan upaya promotif dan preventif pada murid SD di Kota Jambi.

The purpose of this study to determine the factors associated with dental caries in primary school students in the city of Jambi 2014. The study used a cross-sectional design. The results were obtained 59.3 % of respondents dental caries. Arrangement of the teeth and saliva acidity is a factor associated with dental caries, where respondents with the degree of acidity abnormal salivary caries risk occurs 2.6 times compared to normal after controlled by the arrangement of teeth and oral hygiene. The composition of irregular teeth caries risk occurs 2.6 times compared to regular, once controlled by the acidity of saliva and oral hygiene. It is recommended to increase the promotive and preventive primary school students in the city of Jambi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T43389
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardelia Nada
"ABSTRAK
Latar belakang: Keilitis angular dan glositis atrofi merupakan manifestasi di rongga mulut akibat kekurangan nutrisi mikro seperti zat besi, vitamin B2, vitamin B12, niasin, dan folat. Salah satu kelompok yang paling rentan mengalami kekurangan nutrisi mikro adalah kelompok anak-anak dalam masa pertumbuhan. Tujuan: Melihat status gizi, keadaan keilitis angular dan glositis atrofi pada murid sekolah dasar di Desa Setu, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor tahun 2018. Metode: Penelitian deskriptif menggunakan desain studi observasional cross-sectional dengan mengambil data langsung pada partisipan murid Sekolah Dasar di Desa Setu tahun 2018. Perhitungan status gizi menggunakan pengukuran antropometri dan penilaian keadaan keilitis angular dan glositis atrofi dengan pemeriksaan klinis. Hasil: Total partisipan yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 200 partisipan. Nilai status gizi sebanyak 155 (77,5%) partisipan adalah normal, 15 (7,5%) partisipan adalah kurus, 6 (3%) partisipan adalah sangat kurus, 14 (7%) partisipan adalah gemuk, dan 10 (5%) partisipan adalah obesitas. Partisipan dengan kelainan pada sudut mulut berupa keilitis angular berjumlah 6 (3%) partisipan. Partisipan dengan kelainan di dorsum lidah berupa glositis atrofi berjumlah 1 (0,5%) partisipan. Kesimpulan: Status gizi pada murid sekolah dasar di Desa Setu mayoritas memiliki status gizi normal dengan jumlah partisipan yang mengalami keilitis angular berjumlah 6 (3%) partisipan dan glositis atrofi berjumlah 1 (0,5%) partisipan.

ABSTRACT
Background: Angular cheilitis and atrophic glossitis are manifestations in oral region due to lack of micronutrients such as iron, vitamin B2, vitamin B12, niacin, and folate. The group of children in their growth period is one of some groups that are the most vulnerable to micronutrient deficiencies. Objective: To observe nutritional status, angular cheilitis and atrophic glossitis on elementary school students in Setu Village, Jasinga District, Bogor Regency in 2018. Method: This research used descriptive study with cross-sectional observational design through taking direct data on the participants of children in 2018. The calculation of nutritional status uses anthropometric measurements and the assessment of angular cheilitis and atrophic glossitis by clinical examination. Result: The number of participants corresponding to the inclusion criteria was 200 participants. The nutritional status of 155 (77.5%) participants was normal, 15 (7.5%) participants was thin, 6 (3%) participants was very thin, 14 (7%) participants was fat, and 10 (5%) participants was obese. Participants with abnormalities on the corners of  the mouth in the form of angular cheilitis amounted to 6 (3%) participants. Participants with abnormalities on the dorsum of tongue in the form of atrophic glossitis amounted to 1 (0.5%) participant. Conclusions: The nutritional status of the elementary school students in Setu village, the majority had normal nutritional status with the number of participants with angular cheilitis 6 (3%) participants and glossitis atrophic 1 (0.5%) participant."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>